BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

KUEISONER PENELITIAN PENERAPAN SAFETY RIDING PENGGUNA SEPEDA MOTOR PADA MAHASISWA UNIVERSITAS ESA UNGGUL TAHUN 2016

Perpustakaan Unika SKALA DISIPLIN

TINGKAT KEPATUHAN PENGGUNA JALAN DALAM MEMATUHI PERATURAN DI KAWASAN TERTIB LALU LINTAS PROPOSAL

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

機車標誌 標線 號誌選擇題 印尼文 第 1 頁 / 共 12 頁 題號答案題目圖示題目. (1) Tikungan ke kanan (2) Tikungan ke kiri (3) Tikungan beruntun, ke kanan dahulu

BAB VI PENUTUP. Labuan Bajo Manggarai Barat NTT, maka dapat disimpulkan: 1) Berdasarkan kelengkapan pengendara kendaraan sepeda motor di

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

CONTOH SOAL TES TORI SIM C (PART 1)

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

LANGGAR ATURAN SANKSI MENUNGGU TAHAP II

Detail denda lalu lintas berserta pasal ( tilang ),

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

機車標誌 標線 號誌是非題 印尼文 第 1 頁 / 共 15 頁 題號答案題目圖示題目. 001 X Tikungan beruntun, ke kiri dahulu. 002 O Persimpangan jalan. 003 X Permukaan jalan yang menonjol

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan,

KUESIONER. Identitas Responden

BAB III LANDASAN TEORI. Tata cara berlalu lintas dijelaskan pada Undang-Undang Republik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pengolahan data yang ada maka dapat diambil

I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

MASALAH LALU LINTAS DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

INFORMASI KEHIDUPAN BERBAGAI BAHASA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

(1) Sebelum jalan, 2 hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah?

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

Lampiran 1: Keterangan Telah Melakukan Penelitian

LAMPIRAN 1. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Universitas Sumatera Utara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG,

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

BAB III LANDASAN TEORI. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Penempatan marka jalan

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

MUDIK BERLEBARAN MERUPAKAN FENOMENA TERBESAR MASYARAKAT MUSLIM DIDUNIA DAN ADA DI INDONESIA

(1) Sebelum jalan, 2 hal yang benar cara memastikan aman melalui kaca spion adalah?

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Modal Dasar Yang Harus Dimiliki Oleh Pengendara. a. Indera : Sesuatu yang membuat pengemudi waspada dalam mengemudi,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 13

(2) Di lokasi manakah dari yang berikut ini Anda diharuskan untuk mengemudi sambil mengurangi kecepatan menurut Undang-undang Lalu Lintas Jalan?

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAU PUSTAKA. jalan bergabung atau berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DINAS PERHUBUNGAN KABUPATEN PONOROGO

PENGARUH BLIND SPOT PADA PENGEMUDI KENDARAAN RODA EMPAT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

Pengertian Lalu Lintas

a. Manusia 89,56 % b. Jalan dan lingkungan 564% 5,64 c. Kendaraan 4,80 %

PERILAKU PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI JALAN LAKSDA ADISUCIPTO, YOGYAKARTA

BAB II TATA TERTIB LALU LINTAS BAGI KENDARAAN BERMOTOR. yang dimaksud dengan Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana yang

CRITICAL CARE UNIT. Berfikir kritis bagaimana tanda-tanda shock yang selalu kita hadapi dalam kegawatdaruratan medis di Unit Gawat Darurat

BAB IV ANALISIS DATA. Data simpang yang dimaksud adalah hasil survey volume simpang tiga

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 1993 TENTANG PRASARANA DAN LALU LINTAS JALAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan keterangan dan fakta yang terdapat dalam pembahasan,

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PETUNJUK TEKNIS PERLENGKAPAN JALAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT,

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. banyak menyita perhatian masyarakat dan menjadi masalah yang semakin

Rekayasa Lalu Lintas

BAB I PENDAHULUAN. kota yang memiliki predikat sebagai kota pelajar telah mengalami kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan mudah. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia.

