PENGGUNAAN ATP DRAW 3.8 UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GANGGUAN PADA SALURAN TRANSMISI 150 kv AKIBAT BACKFLASHOVER

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan

Oleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc

SIMULASI PENENTUAN NILAI TAHANAN PENTANAHAN MENARA TRANSMISI 150 KV TERHADAP BACKFLASHOVER AKIBAT SAMBARAN PETIR LANGSUNG

II. TINJAUAN PUSTAKA

I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc

SIMULASI SAMBARAN PETIR LANGSUNG PADA SALURAN TRANSMISI 150 KV TERHADAP KAWAT FASA DENGAN VARIASI TAHANAN PENTANAHAN

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV

Studi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150kV yang Dilindungi oleh Arester Surja

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

Analisis Perbandingan Shielding Gardu Induk Menggunakan Model Electrogeometric

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover

STUDI PERENCANAAN SISTEM PERLINDUNGAN PETIR EKSTERNAL DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

Dielektrika, [P-ISSN ] [E-ISSN X] 85 Vol. 4, No. 2 : 85-92, Agustus 2017

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR UNTUK PERTIMBANGAN PROTEKSI PERALATAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv di YOGYAKARTA

BAB II DASAR TEORI. hari. Jumlah hari guruh yang terjadi pada suatu daerah dalam satu tahun disebut

Analisa Pengaruh Perilaku Petir pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv Menggunakan Metode Burgsdorf

ANALISIS GANGGUAN PETIR AKIBAT SAMBARAN LANGSUNG PADA SALURAN TRANSMISI TEGANGAN EKSTRA TINGGI 500 kv

Analisa Sambaran Petir Terhadap Kinerja Arrester pada Transformator Daya 150 kv Menggunakan Program ATP

KINERJA ARRESTER AKIBAT INDUKSI SAMBARAN PETIR PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

PENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di daerah khatulistiwa. Oleh karena itu Indonesia

Studi Pengaruh Konfigurasi Peralatan pada Saluran Distribusi 20 kv Terhadap Performa Perlindungan Petir Menggunakan Simulasi ATP/EMTP

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

Studi Penempatan Titik Pentanahan Kawat Tanah pada Penyulang Serangan

KOORDINASI PROTEKSI ARESTER PCB DAN DIODA ZENER DENGAN ELEMEN DEKOPLING PADA PERALATAN LISTRIK JURNAL SKRIPSI

ANALISIS SETTING DAN KOORDINASI RELE JARAK PADA GI 150 KV PANDEAN LAMPER ARAH SRONDOL. Abstrak

BAB II TEORI DASAR GANGGUAN PETIR

MITIGASI GANGGUAN TRANSMISI AKIBAT PETIR PADA PT. PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT TANJUNG KARANG

II. TINJAUAN PUSTAKA. (updraft) membawa udara lembab. Semakin tinggi dari permukaan bumi, semakin

PROTEKSI PETIR PADA TRANSISI SALURAN UDARA DAN BAWAH TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 kv

OPTIMASI PENEMPATAN ARRESTER TERHADAP TEGANGAN LEBIH TRANSIEN PADA TRANSFORMATOR DAYA DENGAN METODE ALGORITMA GENETIKA

TINJAUAN PUSTAKA. shielding tiang penangkal dan kawat pada gardu induk. Adapun tujuan dari sistem

STUDY ON SURGE ARRESTER PERFORMANCE DUE TO LIGHTNING STROKE IN 20 KV DISTRIBUTION LINES. Agung Warsito, Abdul Syakur, Liliyana NS *)

Simulasi Tegangan Lebih Akibat Sambaran Petir terhadap Penentuan Jarak Maksimum untuk Perlindungan Peralatan pada Gardu Induk

Analisa Pengaruh Sambaran Petir pada Jaringan Distribusi 13,8 kv di BOB PT. BSP - Pertamina Hulu Bandar Pedada Menggunakan Software ATP-EMTP

