BAB I PENDAHULUAN. Dalam Islam, hadis menempati posisi kedua setelah al-qur an sebagai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBERIAN WASIAT DENGAN KADAR LEBIH DARI 1/3 HARTA WARISAN KEPADA ANAK ANGKAT

BAB I PENDAHULUAN. ajaran yang sangat sempurna dan memuat berbagai aspek-aspek kehidupan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

PAKET FIQIH RAMADHAN (ZAKAT FITRAH)

BAB I PENDAHULUAN. sehingga harus terjadi interaksi antarsesama manusia untuk memenuhi kebutuhan yang mereka

Derajat Hadits Puasa TARWIYAH

KAIDAH FIQH. Perubahan Sebab Kepemilikan Seperti Perubahan Sebuah Benda. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Yang Diizinkan Tidak Berpuasa

KAIDAH FIQH. Yang Ikut Itu Hukumnya Sekedar Mengikuti. حفظو هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf. Publication: 1437 H_2016 M

Kaidah Fiqh PADA DASARNYA IBADAH ITU TERLARANG, SEDANGKAN ADAT ITU DIBOLEHKAN. Publication: 1434 H_2013 M

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

3BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bagi rakyatnya, sehingga mampu mandiri dan dapat membangun bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, baik hubungan dengan Allah swt. maupun hubungan dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGULANGAN PEKERJAAN BORONGAN PEMBUATAN TAS DI DESA KRIKILAN KECAMATAN DRIYOREJO KECAMATAN GRESIK

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

BAB IV. penyebab kenaikan harga jual bensin melebihi batas harga resmi dari. keterlambatan datangnya transportir yang membawa bensin ke pulau Bawean

Wa ba'du: penetapan awal bulan Ramadhan adalah dengan melihat hilal menurut semua ulama, berdasarkan sabda Nabi r:

ف ان ت ه وا و ات ق وا الل ه ا ن الل ه ش د يد ال ع ق اب

BAB I PENDAHULUAN. Agama Islam adalah agama yang universal. Segala sesuatunya telah

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan pada dasarnya merupakan perilaku makhluk ciptaan. TuhanYang Maha Esa yang tidak hanya terbatas pada diri seorang manusia

BAB IV ANALISIS METODE ISTINBA<T} HUKUM FATWA MUI TENTANG JUAL BELI EMAS SECARA TIDAK TUNAI

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah agama yang dipeluk mayoritas masyarakat Indonesia.

MENANGGUNG AMANAT KETIKA ADA KERUSAKAN

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan


BAB IV NASAB DAN PERWALIAN ANAK HASIL HUBUNGAN SEKSUAL SEDARAH (INCEST) DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak mungkin hidup tanpa makanan. Makan sebagai sarana

PETUNJUK NABI TENTANG MINUM

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan dan keserasian antara aspek-aspek material dan spiritual. Untuk

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM JUAL BELI IKAN DENGAN PERANTAR PIHAK KEDUA DI DESA DINOYO KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV MUSNAD AL-SHĀFI Ī DALAM KATEGORISASI KITAB HADIS STANDAR. Ulama hadis dalam menentukan kitab-kitab hadis standar tidak membuat

Hadits yang Sangat Lemah Tentang Larangan Berpuasa Ketika Safar

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

GHARAR Dalam Transaksi KOMERSIAL

DI ANTARA SIFAT-SIFAT TERPUJI ASY-SYAIKH RABI AL-MADKHALI - HAFIZHAHULLAH-

BAB IV ANALISIS TERHADAP JUAL BELI IKAN BANDENG DENGAN PEMBERIAN JATUH TEMPO DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

Ustadz Ahmas Faiz Asifuddin, MA. Publication: 1436 H_2014 M. Disalin dari Majalah al-sunnah, Edisi 08, Th.XVIII_1436/2014

BAB I PENDAHULUAN. Sehubungan dengan itu Allah Swt berfirman dalam Alquran surah At-Tahrim

Pengertian Istilah Hadis dan Fungsi Hadis

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan dan tindakan yang diambil akan bertentangan dengan normanorma

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Memakai Pakaian WOL

HADITS TENTANG RASUL ALLAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar

Menzhalimi Rakyat Termasuk DOSA BESAR

Hadits Palsu Tentang Keutamaan Mencium Kening Ibu

dan kepada kaum perempuan (sesama) mereka (QS an-nur [24]: 31).

