BAB I PENDAHULUAN KONFLIK KEWENANGAN DALAM PEMERIKSAAN TERHADAP DIREKSI BADAN USAHA MILIK NEGARA PERSEROAN TERBATAS DALAM UNDANG-UNDANG PERSEROAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagai badan hukum. Jika perseroan terbatas menjalankan fungsi privat dalam kegiatan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. BUMN sebagai salah satu badan hukum publik yang bergerak di sektor

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan meningkatkan pertumbuhan bisnis nasional. Dalam melakukan pengadaan barang

BAB I PENDAHULUAN. badan-badan yang dibentuk di beberapa negara, serta komite-komite yang

MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. Pengawasan keuangan negara secara konstitusional dilakukan oleh suatu badan

Oleh: Dian N. Puji Simatupang, S.H., M.H 1

Pengelolaan BUMD berbentuk PT dikaitkan dengan tindak Pidana Korupsi

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran untuk menerapkan prinsip Good Corporate Governance (GCG)

BAB I PENDAHULUAN. semakin dahsyat dengan datangnya kapitalis dunia. P. Berger dalam meramalkan, dalam era

BAB I PENDAHULUAN. besar pemakai dalam pengambilan keputusan. Namun demikian, laporan

BAB III PENUTUP 3.1. KESIMPULAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34 /POJK.04/2014 TENTANG KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas, mewujudkan pemerintahan yang good governance, dan menciptakan

BAB 1 LATAR BELAKANG. dengan munculnya krisis budaya moral. Di beberapa negara Asia pondasi

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Direksi

2 Perusahaan Publik. Atas pemenuhan pelaksanaan kewajiban, tugas, dan tanggung jawab tersebut melahirkan hak bagi anggota Direksi atau anggota Dewan K

BAB V PENUTUP. Dari rangkaian diskusi dalam bab-bab sebelumnya dapat ditarik kesimpulan,

BAB I PENDAHULUAN. yang antara lain terjadi di bandar udara yang dikelola oleh PT Angkasa Pura II. (Persero) sebagaimana digambarkan pada Tabel 1-1.

PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 11 TAHUN 2012

2015, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, dan huruf b di atas, perlu menetapkan Peraturan Menteri Badan Usa

PENGERTIAN KEUANGAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. memiliki unit audit internal atau biasa disebut GAI (Grup Audit Internal) untuk

PT LIPPO KARAWACI Tbk Piagam Direksi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang yang telah

BAB III STATUS DAN IMPLIKASI YURIDIS UANG PUBLIK DAN UANG PRIVAT BERDASARKAN TINDAK PEMERINTAHAN. A. Status Hukum Uang Negara Berdasarkan Tindak

BAB I PENDAHULUAN. separate entity dan limited liability yang dikenal di dalam Perseroan Terbatas.

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyak tuntutan publik agar terciptanya tata kelola yang baik, agar

Pedoman Kerja Dewan Komisaris dan Direksi PT Nusa Raya Cipta Tbk PEDOMAN KERJA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS

BAB I PENDAHULUAN. melekat haknya sejak dilahirkan sampai meninggal dunia. 5 Proses hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

RechtsVinding Online

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian Perusahaan Terbatas, hal ini diatur secara tegas dalam Pasal 7 ayat (1)

SYARAT-SYARAT SAHNYA PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS (PT) DI INDONESIA 1 Oleh : Nicky Yitro Mario Rambing 2

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA KOMISARIS DAN DIREKSI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II (Persero) NOMOR : II.0/Kpts/06/XI/2010 TENTANG

BPK TETAP AUDIT KEUANGAN BADAN USAHA MILIK NEGARA.