Studi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

Vol.3 No1. Januari

SISTEM PROTEKSI PENANGKAL PETIR PADA GEDUNG WIDYA PURAYA

STUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 150 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM)

ANALISIS UNJUK KERJASALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 500kV 2 SALURAN DAN 4 SALURAN DI SUMATERA

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

SISTEM PROTEKSI TERHADAP SAMBARAN PETIR LANGSUNG (DIRECT STRIKE) KE GARDU INDUK. Sudut Lindung. Menara Transmisi Dan Gardu Induk

Dasman 1), Rudy Harman 2)

PENENTUAN LOKASI PEMASANGAN LIGHTNING MASTS PADA MENARA TRANSMISI UNTUK MENGURANGI KEGAGALAN PERLINDUNGAN AKIBAT SAMBARAN PETIR

1 BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan daya listrik dari pembangkit ke konsumen yang letaknya dapat

ANALISIS PENGARUH RESISTANSI PENTANAHAN MENARA TERHADAP BACK FLASHOVER PADA SALURAN TRANSMISI 500 KV

Model Arrester SiC Menggunakan Model Arrester ZnO IEEE WG

Hendri Kijoyo Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Insttut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

PERBANDINGAN WATAK PERLINDUNGAN ARESTER ZnO DAN SiC PADA PERALATAN LISTRIK MENURUT LOKASI PENEMPATANNYA

ANALISIS SAMBARAN PETIR PADA TIANG TRANSMISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE LATTICE

PENENTUAN LETAK OPTIMUM ARRESTER PADA GARDU INDUK (GI) 150 kv SIANTAN MENGGUNAKAN METODE OPTIMASI

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas dan kehandalan yang tinggi. Akan tetapi pada kenyataanya terdapat

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

Studi Pengaruh Backflashover pada Sistem Pentanahan Menara Saluran Transmisi Tegangan Tinggi Terkonsentrasi Menggunakan ATPDraw

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

Studi Analisis Gangguan Petir Terhadap Kinerja Arrester Pada Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20 KV Menggunakan Alternative Transient Program (ATP)

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

STUDI PERFORMANSI PERLINDUNGAN SAMBARAN PETIR PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI (SUTT) 150 KV UNTUK BERAGAM KARAKTERISTIK SAMBARAN

Analisis Kinerja Lightning Arester Pada Jaringan Transmisi 150 kv Sistem Minahasa Khususnya Pada Penyulang Kawangkoan - Lopana

STUDI PENGARUH VARIASI PARAMETER SAMBARAN PETIR TERHADAP TEGANGAN INDUKSI PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv (Studi Kasus Feeder 3 GI Bumi Semarang Baru)

STUDI PENGARUH VARIASI PARAMETER SAMBARAN PETIR TERHADAP TEGANGAN INDUKSI PADA JARINGAN DISTRIBUSI 20 kv (Studi Kasus Feeder 3 GI Bumi Semarang Baru)

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

SIMULASI INDUKSI SAMBARAN PETIR DAN KINERJA ARESTER PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH

STUDI PENGARUH KORONA TERHADAP SURJA TEGANGAN LEBIH PADA SALURAN TRANSMISI 275 kv

SIMULASI DISTRIBUSI TEGANGAN PETIR DI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PENYULANG KENTUNGAN 2 YOGYAKARTA

Vol.12.No.1. Februari 2012 Jurnal Momentum ISSN : X

ANALISIS RANGKAIAN GENERATOR IMPULS UNTUK MEMBANGKITKAN TEGANGAN IMPULS PETIR MENURUT BERBAGAI STANDAR

ANALISA PERBAIKAN SUSUT TEKNIS DAN SUSUT TEGANGAN PADA PENYULANG KLS 06 DI GI KALISARI DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP 7.5.0

Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling

Perbandingan Tegangan Residu Arester SiC dan ZnO Terhadap Variasi Front Time

TUGAS AKHIR DISTRIBUSI TEGANGAN SURJA PETIR PADA TIAP MENARA TRANSMISI MINDO SIMBOLON NIM :

1. BAB I PENDAHULUAN

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TRANSIEN PEMBUMIAN GRID

PENEMPATAN FILTER PASIF PARALEL UNTUK MEREDUKSI HARMONISA TEGANGAN PADA JARINGAN DISTRIBUSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA

Rizky Fajar Adiputra

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN KAWAT TANAH

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS HARMONIK DAN PERANCANGAN SINGLE TUNED FILTER PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN MENGGUNAKAN SOFTWARE ETAP POWER STATION 4.