Hadits Lemah Tentang Keutamaan Surat Az-Zalzalah

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN SEWA MENYEWA POHON UNTUK MAKANAN TERNAK

Hadits-hadits Shohih Tentang

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

KAIDAH FIQH. Jual Beli Itu Berdasarkan Atas Rasa Suka Sama Suka. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Jual Beli Itu Berdasarkan Suka Sama Suka

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai manusia yang hidup dizaman sekarang, harus memiliki

MUZARA'AH dan MUSAQAH

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

BAB I PENDAHULUAN. dipatuhi tetapi juga tauhid, akhlak dan muamalah, misalnya ketika seseorang ingin

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP SISTEM PENETAPAN HARGA PADA JUAL BELI AIR SUMUR DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak, baik pemerintah, orang tua maupun masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. makhluk-makhluk lainnya, oleh karena dia dibekali akal pikiran, dan ilmu. didik dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat.

Hukum Memakai Emas Dan Intan Bagi Laki-Laki

BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI

BAB I PENDAHULUAN. sering dilakukan oleh banyak orang Islam, beberapa diantaranya adalah dengan

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

KAIDAH FIQH. Disyariatkan Mengundi Jika Tidak Ketahuan Yang Berhak Serta Tidak Bisa Dibagi. حفظه هللا Ustadz Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan penciptaan manusia. Syariat Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad

BAB I PENDAHULUAN. Melakukan kegiatan ekonomi dan bermuamalah merupakan tabi at. manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam melakukan kegiatan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

KAIDAH FIQH. "Mengamalkan dua dalil sekaligus lebih utama daripada meninggalkan salah satunya selama masih memungkinkan" Publication: 1436 H_2015 M

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini disebabkan karena segala aktivitas kehidupan manusia membutuhkan

Amalan-amalan Khusus KOTA MADINAH. خفظو هللا Ustadz Anas Burhanuddin,Lc,M.A. Publication: 1435 H_2014 M AMALAN-AMALAN KHUSUS KOTA MADINAH

KAIDAH FIQH. Pengakuan Adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas. Publication 1437 H_2016 M. Kaidah Fiqh Pengakuan adalah Sebuah Hujjah yang Terbatas

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM AL- AUZA I TENTANG PENUNDAAN PEMBAYARAN MAHAR

Wallahu A lam bisshawab Wa shallallahu ala nabiyyina Muhammadin wa ala aalihi wa shahbihi wa sallam

PENEMPELAN PHOTO PADA MUSHAF AL-QUR AN (KEMULIAAN AL-QUR AN)

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bangsa. Pendidikan Agama Islam akan mengenalkan bangsa

KEDUDUKAN ADAB dan SEJARAH PENULISANNYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Al-Qur an merupakan kitab suci umat Islam yang berisi firman Allah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang dinamakan adat. Adat ini telah turun-menurun dari generasi. kegerasi yang tetap dipelihara hingga sekarang.

BAB I PENDAHULUAN. namun mendidik anak sejak dalam kandungan sampai lahir hingga anak tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat dan petunjuk bagi kehidupan manusia. diwajibkan untuk mempelajari mendalami serta mengamalkannya.

BAB IV ANALISIS HADIS SUGUHAN KELUARGA MAYAT. sanad. Adapun kritik sanadnya, antara lain sebagai berikut:

Peringatan Terhadap Sebagian Hadits Tentang Tetangga yang Dinisbatkan Kepada Nabi حفظه هللا Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid al-halabi al-atsari

BAB V ANALISIS. 1. Pendapat ulama yang Melarang Keluar Rumah dan Berhias Bagi Wanita Karier.