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

Masyarakat Transparansi Indonesia Kajian Page 1 of 6

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat

BAB III LANDASAN TEORI. motor. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi karakteristik pengemudi Modal dasar yang harus dimiliki oleh pengendara

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

2. PENGGUNAAN JALUR LAMBAT ATAU LAJUR KIRI BAGI PENGENDARA SEPEDA MOTOR

(1) Rambu lalu lintas lebih memiliki prioritas dibandingkan dengan isyarat dari petugas pengontrol lalu lintas. 정답 :

Analisis Simpang Bersinyal Metode Webster. Dr. Gito Sugiyanto, S.T., M.T. ARUS JENUH

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang memiliki satu

BAB I PENDAHULUAN. Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN [LN 2009/96, TLN 5025]

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan 4 Sekolah Menengah Pertama di Kota Yogyakarta. dengan Kampus, sekolah, dan rumah sakit.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

Samurai PKK (Sistem Palang Pintu Pencegah Kecelakaan Kereta Api) dengan Control Room dan Wifi Signal

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

PANDUAN MATERI LALU LINTAS PATROLI KEAMANAN SEKOLAH

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpotongan/bersilangan. Faktor faktor yang digunakan dalam perancangan suatu

PERILAKU PENGGUNA SEPEDA MOTOR DALAM MENGUTAMAKAN KESELAMATAN BERLALU LINTAS

Transkripsi:

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan ini adalah : 1. Variabel-variabel bebas yang memiliki hubungan signifikan dengan variabel terikat perilaku safety riding dan arah hubungan, yaitu : Memotong jalur kendaraan lain secara tiba-tiba tanpa memberi tanda (X3). Mengemudi dengan menggunakan satu tangan (X19). Berbelok dengan normal (tidak melebar) dan mengikuti antrian ketika melintasi persimpangan (X20). Memastikan ruang dan kecepatan kendaraan yang memadai sebelum mendahului kendaraan yang di depan (X21). Mengatur jarak kendaraan dengan kendaraan lain dalam jarak yang aman baik dengan cara maju atau mengurangi kecepatan (X23). Memarkirkan kendaraan tanpa menghalangi kendaraan lain (X25). Menyalakan lampu sein sesuai kondisi (lampu sein kiri berarti akan berbelok ke kiri, lampu sein kanan berarti akan berbelok ke kanan) (X26). Mampu menghindari tabrakan beruntun (X27). Melihat keadaan di belakang melalui kaca spion (kiri/kanan) pada saat hendak menyalip kendaraan lain dan pada saat berbelok (X28). Mematuhi rambu-rambu lalu lintas, isyarat lampu lalu lintas, dan marka jalan (X30). 6-1

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6-2 Memperlambat kecepatan pada tempat penyeberangan pejalan kaki, tikungan, tempat keramaian, persimpangan, dan perlintasan kereta api (X31). Tidak melawan arus lalu lintas (X32). Menggunakan jalur di sebelah kiri (X34). Mematikan lampu sein setelah berbelok (X35). Menyalakan lampu sein sebelum berbelok (X36). Berboncengan tidak lebih dari 1 orang (X37). Mengangkut barang tidak melebihi kapasitas (X38). Tidak menerobos jalur kereta api ketika palang pintu kereta api sudah ditutup (X39). Menggunakan kelengkapan sesuai standard kendaraan yang disarankan Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (X40). Membawa SIM dan surat kendaraan saat berkendara (X41). Menyadari sanksi - sanksi ketika peraturan-peraturan dalam berlalu lintas dilanggar (X43). Menyadari kepentingan pengendara lain (Tidak egois) (X44). Menggunakan helm SNI (X45). Melewati segala kondisi jalan dengan hati-hati (jalan berlubang, licin, tanjakan) (X48). Memperhatikan lampu tanda (sein, stop, hazard) dari kendaraan lain (X51). 2. Hubungan masing-masing variabel bebas yang memiliki hubungan signifikan dengan variabel terikat perilaku safety riding, yaitu : Memotong jalur kendaraan lain secara tiba-tiba tanpa memberi tanda (X3). Variabel ini memiliki hubungan positif dengan perilaku safety riding. Sangat sering memiliki bobot sebesar 1 dan tidak pernah memiliki bobot sebesar 5. Semakin besar nilai skor

