BAB III METODE PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Setelah merumuskan hipotesis yang diturunkan secara deduktif dari landasan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung,

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Penggunaan metode dalam suatu penelitian sangat berpengaruh besar

BAB III METODE PENELITIAN. astronomis terletak pada lintang LS LS dan pada bujur

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berhasil tidaknya suatu penelitian. Arikunto (2006: 26) mengemukakan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian Lokasi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Suatu pendekatan metode penelitian digunakan untuk memecahkan

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. penelitian dengan baik dan benar. Surachman (1990: 7) mengemukakan bahwa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Surakhmad (Andrianto, 2011: 29) mengungkapkan ciri-ciri metode korelasional, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. H. Juanda yang terletak disebelah utara Kota Bandung berjarak + 7 km dari pusat

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Menurut Sumaatmadja yang dikutip dari The Liang Gie ( ) suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Tika

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian adalah cara yang digunakan oleh peneliti dalam

BAB III METODE PENELITIAN. tujuan, gambaran hubungan antar variabel, perumusan hipotesis sampai dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dengan judul Kontribusi Penguasaan Materi Mata Diklat Gambar

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Lokasi penelitian ini berada di Kecamatan Dayeuhkolot, yang merupakan

Tabel 3.1 Variabel Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Menurut Jalaludin

BAB III METODE PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban untuk

METODE PENELITIAN Lokasi dan waktu Penelitian Desain Penelitian Populasi dan Sampel

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Verifikatif, dengan jenis pendekatan survei. Menurut Nazir (2005: 63), penelitian

Bab 3 METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian adalah sebuah cara yang digunakan untuk mencari data,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Memecahkan suatu masalah dalam suatu penelitian diperlukan suatu metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tata cara tersebut dikenal sebagai metode penelitian. Metode

BAB III METODE PENELITIAN. mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Di Lingkungan Komplek Putraco terdapat 1 TK dan 1 Pos Paud, yang. keduanya kurang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis, diperlukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. : Kecamatan Pameungpeuk dan Kecamatan Baleendah. : Kecamatan Kutawaringin dan Kecamatan Soreang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Teknik Arsitektur yang beralamatkan di Jln. Setiabudhi No. 207 Bandung.

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Yang menjadi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilaksanakan adalah berupa penelitian eksplanasif artinya

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

Gambar 3.1 Denah lokasi Saung Angklung Udjo, Bandung-Jawa Barat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. supaya dapat mempermudah proses pengambilan data. Penelitian ini dilakukan di

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode survey dan analisis

Lokasi penelitian dilakukan pada Perpustakaan SMP Negeri 15 Bandung yang terletak di Jalan Dr. Setiabudhi Nomor 89.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III OBYEK DAN METODE PENELITIAN. Yang menjadi obyek dalam penelitian ini adalah pemeriksaan pajak dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Mardalis (2009: 24) mengartikan metode sebagai:

BAB III METODE PENELITIAN. dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif sesuai tujuannya. Desain

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelah Selatan : Kecamatan Labuan

BAB II METODE PENELITIAN. bebas (X) dengan variabel terikat (Y) yang menggunakan rumus statistik. Dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian Deskriptif Kuantitatif, dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Narbuko dan Achmadi (2004: 2) metode penelitian adalah :

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian penulis meneliti pengaruh diferensiasi produk dan saluran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. apa yang akan dipakai pakai, karena dengan hal itu akan mepermudah penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian harus ada persamaan persepsi antara penulis dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah deskriptif, sedangkan Metode yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode survey. Menurut Tika

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. partisipasi politik masyarakat desa, pada bab ini peneliti akan menguraikan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif. Metode penelitian dapat digunakan sebagai pedoman dalam

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian merupakan suatu cara dalam melaksanakan suatu

III. METODE PENELITIAN. oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitian. Metode dan jenis penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