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat dilihat di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk memecahkan persoalan suatu bangsa,

KAIDAH FIQH. Sesuatu yang Diperbolehkan Oleh Syar'i Meniadakan Kewajiban Mengganti. Publication 1438 H_2016 M

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Islam, hadis menempati posisi kedua setelah al-qur an sebagai sumber referensi atau pandangan hidup. 1 Oleh karena itu, problem pemahaman hadis Nabi merupakan persoalan yang sangat urgen untuk diangkat. 2 Menghadapi problematika memahami hadis Nabi, khususnya dikaitkan dengan konteks kekinian, maka sangatlah penting untuk melakukan kritik hadis, khususnya kritik matan, dalam artian mengungkap pemahaman, interpretasi, tafsiran yang benar mengenai kandungan matan hadis. 3 Berdasarkan gagasan yang telah disebutkan di atas, maka secara khusus latar belakang yang akan dibahas di sini adalah mengenai adanya budaya tulis menulis berupa nama di pemakaman, atau lebih tepatnya di batu nisan. Kita mengetahui, menurut sunnah Nabi saw, perkuburan Muslimin itu harus dihormati. 4 Berdasarkan hal ini, ternyata ada kebolehan meletakkan sesuatu tanda di atas makam yang bertujuan untuk mengenalnya, baik berupa batu atau kayu berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas: 5 1 Yusuf al-qardhawi, Pengantar Studi Hadis, terj. Agus Suryadi Raharusun dan Dede Rodin (Bandung: CV Pustaka Setia, 2007), h. 70. 2 Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi, Perspektif Muhammad al- Ghazâlî dan Yûsuf al-qardhâwî, (Yogyakarta: Teras, 2008), h, 1. 3 Suryadi, Metode Kontemporer Memahami Hadis Nabi, Perspektif Muhammad al- Ghazâlî dan Yûsuf al-qardhâwî, h, 5. 4 Ibnu Taimiah, Menghindarkan Diri Dari Api Neraka, terj. Halimuddin (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), h. 40. 5 Sayyid Sâbiq, Fikih Sunnah 4, terj. Mahyuddin Syaf (Bandung: al-ma arif, 1990), h. 153. 1

2 ح د ث ن ا ا ل ع ب اس ب ن ج ع ف ر. ح د ث ن ا م م د ب ن أ ي وب أ ب و ه ر ي ر ة ا ل و اس ط ي. ح د ث ن ا ع ب د ا لع ز ي ز اب ن م م د ب ن ي د ع ن ي ن ب ن ب ي ط ع ن أ ن س ب ن م ال ك : أ ر س و ل اهلل ص ل ى اهلل ع ل ي ه و س ل م ع ن أ ع ل م ب ر ع م ا ب ن م ع و ب ر ة 6 Dalam buku az-zawaid tercantum: hadis ini sanadnya hasan, diriwayatkan oleh Abu Daud dari Muthalib bin Wada ah, di mana terdapat: Bahwa Nabi saw mengambil batu dan meletakkan dekat kepalanya, serta sabdanya: Batu ini adalah untuk menjadi tanda bagi makam saudaraku, dan agar dapat menguburkan disini nantinya kaum keluargaku yang meninggal. Hadis tersebut juga menunjukkan sunatnya mengumpulkan keluarga yang meninggal di tempattempat yang berdekatan, agar lebih mudah diziarahi dan lebih sering dido akan. 7 Namun sekarang ini, orang-orang kebanyakan memberi tanda di atas makam itu tidak hanya dengan batu atau kayu saja, tetapi berkembang menjadi hal yang lebih khusus, berupa tulisan nama, tanggal lahir dan tanggal wafatnya. Tetapi pada dasarnya, ternyata Rasulullah saw menyuruh agar makam Muslim tidak diberi tulisan pada nisannya, 8 seperti nama orang yang meninggal, almarhum fulan dan lain sebagainya, sebab Nabi saw melarang menulis sesuatu pada kubur. 9 Adapun hadis tentang larangan membuat tulisan di atas makam, yaitu: 6 Abî Abdillah Muhammad bin Yazîd al-qazwînî, Sunan Ibn Mâjah juz 1 (Beirut: Darul Fikri, 1995), h. 489. 7 Sayyid Sâbiq, Fikih Sunnah 4, h, 153. 8 Salim Makarim, Fatawa al-ustadz Umar Hubeis (Jakarta: Pimpinan Pusat al-irsyad al- Islamiyah, 1993), h. 368. 9 Abdul Aziz bin Fathi as-sayyid Nada, Ensiklopedi Adab Islam Menurut al-qur an Dan as-sunnah Jilid I, terj. Abu Ihsan al-atsari (Jakarta: Pustaka Imam asy-syafi i, 2007), h. 301.

