1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keunggulan suatu organisasi ditentukan oleh cara bagaimana manajemen mengelola dan memberdayakan sumber daya sebagai masukan (input) organisasi. Sebagai organisasi pelayanan kesehatan dalam mencapai kinerjanya, puskesmas harus mampu mengelola sumber daya di dalam puskesmas untuk mencapai visi dan misi puskesmas. Sumber daya manusia merupakan salah satu sumber daya yang paling menentukan sukses tidaknya suatu organisasi, untuk itu organisasi dituntut untuk mengelola sumber daya manusia yang dimiliki dengan baik demi keberlangsungan hidup dan kemajuan organisasi. Tenaga kesehatan merupakan faktor penggerak organisasi dari keseluruhan proses manajemen dan berperan penting dalam memberikan kontribusi ke arah pencapaian tujuan organisasi secara efektif dan efisien serta menentukan keberhasilan, kualitas pelayanan dan kinerja puskesmas. Sebagai faktor penggerak roda organisasi, kehadiran tenaga kesehatan di puskesmas harus menjadi perhatian serius. Tanpa adanya tenaga kesehatan di puskesmas proses manajemen tidak akan berjalan. Ketidakhadiran tenaga kesehatan di puskesmas memberikan sinyal buruknya praktek manajemen dalam organisasi yang tentunya tujuan puskesmas akan sulit tercapai.(wananda et al., 2015) Dari perspektif sistem kesehatan, ketidakhadiran didefinisikan sebagai keadaan yang kronis, meninggalkan pekerjaan saat jam kerja resmi yang mempengaruhi produktivitas tenaga kesehatan dan merusak kualitas pelayanan kesehatan. Beberapa studi telah dilakukan secara sistematis mengukur efek ketidakhadiran itu, namun masih banyak yang harus dilakukan untuk mengatasi ketidakhadiran (WHO, 2006; Deussom et al, 2012) Ketidakhadiran tenaga kesehatan merupakan fenomena yang sering terjadi di fasilitas kesehatan dibanyak negara berkembang di Asia dan Afrika, terutama di daerah miskin sumber daya beberapa diantaranya India (Banerjee dan Duflo 2006 ), Kenya (Goldstein et al, 2010), Bangladesh (Chaudhury & Hammer,
2 2003), Kosta Rika (Garcia-Prado & Chawla, 2006) dan Indonesia (Ramadhan, 2013). Ketidakhadiran tenaga kesehatan telah menjadi topik serius dalam diskusi beberapa tahun terakhir. Bank dunia (2003) menemukan ketidakhadiran antara tenaga kesehatan diberbagai negara berkembang melalui kunjungan tidak terjadwal ke fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat dengan rata-rata tingkat ketidakhadiran tenaga kesehatan diberbagai negara sebanyak 35% (Chaudhury et al, 2006b). Pemerintah di negara-negara ini sering mengalami kekurangan keuangan, yang mengakibatkan kekurangan sumber daya untuk lembaga-lembaga publik. Di bidang kesehatan, kekurangan obat-obatan dan perlengkapan lainnya, dan keterlambatan dalam pembayaran gaji merupakan hal yang umum terjadi. Petugas kesehatan biasanya memiliki lebih dari satu pekerjaan sehingga dapat meningkatkan pendapatan mereka dan sering tidak masuk saat kerja resmi mereka untuk menghadiri pekerjaan kedua (Paina et al, 2014). Aktivitas seperti praktik ganda, pembayaran tidak resmi, dan absensi sangat marak terjadi di fasilitas pelayanan kesehatan seperti di Kosta Rika (Garcia-Prado & Chawla, 2006). Diantara aktifitas tersebut dilaporkan ketidakhadiran menjadi hal yang lazim terjadi, dokter dan tenaga kesehatan lainnya dengan mudah meninggalkan tempat kerja pada saat waktu kerja resmi mereka. Hal ini menunjukkan budaya organsasi yang permisif terhadap ketidakhadiran petugas puskesmas. Brooke (1986) dalam (Garcia-Prado & Chawla, 2006) menyatakan, tingkat permisif dalam sebuah organisasi biasanya tergantung pada gaya kepemimpinan, insentif atau sistem reward dan norma-norma kelompok kerja. Selain itu, mekanisme monitoring dan perubahan secara keseluruhan manajemen fasilitas pelayanan kesehatan biasanya lemah sehingga menurukan komitmen petugas kesehatan dalam mencapai tujuan organisasi yang pada akhirnya dapat meningkatkan tingkat ketidakhadiran tenaga kesehatan. Beberapa tahun yang lalu Indonesia telah melakukakan perubahan besar pada sistem kesehatannya. Desentraliasi telah memberikan wewenang kepada kabupaten kota dan provinsi untuk mengelola para bidan, perawat dan dokter. Namun demikian Indonesia masih menghadapi kesulitan dalam menerapkan
