I. PENDAHULUAN. dalam keluarga dibanding pria. Wanita di mana-mana mencurahkan tenaganya

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang multi culture yang berarti didalamnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penelitian di lapangan, masih memiliki keinginan untuk membina rumah-tangga dan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan fisik seperti makan, minum, pakaian dan perumahan tetapi juga non. (ketetapan-ketetapan MPR dan GBHN 1998).

BAB I PENDAHULUAN. Sudah jadi kodrat alam bahwa manusia sejak dilahirkan ke dunia selalu

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Perjuangan bangsa Indonesia sejak perintisan pergerakan kebangsaan

PERGESERAN PERAN WANITA KETURUNAN ARAB DARI SEKTOR DOMESTIK KE SEKTOR PUBLIK

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN. dalam keluarga, dan pola pemikiran yang berbeda. Hal inilah yang secara tidak langsung

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa pada dasarnya tempat wanita adalah di dapur, yang berarti bahwa dalam

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat merupakan suatu perwujudan kehidupan bersama manusia sebagai makhluk

KEHIDUPAN PEREMPUAN PEDAGANG PADA MALAM HARI DI PASAR TRADISIONAL DALAM PERSPEKTIF GENDER (STUDI KASUS DI PASAR LEGI KOTA SURAKARTA) NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

1. PENDAHULUAN. tiga prasyarat yaitu kompetisi didalam merebutkan dan mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mengubah keadaan tertentu menjadi kondisi yang lebih baik. Perubahan itu harus

I. PENDAHULUAN. Banyak istilah yang diberikan untuk menunjukan bahwa bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. bagi mahasiswa-mahasiswi sangat beragam. Mereka dapat memilih jurusan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

I. PENDAHULUAN. Suku Lampung terbagi atas dua golongan besar yaitu Lampung Jurai Saibatin dan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk berpengaruh positif apabila perekonomian dapat menyerap tambahan

I. PENDAHULUAN. suku bangsa yang secara bersama-sama mewujudkan diri sebagai

BAB I PENDAHULUAN. pasangan (suami) dan menjalankan tanggungjawabnya seperti untuk melindungi,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan

SIKAP MASYARAKAT TERHADAP KEPEMIMPINAN KEPALA DESA WANITA DALAM PEMBANGUNAN DI DESA HANAKAU JAYA KECAMATAN SUNGKAI UTARA KABUPATEN LAMPUNG UTARA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sehari-hari. Akan tetapi wanita sendiri juga memiliki tugas

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan suatu kelompok yang menjadi bagian dalam masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

I. PENDAHULUAN. disegala bidang. Salah satu dari pembangunan Nasional di Indonesia adalah di

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pulau-pulau dan lebih kebudayaan, upaya menguraikan kondisi hubungan

BAB I PENDAHULUAN. secara seimbang baik materiil maupun spiritual. menggunakan perannya untuk mewujudkan cita-cita pembangunan

BAB IV. Refleksi Teologis

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan penyelenggaraan pembangunan juga tidak terlepas dari adanya

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. gender yaitu suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun

BAB I PENDAHULUAN. Pengrajin bambu merupakan mata pencaharian sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Indonesia merupakan negara hukum yang menyadari, mengakui, dan

METODE PENELITIAN. sekarang, yang dilakukan dengan langkah-langkah pengumpulan, klasifikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pudjiwati (1985 : 28 ) menyatakan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Oleh karena itu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1960), hal Sayuti Thalib, Hukum Keluarga Indonesia, Cet. 5, (Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia, 1986), hal. 48.

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya di kehidupan sehari-hari, sehingga akan terjadi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai individu, bekerja merupakan salah satu aktivitas yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dian Kurnia Putri, 2014

BAB V KESIMPULAN. bab- bab sebelumnya maka dapat diambil suatu kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menciptakan manusia sebagai makhluk hidup-nya, akan tetapi makhluk hidup

BAB III METODE PENELITIAN. A. Desain Penelitian. Menurut Arikunto (2002), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL PASCA PERCERAIAN ANTARA WANITA BEKERJA DAN WANITA TIDAK BEKERJA

I. PENDAHULUAN. aspirasi dan memilih pemimpin dengan diadakannya pemilihan umum.

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Pada tahun 2009 terbentuk Pekon Kubuliku Jaya yang waktu itu masih