ع ن ب ج ر ي ج ع ن أ ب الا س و د أ ب و ع م ر و ا ل ب ر ي ح د ث ن ا م م د ب ن ر ب ي ع ة ا ل ز ب ح د ث ن ا ع ب د الر ن ب ن ع ن ج اب ر ال : ن ه ى ا لن ب ص ل ى اهلل ع ل ي ه و س ل م أ ت ص ا ل ق ب و ر و أ ي ك ت ع ل ي ه ا و أ ي ب ن 10 3 ع ل ي ه ا و أ و Hadis lainnya yang juga berisi larangan membuat tulisan di atas makam, yaitu: ح د ث ن ا ع ب د اهلل ب ن س ع ي د. ح د ث ن ا ح ف ص ب ن غ ي اث ع ن اب ن ج ر ي ج ع ن س ل ي م ا اب ن م و س ى ع ن ج اب ر ال : ن ه ى ر س و ل اهلل ص ل ى اهلل ع ل ي ه و س ل م أ ي ك ت ع ل ى ال ق ي ء 11 Walaupun secara jelas ada larangan membuat sesuatu di atas makam berdasarkan sabda Nabi saw tersebut, namun ulama terdahulu berbeda pendapat dalam menjelaskan apa yang dimaksud hadis tersebut. berikut berbagai pendapat ulama tersebut: Ibnu Hazmin memandangnya haram. Adapun hikmah larangan itu ialah karena kubur itu hanya buat sementara, bukan untuk selama-lamanya. 12 Asy- Syaukani berkata dalam kitab Nailul Authâr (IV/129): Dalam hadis ini disebutkan pengharaman menulisi kubur. Zhahirnya tidak ada beda antara menulis nama si mayit atau tulisan-tulisan lainnya. 13 Oleh jumhur, larangan tersebut diartikan makruh. 14 Mazhab Hanafi, larangan menulisi kuburan itu berarti makruh, baik ia berupa ayat-ayat Al-Qur an atau nama mayat. Golongan Syafi i sependapat dengan mereka, hanya kata 10 Abi Isa Muhammad bin Isa bin Surah, Sunan al-tirmidzî jilid 2 (Beirut: Darul Fikri, 1994), h. 329. Lihat juga Abû Dâwud Sulaimân Ibnu al-asy ats as-sajastânî, Sunan Abû Dâwud Juz 3 )Beirut: Darul Fikri, 1994), h. 168. 11 Abî Abdillah Muhammad bin Yazîd al-qazwînî, Sunan Ibn Mâjah juz 1, h. 490. 12 Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunnah 4, h. 161. 13 Syaikh Salim Bin Ied al-hilali, Ensiklopedi Larangan Menurut al-qur an Dan as- Sunnah Jilid 2, terj. Abu Ihsan Al-Atsari (Jakarta: Pustaka Imam asy-syafi i, 2008), h. 38. 14 Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunnah 4, h. 161.