3 reformasi tersebut, sebagai contoh belum adanya kejelasan tentang kepada pihak mana para pekerja kesehatan bertanggung jawab dan salah satu konsekuensi dari tidak adanya pertanggungjawaban tersebut adalah tingginya tingkat ketidakhadiran di tempat kerja (World Bank, 2008). Secara Global, Indonesia menduduki peringkat pertama dalam tingkat ketidakhadiran tenaga kesehatan diantara negara-negara lainnya dengan persentase 40% lebih parah dari Peru sebanyak 25%, Bangladesh 35% dan Uganda sebanyak 37%. Hingga saat ini ketidakhadiran adalah masalah yang sulit diatasi di Indonesia. Sekalipun demikian, sangat sedikit penelitian yang telah dilakukan mengenai masalah tersebut. Sebuah survey nasional pada tahun 2002/2003 yang dilakukan oleh lembaga SMERU menunjukkan tingkat ketidakhadiran petugas kesehatan di puskesmas yaitu 27,9% (The SMERU Research Institute, 2004). Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Ramadhan di kota Bengkulu dengan temuan tingkat ketidakhadiran yang tidak jauh berbeda yaitu 23,4% (Adityo & Djonet, 2015). Angka ini belum memperhitungkan mereka yang tidak hadir atau absen dari puskesmas karena melakukan tugas luar. Masalah ketidakhadiran tenaga kesehatan merupakan salah satu bukti kegagalan puskesmas karena tidak adanya akuntabilitas penyedia layanan (Cristofoli et al, 2011), lemahnya insentif kinerja, sistem monitoring yang buruk, dan sanksi yang tidak kredibel sehingga menyebabkan pencapaian organisasi tidak efektif dan efisisen (Lewis, 2009). Ketidakhadiran juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, faktor individu yaitu jenis kelamin (Isah et al, 2008), usia, tingkat dalam hierarki,dan status kesehatan individu (Belita et al, 2013), dan faktor organisasi yaitu antara keadaan fisik fasilitas kesehatan yang buruk dan kurangnya pasokan alat medis dan obat-obatan (Chaudhury et al, 2006), lingkungan kerja yang buruk (Ferrinho & Lerberghe, 2002), ukuran unit kerja (Alen, 1982), lokasi fasilitas (Muthama et al, 2008). Allen (1982) mengidentifikasi ukuran unit kerja sebagai penentu penting dari ketidakhadiran, semakin besar unit kerja semakin tinggi ketidakhadiran tersebut. Penjelasan yang paling sering untuk fenomena ini adalah bahwa ukuran kerja mengurangi komunikasi dan kohesivitas kelompok sehingga menimbulkan
4 kepuasan pekerja yang lebih rendah. Peningkatan ukuran unit kerja juga menyebabkan birokrasi yang lebih tinggi, yang mengurangi kontrol informal yang terkait dengan penghargaan interpersonal. Puskemas merupakan unit kesehatan yang paling dekat dengan masyarakat. Kehadiran puskesmas sangat penting untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Situasi itu kemudian diperkuat dengan terpenuhinya sumber daya kesehatan di puskesmas. Masalah yang sering terjadi di puskesmas kurangnya monitoring terhadap kehadiran petugas puskesmas dan akibatnya sangat buruk untuk puskesmas, bisa sampai penutupan puskemas. Hal ini sangat mengkhawatirkan apabila terjadi, karena tujuan puskesmas tidak akan tercapai. Kondisi di Indonesia Timur sangat berbeda dengan kondisi di Indonesia Barat, provinsi di kawasan Indonesia Timur lebih banyak mengandalkan puskesmas untuk pengobatan rawat jalan. Demikian juga, mereka relatif lebih cenderung mengandalkan fasilitas kesehatan masyarakat untuk pengobatan rawat inap. Oleh karena itu pelayanan kesehatan masyarakat memainkan peran yang lebih besar di kawasan Timur dari pada di Barat Indonesia. Sampai sejauh mana penggunaan yang relatif lebih rendah dari penyedia layanan kesehatan swasta karena berbagai kendala (misalnya, dokter swasta yang memenuhi syarat kurang tersedia di Indonesia Timur) atau permintaan yang lebih rendah untuk layanan tersebut tidak dapat dibangun dengan data yang ada (Jan Priebeet al, 2014) Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik meneliti tentang ketidakhadiran petugas puskesmas di kota dan desa di kawasan Indonesia Timur untuk melihat seberapa efektif penerapan manajemen puskesmas di kawasan Indonesia Timur. Indonesia Family Life Survey East adalah multi topik rumah tangga dan masyarakat dalam skala besar yang dilakukan di kawasan Indonesia bagian Timur, yang dipublikasikan oleh RAND Corporation bekerjasama dengan Survey METER atas nama TNP2K, PRSF, dan AusAID. Survei yang dikumpulkan mengenai data tentang individu, rumah tangga mereka dan pendidikan di komunitas tersebut. Survei ini diberikan kepada sekitar 10.000 orang di 2.500 rumah tangga yang tinggal di 99 komunitas (wilcah) yang tersebar di tujuh
5 provinsi dikawasan timur Indonesia : Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua, (Survei METER, 2014). B. Rumusan Masalah Bagaimana gambaran ketidakhadiran petugas puskesmas di kota dan desa di wilayah Indonesia Timur tahun 2012 C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran ketidakhadiran petugas puskesmas di kota dan desa di wilayah Indonesia Timur tahun 2012 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui presentase ketidakhadiran petugas puskesmas di wilayah Indonesia Timur. b. Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan ketidakhadiran petugas. c. Mengetahui hubungan jenis tenaga dengan ketidakhadiran petugas d. Mengetahui hubungan masa kerja terhadap ketidakhadiran petugas e. Mengetahui hubungan praktik ganda terhadap ketidakhadiran petugas f. Mengetahui hubungan lokasi fasilitas terhadap ketidakhadiran petugas D. Manfaat Penelitian Dari hasil penelitian ini sebagaimana terdapat dalam tujuan penelitian diharapkan akan dapat bermanfaat kepada: 1. Melalui hasil penelitian ini, pemerintah dapat menjadikan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan yang tepat untuk memperbaiki puskesmas di wilayah Indonesia Timur.