BAB I PENDAHULUAN. Di bidang ketenagakerjaan, pihak-pihak yang terlibat didalamnya, yaitu pekerja, pengusaha dan

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga pembangunan industri tidak hanya mencapai kegiatan mandiri saja, tetapi

SISTEM MERIT DAN KESETARAAN GENDER JABATAN PIMPINAN TINGGI (JPT)

I. PENDAHULUAN. sebagai lembaga pendidikan formal mempunyai tugas dalam memenuhi harapan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Dengan adanya kemajuan teknologi dan fenomena global village yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi Pemerintah Indonesia sebagai negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu masyarakat. Hal ini disebabkan karena hukum waris itu sangat erat kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu permasalahan pembangunan yang dihadapi Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. maupun non-profit semakin meningkat (Sari, 2009). Hal ini secara tidak langsung

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi manusia banyak dipengaruhi oleh budaya yang diyakini yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. seperti kesehatan, ekonomi, sosial, maupun politik. Pergeseran peran tersebut terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan kualitas hidup manusia merupakan upaya yang terus

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pada tahun 2010 diperhitungkan sekitar 0,8 juta tenaga kerja yang

I. PENDAHULUAN. 1937, Murdok menemukan tiga Tipe keluarga yaitu; keluarga inti (Nurclear

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu aset bangsa, karena pendidikan mencirikan pembangunan karakter bangsa.

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

Kriteria Presiden Indonesia Dalam Pandangan Islam (576/M) Oleh : Zulkarnain Senin, 16 Juli :50

I. PENDAHULUAN. suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan

PERANAN WANITA DALAM PEMBANGUNAN BERWAWASAN GENDER

KEPUTUSAN MUSYAWARAH DEWAN PERSEKUTUAN MASYARAKAT ADAT ARSO ARSO JAYAPURA NOMOR 02/KPTS DPMAA/DJ/94 TENTANG KELEMBAGAAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. upaya dari anggota organisasi untuk meningkatkan suatu jabatan yang ada.

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakikatnya seorang anak dilahirkan sebagai akibat dari hubungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya, setiap manusia diciptakan sebagai makhluk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses produksi masyarakat pantai dimana keterlibatan tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Zico Oktorachman, 2013

I. PENDAHULUAN. pesat. Jumlah penduduk Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya. Menurut

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakatnya. Untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan


PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan wanita sebagai suami

I. PENDAHULUAN. sebagaimana yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Patriarki adalah sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. terhadap perubahan ataupun kemajuan masyarakat.

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejak dahulu telah ada orang-orang yang memberikan perhatian kepada nasib wanita, yang dianggap diperlakukan tidak adil dalam masyarakat maupun dalam keluarga dibanding pria. Wanita di mana-mana mencurahkan tenaganya untuk melestarikan keluarganya, mendidik anak-anaknya, merawat anggotaanggota keluarga yang sakit, bahkan di luar rumah tangga wanita memegang peranan dalam usaha kesejahteraan masyarakat. Tetapi di manapun masih dirasakan adanya ketimpangan dalam pengakuan dan penghargaan terhadap wanita dibanding pria. Emansipasi dan tuntutan keadilan yang diinginkan wanita dalam kehidupan bermasyarakat, memintakan perhatian pada semua pihak, terutama pria. Kenyataan ini timbul sebagai akibat adanya anggapan dari masyarakat bahwa wanita menduduki tempat kedua dalam masyarakat dan dalam kehidupan keluarga pun wanita lebih rendah dari pada pria. Peranan wanita sebagai kepala urusan rumah tangga keluarga dan peran pria sebagai kepala keluarga menempatkan wanita pada posisi kaum yang harus mengutamakan keluarganya. Maksudnya wanita boleh berkarir asal tetap mengutamakan keluarga.

