2014 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL PADA KETERAMPILAN MEMBUAT SPAKBOR KAWASAKI KLX 150 MENGGUNAKAN FIBERGLASS DI SMALB-B

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayu Dwi Sulistiyo, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara yang berkembang dengan jumlah penduduk besar, wilayah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bab I ketentuan umum pada pasal 1 dalam UU ini dinyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan. mengemban fungsi tersebut pemerintah menyelenggarakan Sistem

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan zaman. Hal ini sesuai dengan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. memperkuat kepribadian, dan mempertebal semangat kebersamaan agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi yang terus berkembang dewasa ini, sangat membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu dan perkembangan masyarakat, selain itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB I PENDAHULUAN. hidup yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan individu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kelancaran proses pembangunan Bangsa dan Negara Indonesia kearah

B A B I PENDAHULUAN. khususnya proses pembelajaran di sekolah terus di lakukan seiring dengan kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Anissa Dwi Ratna Aulia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemakaian seragam sekolah terhadap siswa di dalam suatu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan teknologi mempercepat modernsasi

2014 IMPLEMENTASI MEDIA TIGA DIMENSI PADA PEMBELAJARAN MENGHIAS KAIN DI SMP NEGERI 3 LEMBANG

Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Bab II pasal 3 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kunci utama dalam terlaksananya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mengembangkan. kepribadian manusia melalui pemberian pengetahuan, pengajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah dunia menunjukkan bahwa Sumber Daya Manusia (SDM)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang diadakan di Negara tersebut. Pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Bab 2 pasal 3 UU Sisdiknas berisi pernyataan sebagaimana tercantum

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Ekonomi Akuntansi. Disusun Oleh:

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

EVALUASI IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TUNE UP SEPEDA MOTOR PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan berkembangnya zaman dan kemajuan ilmu teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Seperti tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tahun 1945, berfungsi mengembangkan kemampuan dan. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka menjadi. pemerintah, masyarakat, maupun keluarga. Namun demikian, pemerintah

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Beralihnya masyarakat kita dari masyarakat yang masih sederhana

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Akuntansi. Disusun Oleh :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Oleh karena itu, pendidikan menuntut orang-orang yang terlibat di. pengetahuan dan teknologi yang berkembang saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan sumber daya manusia (SDM) berkualitas dan bertanggung

SLB TUNAGRAHITA KOTA CILEGON BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Upaya mewujudkan pendidikan karakter di Indonesia yang telah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring berkembangnya zaman memberikan dampak yang besar bagi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah kita dituntut untuk mampu

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dapat memperoleh ilmu pengetahuan serta keterampilan yang berguna untuk masa

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah mengungkapkan Pancasila sebagai jiwa seluruh rakyat Indonesia,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia merupakan aspek penting terhadap kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempelajari pengetahuan dan ketrampilan baru sehingga dapat diperoleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan mempunyai tugas untuk menghasilkan generasi yang baik, manusia manusia yang lebih berbudaya, manusia sebagai individu yang memiliki kepribadian yang lebih baik. Tujuan pendidikan di suatu negara akan berbeda dengan tujuan pendidikan di negara lainnya, sesuai dengan dasar negara, falsafah hidup bangsa, dan ideologi negara tersebut. Indonesia mengenal istilah Pendidikan Nasional, adapun yang dimaksud dengan pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman, sedangkan tujuan dari pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum di dalam UU No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 adalah: Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Hakikat pendidikan pada umumnya adalah suatu usaha untuk mendewasakan anak didik dan memberi bekal pengetahuan agar mampu dan cakap/terampil dalam melakukan tugas hidupnya. Hal tersebut berlaku bagi setiap anak termasuk anak yang berkebutuhan khusus. Hak anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dilindungi oleh Undang-Undang Dasar 1945 Bab XIII pasal 31 ayat 1 yang berbunyi: Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran. Pernyataan tersebut mengandung makna bahwa semua warga negara tidak terkecuali warga negara yang berkebutuhan khusus, berhak mendapatkan pendidikan dan pengajaran yang termasuk didalamnya adalah pembelajaran