31 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian yang dilakukan bertempat di Kecamatan Bjongloa Kaler. Kecamatan Bojongloa Kaler merupakan salah satu dari 30 Kecamatan yang terdapat di wilayah Kota Bandung. Secara geografis Kecamatan Bojongloa Kaler terletak antara 107 58 3 BT - 107 60 00 BT dan 6 9 25 LS - 6 9 41 LS, dengan luas wilayah 303,4 Ha dan berada di ketinngian ±755 meter dpl (diatas permukaan laut). Pada tahun 1969-1989 bernama Kecamatan Bojongloa yang terdiri dari 7 Kelurahan yaitu Kelurahan Jamika, Babakan Tarogong, Babakan Asih, Kopo, Sukaasih, Situsaeur dan Kelurahan Kebonlega. Namun, sejak tahun 1989 dipecah menjadi 2 Kecamatan yaitu Kecamatan Bojongloa Kaler dan Kecamatan Bojongloa Kidul. Saat ini Kecamatan Bojongloa Kaler terdiri dari 5 (lima) Kelurahan yaitu : Kelurahan Jamika, Babakan Tarogong, Babakan Asih, Kopo, dan Suka Asih. Sedangkan Kelurahan Situsaeur dan Kebonlega masuk ke Kecamatan Bojongloa Kidul. Secara administratif Kecamatan Bojongloa Kaler berbatasan dengan : Sebelah Utara : Kecamatan Andir Sebelah Selatan : Kecamatan Bojongloa Kidul Sebelah Timur : Kecamatan Astana Anyar Sebelah Barat : Kecamatan Babakan Ciparay Menurut administratif pembangunan, Kecamatan Bojongloa Kaler dimasukan ke dalam wilayah pengembangan Cibeunying. Untuk lebih jelasnya, wiilayah administratif Kecamatan Bojongloa Kaler dapat dilihat pada gambar 3.1. Opilona Badriyah, 2015 TINDAKAN MASYARAKAT TERHADAP SAMPAH DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER KOTA BANDUNG Universitas Pendidikan Indonesia \.upi.edu perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1 Peta Administratif Kecamatan Bojongloa Kaler Dikutip Oleh : Opilona Badriyah [1003020] 32

33 2. Desain Penelitian Agar suatu penelitian dapat dilaksanakan secara efisien dan efektif diperlukan adanya desain penelitian. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Tika (2005, hlm. 12) bahwa desain penelitian adalah suatu rencana tentang mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis data secara sistematis dan terarah agar penelitian dapat dilaksanakan secara efisien efektif sesuai dengan tujuannya. Adapun Silalahi (2010, hlm. 180) menyatakan bahwa desain penelitian adalah rencana struktur dan penyelidikan yang disusun sedemikian rupa sehingga peneliti akan dapat memperoleh jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan penelitiannya. Dalam penelitian ini menggunakan desain korelasional kumulatif, dimana desain korelasional kumulatif ini berusaha untuk menyelidiki nilai-nilai dari dua atau lebih variabel dan menguji atau menemukan hubungan (relations) yang ada diantara mereka kedalam suatu lingkungan tertentu. 3. Metode Penelitian Menurut Tika (2005, hlm. 1) Penelitian adalah suatu kegiatan ilmiah untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan atau masalah guna mencari pemecahan terhadap masalah tersebut. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan penelitian survei. Menurut Singarimbun (1987, hlm. 3) : Metode penelitian survei adalah metode yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok digunakan untuk mengadakan pengamatan langsung dilapangan dengan tujuan untuk mengukur fakta dan merumuskan apa yang terjadi. Metode survei digunakan untuk penelitian deskriptif, yang bertujuan untuk mengamati objek penelitian secara langsung di lokasi penelitian dengan pengambilan sampel yang dikumpulkan untuk mewakili seluruh wilayah kajian penelitian. Sejalan dengan permasalahan penelitian yang telah diungkapkan, maka penelitian ini termasuk kedalam penelitin deskriptif yang bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang fakta yang terjadi di lapangan.

34 B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Menurut Tika (2005, hlm. 24) Populasi adalah himpunan individu atau objek yang banyaknya terbatas atau tidak terbatas. Sedangkan menurut Sumaatmadja (1988, hlm. 112) Populasi penelitian atau universe mencakup kasus (kasus, peristiwa tertentu), individu (manusia baik sebagai perorangan, maupun sebagai kelompok), dan gejala (fisis, sosial, ekonomi, budaya dan politik), yang ada pada ruang geografi tertentu. Maka, dapat disimpulkan populasi adalah keseluruhan obyek atau subjek yang terdapat di lokasi penelitian dan dianggap penting atau terlibat untuk diteliti. Populasi dalam penelitian ini yaitu seluruh masyarakat di Kecamatan Bojongloa Kaler, khususnya kelurahan-kelurahan yang berada di Kecamatan Bojongloa Kaler. Tabel 3.1 Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk Kecamatan Bojongloa Kaler No. Nama Kelurahan/Desa Luas Wilayah (ha) Penduduk Jumlah KK Kepadatan Penduduk 1. Kopo 82 30.154 6.734 368 2. Suka Asih 92 18.931 5.205 206 3. Babakan Asih 21,2 15.850 3.856 747 4. Babakan Tarogong 54,2 27.913 6.409 515 5. Jamika 54 26.178 6.580 485 Jumlah 303,4 119.026 28.784 464 Sumber : Kecamatan Bojongloa Kaler dalam Angka Tahun 2013