6 2. Dinas kesehatan provinsi di wilayah Indonesia Timur dapat menetapkan kebijakan dalam menentukan efektifitas manajerial dan memberikan rekomendasi kepada puskemas memperbaiki kinerja manajemen puskesmas di Indonesia Timur. 3. Bagi peneliti, dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan melengkapi penelitian sebelumnya dengan menggambarkan kondisi kinerja puskesmas di wilayah Indonesia Timur E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai Ketidakhadiran Petugas Puskesmas di Kota dan Desa Wilayah Indonesia Timur ini belum pernah dilakukan. Penelitian yang hampir sama dengan topik tersebut adalah : 1. Yamadaet al, (2012), melalui penelitian dengan judul Why is Absenteeism Low among Public Health Workers in Lao PDR. Penelitian ini menyebutkan bahwa pembayaran gaji yang tertunda, tempat kerja di pedesaan, dan kedekatan kerja berkorelasi positif dengan ketidakhadiran. 2. Wananda et al., (2015), melalui penelitian dengan judul Relationship Between Management Practices and Employee Absenteeism in Public General Hospital of East-Central Uganda. Penelitian ini menyebutkan praktik managemen pengawasan tenaga kesehatan dapat megurangi angka ketidakhadiran. 3. Adityo & Djonet, (2015), melalui penelitian dengan judul Health Workers Absenteeism : Indonesia Urban Public Health Centres. Penelitian ini menyebutkan peningkatan pengawasan kepala puskesmas dapat mengurangi ketidakhadiran tenaga kesehatan.
7 F. Tabel 1. Keaslian penelitian Judul Tujuan Rancangan Penelitian Subjek Penelitian Lokasi Penelitian Persamaan penelitian (Wananda et al., 2015) (Adityo & Djonet, 2015) (Yamadaet al, 2012) Health Workers Absenteeism : Indonesia Why is Absenteeism Low among Urban Public Health Centres Public Health Workers in Lao PDR Relationship Between Management Practices and Employee Absenteeism in Public General Hospital of East-Central Uganda. Untuk mengetahui pengaruh prakik manajemen terhadap ketidakhadiran tenaga kesehatan di rumah sakit di Uganda Timur Untuk menentukan penentu dan pola ketidakhadiran tenaga kesehan di puskesmas khusunya daerah urban di Kota Bengkulu Untuk mengetahui alokasi sumber daya dan kinerja HCS di Lao PDR Cross-sectional Deskriptif statistik Deskriptif statistik Tenaga kesehatan yang bekerja di tiga rumah sakit umum di Uganda Pusat dan Timur Rumah Sakit Umum di Uganda pusat dan Uganda Timur Menganalisis pengaruh manajemen praktek dan ketidakhadiran tenaga kesehatan, rancangan penelitian sama Tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas kota bengkulu. Puskemas yang berlokasi di perkotaan kota bengkulu Menganalisis ketidakhadiran tenaga kesehatan di Indonesia di daerah urban Tenaga kesehatan yang bekerja di HCS di Lao PDR Health Center Service di Lao PDR Menganalisis ketidakhadiran tenaga kesehatan di daerah uban dan rural Perbedaan penelitian Subyek penelitian berbeda tenaga kesehatan di puskesmas dengan menggunakan data sekunder IFLS East 2012 Subyek penelitian berbeda tenaga kesehatan di puskesmas daerah rural dengan menggunakan data sekunder IFLS East 2012 Subyek penelitian berbeda tenaga kesehatan di puskesmas dengan menggunakan data sekunder IFLS East 2012