2 Peranan wanita dalam kehidupan mungkin berbeda dengan kehidupan bermasyarakat atau dalam konteks ibadah menurut keyakinan agama masingmasing. Dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia menganggap peranan wanita lebih rendah dari pada pria, bahkan pada masyarakat Jawa pada umumnya menganggap peranan wanita hanya pada sektor rumah tangga saja seperti memasak, mengasuh anak, dan melayani suami. Demikian pula pada masyarakat Lampung, dalam satu keluarga akan terasa lebih lengkap jika telah mempunyai anak pria yang diharapkan dapat menjadi pemimpin yang akan meneruskan garis keturunan keluarga dimasa yang akan datang. Dalam kehidupan agama pun dikatakan bahwa peranan wanita menempati posisi kedua, karena wanita dianggap kurang tepat menjadi seorang pemimpin seperti dalam beribadah, wanita disini hanya dapat menjadi imam bagi wanita tidak untuk pria, demikian juga dalam berkeluarga dan bermasyarakat. Hambatan budaya yang beranggapan bahwa pendidikan lebih diutamakan bagi anak laki-laki dari pada anak perempuan terutama di masyarakat pedesaan, kawin diusia muda dan membentuk keluarga bagi anak perempuan, bahkan bercerai dan dimadu dianggap hal wajar bagi kalangan etnis tertentu. Wanita dipersepsikan bekerja disektor domestik (rumah tangga) dan pria bekerja disektor publik (produktif) yang masih kuat dalam budaya masyarakat Indonesia sangat mempengaruhi sikap masyarakat terhadap peranan wanita. Secara hukum dalam hubungannya dengan peranan wanita, kaum wanita dan kaum pria di Indonesia mempunyai kedudukan dan hak yang sama berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 dalam pasal 28D ayat (1) setiap

3 orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum dan ayat (3) setiap warga negara berhak memperoleh kesempatan yang sama dalam pemerintahan. Persamaan hak menurut Victor Situmorang (1988:88) adalah: Kesempatan yang sama yang diberikan kepada pria maupun wanita untuk menjalankan hak dan kewajibannya. Artinya wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh pekerjaan dan imbalan yang sesuai dengan jasa yang diberikannya, untuk menuntut ilmu, mendapatkan perlindungan dimuka hukum, agama, ekonomi serta dalam bidang politik. Wanita juga mempunyai hak dan kewajiban untuk ikut serta dalam proses pembangunan. Seperti yang dikemukakan oleh Hardjito Notopuro (1984:26) bahwa: seluruh rakyat mempunyai hak dan kewajiban untuk ikut serta dalam proses pembangunan baik pria maupun wanita. Keikutsertaan wanita dalam pelaksanaan pembangunan sekarang ini dirasakan semakin penting, mengingat sebagian rakyat Indonesia terdiri dari kaum wanita yang merupakan tenaga potensial, seperti sebagai anggota perwakilan rakyat, pegawai pemerintah, swasta, guru dan sebagai ibu rumah tangga. Hal ini menunjukkan wanita selain bertanggung jawab atas urusan rumah tangga juga diharapkan untuk melakukan aktifitas diluar rumah tangga sebagai anggota masyarakat terutama dalam proses pembangunan. Ditingkat nasional kepemimpinan wanita Indonesia ternyata mendapat tempat misalnya Presiden Republik Indonesia Ibu Megawati Soekarno putri. Dalam

4 upaya peningkatan kedudukan dan peranan perempuan, maka dalam Kabinet Pembangunan 111, dibentuk Menteri Muda Urusan Peranan Wanita yang kemudian berubah menjadi Menteri Negara Urusan Peranan Wanita, dan sekarang disebut Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan yang pada saat itu dijabat oleh ibu Lusiah Sutanto, S.H. Desa Hanakau Jaya merupakan salah satu desa di Kecamatan Sungkai Utara yang berada dalam wilayah Kabupaten Lampung Utara. Semenjak tahun 2008 hingga sekarang Desa Hanakau Jaya dipimpin oleh seorang kepala desa wanita, yaitu Ibu Yoheni Adenin. Wanita kelahiran kota bumi 05 Mei 1964 yang bersuamikan Zainal Abidin Gajah ini dipilih berdasarkan hasil pemilihan kepala desa. Berdasarkan data hasil observasi diketahui bahwa Desa Hanakau Jaya memiliki jumlah masyarakat yang cukup banyak jika dibandingkan dengan desa-desa yang lain yang ada di wilayah Kecamatan Sungkai Utara. Secara rinci jumlah masyarakat di Desa Hanakau Jaya dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 1. Data Jumlah Masyarakat di Desa Hanakau Jaya Tahun 2010 No. 1 2 3 4 5 6 Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV Dusun V Dusun VI Dusun Jumlah Masyarakat Laki-laki Perempuan 108 113 126 96 259 220 97 99 126 107 100 78 Jumlah 221 222 479 196 233 178 Jumlah 816 713 1529 Sumber : Dokumentasi Bagian Kependudukan Desa Hanakau Jaya