4 mereka: Jika kubur itu kubur seorang ulama, atau orang yang shaleh, sunat menuliskan namanya dan tanda-tanda lainnya agar dapat dikenal. Menurut golongan Maliki, jika tulisan itu berupa ayat-ayat Al-Qur an, dan jika untuk menerangkan nama dan tanggal kematiannya, maka makruh. 15 Sebagian ulama mengecualikan penulisan nama si mayit bukan untuk hiasan, mereka menyamakannya dengan batu yang diletakkan oleh Rasulullah saw di atas kubur Utsmân bin Madz ûn ra untuk mengenalinya. 16 Berkata Hakim: Para pemuka Islam baik di Timur maupun di Barat samasama membuat tulisan di makam-makam mereka, suatu hal yang dicontoh turuntemurun oleh orang-orang belakangan. Diikuti oleh Dzahabi, bahwa membuat tulisan itu adalah suatu penemuan baru sedang larangan tidak sampai pada mereka. 17 Di kota Banjarmasin ini, membuat tulisan di makam-makam adalah suatu hal yang juga dipraktekkan oleh masyarakat. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merasa tertarik untuk meneliti masalah ini secara mendalam dan akan mengungkapkannya dalam sebuah karya ilmiyah yang berbentuk skripsi dengan judul: PEMAHAMAN ULAMA KOTA BANJARMASIN TENTANG HADIS LARANGAN MEMBUAT TULISAN DI ATAS MAKAM. 15 Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunnah 4, h. 162. 16 Syaikh Salim Bin Ied-Al-Hilali, Ensiklopedi Larangan Menurut al-qur an Dan as- Sunnah Jilid 2, h. 38. 17 Sayyid Sâbiq, Fiqih Sunnah 4, h. 162.

5 B. Rumusan Masalah Penelitian ini berusaha menjawab masalah sebagai berikut: Bagaimana pemahaman ulama kota Banjarmasin terhadap hadis larangan membuat tulisan di atas makam? C. Definisi Operasional Untuk menghindari kesalahpahaman yang tidak dikehendaki dalam penelitian ini, maka perlu dikemukakan penegasan judul sebagai berikut: 1. Pemahaman Hadis Dalam kajian ini, istilah pemahaman hadis disebut Fiqh al-hadîts, yaitu upaya metodologis terhadap pemahaman hadis. 18 Adapun dalam pendekatannya yaitu pendekatan Fiqh, fiqh dalam bahasa artinya pemahaman yang mendalam, dan membutuhkan pengerahan potensi akal, 19 secara istilah fiqh adalah himpunan hukum syara tentang amaliyah (praktis manusia) yang diperoleh melalui dalildalilnya yang rinci, yang dimaksud ialah fiqh sebagai suatu hukum, 20 yang akan dikaji pada pemahaman lokal. 2. Ulama Kota Banjarmasin Ulama adalah orang yang ahli dalam pengetahuan agama 21. Yang dimaksud dengan ulama di sini adalah ulama yang tercatat di Kemenag sebagai 18 Ahmad Zamani dkk, Nur Muhammad (Pemahaman Ulama Banjar Terhadap Hadis dalam KItab-kitab Maulid), (Banjarmasin: Antasari Press, 2008), h, 7. 19 Dahlan Tamrin, Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Kulliyah al-khamsah), (Malang: UIN- Maliki Press, 2010), h, 1. 20 Dahlan Tamrin, Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Kulliyah al-khamsah), h, 3. 21 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1990), cet ke-3, h, 985.

6 ulama atau diakui oleh masyarakat Banjar sebagai ulama, Sedang kata Kota Banjarmasin adalah ulama yang berdomisili di Kota Banjarmasin. 3. Membuat tulisan di atas makam Membuat tulisan di atas makam yaitu memberi tulisan berupa nama si pemilik makam dan tanggal wafat atau tulisan berupa ayat-ayat al-qur an dan nama-nama Allah. D. Tujuan dan Signifikansi Adapun tujuan dan signifikansi penelitan ini yaitu sebagai berikut: 1. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman ulama kota Banjarmasin terhadap hadis larangan membuat tulisan di atas makam. 2. Signifikansi Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai berikut: a. Secara akademik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam pemikiran wacana keagamaan, khususnya di bidang hadis, yaitu untuk memahami hadis tentang larangan membuat tulisan di atas makam dan menjadi bahan referensi bagi yang ingin melakukan penelitian lebih mendalam lagi seputar pembahasan ini. b. Secara sosial, penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk memperjelas pemahaman hadis ini di kalangan masyarakat serta menjadi acuan bagi umat Islam sebagai pemahaman dalam konteks lokal kekinian.