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6-3 artinya semakin tidak pernah pengemudi memotong jalur kendaraan lain secara tiba-tiba tanpa memberi tanda. Semakin besar nilai skor maka pengemudi semakin berperilaku safety riding. Semakin kecil nilai skor maka pengemudi semakin tidak berperilaku safety riding Mengemudi dengan menggunakan satu tangan (X19). Variabel ini memiliki hubungan positif dengan perilaku safety riding. Sangat sering memiliki bobot sebesar 1 dan tidak pernah memiliki bobot sebesar 5. Semakin besar nilai skor artinya semakin tidak pernah pengemudi mengemudi dengan menggunakan satu tangan. Semakin besar nilai skor maka pengemudi semakin berperilaku safety riding. Semakin kecil nilai skor maka pengemudi semakin tidak berperilaku safety riding. Berbelok dengan normal (tidak melebar) dan mengikuti antrian ketika melintasi persimpangan (X20). Variabel ini memiliki hubungan negatif dengan perilaku safety riding. Untuk variabel X20 ini perlu penelitian yang lebih lanjut supaya dapat menggambarkan hubungan yang lebih tepat sesuai dengan arah hubungan. Memastikan ruang dan kecepatan kendaraan yang memadai sebelum mendahului kendaraan yang di depan (X21). Variabel ini memiliki hubungan positif dengan perilaku safety riding. Sangat sering memiliki bobot sebesar 5 dan tidak pernah memiliki bobot pengemudi memastikan ruang dan kecepatan kendaraan yang memadai sebelum mendahului kendaraan yang di depan. Semakin besar nilai skor maka pengemudi semakin berperilaku safety riding. Semakin kecil nilai skor maka pengemudi semakin tidak berperilaku safety riding. Mengatur jarak kendaraan dengan kendaraan lain dalam jarak yang aman baik dengan cara maju atau mengurangi kecepatan

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6-4 (X23). Variabel ini memiliki hubungan negatif dengan perilaku safety riding. Untuk variabel X23 ini perlu penelitian yang lebih lanjut supaya dapat menggambarkan hubungan yang lebih tepat sesuai dengan arah hubungan. Memarkirkan kendaraan tanpa menghalangi kendaraan lain (X25). Variabel ini memiliki hubungan negatif dengan perilaku safety riding. Untuk variabel X25 ini perlu penelitian yang lebih lanjut supaya dapat menggambarkan hubungan yang lebih tepat sesuai dengan arah hubungan. Menyalakan lampu sein sesuai kondisi (lampu sein kiri berarti akan berbelok ke kiri, lampu sein kanan berarti akan berbelok ke kanan) (X26). Variabel ini memiliki hubungan positif dengan perilaku safety riding. Sangat sering memiliki bobot sebesar 5 dan tidak pernah memiliki bobot sebesar 1. Semakin besar nilai skor artinya semakin sangat sering pengemudi menyalakan lampu sein sesuai kondisi (lampu sein kiri berarti akan berbelok ke kiri, lampu sein kanan berarti akan berbelok ke kanan). Semakin besar nilai skor maka pengemudi semakin berperilaku safety riding. Semakin kecil nilai skor maka pengemudi semakin tidak berperilaku safety riding. Mampu menghindari tabrakan beruntun (X27). Variabel ini memiliki hubungan positif dengan perilaku safety riding. Sangat sering memiliki bobot sebesar 5 dan tidak pernah memiliki bobot pengemudi mampu menghindari tabrakan beruntun. Semakin besar nilai skor maka pengemudi semakin berperilaku safety riding. Semakin kecil nilai skor maka pengemudi semakin tidak berperilaku safety riding. Melihat keadaan di belakang melalui kaca spion (kiri/kanan) pada saat hendak menyalip kendaraan lain dan pada saat berbelok (X28). Variabel ini memiliki hubungan negatif dengan perilaku