5 Berdasarkan tabel 1, dapat dijabarkan bahwa jumlah masyarakat di Desa Hanakau Jaya berjumlah 1529 orang yang tersebar dalam 6 dusun. Masyarakat di Dusun I berjumlah 221 orang, Dusun II berjumlah 222 orang, Dusun III berjumlah 479 orang, Dusun IV berjumlah 196, Dusun V berjumlah 233 dan Dusun VI yang berjumlah 178 orang, sehingga jumlah semuanya adalah 1529 orang. Dusun III sebagai dusun dengan jumlah masyarakat terbanyak, Sedangkan dusun yang terendah jumlah masyarakatnya adalah dusun VI. Masyarakat di Desa Hanakau Jaya berada dalam masyarakat yang disebut sebagai masyarakat transisi. Masyarakat transisi adalah masyarakat yang sedang mencoba untuk membebaskan diri dari nilai-nilai masa lalu dan menggapai masa depan dengan terus-menerus membuat nilai-nilai baru atau hal-hal baru. Masyarakat transisi merupakan gambaran keadaan masyarakat yang masih memiliki nilai-nilai sosial budaya asli berupa nilai-nilai adat-istiadat, kebiasaan, keadaan stuktur masyarakat, cara-cara berinteraksi dan lain sebagainya, akan tetapi pegangan masyarakat terhadap nilai-nilai yang ada semakin lama semakin melemah. Oleh sebab itu sikap masyarakat terhadap kepemimpinan wanita dalam pemerintahan desa masih kurang dianggap. Pada umumnya masyarakat menganggap bahwa wanita yang menjadi kepala desa kurang memiliki kemampuan dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya apabila dibandingkan dengan kepala desa pria. Hal ini karena wanita dianggap masih dipengaruhi oleh pria. Kecenderungan ini yang menyebabkan jumlah wanita

6 yang memegang jabatan sebagai pemimpin (kepala desa) sangat sedikit, seperti yang terjadi di Kecamatan Sungkai Utara, dari 15 desa hanya terdapat satu kepala desa wanita yaitu di Desa Hanakau Jaya. Keadaan ini tentunya tidak terlepas dari sikap masyarakat dalam menanggapi dan menilai seorang wanita sebagai kepala desa dan kepemimpinannya, baik sikap masyarakat yang menerima atau menolak. Oleh karena itu permasalahan ini perlu diteliti untuk mendapat jawaban yang jelas tentang sikap masyarakat terhadap kemampuan kepala desa wanita dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya. Hubungannya dengan kepemimpinan ini, Hadari Nawawi dan M.Martini Hadari (2000:9) mengemukakan bahwa: Kepemimpinan dapat diartikan sebagai kemampuan kecerdasan mendorong sejumlah orang (dua orang atau lebih) agar bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang terarah pada tujuan bersama. Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kelebihan sebagai predisposisi atau bakat yang dibawa sejak lahir, dan merupakan kebutuhan dari satu situasi sehingga dia mempunyai kekuasaan dan kewibawaan untuk mengarahkan dan membimbing bawahannya. Pemimpin harus pula mendapatkan pengakuan serta dukungan dari bawahannya kearah tujuan tersebut. Adanya pernyataan bahwa wanita mendapat tempat yang sama dalam kepemimpinan pemerintahan merupakan pengakuan sekaligus kepercayaan masyarakat, namun tidak selamanya pada kurun waktu dan tempat yang sama

