BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

dokumen-dokumen yang mirip
(PTK Pada Siswa Kelas VIII B SMP Muhammadiyah 10 Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas guru melalui penataran-penataran atau melanjutkan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem pada prinsipnya bukan hanya bertujuan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan matematika dapat diartikan sebagai suatu proses yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. latihan. Pendidikan memberikan peranan yang sangat besar dalam menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Akan tetapi yang perlu diingat bahwa pendidikan akan berhasil dengan. negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, karena interaksi pembelajaran merupakan kegiatan inti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Cindy Noor Indah putri, 2014

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi yang diharapkan. Karena hal itu merupakan cerminan dari kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. dengan inovasi dalam bidang pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan dapat melahirkan sumber daya manusia yang berkualitas yaitu yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan bukan sekedar memberikan pengetahuan, nilai-nilai atau

mengembangkan potensi diri mereka melalui proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pelaksanaannya, proses pendidikan membutuhkan kesiapan,

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. dengan peserta didik dalam situasi intruksional edukatif. Melalui proses belajar

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di negara Indonesia dilakukan dalam upaya meningkatkan mutu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang bermartabat dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara spesifik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. seseorang individu agar bisa dan mampu hidup dengan baik di lingkungannya

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. partisipasi dalam proses pembelajaran. Dengan berpartisipasi dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat, arus globalisasi semakin hebat.

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

PENGEMBANGAN AKTIVITAS BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 TERAS TAHUN AJARAN 2009/2010

BAB I PENDAHULUAN. dalam persaingan global. Maka sebagai bangsa, kita perlu terus mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ivo Aulia Putri Yatni, 2013

BAB I PENDAHULUAN. menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJASAMA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memperdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi berkembang semakin pesat. Manusia dituntut dengan segala

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan tempat untuk mengembangkan dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting karena pendidikan merupakan

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika. Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mampu menunjukan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

BAB I PENDAHULUAN. kurang memperhatikan sektor pendidikannya. Pendidikan memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. teknologi diperlukan sumber daya manusia yang tangguh. Pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan sekelompok orang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

I. PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Feni Maelani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan mempunyai peran penting pada kehidupan saat ini, apabila

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan perubahan budaya kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan. membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

mempersiapkan kehidupan masa kini dan masa depan. Pendidikan mengarahkan kehidupan bangsa yang lebih baik di masa depan dan lebih bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran, dan sebagainya. Masing-masing faktor yang terlibat dalam. lain, akan tetapi saling berhubungan dan saling mendukung.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. beradaptasi dengan lingkungan dan mengantisipasi berbagai kemungkinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. dan keterampilan. Menurut Suharjo (2006: 1), pendidikan memainkan peranan. emosi, pengetahuan dan pengalaman peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang baik (Hamalik, 2009, h. 60). Dalam UU No. 20 Tahun 2003 pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan diadakannya perbaikan dalam bebagai bidang di dalam pendidikan baik itu perubahan kurikulun yang dilakukan oleh dinas pendidikan, perubahan nilai KKM oleh pihak sekolah dan berbagai model dan metode pembelajaran yang secara khusus dan langsung terjun pada siswa sebagai objek dari setiap perubahan yang dilakukan tersebut adalah untuk mencapai tujuan dari pendidikan nasional. Seperti yang telah dirumuskan oleh pemerintah pada UU No. 20 tahun 2003 pasal 3 yaitu : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. (UU No. 20 tahun 2003 pasal 3) Memasuki era kurikulum 2013, pendidikan Indonesia dihadapkan pada sebuah tantangan besar dimana setiap elemen dalam dunia pendidikan harus mampu menerapkan setiap kompetensi yang telah dirancang dan mengembangkannya pada setiap diri siswa. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang dengan karakteristik salahsatunya yaitu mengembangkan keseimbangan antara pengembangan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreativitas, kerja sama 1