35 Berdasarkan data jumlah populasi dan luas wilayah pada tabel 3.1 diperoleh kesimpulan bahwa bahwa jumlah penduduk terbanyak adalah Kelurahan Kopo dengan jumlah penduduk 30.154 jiwa dan kelurahan dengan wilaya terluas adalah kelurahan Suka Asih dengan luas wilayah 92 Ha. 2. Sampel Penelitian Setelah diketahui populasi penelitian, tahap selanjutnya adalah menentukan sampel penelitian. Menurut Sumaatmadja (1988, hlm. 112) Sampel adalah bagian dari populasi (cuplikan, contoh) yang mewakili populasi bersangkutan. Kriteria sampel yang diambil harus mewakili keseluruhan sifat-sifat atau generalisasi yang ada pada populasi. Sedangkan menurut Tika (2005, hlm. 24) Sampel adalah sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili suatu populasi. Adapun pengambilan sampel manusia dalam penelitian ini adalah dengan cara sampel secara acak sederhana (simple random sampling). Menurut Tika (2005, hlm. 30) Sampel acak sederhana adalah cara mengambil sampel dengan memberi kesempatan yang sama untuk dipilih bagi setiap individu atau unit dalam keseluruhan populasi. Pengambilan sampel dengan metode ini dilakukan karena seluruh masyarakat di Kecamatan Bojongloa Kaler dianggap memiliki peluang yang sama untuk memberikan pendapatnya. Sementara jumlah sampel penduduk diperoleh dengan menggunakan formula dari Dixson dan B. Leach (dalam, Tika, 2005, hlm. 25), sebagai berikut: Menentukan presentase karakteristik (P)

36 Menentukan Variabilitas Menentuan Sampel (n) Menentukan Jumlah Sampel yang dikoreksi (dibetulkan) dengan rumus : dibulatkan 70 KK Untuk mengambil jumlah sampel dari setiap masing-masing wilayah dihitung dari jumlah penduduk yang dijadikan sampel dibagi dengan jumlah keseluruhan KK dari masing-masing kelurahan yang dijadikan sampel penelitian. Jumlah penduduk yang dijadikan sampel sebanyak 70 orang, sedangkan jumlah KK seluruh kelurahan yang dijdikan sampel sebanyak 28.784 KK. Adapun cara menentukan jumlah sampel dari setiap Kelurahan dengan cara menggunakan proposional sampling, yaitu dengan cara seperti di bawah ini.

37 Untuk hasil perhitungan jumlah KK yang dijadikan sampel penelitian pada masing-masing kelurahan dapat dilihat pada tabel : Tabel 3.2 Jumlah Sampel Penduduk yang diambil dari setiap Kelurahan di Kecamatan Bojongloa Kaler. No. Nama Kelurahan Jumlah Penduduk Jumlah KK Jumlah Sampel 1. Kopo 30.154 6.734 16 2. Suka Asih 18.931 5.205 13 3. Babakan Asih 15.850 3.856 9 4. Babakan Tarogong 27.913 6.409 16 5. Jamika 26.178 6.580 16 Jumlah 119.026 28.784 70 Sumber : Hasil Perhitungan 2014 C. Definisi Operasional Definisi operasional merupakan penjabaran secara operasional dari variabel yang akan di teliti. Menurut Silalahi (2010, hlm. 191) Variabel merupakan abstraksi dari gejala, peristiwa atau masalah yang memerlukan penyelidikan. Judul yang diambil dalam penelitian ini adalah Tindakan Masyarakat Terhadap Sampah Di Kecamatan Bojongloa Kaler Kota Bandung. Untuk menghindari kesalahan pahaman dalam penafsiran masalah yang diteliti, maka definisi operasional yang terdapat di dalam penelitian ini adalah.

38 1. Perilaku Perilaku merupakan segala aktivitas manusia yang dapat damati secara langsung maupun tidak langsung dalam hal ini adalah perilaku masyarakat terhadap sampah yang berada disekitar tempat tinggalnya. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : a. Perilaku Tertutup Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut convert behaviour atau unobservable behaviour. b. Perilaku Terbuka Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dapat dilihat oleh orang lain.oleh sebab itu disebut overt behaviour, tindakan nyata atau praktik (practice). Dalam penelitian ini bentuk perilaku yang diteliti adalah perilaku terbuka atau bentuk tindakan nyata, karena respons terhadap stimulus sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik. Perilaku masyarakat dapat diukur dari tingkat pengetahuan, sikap dan praktik atau tidakan, akan tetapi penulis membatasi variabel yang digunakan dalam penelitian ini, karena tidak setiap pengetahuan dapat menjadi perilaku dan setiap sikap dapat ditunjukkan oleh perilaku, sehingga didalam penelitian ini, hanya menggunakan indikator tindakan/praktik untuk mengukur perilaku. 2. Pratik atau Tindakan Praktik atau tidakan adalah bentuk perbuatan/aktivitas nyata dari responden terhadap sampah. Praktik atau tindakan ini juga merupakan salah satu indikator atau parameter dari perilaku. Perilaku masyarakat pada lingkungan akan tercermin dari tingkah lakunya dalam memperlakukan lingkungannya. Tindakan tersebut dapat dimulai dari lingkungan sekitar rumahnya dan ikut berpartisipasi dalam berbagai