BAB I PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini jumlah perkara tindak pidana korupsi yang melibatkan Badan Usaha Milik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/23/PBI/2004 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN (FIT AND PROPER TEST) BANK PERKREDITAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan yang segera dari hukum itu sendiri. Tidak dapat dipungkiri, perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Setelah negara Indonesia dan negara negara di Asia Timur lainnya

BUPATI BOYOLALI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. perbankan syariah di Indonesia. Pengembangan perbankan syariah yang

BOARD MANUAL PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY

KEWENANGAN PENGUJIAN BERKALA KENDARAAN BERMOTOR DI KABUPATEN BADUNG

Piagam Direksi. PT Link Net Tbk ( Perseroan )

&DIKTI. Keuangan Negara DEPARTEMEN KAJIAN & AKSI STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. Istilah good corporate governance atau dikenal dengan GCG menjadi

BUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIK DAERAH

2015, No Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 70, Tambahan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD), namun KUHD sendiri tidaklah

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 34/POJK.04/2014 TENTANG KOMITE NOMINASI DAN REMUNERASI EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT MANDOM INDONESIA TBK PASAL 1 DASAR DAN TUJUAN

BUPATI MERANGIN PROVINSI JAMBI PERATURANDAERAH KABUPATEN MERANGIN NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN USAHA MILIKDAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan go public merupakan istilah yang tidak asing lagi di

BAB 1 PENDAHULUAN. entitas bisnis, terutama yang berskala menengah hingga berskala besar. Setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. Jaminan kesehatan merupakan hak Konstitusional setiap warga negara. Dengan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

MENTERI BADAN USAIIA MIEIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR.../POJK.../20...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang telah dilaksanakan selama ini telah

BAB V PENUTUP. Bab ini akan berisi kesimpulan hasil penelitian, dan saran-saran yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. roda perusahaan manajemen akan diawasi oleh fungsi satuan pengawasan internal

BAB I PENDAHULUAN. yakni pembukaan (preambule), ketentuan pasal demi pasal dan ketentuan

PT. MALINDO FEEDMILL, Tbk. No. Dokumen = 067/CS/XI/13 PIAGAM KOMITE AUDIT. Halaman = 1 dari 10. PIAGAM Komite Audit. PT Malindo Feedmill Tbk.

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DEWAN KOMISARIS PT WIJAYA KARYA BETON Tbk

Audit Committee Charter- SSI. PT SURYA SEMESTA INTERNUSA Tbk. PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER)

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 1997, yang melanda sebagian besar wilayah dunia

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan hal yang perlu. diperhatikan bagi perusahaan dewasa ini karena berkaitan dengan isu

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122 TAHUN 2001 TENTANG TIM KEBIJAKAN PRIVATISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

SURAT KEPUTUSAN BERSAMA DEWAN KOMISARIS DAN DIREKSI PT PERKEBUNAN NUSANTARA XIII (PERSERO) NOMOR : 13.00/KPTS/09/IV/2014 NOMOR : Dekom/SK-02/IV/2014

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup pasti akan mengalami kematian, demikian juga

Pengaturan dan Permasalahan Tata Kelola Badan Usaha Milik Negara Oleh: Febry Liany * Naskah diterima: 13 Oktober 2015; disetujui: 13 Oktober 2015

BAB I PENDAHULUAN. Penerapan Good Corporate Governance oleh perusahaan-perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Keterkaitan perusahaan dengan daerah lingkungan sosialnya menuntut

BAB I PENDAHULUAN. keuangan harus menyajikan informasi yang berintegritas tinggi (PSAK no. 1,

PT LIPPO KARAWACI Tbk. Piagam Komite Nominasi dan Remunerasi

PT FIRST MEDIA Tbk Piagam Dewan Komisaris

BAB I PENDAHULUAN. Bank-Bank di Indonesia dimana bank-bank dinilai oleh Otoritas Perbankan,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, DAN KETERBATASAN. penelitian, serta rekomendasi bagi penelitian berikutnya. Bagian kesimpulan

PEDOMAN DAN TATA TERTIB KERJA DIREKSI

SALINAN PERATURAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-18/MBU/10/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Mengenai definisi perusahaan dapat ditemukan dalam Undang-Undang Nomor. 3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.