2 dengan kemampuan intelektual dan psikomotorik. Dari pernyataan tersebut dapat diambil 3 kemampuan dasar yaitu sosial, intelektual dan psikomotorik. Kemampuan dalam berdiskusi merupakan salah satu kemampuan penting yang harus dimiliki oleh siswa karena dalam diskusi mengandung 3 kemampuan dasar sosial, intelektual dan juga psikomotorik. Kemampuan sosial dan psikomotorik tumbuh dalam kegiatan diskusi karena dalam diskusi tentunya dilatih dan dituntut untuk mampu berkomunikasi antar satu sama lain. Sedangkan kemampuan intelektual tentunya menjadi kemampuan dasar yang harus dimiliki dalam kegiatan diskusi agar diskusi dapat berjalan lebih baik. Oleh karena itu kemampuan dalam berdiskusi dianggap penting dalam mengembangkan 3 kemampuan dasar tersebut. Selain itu diskusi pun memiliki banyak manfaat diantaranya yaitu memberikan stimulus agar siswa bersedia menggali informasi, melatih agar mampu mengemukakan pendapat, dan memberi kesempatan untuk mempelajari hubungan antar siswa satu sama lain. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dipodjodo (1984:67) bahwa setiap peserta diskusi memiliki hak an open mind, an open heart dan an open mouth. Dalam diskusi pun pembelajaran tidak harus berpusat pada guru, melainkan berpusat pada siswa. Pada siswa kelas IV SDN 1 Suntenjaya banyak ditemukan permasalah seperti pembelajaran yang berpusat pada guru, ketika guru selesai menjelaskan materi tidak banyak siswa yang bertanya dan hanya diam saja tidak memberikan pendapatnya akan tetapi ketika memasuki evaluasi siswa banyak ditemukan belum mampu mengusai materi.meskipun di dalam kelas tersebut siswa perempuan lebih banyak, tetapi setiap kali pembelajaran siswa laki laki yang mendominasi jalannya pembelajaran. Siswa dalam kelas tersebut juga terlihat seringkali bertengkar satu sama lain, mau belajar hanya dengan kelompok tertentu dan suasana kelas seringkali ribut dan jalannya pembelajaran kondusif hanya 15 menit dari awal pembelajaran. Dalam hal mempelajari materi pun, ketika siswa diminta untuk membandingkan dan mengamati bangun ruang, siswa masih banyak yang menjawab salah dan diam ketika diberikan pertanyaan tersebut.

3 Dalam menangani permasalahanyang kompleks, cooperative learning menyajikan solusi praktis dalam mengajak siswa agar mampu saling ketergantungan positif satu sama lain, melatih untuk memiliki tanggung jawab perseorangan, memberikan kesempatan untuk bertatap muka dengan siswa lainnya, melatih proses komunikasi antar anggota dan melatih dengan adanya kualitas kerjasama dalam kerja yang dilakukan secara berkelompok. Lebih dari 5 dekade yang lalu para peneliti menemukan kecenderungan unik dalam perilaku manusia. Mereka umumnya sepakat bahwa perilaku manusia individu individu akan berubah ketika mereka bekerja dalam kelompok kelompok. Seperti yang diungkapkan Allport (1924 : dalam Gillies dan Ashman, 2003) dalam Huda (2013:5) yang menyatakan bahwa ada perbedaan yang menonjol dalam hal kuantitas dan kualitas kerja individu- individu ketika mereka mau membuka diri untuk saling mendengarkan dan peduli pada hasil kerjanya satu sama lain. Hal ini sejalan yang dikemukakan oleh Johnson & F. Johnson (1991) dalam Huda (2013:10) yaitu untuk mengoordinasi setiap usaha demi mencapai tujuan kelompok, siswa harus : 1) saling mengerti dan percaya satu sama lain, 2) berkomunikasi dengan jelas dan tidak ambigu, 3) saling menerima dan mendukung satu sama lain, 4) mendamaikan setiap perdebatan yang sekiranya melahirkan konflik. Situasi kooperatif merupakan bagian dari siswa untuk mencapai tujuan kelompok dan tanggung jawab individu. Salah satu model cooperative learning yang mampu mencapai 2 tujuan tersebut yaitu cooperative learning tipe Jigsaw. Beberapa ahli menyatakan bahwa model cooperative learning tipe Jigsaw unggul dalam memahami konsep konsep sulit, bekerja sama dalam belajar serta mampu