Analisa Koordinasi Isolasi Peralatan di Gardu Induk Teling 70 kv

Deteksi Lokasi Untuk Gangguan Multi Point Pada Jaring Tiang Distribusi 20 KV Dengan Menggunakan Metode Perambatan Gelombang Sinyal Arus Balik

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

ANALISIS KETIDAKSEIMBANGAN BEBAN TRAFO 1 GI SRONDOL TERHADAP RUGI-RUGI AKIBAT ARUS NETRAL DAN SUHU TRAFO MENGGUNAKAN ETAP

Studi Analisa Keandalan Isolator Pada Saluran Transmisi 150 kv Sirkit Ganda Waru-Bangil TUGAS AKHIR. oleh : Nama : Nifta Faturochman NIM :

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol.

ANALISA PEMASANGAN INSULATOR PADA GSW/KAWAT TANAH TOWER TRANSMISI 150 KV DI PT PLN (PERSERO) P3B SUMATERA

Rancang Bangun Pemotong Surja Tegangan Pada kwh Meter Tiga Fasa Menggunakan PCB (Printed Circuit Board)

Transkripsi:

PENGGUNAAN ATP DRAW 3.8 UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GANGGUAN PADA SALURAN TRANSMISI 150 kv AKIBAT BACKFLASHOVER Muhammad Yudi Nugroho *), Mochammad Facta, and Abdul Syakur Jurusan Teknik Elektro, Universitas Diponegoro Semarang Jl. Prof. Sudharto, SH, Kampus UNDIP Tembalang, Semarang 50275, Indonesia *) E-mail: m.yudinugroho@gmail.com Abstrak Sambaran petir pada saluran transmisi dapat menyebabkan gangguan penyaluran tenaga listrik. Sambaran petir langsung pada kawat tanah maupun menara dapat mengakibatkan terjadinya kenaikan tegangan pada menara, jika tegangan yang timbul pada isolator sama atau melebihi garis Critical Flashover Voltage (CFO) maka terjadilah fenomena denyar balik atau biasa disebut backflashover. Pada tugas akhir ini akan dilakukan simulasi untuk mengetahui kondisi yang kemungkinan terjadi pada suatu model menara transmisi 150 kv ketika dikenai sambaran petir secara langsung di puncak menara dengan menggunakan perangkat lunak ATP Draw 3.8. Setelah disimulasikan dan diperoleh profil tegangan petir maka dilakukan metode untuk mengetahui kemungkinan besarnya tegangan pada isolator yang dapat melampaui CFO. Selanjutnya besar arus yang mungkin terjadi ketika tegangan melampaui CFO diolah untuk mendapatkan kemungkinan jumlah gangguan pada saluran transmisi akibat backflashover. Berdasarkan simulasi dan perhitungan didapatkan jumlah gangguan petir pada fasa A adalah 5,68 gangguan per 100 km/tahun, untuk fasa B adalah 4,22 gangguan per 100 km/tahun, dan untuk fasa C adalah 5,51 gangguan per 100 km/tahun. Kata Kunci : saluran transmisi, backflashover, jumlah gangguan petir Abstract Lightning strikes on transmission lines can cause disruption of electrical supply. A lightning strike directly to the ground wire or the tower may result voltage rise on installed insulator at the tower. If the voltage arising on the insulator is the same or exceed the line of Critical Flashover Voltage (CFO) then there will be a phenomena called backflashover. In this final assignment it will be carried out several simulations to determine the conditions that may occur in a model of 150 kv transmission as to lightning strikes directly at the top of the tower, the simulation was carried out by using ATP Draw 3.8. After simulating and voltage profiles were obtained then the work was continued by applying a method to determine voltage accross on the insulator that exceed CFO. In the next step, large currents that may occur when the voltage exceed the CFO were analyzed to obtain the possible amount of disruption on the transmission line due to backflashover. Based on the calculation and simulation, it was found that the disruption number of lightning in phase A is 5,68 disruption per 100 km/year, in phase B is 4,22 disruption per 100 km/year, and in phase C is 5,51 disruption per 100 km/year. Keywords: transmission lines, backflashover, disruption number of lightning 1. Pendahuluan Indonesia merupakan negara khatulistiwa dengan iklim tropis, keadaan ini menyebabkan Indonesia memiliki intensitas terjadinya petir cukup tinggi. Tingkat kerapatan petir di Indonesia yaitu sebesar 12/km 2 /tahun yang artinya wilayah seluas 1 km 2 akan memilki kemungkinan sambaran petir sebanyak 12 kali setiap tahunnya [1]. Kondisi ini menjadi salah satu masalah yang harus dihadapi pada sistem jaringan listrik di Indonesia, dikarenakan sambaran petir dapat mengakibatkan kerugian yang besar pada pihak penyedia layanan kelistrikan. Pada Saluran transmisi 150 kv gangguan yang sering terjadi adalah sambaran petir langsung yang dapat menyebabkan backflashover [2]. Backflashover terjadi saat sambaran petir langsung mengenai kawat tanah maupun menara, dan saat tegangan yang timbul pada isolator sama atau melebihi Critical Flashover Voltage