PT AKBAR INDO MAKMUR STIMEC TBK. PIAGAM DIREKSI

KEPUTUSAN DEWAN KOMISARIS PT INDONESIA ASAHAN ALUMINIUM (PERSERO) NOMOR : PC-07/05/2014 TENTANG PIAGAM KOMITE AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan hukum nasional dalam rangka mewujudkan. adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33/POJK.04/2014 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN KOMISARIS EMITEN ATAU PERUSAHAAN PUBLIK

BAB II PERSEROAN TERBATAS SEBAGAI BADAN HUKUM PRIVAT. Dari kata Perseroan Terbatas dapat diartikan bahwa, kata Perseroan

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan nilai perusahaan. Sedangkan Perum mempunyai maksud

MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA REPUBLIK INDONESIA. Yth. : Para Direksi dan Dewan Komisaris/Dewan Pengawas Badan Usaha Milk Negara di - Tempat

Pedoman Dan Standard Operational Procedure Laporan Harta Kekayaan Pejabat Perusahaan (LHKPP) PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggara negara memerlukan aspek akuntabilitas (pertanggungjawaban).

LIBERALISASI BADAN USAHA MILIK NEGARA.

KEPUTUSAN BERSAMA. Nomor : Kep/06/KOM/AS/XI/2010 Nomor : Kep/267-AS/XI/2010. Tentang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN KONFLIK KEWENANGAN DALAM PEMERIKSAAN TERHADAP DIREKSI BADAN USAHA MILIK NEGARA YANG BERBENTUK PERSEROAN TERBATAS DALAM UNDANG-UNDANG PERSEROAN DAN UNDANG-UNDANG BADAN USAHA MILIK NEGARA A. Latar Belakang Masalah Pemeriksaan keuangan terhadap badan usaha milik negara (BUMN) menimbulkan kontradiksi hukum dalam pengaturannya jika BUMN tersebut berbentuk perseroan terbatas (persero). Pengaturan dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 Tentang Badan Usaha Milik Negara (UU Nomor 19 Tahun 2003) dan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (UU Nomor 40 Tahun 2007) yang kontradiktif tersebut membawa implikasi hukum terhadap prosedur dan lembaga yang berwenang melakukan pemeriksaan terhadap BUMN PT. Sesuai dengan Pasal 138 UU Nomor 40 Tahun 2007, pemeriksaan terhadap perseroan terbatas harus melalui prosedur nengajiikan permohonan izin secara tertulis ke pengadilan dalam hal: (1) Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang saham atau pihak ketiga dan (2) Anggota direksi atau dewan komisaris melakukan perbuatan melawan hokum yang merugikan perseroan atau pemegang saham atau pihak ketiga. 1

Adanya ketentuan dalam Pasal 138 UU Nomor 40 Tahun 2007 menimbulkan kontradiksi terkait apabila pemeriksaan yang dilakukan terhadap BUMN PT, yang juga pemeriksaannya diatur dalam UU Nomor 19 Tahun 2003, Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (UU Nomor 15 Tahun 2004) dan Undang-undang Nomor 15 Tahun 2006 Tentang Badan Pemeriksa Keuangan (UU Nomor 15 Tahun 2006). Dalam paket undang-andang keuangan negara tersebut, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mempunyai wewenang melakukan pemeriksaan terhadap BUMN PT maupun perusahan umum (Perum). Dalam Pasal 71 ayat (2) UU Nomor 19 Tahun 2003 dinyatakan, Badan Pemeriksa Keuangan berwenang melakukan pemeriksaan terhadap BUMN sesuai dengan Deraturan perundang-undangan. Ketentuan tersebut tidak mengatur wewenang BPK yang harus melakukan permohonan sebelumnya kepada pengadilan untuk memeriksa BUMN PT. Sementara itu, berdasarkan Pasal 6 ayat (1) UU Nomor 15 Tahun 2006, BPK bertugas memeriksa BUMN PT tanpa memerlukan izin karena sudah ditetapkan dan diatur dalam undangundang. BPK menolak meminta izin pengadilan negeri untuk melakukan pemeriksaan terhadap BUMN PT jika terjadi dugaan unsur merugikan keuangan negara karena kewenangannya sudah diatur dalam UU Nomor 19 Tahun 2003 dan UU Nomor 15 Tahun 2006, sehingga prosedural tersebut dilampaui oleh BPK. 2