4 menambah kemampuan dan membantu siswa dalam belajar (Susanto dalam http://ipotes.wordpress.com.pembelajaran Kooperatif Tipe jigsaw). Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian mengenai Penerapan Model Cooperative Learning Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Kemampuan Diskusi Siswa Pada Mata Pelajaran Matematika Materi Bangun Ruang sehingga kemampuan diskusi siswa dapat meningkat. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas terdapat beberapa masalah yang muncul dalam kegiatan belajar mengajar yang dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1. Siswa Kelas IV di SDN 1 Suntenjaya terbiasa dengan pembelajaran yang teacher centered dan tidak terbiasa membentuk suatu kelompok kerja sehingga masih sulit ketika pengondisiannya. 2. Siswa menjadi semangat belajar ketika diciptakan persaingan antar kelompok sekalipun tidak semua anggota kelompok ikut bekerja sama dalam kelompok tersebut. 3. Ketika diberi tugas individu, siswa banyak yang beralasan tidak bisa dan tidak mau mengerjakan, akan tetapi ketika diberi tugas secara kelompok siswa mau ikut andil membantu teman dalam kelompoknya. 4. Kemampuan siswa dalam bertanya, menanggapi dan mendengarkan guru maupun siswa masih kurang. 5. Kemampuan siswa dalam membedakan dan mengamati bangun ruang masih rendah. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

5 1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran kelas IV SDN 1 Suntenjaya, Lembang melalui penerapanmodel cooperative learning tipe Jigsaw pada pelajaran matematika materi bangun ruang dalam meningkatkan kemampuan diskusi siswa? 2. Bagaimana peningkatan kemampuan dikusi siswa kelas IV SDN 1 Suntenjaya, Lembang melaluipenerapan model cooperative learningtipe Jigsaw? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan, maka tujuan dari penelitian ini yaitu diantaranya sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran kelas IV SDN 1 Suntenjaya melalui penerapanmodel cooperative learningtipe Jigsaw padapelajaran matematika materi bangun ruang dalam meningkatkan kemampuan diskusi siswa. 2. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan diskusi siswa setelah menerapkan model cooperative learningtipe Jigsaw. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai manfaat, baik secara teoritis maupun praktis yaitu sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis o Mendapatkan alternatif metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika dan model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan diskusi siswa. o Mendukung kegiatan belajar tuntas. 2. Manfaat Praktis berikut: Secara praktis, penelitian ini mempunyai kegunaan diantaranya sebagai a) Kegunaan bagi siswa o Membiasakan siswa untuk belajar aktif dan kreatif.

6 o Membantu siswa untuk bertindak mandiri dalam mencari informasi yang dibutuhkan dengan tidak bergantung pada guru sebagai satu satunya sumber belajar. o Meningkatkan tanggung jawab dan rasa kebersamaan bagi setiap kelompok kerja dalam melaksanakan tugas pembelajaran sehingga hasil belajar siswa meningkat. o Melatih siswa untuk berani bertanya, berbicara dengan suara yang jelas dan membantu teman lain dalam menguasai suatu materi pelajaran. o Dengan meningkatkan kemampuan diskusi, siswa secara bersama sama akan mahir dalam menyelesaikan hambatan - hambatan yang terjadi di dalam kelas. b) Kegunaan bagi guru o Memberikan informasi bahwa dengan adanya pembelajaran yang baik maka dapat mewujudkan siswa yang cerdas, terampil, bersikap baik dan berprestasi. o Pembelajaran di kelas lebih aktif, kreatif dan menyenangkan. o Memberi wacana baru tentang pembelajaran aktif dengan penerapan model cooperative learningtipe Jigsaw untuk meningkatkan kemampuan diskusi siswa. c) Kegunaan bagi sekolah o Sebagai informasi untuk memotivasi tenaga kependidikan agar lebih menerapkan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif. o Sebagai tolak ukur peningkatkan kualitas sekolah dalam melakukan inovasi pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. o Meningkatkan pengelolaan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar.

7 F. Definisi Operasional Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap masalah yang diteliti, maka ada beberapa istilah yang perlu didefinisikan yaitu sebagai berikut: 1. Model Cooperative Learning tipe Jigsaw Model Cooperative Learning tipe Jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai dengan enam orang secara heterogen. Kelompok tersebut terbagi menjadi kelompok asal dan kelompok ahli dan siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri. 2. Kemampuan Diskusi Kemampuan diskusi adalah kemampuan untuk mengajukan pertanyaan, memberikan pendapat, mendengarkan pendapat, menerima pendapat dan menguasai materi.