TRANSMISI, 18, (1), JANUARI 2016, e-issn 2407 6422, 16 (CFO) menyebabkan sambaran balik dari menara ke kawat fasa [3]. Gangguan petir ini menyebabkan penambahan muatan listrik dalam jangka waktu tertentu. Penambahan muatan ini menimbulkan kenaikan tegangan dan arus pada jaringan listrik, sehingga pada jaringan listrik timbul tegangan dan arus lebih berbentuk gelombang impuls dan merambat ke ujung-ujung jaringan. Jika tegangan atau arus lebih sampai pada suatu gardu, maka tegangan atau arus lebih tersebut dapat merusak isolasi peralatan gardu yang akhirnya akan merusak peralatan kelistrikan yang lebih penting [6]. 2. Metode 2.1. Langkah Penelitian Pada tugas akhir ini terdapat beberapa metode yang diterapkan sebagai dasar metodologi penelitian dalam melakukan penelitian tugas akhir. Metodologi penelitian tugas akhir ini dapat dilihat pada Gambar 1. Mengumpulkan data yang dibutuhkan seperti data teknik menara transmisi, datasheet kabel dan data isolator Memodelkan saluran transmisi 150 kv memasukkan data parameter Memodelkan sumber arus surja petir Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa penelitian dimulai dengan mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk memasukkan parameter tersebut ke dalam software ATP Draw. Saat semua data telah terkumpul maka langkah berikutnya adalah memodelkan saluran transmisi 150 kv dengan model Bergeron, yang mengacu pada, dimana parameter yang digunakan adalah parameter konstan dengan frekuensi yang tidak berubah-ubah. Semua data parameter yang dibutuhkan dimasukkan pada setiap komponen software ATP Draw, mulai dari sumber 3 fasa, kabel yang digunakan, kawat tanah, kawat fasa, menara transmisi, model isolator dan pentanahan. Setelah saluran transmisi sudah dimodelkan dan diisi parameternya, maka langkah selanjutnya adalah memodelkan sumber arus surja petir yang mengenai menara dan memasukkan data parameternya. Running program dijalankan untuk melihat hasil simulasi, jika pada hasil simulasi tersebut tidak terjadi fenomena backflashover maka kembali ke langkah pengisiian parameter untuk sumber surja petir. Jika terjadi backflashover maka data yang didapat disimpan dan diolah untuk mendapatkan jumlah gangguan pada saluran transmisi. 2.2. Data Saluran Transmisi 150 kv Bentuk geometri menara transmisi 150 kv yang disimulasikan dalam Tugas Akhir ini dapat dilihat pada Gambar 2. Memasukkan data parameter arus surja petir Running program simulasi TIDAK Terjadi backflashover? YA Menyimpan bentuk gelombang hasil simulasi Mengolah data untuk mendapatkan jumlah gangguan pada saluran transmisi Gambar 1. Metode penelitian penentuan jumlah gangguan petir akibat backflashover Gambar 2. Model menara