39 kegiatan di sekitar tempat tinggalnya berdasarkan kemauannya sendiri, tanpa paksaan. Perilaku terbuka dalam bentuk tindakan nyata masyarakat terhadap sampah dapat terlihat dari beberapa indikator misalnya menyediakan tempat sampah, membuang sampah pada tempatnya, membuang sampah ke TPS, menggunakan jasa pemungut sampah, menyediakan uang iuran/biaya untuk sampah, memberitahu/ menegur pembuang sampah, membiasakan membuang sampah pada tempatnya, menyediakan waktu secara rutin, menjaga kebersihan, keindahan, kenyamanan lingkungan, mengikuti kegiatan kerja bakti di sekitar tempat tinggal, dan membersihkan lingkungan rumah dari sampah. 3. Tingkat Pendidikan Pendidikan merupakan salah satu kunci menuju pembangunan sosial termasuk didalamnya aspek lingkungan hidup. Pendidikan secara umum dibedakan menjadi dua, yaitu pendidikan formal dan non-formal. Pendidikan Formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah ataupun swasta yang terikat oleh kurikulum dengan syarat-syarat tertentu scara ketat, teratur dan bertingkat. Tingkatan pendidikannya mulai dari tingkat dasar yaitu Sekolah Dasar (SD), ditingkat menengah ada SMP dan SMA dan tingkat lanjutan hingga ke perguruan tinggi. Sedangkan untuk pendidikan non-formalnya biasanya lebih bebas, dalam artian tidak terlalu mengikuti peraturan yang ketat dan kurikulum yang dibuat sesuai dengan kebutuhan, misalnya kursus-kursus atau latihan-latiahan dan sebagainya. Tinggi rendahnya pendidikan seseorang dapat mempengaruhi tindakannya terhadap sampah. 4. Tingkat Pendapatan Pendapatan merupakan perolehan barang berupa uang yang diterima atau dihasilkan oleh seseorang. Tingkat Pendapatan masyarakat pada suatu daerah merupakan salah satu indikator untuk dapat melihat keadaan sosial ekonominya. Tinggi rendahnya tingkat pendapatan dapat melihat keadaan sosial ekonomi masyarakat dan dapat menunjukan keadaan sosial ekonomi masyarakat tertentu. 5. Mata Pencaharian Mata Pencaharian merupakan sumber penghasilan atau pendapatan yang diperoleh seseorang. Mata pencaharian penduduk akan mengalami perubahan sesuai

40 dengan keadaan alam, pengetahuan yang dimiliki, dan kemampuan teknologi yang dimiliki oleh masyarakat. Berdasarkan tingkat pengetahuan dan tingkat pendidikan akan menentukan jenis mata pencaharian masyarakat. D. Variabel Penelitian Menurut Nazir (2005, hlm. 123) Variabel adalah konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai. Sedangkan menurut Rifa I (1996, hlm. 46) variabel penelitian mengandung pengertian ukuran, sifat, ciri yang dimiliki oleh anggotaanggota suatu kelompok atau suatu yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Variabel pada umumnya terbagi atas dua jenis, yaitu variabel bebas (Independent Variable) dan Variabel terikat (Dependent Variable). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas dan terikat. Variabel bebas sendiri berarti variabel yang mempengaruhi suatu kejadian. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X), yaitu tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan tingkat pendapatan. Sedangkan variabel terikat (Y), yaitu variabel yang mendapat pengaruh dari variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat, yaitu bentuk praktik atau tindakan masyarakat terhadap sampah, misalnya Menyediakan tempat sampah, Membuang sampah pada tempatnya, Membuang sampah ke TPS, Menggunakan jasa pemungut sampah, Menyediakan uang untuk iuran/biaya, Memberitahu/ menegur pembuang sampah, Membiasakan membuang sampah pada tempatnya, Menyediakan waktu secara rutin, Menjaga kebersihan, keindahan, kenyamanan lingkungan, Mengikuti kegiatan kerja bakti di sekitar tempat tinggal dan Membersihkan lingkungan rumah dari sampah. Keterkaitan antara variabel bebas dengan variabel terikat dapat di ilustrasikan pada tabel 3.3.

41 Tabel 3.3 Variabel Penelitian Variabel Bebas (X) Variabel Terikat (Y) Bentuk Praktik/Tindakan 1. Tingkat Pendidikan 2. Mata Pencaharian 3. Tingkat Pendapatan Menyediakan tempat sampah Membuang sampah pada tempatnya Membuang sampah ke TPS Menggunakan jasa pemungut sampah Menyediakan uang untuk iuran/biaya Memberitahu/ menegur pembuang sampah Membiasakan membuang sampah pada tempatnya Menyediakan waktu secara rutin Menjaga kebersihan, keindahan, kenyamanan lingkungan. Mengikuti kegiatan kerja bakti di sekitar tempat tinggal. Membersihkan lingkungan rumah dari sampah E. Instrumen Penelitian Didalam penelitian ini, digunakan beberapa alat dan bahan untuk menunjang penelitian, diantaranya: 1. Alat a. Laptop b. Software Map Info 9.5 c. Microsoft Word 2007 d. Alat tulis e. Kamera digital untuk mengambil gambar atau mendokumentasikan kondisi pada saat penelitian di lapangan. f. Gps atau Hp untuk menentukan titik koordinat daerah kajian.