2 keterampilan yang berfungsi untuk kemandirian bagi anak berkebutuhan khusus. UUD 1945 juga diperkuat oleh target sasaran mutu SLB Negeri Cicendo Revisi. 01 Hal 11 tahun 2012 yang menyatakan tujuan dari SLB Negeri Cicendo adalah menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dalam bidang keterampilan dan mampu hidup mandiri. Anak berkebutuhan khusus (difabel) terdiri dari beberapa kriteria kekurangan, salah satu dari anak diffabel tersebut adalah anak yang menderita tidak bisa mendengar atau disebut juga tunarungu. Anak tunarungu adalah seseorang yang mengalami kehilangan kemampuan mendengar, sehingga kondisi ini berdampak terhadap kehidupannya, baik sebagai individu maupun insan sosial sehingga dibutuhkan suatu layanan pendidikan khusus untuk menanggulangi keterbatasannya yang disesuaikan dengan karakteristik ketunaannya. Dampak yang ditimbulkan oleh ketunarunguan sangat luas pada kehidupan yang bersangkutan yaitu masalah bahasa dan komunikasi, masalah intelektual dan kognitif, masalah pendidikan, masalah sosial ekonomi bahkan masalah vokasional. Dampak kelainan pendengaran pada anak akan memberikan konsekuensi sangat kompleks, terutama berkaitan dengan masalah kejiwaannya. Anak tunarungu seringkali dihinggapi rasa keguncangan sebagai akibat tidak mampu mengontrol lingkungannya. Kondisi ini semakin tidak menguntungkan bagi penderita tunarungu yang harus berjuang dalam meniti tugas perkembangannya. Maslah yang muncul akibat gangguan pendengaran ini, penderita akan mengalami berbagai hambatan dalam menjalani perkembangannya, terutama pada aspek bahasa, kecerdasan, dan penyesuaian sosial. Anak tunarungu lebih dicondongkan kepada mata pelajaran yang membutuhkan keterampilan fisik seperti kerajinan tangan yang dapat menghasilkan untuk masyarakat, karena guru-guru merasa percuma mengajarkan materi pelajaran yang lain. Keterbatasan media alat bantu yang tepat untuk mengajar anak tunarungu menjadi masalah bagi para guru untuk mampu menjelaskan materi pelajaran yang dibebankan kepada siswa. Apalagi dengan standar kurikulum yang disetarakan dengan anak normal namun tidak

3 menyesuaikan dengan kebutuhan khusus anak tuna rungu dalam memahami materi suatu pelajaran. Jika normalnya anak normal dapat memahami seluruh materi dalam waktu satu semester dengan bobot materi yang sama, anak tuna rungu membutuhkan waktu yang lebih lama daripada anak normal untuk dapat memahaminya. Karena menjelaskan suatu materi pelajaran pada anak tunarungu membutuhkan metode dan media penyampaian yang berbeda dengan anak normal. Pemahaman terhadap dunia tunarungu yang kurang, mengakibatkan terjadinya hambatan dalam pendidikan mereka. Selama ini pendidikan di SLB hanya menekankan kepada cara bagaimana anak tuna rungu dapat mencapai prestasi yang disetarakan dengan anak normal. Siswa tuna rungu dituntut untuk memiliki kemampuan setara dengan anak normal lainnya dan diharapkan dengan begitu dapat mengejar ketertinggalan mereka. Sukmara, Galuh (dalam http://akrab.or.id/, 2008) menyatakan bahwa: Pendidikan anak tunarungu di Indonesia telah mengalami ketertinggalan jauh 30-40 tahun dibandingkan dengan pendidikan serupa di Swedia, Amerika dan Jepang. Ini diakibatkan oleh rendahnya pengetahuan dan wacana guru yang tidak memahami kondisi dan kebutuhan anak tuna rungu. SMALB-B Negeri Cicendo adalah lembaga pendidikan yang didirikan untuk menciptakan SDM yang mampu bersaing dalam kehidupan bermasyarakat, meskipun bersaing dengan orang yang normal sekalipun. Berdasarkan data yang didapat dari observasi awal di SMALB-B Negeri Cicendo bahwa kurikulum pendidikan khusus difokuskan pada keterampilan yaitu keterampilan vokasional (70%), akademik (30%). Keterampilan vokasional di SMALB-B Negeri Cicendo meliputi keterampilan Otomotif, tata busana, komputer, dan membatik. Siswa diberikan keleluasan untuk memilih keterampilan vokasional yang ada. Selama beberapa kali penulis mengamati kegiatan belajar mengajar di SMALB-B Negeri Cicendo di Bandung, penulis mendapat sebuah temuan awal masalah, berdasarkan hasil wawancara dengan Humas SMALB-B Negeri Cicendo bahwa: Siswa mengalami kesulitan dalam proses pembelajaran khususnya dalam belajar keterampilan otomotif. Hal tersebut dikarenakan guru yang

4 memberikan pelajaran keterampilan otomotif tidak dibekali dengan cara mengajar yang tepat, dan penerapan pembelajaran yang diterapkan pada siswa tunarungu kurang tepat, sehingga pembekalan keterampilan terhadap siswa kurang berjalan lancar. Kurangnya cara belajar siswa mengenai keterampilan otomotif dapat berpengaruh ketika sudah lulus sekolah. Siswa yang sudah lulus tidak dapat mengaplikasikan pembelajaran keterampilan yang mereka dapat di sekolah. Sehingga mereka tidak terpakai di masyarakat dan menjadi pengangguran dan menjadi beban keluarga. Akibat yang ditimbulkan tersebut dikarenakan oleh penerapan model yang kurang tepat. Hasil observasi penulis diperkuat oleh pendapat Slameto (2003: hlm 65), cara mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang kurang baik pula. Karena itu dalam pemilihan model harus mempertimbangkan beberapa aspek penting. Aspek penting itu diantaranya antara lain tujuan, anak didik, situasi, fasilitas, dan pribadi guru. Komponen yang penting dalam perbaikan proses pembelajaran adalah dengan menerapkan pembelajaran yang lebih kreatif yaitu pembelajaran berbasis kontekstual. Pembelajaran berbasis kontekstual memungkinkan siswa untuk menguatkan dan menerapkan keterampilan otomotif yang mereka peroleh. Apabila pembelajaran berbasis kontekstual diterapkan dengan benar, diharapkan siswa berkebutuhan khusus akan terlatih untuk dapat menghubungkan apa yang diperoleh di kelas dengan kehidupan. Masalah-masalah pembelajaran yang melatarbelakangi diperkenalkannya konsep pembelajaran pembelajaran berbasis kontekstual karena sebagian siswa tidak dapat menghubungkan apa yang telah mereka pelajari dengan cara pemanfaatan pengetahuan tersebut di kemudian hari. Berkaitan dengan hal itu, guru dihadapkan pada tantangan dan masalah bagaimana mencari cara yang terbaik untuk menyampaikan konsep-konsep yang mereka ajarkan sedemikian rupa tepatnya agar semua siswa dapat menggunakan dan menyimpan informasi tersebut. Gafur, A. (2003: hlm 275) mengatakan bahwa: Pembelajaran berbasis kontekstual memandang proses belajar benar-benar berlangsung hanya jika siswa mampu memproses atau mengonstruksi sendiri informasi atau pengetahuan sedemikian rupa tepatnya sehingga pengetahuan menjadi bermakna sesuai dengan kerangka pikir mereka.