Tegangan Backflashover (10 3 kv) TRANSMISI, 18, (1), JANUARI 2016, e-issn 2407 6422, 17 Adapun data elektrikal kabel yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1. Spesifikasi kabel konduktor [7] Jenis kabel Luas Penampang (mm 2 ) Diameter (cm) Resistansi Reaktansi ACSR 242 2,1793 0,1218 0,2971 Tabel 2. Spesifikasi kabel tanah [7] Jenis kabel Luas Penampang (mm 2 ) Diameter (cm) Resistansi Reaktansi ACSR 67 1,1354 0,4375 0,4063 Isolator yang digunakan pada saluran transmisi 150 kv adalah tipe gantung (suspension). Pada Tugas Akhir ini hanya dibutuhkan data ukuran isolator saja, yaitu untuk satu keping isolator memiliki tinggi 146 mm. Jumlah keping isolator yang digunakan adalah 11, maka panjang satu renteng isolator yang digunakan pada menara transmisi 150 kv adalah 11 x 146 mm = 1,6 meter. dari data geometri Gambar 2. Adapun untuk menghitung nilai impedansi tersebut menggunakan Persamaan 1 dan Persamaan 2. Impedansi lengan menara Impedansi surja menara ( ) (1) ( ) (2) Dimana = impedansi lengan menara/surja menara ( ) h = tinggi lengan menara (m) = jarak antar lengan menara (m) 2.3.2. Pemodelan Isolator Isolator dalam software ATP Draw ini direpresentasikan dengan kapasitor C yang dirangkai paralel dengan sakelar yang pengoperasiannya diatur oleh tegangan. Nilai kapasitansi isolator gantung yang digunakan pada simulasi ini adalah 9,1 pf [4]. 2.3. Pemodelan 2.3.1. Pemodelan Menara Transmisi 150 kv Pemodelan menara transmisi seperti Gambar 3 ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak ATP Draw 3.8 sumber 3 fasa saluran transmisi arus surja petir kawat tanah ke menara 2, 3, 4, 5 Gambar 4. Model renteng isolator backflashover pada ATP Draw [10] Mekanisme backflashover pada isolator dapat dipresentasikan dengan kurva tegangan-waktu (V-t), seperti pada Gambar 5. Sehingga saat terjadi backflashover, yaitu saat tegangan yang melewati isolator melewati batas kemampuan isolator maka sakelar akan menutup [11]. isolator fasa A isolator fasa B isolator fasa C lengan menara pentanahan 2.2 2 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 CFO 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95100 Waktu Backflashover (μs) Gambar 3. Pemodelan lengkap saluran transmisi 150 kv Pemodelan menara transmisi tersebut merupakan rangkaian dari impendansi. Impedansi tersebut didapatkan Gambar 5. Kurva V-t isolator Kurva V-t isolator tersebut didapatkan dengan menggunakan Persamaan 3