42 g. Angket untuk memperoleh data atau informasi mengenai perilaku masyarakat terhadap sampah. h. Pedoman wawancara digunakan sebagai pedoman wawancara kepada responden saat melakukan penelitian di lapangan. 2. Bahan a. Peta rupa bumi diperlukan untuk menentukan daerah kajian saat penelitian di lapangan dan digunakan sebagai peta dasar untuk membuat peta administratif darah penelitian. Adapun peta RBI yang dipakai, diantaranya Peta RBI skala 1:25.000 lembar 1209-311 Bandung. b. Monografi Kecamatan beserta data-data sekunder lain yang diperoleh dari berbagai sumber yang berisi informasi-informasi untuk menunjang penelitian. 3. Instrumen Penelitian Untuk menunjang sebuah penelitian, salah satu hal yang penting untuk diperhatikan adalah penyususnan instrumen penelitian. Menurut Ridwan 2010 (dalam, Mardianti, 2013, hlm. 42) instrumen penelitian adalah Alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dan kegiatannya. Kisi-kisi instrumen dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.4. F. Prosedur Penelitian Untuk menggambarkan rangkaian kegiatan agar peneliti lebih memahami, maka dibuatlah prosedur penelitian. Prosedur penelitian adalah serangkaian kegiatan yang dilaksanakan oleh seorang peneliti secara teratur dan sistematis untuk mencapai tujuan-tujuan penelitian. Penelitian berawal dari adanya suatu masalah, kemudian masalah tersebut harus diselesaikan oleh peneliti melalui sebuah penelitian agar arah penelitian menjadi lebih jelas dan terstruktur maka perlu adanya suatu teori dan konsep yang relevan dengan permasalahan. Dengan demikian, peneliti dapat membangun kerangka pemikiran dan alur penelitian yang jelas sehingga penelitian yang akan dilaksanakan berhasil sesuai dengan tujuan awal penelitian yaitu, mendapatkan data yang valid dan reliable. Untuk memermudah dalam menjabarkan

43 prosedur penelitian, penulis membuat prosedur penelitian dalam bentuk bagan yang dapat dilihat pada bagan 3.2. Gambar 3.2 Bagan Prosedur Penelitian Latar Belakang Masalah Data Primer Data Sekunder Wawancara dengan aparat kelurahan setempat Data Monografi desa Wawancara dengan masyarakat, terkait perilaku masyarakat terhadap sampah Penyebaran angket kepada masyarakat Hasil dari analisis data yang sudah terkumpul

Variabel Terikat (Bentuk Tindakan) Variabel Bebas 44 Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Variabel Sub Variabel Indikator Jenis Instrumen No. Item Pendidikan Pendidikan Formal Angket 5 Mata Pekerjaan utama Angket 6 Pencaharian Pendapatan Pendapatan Pokok Angket 7 Praktik/tindakan terhadap sampah Menyediakan tempat sampah Membuang sampah pada tempatnya Membuang sampah ke TPS Menggunakan jasa pemungut sampah Menyediakan uang untuk iuran/biaya Memberitahu/ menegur pembuang sampah Membiasakan membuang sampah pada tempatnya Menyediakan waktu secara rutin Menjaga kebersihan, keindahan, kenyamanan lingkungan. Mengikuti kegiatan kerja bakti di sekitar tempat tinggal. Membersihkan lingkungan rumah dari sampah Resiko membuang sampah lingkungan bagi Angket 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29

45 G. Pengembangan Instrumen Penelitian 1. Skala Pengukuran Instrumen Pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan angket. Angket (kuesioner) adalah alat pengumpul informasi atau data yang berisi sejumlah pertanyaan tertulis yang ditunjukan kepada resopnden. Jenis angket yang digunakan adalah angket tertutup, dimana jawaban atas pertanyaan yang diajukan sudah ditentukan sehingga responden tinggal memilih jawaban yang diinginkan tanpa harus memberikan tambahan jawaban. 2. Uji Validitas Instrumen Pengujian validitas instrumen perlu dilakukan agar hasil penelitian menjadi valid. Instrumen yang valid berarti alat ukut yang digunakan untuk mendapatkan data itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur Sugiyono, (2011, hlm. 148). Pengujian validitas yaitu dengan mengkorelasikan antara skor item instrumen dengan rumus Person Product Moment sebagai berikut : Keterangan : Rhitung : Koefisien Korelasi : Jumlah Skor Item : Jumlah Skor total (seluruh item) N : Jumlah Responden (Riduwan (2004, hlm. 98 ) Jika r hitung > r tabel maka butir soal valid, sedangkan apabila r hitung < r tabel maka butir soal tersebut tidak valid sekaligus tidak memenuhi persyaratan. Selanjutnya, setelah