7 E. Kajian Pustaka Sepengetahuan penulis belum ada penelitian lapangan yang dilakukan oleh mahasiswa SI maupun buku-buku bacaan yang mengangkat dengan jelas pemahaman ulama kota Banjarmasin tentang hadis larangan membuat tulisan di atas makam. Dengan demikian penelitian ini menjadi penting dilakukan. Hal ini didukung pula beberapa literatur yang bisa dihubungkan dengan masalah ini. Adapun skripsi yang terkait dengan pembahasan ini yaitu skripsi mahasiswa tahun 1993, oleh A. Husain, yang berjudul Kualitas Hadits Tentang Larangan Mendirikan bangunan di atas Kubur, dan hadis yang diteliti sama. Namun pada skripsi tersebut hanya membahas tentang larangan mendirikan bangunan. Terkait pada penelitian terdahulu penulis juga tidak menemukan penelitian mengenai pemahaman ulama kota Banjarmasin tentang hadis larangan membuat tulisan di atas makam ini dalam bentuk skripsi. Jadi penelitian ini menjadi yang pertama yang membahas permasalahan ini. Dengan demikian, penulis merasa perlu mengadakan penelitian hadis tentang pemahaman ulama kota Banjarmasin tentang hadis larangan membuat tulisan di atas makam dalam karya tulis yang berbentuk skripsi khusus membahas pemahaman hadis tersebut menurut ulama kota Banjarmasin.

8 F. Metode Penelitian 1. Jenis dan Sifat Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research), karena peneliti secara langsung menelusuri data-data di lapangan, dengan melakukan inventaris sejumlah pemahaman ulama Kota Banjarmasin terhadap hadis larangan membuat tulisan di atas makam, untuk kemudian dideskripsikan secara kritis dalam laporan penelitian. Sedangkan sifat penelitian ini adalah kualitatif adalah untuk menghasilkan pengkajian mendalam dalam upaya menemukan pemahaman baru tentang hal-hal yang sudah diketahui. Maka dalam penelitian ini, kajian pemahaman ulama kota Banjarmasin terhadap hadis-hadis larangan membuat tulisan di atas makam, dilakukan untuk menemukan pemahaman baru tentang pemahaman hadis yang mana dalam pemahamannya mungkin terdapat perbedaan pendapat. 2. Lokasi, Subjek, dan Objek Penelitian a. Lokasi penelitian ialah kota Banjarmasin yang terdiri dari lima kecamatan, yaitu: Banjarmasin Timur, Banjarmasin Tengah, Banjarmasin Barat, Banjarmasin Utara, dan Banjarmasin Selatan. b. Subjek Penelitian ini adalah para ulama yang berdomisili di kota Banjarmasin. c. Objek penelitian adalah hadis-hadis larangan membuat tulisan di atas makam.

9 3. Metode dan Pendekatan Penelitian ini menggunakan metode fiqh al-hadîts dengan pendekatan fiqh. Adapun fiqh al-hadîts ini untuk melihat bagaimana pemahaman dan penjelasan ulama kota Banjarmasin terhadap hadis-hadis larangan membuat tulisan di atas makam tersebut. secara sederhana, fiqhal-hadîts di sini akan diarahkan dalam konteks lokal, yaitu dengan cara mengadopsi pemahaman dan penjelasan ulama kota Banjarmasin terhadap hadis tersebut. Adapun pendekatan fiqh ini untuk mengetahui pemahaman ulama kota Banjarmasin terhadap hadis-hadis tersebut dengan menentukan keharaman, kemakruhan, atau kebolehan dalam membuat tulisan di atas makam. 4. Data dan Sumber Data Data yang digali dalam penelitian ini terdiri dari dua bentuk; pertama, data primer, yaitu pemahaman ulama kota Banjarmasin terhadap hadis larangan membuat tulisan di atas makam. Kedua, data sekunder, yaitu sebagai data pelengkap dari penelitian ini yaitu berupa apa saja yang menunjang dalam penelitian ini, dan data-data yang berkaitan dalam masalah yang akan diangkat, yaitu: data berupa dokumen, arsip, maupun karya tulis yang berkaitan dengan pembahasan yang diteliti. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah para ulama kota Banjarmasin yang berdomisili di kota Banjarmasin. Secara geografis, kota Banjarmasin terbagi menjadi lima kecamatan; Banjarmasin Timur; Banjarmasin Tengah; Banjarmasin Barat; Banjarmasin Utara; dan Banjarmasin Selatan. Di setiap kecamatan ini, terdapat beberapa majelis taklim.