5 Berdasarkan dari latar belakang permasalahan, salah satu alternatif dari masalah tersebut adalah dengan penerapan pembelajaran berbasis kontekstual, sehingga penulis merasa penting untuk melakukan penelitian tentang Implementasi Pembelajaran Berbasis Kontekstual pada keterampilan Membuat Spakbor Kawasaki KLX 150 Menggunakan Fiberglass di SMALB- B. B. Identifikasi Masalah Penelitian Masalah yang timbul perlu diidentifikasi faktor-faktornya, maka dapat penulis identifikasi masalah pada penelitian ini, ialah sebagai berikut: 1. Siswa SMALB-B jarang melakukan latihan keterampilan terutama pada bidang keterampilan otomotif 2. Guru yang mengajar keterampilan otomotif bukan dari lulusan teknik otomotif 3. Guru belum terampil mengajar keterampilan vokasional khususnya dibidang keterampilan otomotif 4. Pemahaman terhadap dunia tunarungu yang kurang penyebab penghambat pembelajaran 5. Guru SMALB-B belum menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual. C. Rumusan Masalah Penelitian Mengacu pada latar belakang, untuk memudahkan penyusunan skripsi ini maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut: Bagaimanakah implementasi pembelajaran berbasis kontekstual pada pembelajaran keterampilan membuat spakbor Kawasaki KLX 150 menggunakan fiberglass di SMALB-B Negeri B Cicendo?. D. Tujuan Penelitian Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk medeskripsikan hasil dari implementasi pembelajaran berbasis kontekstual pada pembelajaran keterampilan pembuatan spakbor Kawasaki KLX 150 menggunakan fiberglass. Adapun secara

6 khusus yaitu untuk mendeskripsikan kemampuan siswa tunarungu tiap fase dalam pembelajaran keterampilan membuat spakbor Kawasaki KLX 150 menggunakan fiberglass dengan menggunakan pembelajaran berbasis kontekstual. E. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran serta dapat dijadikan referensi bagi pembaca yang ingin mengetahui mengenai implementasi pembelajaran berbasis kontekstual pada pembelajaran keterampilan pembuatan spakbor Kawasaki KLX 150 menggunakan fiberglass. 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti, dengan penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai implementasi pembelajaran berbasis kontekstual pada pembelajaran keterampilan pembuatan spakbor Kawasaki KLX 150 menggunakan fiberglass. b. Bagi siswa, implementasi pembelajaran berbasis kontekstual diharapkan dapat membantu siswa lebih memahami dalam keterampilan pembuatan spakbor Kawasaki KLX 150 menggunakan fiberglass, dan diharapkan siswa memiliki keterampilan yang bisa bermanfaat di masyarakat. c. Bagi guru dan lembaga pendidikan, diharapkan penelitian ini dapat menjadi referensi dan pengetahuan dalam penggunaan pembelajaran yang tepat untuk proses pembelajaran keterampilan keterampilan pembuatan spakbor Kawasaki KLX 150 menggunakan fiberglass. F. Struktur Organisasi Struktur organisasi merupakan urutan penyusunan materi dalam penulisan skripsi agar susunannya lebih teratur, struktur organisasi penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut BAB I PENDAHULUAN Berisi tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi.

7 BAB II BAB III BAB IV BAB V KAJIAN PUSTAKA Berisi tentang teori-teori yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, antara lain tentang, tinjauan umum pembelajaran, pendidikan siswa berkebutuhan khusus (difabel), keterampilan otomotif, dan kerangka pemikiran METODOLOGI PENELITIAN Berisi tentang lokasi dan objek penelitian, desain penelitian, metodologi penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi hasil penelitian dan pembahasan berisi tentang pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, tujuan penelitian dan pembahasan atau analisis temuan. KESIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang kesimpulan dari penelitian yang dilakukan dan saransaran yang diberikan untuk pihak-pihak terkait.