46 dihitung menggunakan product moment, kemudian dihitung dengan Uji-t dengan rumus : (Riduwan (2004, hlm. 98 ) Keterangan : t r n : Nilai t hitung : Koefisien Korelasi hasil r hitung : Jumlah Responden Berikut ini adalah hasil uji validitas dari instrumen, dengan kriteria r hitung < r tabel dengan taraf signifikasi 5% dan dk = n-2= 23, maka diperoleh harga r tabel sebesar 0,685. Adapun ketentuannya adalah bila harga t hitung > t tabel maka item dianggap signifikan/valid dan bila harga t hitung < t tabel maka butir item dinyatakan tidak valid. Hasil perhitungan uji validitas instrument dapat dilihat pada tabel 3.5. Tabel 3.5 Pengelompokan Validitas Item Keterangan Item Jumlah Jumlah Valid 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 27 26 Tidak Valid 8, 28, 29 3 Sumber : Hasil Penelitian 2015

47 Tabel 3.6 Hasil Uji t hitung dan t tabel No. Item Hasil Uji t hitung Signifikasi t tabel = 0,685 Keterangan 25 1,732 t hitung > t tabel Valid Sumber : Hasil Penelitian 2015 Berdasarkan data diatas, hasil vaiditas uji coba instrumen dapat diketahui bahwa dari 29 soal yang di ujicobakan, 26 soal memiliki keabsahan (valid) dan 3 soal lainnya tidak valid. 3. Uji Reliabilitas Instrumen Pengujian reliabilitas ini digunakan untuk mengukur tingkat kejegan instrument yang telah diujicobakan. Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan, instrument dapat dikatakan mempunyai taraf tinggi, jika instrumen yang menjadi alat ukur tersebut dapat memberikan hasil yang tetap. Arikunto (2005, hlm. 86) mengatakan bahwa instrument alat ukur berhubungan dengan masalah ketetapan hasilnya. Pengujian realibilitas dimaksudkan untuk menentukan suatu instrument, apakah sudah dapat dipercaya untuk nantinya dapat digunakan sebagai alat pegumpul data, ketentuannya sebagai berikut : a. Nilai-nilai untuk pengujian reliabilitas berasal dari skor-skor item instrument yang valid. Item yang tidak valid tidak dilibatkan dalam pengujian reliabilitas. b. Kriteria instrumen yang memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi jika nilai koefisien yang diperoleh > 0,396 dengan N = 25 dan taraf signifikan 5%

48 Untuk menguji realibilitas instrument digunakan rumus Alpha Consbach sebagai berikut. Keterangan : α k sb 2 sb 2 = Reliabilitas Instrumen = Banyaknya butir pertanyaan atau butir soal = Jumlah varians butir = varians total Selain rumus Alpha Consbach, rumus reliabilitas lain yang bisa digunakan adalah Spearman-Brown sebagai berikut. (Arikunto, 2005, hlm. 93) Keterangan : = Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes r11 = Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan Suatu Instrumen dapat dikatakan reliabel apabila alpha (α) hitung (α) tabel demikian juga sebaliknya. Didapatkan Nilai koefisien reliabilitas Berdasarkan hasil perhitungan tersebut kemudian dikonsultasikan dengan r tabel pada taraf signifikan 5% dengan N=25 diperoleh r(tabel 5%) = 0,396. Hasil diperoleh t hitung > t tabel dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel atau dengan kata lain dapat dipercaya dan dapat digunakan dalam penelitian.

49 H. Teknik Pengumpulan Data Untuk melengkapi data dalam mencari kejelasan terhadap masalah penelitian, maka penulis menggunakan beberapa teknik pengumpulan data. Dalam mengumpulkan data, jenis data yang diibutuhkan sangat bergantung kepada tujuan penelitian. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang dilakukan diantaranya ialah: 1. Data Primer a. Observasi Teknik observasi dilakukan untuk mendapatkan data secara aktual dan langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang terjadi. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Tika (2005, hlm. 44) observasi adalah cara dan tekik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang ada pada objek penelitian. Teknik observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk melihat kondisi selokan dan jalan yang banyak berserakan sampah. b. Angket / Kuisioner Untuk mendapatkan data primer di daerah yang dijadikan sampel penelitian, maka penulis melakukan kuisioner melalui penyebaran angket. Menurut Noor (2011, hlm. 139). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan memberikan atau menyebarkan kepada responden dengen harapan memberikan respons atas daftar pertanyaan tersebut. Sedangkan menurut Tika (1997, hlm. 82) merupakan usaha mengumpulkan informasi dengan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk di jawab secara tertulis oleh responden dan responden. Angket ini dibuat oleh peneliti untuk ditujukan kepada responden yang jawaban dari angket tersebut diisi sendiri oleh responden. Dalam penelitian ini angket diberikan kepada responden yang telah ditetapkan menjadi sampel, untuk meneliti bagaimana bentuk tindakan masyarakat terhadap sampah.