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6-5 safety riding. Untuk variabel X28 ini perlu penelitian yang lebih lanjut supaya dapat menggambarkan hubungan yang lebih tepat sesuai dengan arah hubungan. Mematuhi rambu-rambu lalu lintas, isyarat lampu lalu lintas, dan marka jalan (X30). Variabel ini memiliki hubungan positif dengan perilaku safety riding. Sangat sering memiliki bobot sebesar 5 dan tidak pernah memiliki bobot sebesar 1. Semakin besar nilai skor artinya semakin sangat sering pengemudi mematuhi rambu-rambu lalu lintas, isyarat lampu lalu lintas, dan marka jalan. Semakin besar nilai skor maka pengemudi semakin berperilaku safety riding. Semakin kecil nilai skor maka pengemudi semakin tidak berperilaku safety riding. Memperlambat kecepatan pada tempat penyeberangan pejalan kaki, tikungan, tempat keramaian, persimpangan, dan perlintasan kereta api (X31). Variabel ini memiliki hubungan positif dengan perilaku safety riding. Sangat sering memiliki bobot sebesar 5 dan tidak pernah memiliki bobot sebesar 1. Semakin besar nilai skor artinya semakin sangat sering pengemudi memperlambat kecepatan pada tempat penyeberangan pejalan kaki, tikungan, tempat keramaian, persimpangan, dan perlintasan kereta api. Semakin besar nilai skor maka pengemudi semakin berperilaku safety riding. Semakin kecil nilai skor maka pengemudi semakin tidak berperilaku safety riding. Tidak melawan arus lalu lintas (X32). Variabel ini memiliki hubungan positif dengan perilaku safety riding. Sangat sering memiliki bobot sebesar 5 dan tidak pernah memiliki bobot pengemudi tidak melawan arus lalu lintas. Semakin besar nilai skor maka pengemudi semakin berperilaku safety riding. Semakin kecil nilai skor maka pengemudi semakin tidak berperilaku safety riding.

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6-6 Menggunakan jalur di sebelah kiri (X34). Variabel ini memiliki hubungan positif dengan perilaku safety riding. Sangat sering memiliki bobot sebesar 5 dan tidak pernah memiliki bobot pengemudi menggunakan jalur di sebelah kiri. Semakin besar nilai skor maka pengemudi semakin berperilaku safety riding. Semakin kecil nilai skor maka pengemudi semakin tidak berperilaku safety riding. Mematikan lampu sein setelah berbelok (X35). Variabel ini memiliki hubungan positif dengan perilaku safety riding. Sangat sering memiliki bobot sebesar 5 dan tidak pernah memiliki bobot pengemudi mematikan lampu sein setelah berbelok. Semakin besar nilai skor maka pengemudi semakin berperilaku safety riding. Semakin kecil nilai skor maka pengemudi semakin tidak berperilaku safety riding. Menyalakan lampu sein sebelum berbelok (X36). Variabel ini memiliki hubungan positif dengan perilaku safety riding. Sangat sering memiliki bobot sebesar 5 dan tidak pernah memiliki bobot pengemudi menyalakan lampu sein sebelum berbelok. Semakin besar nilai skor maka pengemudi semakin berperilaku safety riding. Semakin kecil nilai skor maka pengemudi semakin tidak berperilaku safety riding. Berboncengan tidak lebih dari 1 orang (X37). Variabel ini memiliki hubungan negatif dengan perilaku safety riding. Untuk variabel X37 ini perlu penelitian yang lebih lanjut supaya dapat menggambarkan hubungan yang lebih tepat sesuai dengan arah hubungan. Mengangkut barang tidak melebihi kapasitas (X38). Variabel ini memiliki hubungan negatif dengan perilaku safety riding. Untuk

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6-7 variabel X38 ini perlu penelitian yang lebih lanjut supaya dapat menggambarkan hubungan yang lebih tepat sesuai dengan arah hubungan. Tidak menerobos jalur kereta api ketika palang pintu kereta api sudah ditutup (X39). Variabel ini memiliki hubungan negatif dengan perilaku safety riding. Untuk variabel X39 ini perlu penelitian yang lebih lanjut supaya dapat menggambarkan hubungan yang lebih tepat sesuai dengan arah hubungan. Menggunakan kelengkapan sesuai standard kendaraan yang disarankan Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (X40). Variabel ini memiliki hubungan positif dengan perilaku safety riding. Sangat sering memiliki bobot sebesar 5 dan tidak pernah memiliki bobot pengemudi menggunakan kelengkapan sesuai standard kendaraan yang disarankan Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Semakin besar nilai skor maka pengemudi semakin berperilaku safety riding. Semakin kecil nilai skor maka pengemudi semakin tidak berperilaku safety riding. Membawa SIM dan surat kendaraan saat berkendara (X41). Variabel ini memiliki hubungan positif dengan perilaku safety riding. Sangat sering memiliki bobot sebesar 5 dan tidak pernah memiliki bobot sebesar 1. Semakin besar nilai skor artinya semakin sangat sering pengemudi membawa SIM dan surat kendaraan saat berkendara. Semakin besar nilai skor maka pengemudi semakin berperilaku safety riding. Semakin kecil nilai skor maka pengemudi semakin tidak berperilaku safety riding. Menyadari sanksi - sanksi ketika peraturan-peraturan dalam berlalu lintas dilanggar (X43). Variabel ini memiliki hubungan positif dengan perilaku safety riding. Sangat sering memiliki bobot sebesar 5 dan tidak pernah memiliki bobot sebesar 1.