Adanya perbedaan pengaturan pemeriksaan ini menimbulkan kontradiksi hukum, apakah pemeriksaan BUMN PT termasuk ke dalam domain aturan pemeriksaan keuangan negara atau domain aturan pemeriksan keuangan badan hukum perdata layaknya perseroan terbatas. Ada kecenderungan, objek pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan BUMN PT diperluas sebagai kerugian keuangan negara atau memenuhi unsur korupsi karena status modalnya yang berasal dari kekayaan negara yangd ipisahkan. Adanya kontradiksi hukum dalam menentukan apakah penyimpangan direksi BUMN yang berbentuk perseroan dikatagorikan sebagai kerugian perseroan atau kerugian keuangan negara Ketidakmampuan mengatur secara tegas kewenangan dan prosedur pemeriksaan dan tanggung jawab direksi yang merugikan perseroan merupakan pertanda manajemen pengaturan BUMN menjadi akan rancu dan tidak menjelaskan hakikat keuangan negara dan keuangan perseroan sebagai keuangan privat. Padahal sejak abad ke-19, kepunyaan badan hukum memiliki ketegasan batasan apakah termasuk kepunyaan publik (domain public) atau kepunyaan privat (domain prive). Keduanya tidak mungkin tunduk pada peraturan perundang-undangan yang sama, baik dalam pemeriksaan dan pihak yang berwenang melakukan pemeriksaannya. Prinsip ini sejalan dengan doktrin badan hukum yang mensyaratkan kekayaan/keuangan yang tepisah, sehingga badan hukum tersebut absah sebagai subyek hukum yang memiliki hak dan kewajiban. 3

Dengan demikian, sangat jelas dari perspektif hukum, adanya kontradiksi hukum yang serius dalam ketentuan peratura perundang-undangan yang mengatur BUMN perseroan terbatas. Identifikasi penyimpangan direksi yang merugikan perseroan terbatas sebagai penyimpangan keuangan negara tidak memiliki argumentasi hukum yang memadai. Hal demikian disebabkan teori hukum yang menyatakan perseroan terbatas sebagai badan hukum perdata murni akan dikesampingkan dan itu merupakan teori gejala hukum positif (positieve rechtsverschijnsel) dalam kehidupan musyarakat tidak dapat dikesampingkan. Dengan demikian, perlu ada penelitian yang mendasar dan mendalam atas ketentuan pemeriksaan pemeriksaan keuangan BUMN perseroan terbatas dengan maksud memberikan kepastian hukum dan kenyamanan bagi BUMN perseroan terbatas dalam menjalankan usahanya. Dengan kedudukan BUMN sebagai badan hukum perdata murni, BPK tidak memiliki kewenangan dalam menentukan dan mengambil alih pemeriksaan keuangan terhadap BUMN perseroan terbatas. Hal demikian disebabkan BUMN Perseroan terbatas merupakan domain yang khusus dan memiliki keleluasaan antuk menentukan tata cara pertanggungjawaban keuangannya. BUMN perseroan terbatas memiliki domain tersendiri dalam rangka memenuhi pertanggungjawaban keuangannya, yang tidak mungkin disamakan dengan keuangan sektor publik. Dengan demikian BUMN perseroan terbatas memiliki identitasnya sendiri dalam rangka menentukan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangannya. Dalam hal ini, Negara telah melakukan intervensi terlalu jauh 4