50 c. Wawancara Menurut Arikunto (2006, hlm. 155) Wawancara atau kuesioner lisan adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari terwawancara. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini di lakukan untuk mewawancarai kepala bidang lingkungan di Kecamatan Bojongloa Kaler dan Ketua Rukun Warga setempat. 2. Data Sekunder a. Studi Literatur/Kepustakaan Menurut Sumaatmadja (1988, hlm. 110) menjelaskan bahwa: pendapat para ahli dalam berbagai bidang yang relevan dengan apa yang sedang kita kaji. Konsepkonsep teoritis dan operasional tentang ketentuan penelitian dan lain-lain. Sebagainya akan dapat kita peroleh dari kepustakaan tanpa mempelajari bahan-bahan ini kita tidak akan mencapai hasil yang memuaskan pada penelitian. Studi kepustakaan digunakan untuk mendapatkan data sekunder berupa informsi, teori, prinsip dan konsep-konsep yang dapat diperoleh melalui buku-buku referensi, instansi-instansi terkait, hasil penelitian, artikel, jurnal, situs internet dan juga surat kabar yang berhubungan dan mendukung penelitian. b. Studi Dokumentasi Studi dokomentasi adalah teknik pengumpulan data dengan mencari dan mempelajari data mengenai variabel yang diteliti. Studi dokumentasi ini dilakukan dengan cara mempelajari arsip arsip, penelitian terdahulu, lampiran lampiran, brosur brosur yang ada di lembaga terkait sesuai dengan masalah penelitian.

51 I. Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data Seluruh data yang telah didapat dari penelitian harus diolah terlebih dahulu agar mudah untuk dianalisis adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam pengolahan data adalah sebagai berikut. 1. Teknik Pengolahan Data a. Editing Data Tika (2005,hlm. 63) Editing data adalah penelitian kembali data yang telah dikumpulkan dengan menilai apakah data yang telah dikumpulkan tersebut cukup baik atau relevan untuk diproses atau diolah lebih lanjut. Adapun hal-hal yang yang harus dicek kembali dalam melakukan editing data adalah sebagai berikut. 1) Kelengkapan Pengisisan Kuisioner 2) Keterbacaan Tulisan 3) Kesesuaian Jawaban 4) Relevansi Jawaban 5) Keseragaman dalam Satuan b. Coding dan Frekuensi Coding adalah usaha pengklasifikasian jawaban dari para responden menurut macamnya. Dalam melakukan coding jawaban responden diklasifikasikan dengan memberikan kode tertentu berupa angka. Setelah coding dilaksanakan langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah menghitung frekuensi. c. Tabulasi Data Data-data yang telah terkumpul kemudian ditabulsikan. Tabulasi adalah proses penyusunan dan analisis data dalam bentuk tabel. Data dari tiap-tiap butir angket kemudian dikelompokan pada angket isian, dengan cara memberikan kodekode tertentu atau tanda cheklist dari tiap-tiap item instrumen pengumpulan data selanjutnya dimasukan kedalam bentuk data. Tabulasi dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan analisis data.

52 2. Teknik Analisis Data Teknik Analisis Data adalah suatu teknik yang digunakan untuk menganalisis data yang sudah terkumpul. Jika dilihat dari bentuk datanya, maka teknik analisis yang digunakan ialah teknik analisis kuantitatif. Teknik penelitian kuantitatif dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. a. Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif yaitu teknik analisis dengan maksud mendeskripsikan data penelitian. Adapun analisis statistik deskriptif yang digunakan penulis adalah dengan presentase. Santoso dalam Anggraeni (2010, hlm. 41) mengungkapakan Untuk mengetahui kecenderungan jawaban responden dan fenomena di lapangan digunakan analisis prosentase dengan mengunakan formula. Formula persentase sebagai berikut : Keterangan: F = frekuensi tiap kategori jawaban responden N = Jumlah keseluruhan responden P = besarnya prosentase Untuk mengetahui kecenderungan jawaban responden maka penulis menggunakan angka indeks. Angka indeks digunakan untuk membandingkan suatu objek atau data baik yang bersifat factual ataupun perkembangan. Kriteria prosentase (%) seperti yang dikemukakan oleh Santoso dalam anggraeni (2010, hlm. 41) yang disajikan pada tabel 3.7.

