EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT (NUMBERED HEADS TOGETHER) DAN TPS (THINK PAIR SHARE) TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI FUNGSI KELAS VIII SMP NEGERI 40 PURWOREJO TAHUN PELAJARAN Mugi Pamungkas, Puji Nugraheni, Erni Puji Astuti. Program StudiPendidikanMatematika Universitas Muhammadiyah Purworejo e-mail: jelektakabadi@gmail.com Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran NHT memberikan prestasi belajar matematika lebih baik daripada model pembelajaran TPS pada materi fungsi terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 40 Purworejo. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP N 40 Purworejo yang terdiri dari 5 kelas. Sampel dalam penelitian ini adalah 2 kelas yang diambil menggunakan teknik cluster random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah metode dokumentasi dan tes. Instrumen penelitian yang digunakan adalah soal tes pilihan ganda yang berjumlah 30 soal dengan 4 alternatif pilihan jawaban berisi materi yang berkaitan dengan fungsi. Didapat 17 soal yang diterima yang telah diujicobakan dan memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Uji prasyarat analisis data terdiri dari uji normalitas data dengan statistik ujinya mengunakan metode Lilliefors dan uji homogenitas variansi dengan statistik ujinya menggunakan uji Bartlett. Analisis data menggunakan uji hipotesis ekor kanan dengan statistik ujinya menggunakan uji t. Hasil analisis hipotesis dengan uji t dan α = 0,05 diperoleh t obs = 1,905 dan t tabel = 1,645 dan daerah kritiknya (DK) = {t t >1,645} dengan sampel sebanyak 71 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa t obs merupakan anggota DK yang berarti bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran NHT memberikan prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada model pembelajaran TPS dalam materi fungsi siswa kelas VIII SMP Negeri 40 Purworejo tahun pelajaran. Kata kunci: model pembelajaran NHT, model pembelajaran TPS, fungsi, prestasi belajar matematika PENDAHULUAN Upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia telah ditempuh, salah satunya dengan perubahan kurikulum dari KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) menjadi KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) tetapi belum terlihat perubahan yang berarti. Keberhasilan kegiatan belajar disekolah ditentukan oleh kerjasama yang baik antara siswa dan guru. Oleh karena itu diperlukan ide dan gagasan dari seorang guru dalam mengembangkan cara penyajian materi pelajaran di sekolah. Sejalan dengan penerapan KTSP, guru mempunyai kewenangan dalam menentukan metode pembelajaran yang akan diterapkan untuk menciptakan pembelajaran yang lebih 53
bervariasi dan dapat meningkatkan peran serta peserta didik dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang digunakan untuk meningkatkan prestasi belajar adalah pembelajaran kooperatif. Dalam proses pembelajaran, prestasi belajar merupakan hal yang penting karena dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar matematika yang sudah dilakukan. Menurut pendapat Slameto (2003: 52) mendefinisikan prestasi belajar sebagai hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan siswa. Faktor yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar adalah model pembelajaran yang diterapkan masih terpusat pada guru sehingga dalam proses belajar siswa cenderung monoton dan pasif. Dalam hal ini adalah pembelajaran konvensional. Model pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengembangkan prestasi belajar siswa salah satunya adalah dengan menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together) dan TPS (Think Pair Share). Menurut Trianto (2007: 62) model pembelajaran NHT atau kepala bernomor pertama kali dikembangkan oleh Spenser Kagen (1993). Model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat, meningkatkan semangat kerjasama siswa dan dapat digunakan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas. Maksud dari kepala bernomor yaitu setiap anak mendapatkan nomor tertentu, dan setiap nomor mendapatkaan kesempatan yang sama untuk menunjukkan kemampuan mereka dalam menguasai materi. Menurut Trianto (2007: 62). TPS atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Model ini memungkinkan siswa untuk bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain. Melalui model pembelajaran NHT dan TPS dimungkinkan untuk mengoptimalkan interaksi antar siswa dalam kegiatan pembalajaran matematika disetiap komponennya. Tujuan yang akan dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah model pembelajaran NHT memberikan prestasi belajar matematika lebih baik daripada 54
model pembelajaran TPS pada materi fungsi terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 40 Purworejo. METODE PENELITIAN Penelitian ini termasuk penelitian eksperimen semu karena peneliti tidak mungkin melakukan control pada semua variabel yang relevan, kecuali beberapa variabel yang diteliti. Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 40 Purworejo pada bulan Agustus-September 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester I SMP N 40 Purworejo tahun pelajaran. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan cluster random sampling. Adapun yang terpilih menjadi sampel adalah kelas VIII C sebagai kelompok eksperimen I (menggunakan model pembelajaran NHT) dan kelompok eksperimen II kelas VIII D (menggunakan model pembelajaran TPS). Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data menggunakan dua metode yaitu, metode dokumentasi dan tes. Tes prestasi belajar dalam penelitian ini berupa soal-soal tes prestasi materi fungsi yang berupa tes obyektif atau pilihan ganda dan terdiri dari 30 item soal. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada kelas uji coba serta dilakukan analisis perhitungan menggunakan taraf kesukaran, daya pembeda, validitas, dan reliabilitas diketahui bahwa dari 30 item soal yang diujikan diperoleh 17 soal yang dinyatakan diterima dan 13 soal yang dinyatakan ditolak. Kemudian dari soal-soal yang diterima tersebut selanjutnya diujikan pada kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II untuk mengetahui prestasi belajar matematika siswa pada materi fungsi. Data yang diperoleh dari hasil tes tersebutlah yang digunakan peneliti untuk mengetahui hasil dari penerapan kedua model pembelajaran. Pengujian hipotesis menggunakan uji statistik dengan syarat data harus berdistribusi normal dan kedua variansi harus homogen. Dari hasil uji normalitas yang telah dilakukan diketahui bahwa kedua kelompok berdistribusi normal. Selanjutnya, pada perhitungan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett dengan uji statistik Chi-Kuadrat menyatakan bahwa variansi kedua kelas sama. Dengan demikian, uji hipotesis dapat dilakukan dengan uji t. 55
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sebelum kedua kelompok dikenakan perlakuan dengan model pembelajaran yang berbeda, data yang telah didapat dengan metode dokumentasi dilakukan uji prasyarat analisis data. Uji normalitas sebelum perlakuan digunakan untuk mengetahui normal tidaknya data yang akan dianalisis. Statistik uji yang digunakan dengan Metode Lilliefors. Selanjutnya uji homogenitas, uji ini digunakan untuk mengetahui apakah kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II mempunyai varians yang sama. Statistik uji yang digunakan adalah uji Bartlett. Uji keseimbangan digunakan untuk mengetahui apakah sampel penelitian yaitu kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II mempunyai kemampuan matematika yang sama. Dari hasil uji keseimbangan diperoleh nilai uji t t obs sebesar 0,1822 dengan nilai tabelt 0.025; 69 sebesar 1,960, dengan t 1,960 t 1,960 DK. Karena nilait obs DK maka H 0 diterima, berarti tidak terdapat perbedaan rerata antara kelompok eksperimen I dengan kelompok eksperimen II. Jadi, antara siswa yang mendapatkan model pembelajaran NHT dengan model pembelajaran TPS mempunyai kemampuan awal yang sama. Setelah dilakukan perlakuan yang berbeda antara kelompok eksperimen I dan kelompok eksperimen II, maka peneliti memberikan tes yang sama pada masingmasing sampel. Data yang diperoleh dari hasil tes tersebutlah yang digunakan peneliti untuk mengetahui hasil dari penerapan kedua model pembelajaran. Syarat pengujian hipotesis menggunakan uji statistik adalah data harus berdistribusi normal dan kedua variansi harus homogen. Dari hasil uji normalitas yang telah dilakukan diketahui bahwa kedua kelompok berdistribusi normal. Selanjutnya, pada perhitungan uji homogenitas menggunakan uji Bartlett dengan uji statistik Chi-Kuadrat menyatakan bahwa variansi kedua kelas sama. Dengan demikian, uji hipotesis dapat dilakukan dengan uji t. Berdasarkan hasil uji hipotesis diperoleh nilai uji t nilai tabel 0.05; 69 t sebesar 1,645, dengan t t 1,645 t obs sebesar 1,905 dengan DK. Karena nilai t obs DK maka H 0 ditolak, berarti terdapat perbedaan rerata antara kelompok eksperimen I dengan kelompok eksperimen II. Jadi, berdasarkan hasil uji hipotesis tersebut, siswa yang 56
mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran NHT memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan model pembelajaran TPS pada pokok bahasan fungsi kelas VIII SMP Negeri 40 Purworejo. Dalam kelompok yang dikenai model pembelajaran TPS, ada kemungkinan siswa hanya berbicara dengan pasangannya diluar materi yang diberikan dalam bentuk Lembar Kegiatan Siswa (LKS) dan dalam menguasai materi hanya menghafal suatu rumus atau cara dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru sehingga siswa pasif dan cenderung monoton dalam menerima suatu materi. Akan tetapi dalam kelompok yang dikenai model pembelajaran NHT, siswa diberikan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) untuk dikerjakan siswa bersama dengan teman dalam satu kelompknya sehingga secara langsung mampu mengembangkan kerja sama antar siswa dan menumbuhkan minat/perhatian yang lebih dalam diri siswa dalam mengikuti pelajaran. Dari analisis dimungkinkan ini yang mengakibatkan model pembelajaran TPS tidak lebih baik daripada model pembelajaran NHT pada materi fungsi terhadap prestasi belajar matematika siswa kelas VIII SMP Negeri 40 Purworejo. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian, pengolahan dan pembahasan data penelitian menunjukkan bahwa rerata prestasi belajar matematika kelompok eksperimen I adalah 71,56 sedangkan rerata prestasi belajar kelompok eksperimen II adalah 65,37. Sehingga, siswa yang menggunakan model pembelajaran NHT (Numbered Heads Together ) memiliki prestasi belajar yang lebih baik daripada siswa yang menggunakan model pembelajaran TPS pada materi fungsi kelas VIII SMP Negeri 40 Purworejo tahun pelajaran. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian yang lebih luas lagi mengenai model pembelajaran NHT, misalnya untuk kompetensi lainnya serta untuk jenjang sekolah yang berbeda, atau penelitian komparatif mengenai model pembelajaran NHT dengan model/metode pembelajaran. Selain itu saran yang dapat diberikan sehubungan dengan penelitian ini 57
adalah kepada guru dan calon guru bidang studi matematika perlu memperhatikan pemilihan model pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari. Model pembelajaran NHT dapat digunakan sebagai alternative dalam pembelajaran matematika untuk meningkatkan prestasi belajar matematika siswa. DAFTAR PUSTAKA Slameto. 2003. Belajar dan Fakto-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta. Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstuktivistik. Jakarta: Prestasi pustaka. 58