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6-8 Semakin besar nilai skor artinya semakin sangat sering pengemudi menyadari sanksi - sanksi ketika peraturan-peraturan dalam berlalu lintas dilanggar. Semakin besar nilai skor maka pengemudi semakin berperilaku safety riding. Semakin kecil nilai skor maka pengemudi semakin tidak berperilaku safety riding. Menyadari kepentingan pengendara lain (Tidak egois) (X44). Variabel ini memiliki hubungan negatif dengan perilaku safety riding. Untuk variabel X44 ini perlu penelitian yang lebih lanjut supaya dapat menggambarkan hubungan yang lebih tepat sesuai dengan arah hubungan. Menggunakan helm SNI (X45). Variabel ini memiliki hubungan positif dengan perilaku safety riding. Sangat sering memiliki bobot sebesar 5 dan tidak pernah memiliki bobot sebesar 1. Semakin besar nilai skor artinya semakin sangat sering pengemudi menggunakan helm SNI. Semakin besar nilai skor maka pengemudi semakin berperilaku safety riding. Semakin kecil nilai skor maka pengemudi semakin tidak berperilaku safety riding. Melewati segala kondisi jalan dengan hati-hati (jalan berlubang, licin, tanjakan) (X48). Variabel ini memiliki hubungan negatif dengan perilaku safety riding. Untuk variabel X48 ini perlu penelitian yang lebih lanjut supaya dapat menggambarkan hubungan yang lebih tepat sesuai dengan arah hubungan. Memperhatikan lampu tanda (sein, stop, hazard) dari kendaraan lain (X51). Variabel ini memiliki hubungan positif dengan perilaku safety riding. Sangat sering memiliki bobot sebesar 5 dan tidak pernah memiliki bobot sebesar 1. Semakin besar nilai skor artinya semakin sangat sering pengemudi memperhatikan lampu tanda (sein, stop, hazard) dari kendaraan lain. Semakin besar nilai skor maka pengemudi semakin berperilaku safety riding. Semakin

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6-9 kecil nilai skor maka pengemudi semakin tidak berperilaku safety riding. 3. Kondisi aktual pengemudi sepeda motor di Kota Bandung dapat dilihat dari variabel-variabel bebas yang berhubungan siginifikan terhadap variabel Y yang dijabarkan berdasarkan komposisi hasil kuesioner, diantaranya : Membunyikan klakson kendaraan yang berlebihan saat terhalangi (X2) diketahui bahwa sebesar 33% dari 97 responden sering dan bahkan sangat sering membunyikan klakson kendaraan yang berlebihan saat terhalangi. Memotong jalur kendaraan lain secara tiba-tiba tanpa memberi tanda (X3) diketahui bahwa sebesar 9% dari 97 responden sering dan bahkan sangat sering memotong jalur kendaraan lain secara tiba-tiba tanpa memberi tanda. Mematuhi rambu-rambu lalu lintas, isyarat lampu lalu lintas, dan marka jalan (X30) diketahui bahwa sebesar 17% dari 97 responden jarang dan tidak pernah mematuhi peraturan ini. Memperlambat kecepatan pada tempat penyeberangan pejalan kaki, tikungan, tempat keramaian, persimpangan, dan perlintasan kereta api (X31) diketahui bahwa sebesar 15% dari 97 responden jarang dan tidak pernah mematuhi peraturan ini. Tidak melawan arus lalu lintas (X32) diketahui bahwa sebesar 39% dari 97 responden jarang dan tidak pernah mematuhi peraturan ini. Menggunakan lampu sein apabila akan mendahului kendaraan sejalur di depan (X33) diketahui bahwa sebesar 32% dari 97 responden jarang dan tidak pernah mematuhi peraturan ini. Menggunakan jalur di sebelah kiri (X34) diketahui bahwa sebesar 40% dari 97 responden jarang dan tidak pernah mematuhi peraturan ini.