10 Mengingat ulama kota Banjarmasin ini banyak, maka dalam hal ini, peneliti mengambil sampel 15 (lima belas) orang ulama. Melalui sampel penelitian ini, diharapkan akan dapat memperoleh gambaran yang objektif dari ulama kota Banjarmasin. 5. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data penelitian, peneliti menggunakan dua teknik sebagai berikut: pertama, dokumentasi, dilakukan peneliti dengan mengumpulkan data terkini tokoh agama Islam, data majelis-majelis taklim, data penduduk menurut agama kota Banjarmasin. Kedua, wawancara, dilakukan peneliti dengan mengajukan pertanyaan, agar dijawab dan dikomentari secara bebas oleh responden. 6. Analisis Data Data yang sudah terkumpul, kemudian disajikan secara deskriptif, berupa uraian-uraian yang dapat memberikan gambaran dan penjelasan objektif terhadap permasalahan yang diteliti, disertai tabel-tabel jika diperlukan. Setelah itu, data dianalisis secara kualitatif dengan menilai dan membahas data tersebut, baik dengan bantuan teori maupun pendapat peneliti sendiri. Setelah data dianalisis, kemudian data disimpulkan secara induktif yaitu menyimpulkan secara umum berdasarkan fakta-fakta khusus yang ditemukan di lapangan penelitian. G. Sistematika Penulisan Sistimatika penulisan skripsi, disusun dalam bab dan sub bab. Adapun sistematika penulisan penelitian ini sebagai berikut:

11 Bab Pertama, Pendahuluan. Dalam bab ini dipaparkan latar belakang masalah, sebagai ungkapan inspirasi awal dari penelitian. Kemudian rumusan masalah, hasil dari permasalahan dari latar belakang masalah. Kemudian definisi operasional, sebagai kerangka penelitian agar tetap fokus pada permasalahan. Langkah berikutnya menentukan tujuan dan signifikansi, kemudian dijelaskan pula kajian pustaka sebagai acuan untuk membedakan penelitian ini dengan kajian yang serupa. Selanjutnya dijelaskan metode yang digunakan dalam penelitian hadis ini dan diakhiri dengan rangkaian sistematika penulisan. Bab kedua tinjauan umum tentang membuat tulisan di atas makam dan metode memahaminya yang dideskripsikan sebagai konsep untuk melihat data yang diteliti. Dalam bahasan ini, dikemukakan uraian tentang pengertian membuat tulisan di atas makam, tujuan membuat tulisan di atas makam, hukum membuat tulisan di atas makam, hadis-hadis tentang larangan membuat tulisan di atas makam dan metode memahami hadis. Bab ketiga yaitu pemahaman ulama kota Banjarmasin tentang hadis larangan membuat tulisan di atas makam dan analisis yang merupakan deskripsi data penelitian yang meliputi kondisi geografis dan keagamaan. Dan juga meliputi tentang pemahaman ulama kota Banjarmasin tentang hadis larangan membuat tulisan di atas makam, serta analisis. Bab keempat penutup yang menyajikan kesimpulan yang berisi penegasan jawaban atau temuan terhadap masalah yang diteliti, yaitu tentang kesimpulan pemahaman ulama kota Banjarmasin di samping juga saran-saran.