53 b. Skala Guttman Tabel 3.7 Kriteria Penilaian Persentase Persentase Kriteria 100 % Seluruhnya 75% - 99% Sebagian besar 51% - 74% > setengahnya 50 % Setengahnya 25% - 49% < setengahnya 1% - 24% Sebagian kecil 0% Tidak ada Sumber: Santoso (dalam Anggraeni 2010) Skala Guttman menurut Sugiyono (2012, hlm. 96) merupakan skala yang digunakan untuk mendapatkan jawaban yang bersifat tegas dan konsisten terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan. Skala ini hanya memiliki dua interval jawaban, misalnya Ya atau Tidak, Ada atau Tidak Ada, Pernah atau Tidak dan lain sebagainya. Data yang diperoleh berupa data interval atau ratio. Pada skala Guttman dibuat dalam bentuk pilihan ganda dan untuk jawaban positif seperti Ya diberi skor (1) sedangkan untuk jawaban negatif seperti Tidak mendapatkan skor terendah, yaitu (0). Dari analisis dilakukan menggunakan kriteria interpretasi skor pada hasil penelitian, dimasukan ke dalam tiga ketgori, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Kategori tersebut dilakukan berdasarka interval batasan dengan cara sebagai berikut: Nilai Maksimum Nilai Minimum = Skor tertinggi = Skor terendah

54 Penentuan Kategori (range) : 1) Nilai minimum + Interval = Kategori Kurang 2) Nilai kategori rendah + Interval =Kategori Sedang 3) Nilai kategori sedang + Interval = Kategori Baik Perhitungan variabel tindakan masyarakat dibagi menjadi tiga Kategori, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Jumlah pertanyaan perilaku dalam variabel ini ada 19 soal dan masing-masing pertayaan memiliki bobot nilai maksimal 1 dan nilai minimal 0. Pembagian kategori variabel tindakan masyarakat dilakukan melalui tahap berikut : N max = 19 N min =11 Range : 11 13,67 = Rendah 13,68 16,35 = Sedang 16,36 19 = Tinggi c. Hubungan antar variabel Untuk dapat mengetahui hubungan antar variabel dalam penelitian ini, maka diperlukan analisis yang menghubungkan antar variabel. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sarwono 2004 (dalam Melly, 2012, hlm. 47) bahwa Skala pengukuran nominal digunakan untuk mengklasifikasikan objek individual atau kelompok dimana dalam pengidentifikasiannya digunakan angka sebagai symbol dan angka tersebut menunjukan keberadaan atau ketidak-adaannya karakteristik tertentu; skala ordinal adalah informasi skala dengan sarana peringkat relatif tertentu yang memberikan informasi apakah suatu objek memiliki karaktristik yang lebih atau kurang tetapi bukan berupa banyak kekurangan dan kelebihannya; skala interval

55 adalah skala yang memiliki karakteristik seperti yang dimiliki oleh nominal dan ordinal dengan ditambah karakteristik lain yaitu adanya interval yang tetap; skala rasio adalah skala yang memiliki karakteristik yang dimiliki oleh skala nominal, ordinal dan interval dengan kelebihan skala ini mempunyai skala 0 (nol) empiris absolut. Maka, dalam penelitian ini digunakan analisis statistik korelasi. Analisis korelasi digunakan untuk mengukur derajat hubungan dari dua variabel. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Sujarweni dan Endrayanto (2012, hlm. 59) bahwa korelasi merupakan salah satu statistik inferensi yang akan menguji apakah dua varibel atau lebih mempunyai hubungan atau tidak. Adapun dalam penelitian ini menggunakan beberapa teknik korelasi, Berikut ini adalah pengelompokkan variabel berdasarkan cara pengolahannya : 1) Korelasi Spearman Rank (rho) Prosedur statistik penelitian ini bertujuan untuk mengukur derajat atau eratnya hubungan antara dua variabel dengan jenis data ordinal dan ordinal. Berikut ini adalah variabel yang dihubungkan dengan prosedur statistic Spearman Rank antara lain: a) Tingkat pendidikan dengan Tindakan Masyarakat b) Tingkat Pendapatan dengan Tindakan Masyarakat Adapun rumus yang digunakan dalam Spearman Rank adalah sebagai berikut : Keterangan : r s = Nilai korelasi spearman rank d 2 = Selisih setiap pasangan rank

56 n = Jumlah pasangan rank untuk spearman 2) Koefisien Kontingensi C Koefisien Kontingensi C adalah alat pengukur yang digunakan untuk menghitung hubungan antar variabel dengan jenis data berbentuk nominal. Variabel yang dihubungkan dengan prosedur statistik koefisien kontingensi adalah untuk mencari hubungan jenis pekerjaan dengan tindakan masyarakat. Adapun rumus dari koefisien kontingensi yang digunakan, yaitu: Keterangan : C = Nilai koefisien kotingensi x 2 = Nilai Chi Kuadrat N = Jumlah sampel Harga chi kuadrat dicari dengan menggunakan rumus berikut ini : Untuk dapat memberikan penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan yang tertera pada Tabel 3.8

57 Tabel 3.8 Pedoman untuk memberikan Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 0,199 Sangat rendah 0,20 0,399 Rendah 0,40 0,599 Sedang 0,60 0,799 Kuat 0,80 1,000 Sangat Kuat Sumber : Sugiyono (2011, hlm. 231)