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6-10 Mematikan lampu sein setelah berbelok (X35) diketahui bahwa sebesar 12% dari 97 responden jarang dan tidak pernah mematuhi peraturan ini. Menyalakan lampu sein sebelum berbelok (X36) diketahui bahwa sebesar 17% dari 97 responden jarang dan tidak pernah mematuhi peraturan ini. Berboncengan tidak lebih dari 1 orang (X37) diketahui bahwa sebesar 39% dari 97 responden jarang dan tidak pernah mematuhi peraturan ini. Mengangkut barang tidak melebihi kapasitas (X38) diketahui bahwa sebesar 37% dari 97 responden jarang dan tidak pernah mematuhi peraturan ini. Tidak menerobos jalur kereta api ketika palang pintu kereta api sudah ditutup (X39) diketahui bahwa sebesar 36% dari 97 responden jarang dan tidak pernah mematuhi peraturan ini. Menggunakan kelengkapan sesuai standard kendaraan yang disarankan Undang-Undang No.22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (X40) diketahui bahwa sebesar 14% dari 97 responden jarang dan tidak pernah mematuhi peraturan ini. Membawa SIM dan surat kendaraan saat berkendara (X41) diketahui bahwa sebesar 16% dari 97 responden jarang dan tidak pernah mematuhi peraturan ini. Berdasarkan komposisi jawaban responden di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pengemudi-pengemudi sepeda motor di Kota Bandung belum sepenuhnya menerapkan perilaku safety riding pada saat mengemudi. Pengemudi-pengemudi sepeda motor yang belum menerapkan perilaku safety riding berpotensi menyebabkan kecelakaan lalu lintas. Kondisi aktual pengemudi sepeda motor di Kota Bandung dalam menerapkan perilaku safety riding masih jauh dari yang diharapkan oleh SAT LANTAS POLRESTABES Bandung. SAT

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6-11 LANTAS POLRESTABES Bandung mengharapkan terciptanya budaya tertib berlalu lintas di Kota bandung. 4. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh seorang pengemudi sepeda motor supaya dapat memenuhi kriteria berperilaku safety riding adalah dengan menerapkan tindakan-tindakan safety yang ada pada 25 variabel-variabel bebas yang memiliki hubungan signifikan dengan perilaku safety riding berdasarkan hasil penelitian ini. 5. Usulan yang diberikan penulis pada penelitian ini dalam meminimalisasi angka kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas yaitu dengan mengembangkan materi safety riding. Pengembangan materi safety riding dengan memprioritaskan 25 variabel-variabel bebas yang memiliki hubungan signifikan dengan perilaku safety riding yang disusun oleh SATLANTAS POLRESTABES Bandung. Variabelvariabel yang memiliki hubungan signifikan dengan perilaku safety riding dikelompokkan ke dalam 5 dimensi, yaitu : 1. Etika berlalu lintas yang dimiliki seorang pengemudi. 2. Keterampilan mengemudi yang dimiliki seorang pengemudi. 3. Kepatuhan terhadap hukum dalam berlalu lintas yang dimiliki seorang pengemudi. 4. Kesadaran terhadap hukum dalam berlalu lintas yang dimiliki seorang pengemudi. 5. Kebiasaan dalam berupaya mengurangi terjadinya pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas yang dimiliki seorang pengemudi. Usulan-usulan yang diberikan untuk mencegah terjadinya pelanggaran lalu lintas berdasarkan variabel berbelok dengan normal (tidak melebar) dan mengikuti antrian ketika melintasi persimpangan (X20), yaitu dengan penambahan rambu lalu lintas dan pembatas jalan :

Bab 6 Kesimpulan dan Saran 6-12 Gambar 6.1 Rambu Larangan Berbelok Ke Arah Kanan 100 cm 80 cm 50 cm Gambar 6.2 Pembatas Jalan 6.2 Saran Berikut saran yang diberikan kepada pihak SATLANTAS POLRESTABES Bandung dan laporan tugas akhir ini : SATLANTAS Polrestabes Bandung : disarankan untuk mengembangkan materi safety riding dengan memprioritaskan 25 variabel-variabel bebas yang memiliki hubungan signifikan dengan perilaku safety riding pada penelitian ini. Saran untuk tugas akhir ini adalah dilakukan penelitian yang lebih lebih lanjut mengenai arah gambaran arah hubungan yang lebih tepat ddari variabel X20, X23, X25, X28, X37, X38, X39, X44, dan X48. Penelitian lebih lanjut mengenai perancangan simulasi tempat pendidikan dan pelatihan safety riding.