7 dan berbeda akan terjadi demikian. Dengan perkataan lain, tidak dalam sega la situasi kepemimpinan wanita dapat diterima. Merupakan suatu kenyataan bahwa keadaan diatas menimbulkan sikap menerima atau menolak. Sikap menerima atau menolak ini akan menciptakan masalah tersendiri bagi wanita yang mempunyai kedudukan diluar struktur keluarga yang dikaitkan dengan kepemimpinannya. Beberapa penyebab adanya sikap menolak, diantaranya karena sikap suami, sistem sosial, atau struktur sosial, tradisi (budaya) dan kodrat. Pada hakikatnya, sikap masyarakat ini diarahkan untuk menanggapi kepemimpinan wanita dalam pemerintahan karena maju mundurnya suatu desa sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan kepala desa. Dengan kepemimpinan kepala desa yang baik dan sesuai dengan fungsi-fungsinya maka desa tersebut dapat melaksanakan pembangunan dengan baik sehingga dapat lebih cepat berkembang. Demikian pula sebaliknya, apabila kepemimpinan kepala desa tidak dilaksanakan dengan baik dan tidak sesuai dengan fungsi-fungsinya, maka desa tersebut akan sulit berkembang. Keberhasilan kepemimpinan wanita dalam pemerintahan desa sangat berpengaruh terhadap sikap masyarakat dalam menanggapi kepemimpinan itu sendiri. Sikap masyarakat terhadap kepemimpinan wanita dalam pemerintahan desa adalah respon/tanggapan yang diberikan masyarakat yang berupa penilaian negatif (menolak) atau positif (menerima) terhadap kemampuan seorang wanita sebagai kepala desa dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.

8 Oleh sebab itu, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji lebih jauh permasalahan tersebut dengan suatu penelitian yang berjudul : Sikap Masyarakat Terhadap Kepemimpinan Kepala Desa Wanita Dalam Pembangunan di Desa Hanakau Jaya Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Sikap masyarakat terhadap kepemimpinan wanita dalam pemerintahan desa. 2. Respon atau tanggapan yang diberikan masyarakat dalam melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai pemimpin dalam pemerintahan desa. 3. Kurangnya perhatian masyarakat terhadap pemimpin wanita. 4. Budaya masyarakat menerima atau tidak terhadap kepemimpinan wanita. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah agar permasalahan yang akan diteliti tidak terlalu luas, maka peneliti membatasi permasalahan hanya pada sikap masyarakat terhadap kepemimpinan kepala desa wanita dalam pembangunan di Desa Hanakau Jaya Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara.

9 D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah, permasalahan pada penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap fungsi kepemimpinan Kepala Desa wanita di Desa Hanakau Jaya Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara? E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana sikap masyarakat terhadap fungsi kepemimpinan Kepala Desa wanita di Desa Hanakau Jaya Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara. 2. Kegunaan Penelitian a. Kegunaan Teoritis Secara teoritis, penelitian ini berguna untuk memperkaya dan mengembangkan konsep-konsep yang berkaitan dengan ilmu pendidikan, khususnya ilmu pendidikan pancasila dan kewarganegaraan yang mengkaji pendidikan politik dan kenegaraan, serta masalah sosial dan kemasyarakatan.

10 b. Kegunaan Praktis Secara praktis dari penelitian ini diharapkan agar dapat digunakan sebagai: 1. Masukan untuk Kepala Desa wanita mengenai sikap masyarakat terhadap kepemimpinan wanita dalam pemerintahan desa. 2. Masukan untuk masyarakat bagaimana sebaiknya melihat kepemimpinan wanita dalam pemerintahan desa. 3. Hasil penelitian ini diharapkan untuk dapat memberikan masukan dan pemikiran dalam mengembangkan konsep atau teori yang berkaitan dengan sikap masyarakat terhadap kepemimpinan wanita dalam pemerintahan desa. 4. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan serta memperkaya khasanah ilmu pendidikan khususnya pendidikan kewarganegaraan bagi masyarakat dan mahasiswa. F. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Ilmu Ilmu penelitian ini adalah ilmu pendidikan, khususnya pendidikan kewarganegaraan dalam bidang kajian Pendidikan Kewarganegaraan dengan kontribusinya untuk membentuk warga Negara yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dalam kebudayaan politik dan kenegaraan.

11 2. Ruang Lingkup Objek Objek Penelitian ini adalah sikap masyarakat terhadap fungsi kepemimpinan Kepala Desa wanita di Desa Hanakau Jaya Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara. 3. Ruang Lingkup Subjek Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat yang ada di Desa Hanakau Jaya Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara. 4. Ruang Lingkup Wilayah Ruang lingkup wilayah dalam penelitian ini adalah Desa Hanakau Jaya Kecamatan Sungkai Utara Kabupaten Lampung Utara. 5. Ruang Lingkup Waktu Waktu pelaksanaan penelitian ini adalah sejak dikeluarkannya Surat Izin Penelitian Pendahuluan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan sampai selesainya penelitian ini.