dalam mewujudkan tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance). Memperhatikan doktrin hukum mengenai badan hukum, jelas dalam pemeriksaan keuangan BUMN perseroan terbatas merupakan keuangan yang teipisah can dari keuangan negara. Keuangan dalam BUMN perseroan terbatas memiliki status hakum sebagai kekayaan/keuangan perseroan itu sendiri. Peraturan perundang-undangan dan kebijakan negara tidak dapat mengklasifikasikan kekayaan/keuangan sektor privat kekayaan/keuangan negara. Dengan mendasarkan pada uraian latar belakang tersebut perlu ada pendefinisian secara akademik-filosofis dalam menentukan kebijakan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan dalam sektor privat yang mmghargai status hukum yang dimilikinya. Negara dituntut memiliki kebijakan yang komprehensif dalam lapangan kekayaan sektor publik dan sektor privat. B. Perumusan Masalah Uraian permasalahan yang dikaji dalam tesis ini merupakan bagian yang tidak tepisahkan dari lingkup pembahasan hukum perseroan terbatas. Dengan demikian, pembatasan masalah yang akan dibahas pun terkait erat dengan pokok permasalahan yang dikemukakan. Permasalahan yang diuraikan terkait erat dengan aspek hukum perseroan terbatas, sehingga pembahasannya pun akan selalu berpedoman dan berlandaskan pada peraturan perundangundangan mengenai perseroan negara atau yang terkait langsung maupun 5

tidak langsung dengan badan usaha milik negara dan ktuangi m negara. Di samping itu, permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini diarahkan untuk mendalami aspek hukum perseroan terbatas, khususnya dalam pemeriksaannya. Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian tesis ini dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Siapakah lembaga yang berwenang melakukan pemeriksaan terhadap perseroan terbatas dalam hal terjadinya dugaan direksi melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan perseroan terbatas pada badan usaha milik negara yang sahamnya sebagian besar atau seluruhnya dimiliki negara? 2. Mengapa unsur kerugian negara dapat menjadi dasar perluasan pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan kepada badan usaha milik negara perseroan terbatas yang merupakan badan hukum perdata? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui dan menganalisis lembaga yang berwenang melakukan pemeriksaan terhadap perseroan terbatas dalam hal terjadinya dugaan direksi melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan perseroan terbatas pada badan usaha milik negara yang sahamnya sebagian besar atau seluruhnya dimiliki Negara. 6

2. Untuk mengetahui dan menganalisis mengapa unsur kerugian negara dapat menjadi dasar perluasan pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan kepada badan usaha milik negara perseroan terbatas yang merupakan badan hukum perdata. D. Manfaat Penelitian Melalui tesis ini diharapkan diperoleh manfaat praktis dan teoritis sebagai berikut: 1. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis. Penelitian ini merupakan tugas akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Hukum pada program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Selain itu, adanya kecenderungan ketidak-konsistenan dalam melaksanakan pemeriksaan keuangan BUMN PT. b. Manfaat bagi Departemen Keuangan dan Kementerian BUMN. Penelitian ini memberikan suatu masukan dan tambahan pengkajian bagi Kementerian BUMN, khususnya untuk menelaah implikasi hukum atas pemeriksaan keuangan BUMN PT. Dengan demikian, Departemen Keuangan dan Kementerian BUMN sebagai regulator dapat memberikan ketentuan yang taat asas dan taat adil dalam mewujudkan good corporate governance dan kebijakan pengelolaan BUMN. 7

c. Manfaat bagi BUMN. BUMN juga diharapkan mampu mengambil manfaat atas penelitian ini, khususnya mengenai sistem pemeriksaan keuangan BUMN PT yang sesuai dengan asas hukum serta prinsip good corporate governance. d. Manfaat bagi Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Bagi BPK adanya penelitian ini akan memberikan konsep hukum yang baik (lalam menghadapi ketentuan hukum mengenai keterkaitan keuangan negara dan BUMN. 2. Manfaat Teoritis Penelitian mengenai topik ini masih belum dikaji secara mendalam, khususnya dari segi hokum. Pendekatannya seringkali dilakukan dengan pengetahuan manajemen. Oleh sebab itu, adanya penelitian perihal pemeriksaan BUMN akan memberikan data penelitiai dan literatur yang bermanfaat bagi pengembangan keilmuan hukum, limsusnya hukum bisnis. E. Keaslian Penelitian Dalam aspek hukum yang membahas mengenai pemeriksaan keuangan terhadap BUMN PT pada dasarnya belum pernah ada yang melakukan penelitian terhadapnya, khususnya dari segi pemeriksaan keuangan dan pengawasan keuangan BUMN. Oleh sebab itu, sepanjang sepengetahuan penulis tidak pernah ada yang menulis mengenai topik permasalahan ini. 8