TRANSMISI, 18, (1), JANUARI 2016, e-issn 2407 6422, 18 ( ) (3) Dimana = tegangan flashover (kv) K 1 = 0,4 W K 2 = 0,71 W W = panjang renteng isolator (meter) t = waktu tembus isolator atau waktu flashover (μs) 2.3.1. Pemodelan Sumber Petir Sumber petir pada sotfware ATP Draw ini direpresentasikan dengan komponen Heidler yang dihubungkan dengan resistor dengan nilai 400 [9]. Gambar 8. Titik potong kurva V-t isolator untuk fasa B standar IEC Gambar 6. Pemodelan sumber petir Pemodelan sumber petir ini akan divariasikan standar waktu muka (t f ) dan waktu ekor (t t ) berdasarkan 3 standar, yaitu : 1. Standar IEC t f x t t = (1,2 x 50) μs 2. CIGRE t f x t t = (3 x 77,5) µs 3. Jepang t f x t t = (1 x 40) µs 3. Hasil dan Analisa 3.1. Arus Petir Minimum Gambar 9. Titik potong kurva V-t isolator untuk fasa C standar IEC Bentuk gelombang petir yang sudah disimulasikan kemudian digabung dengan kurva V-t isolator untuk menemukan titik potongnya dan menentukan arus petir minimum yang dapat menyebabkan backflashover. Bentuk gelombang ini dibagi dalam tiap standar dan tiap fasa.. Gambar 10. Titik potong kurva V-t isolator untuk fasa A standar CIGRE Gambar 7. Titik potong kurva V-t isolator untuk fasa A standar IEC

TRANSMISI, 18, (1), JANUARI 2016, e-issn 2407 6422, 19 Gambar 11. Titik potong kurva V-t isolator untuk fasa B standar CIGRE Gambar 14. Titik potong kurva V-t isolator untuk fasa B standar Jepang Gambar 12. Titik potong kurva V-t isolator untuk fasa C standar CIGRE Gambar 15. Titik potong kurva V-t isolator untuk fasa C standar Jepang Arus petir minimum yang dapat menyebabkan backflashover seperti pada Gambar 7 sampai Gambar 15 dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Data arus petir minimum Standar tf x tt Imin Fasa A Imin Fasa B Imin Fasa C (μs) (ka) (ka) (ka) Jepang 1 x 40 13,9 11,9 14,8 IEC 1,2 x50 13,3 11,6 14,6 CIGRE 3 x 77,5 13 11,6 14,1 Gambar 13. Titik potong kurva V-t isolator untuk fasa A standar Jepang Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa semakin besar nilai waktu muka petir maka akan menyebabkan arus minimum yang dapat menyebabkan backflashover kecil hal ini berhubungan dengan tegangan yang menyentuh garis CFO, jika waktu mukanya kecil maka membutuhkan arus petir yang besar untuk menyebabkan tegangan yang besar pula untuk menyentuh garis CFO dan terjadi backflashover

TRANSMISI, 18, (1), JANUARI 2016, e-issn 2407 6422, 20 3.2. Probabilitas Distribusi Arus Petir Setelah mengetahui nilai arus petir minimum yang dapat menyebabkan backflashover, maka langkah selanjutnya adalah menghitung prosentasi distibusi arus petir tersebut menggunakan Persamaan 4. (4) ( ) Dimana P I = probabilitas arus petir (%) I = amplitudo arus petir (ka) Sehingga didapatkan nilai distribusi arus petir untuk setiap standar dan tiap fasa seperti Tabel 2. Tabel 4. Distribusi arus petir Standar tf x tt (μs) PI Fasa A (%) PI Fasa B (%) PI Fasa C (%) Jepang 1 x 40 0,889 0,923 0,872 IEC 1,2 x 50 0,905 0,928 0,886 CIGRE 3 x 77,5 0,90 0,928 0,876 Berdasarkan Tabel 4 dapat dilihat bahwa semakin rendah atau semakin kecil arus petir maka probabilitas arus petir tersebut semakin tinggi, dan untuk setiap standar memilki probabilitas arus petir yang hampir sama untuk setiap fasanya. Probabilitas arus petir terkecil adalah pada fasa C saat arus petir 14,8 ka, yaitu 0,872 %. Hal ini menandakan bahwa kemungkinan terjadinya sambaran petir dengan arus 14,8 ka adalah 0,872 % dari seluruh sambaran petir. 3.3. Probabilitas Gangguan Backflashover Probabilitas gangguan backflashover ini merupakan perhitungan untuk mengetahui kemungkinan gangguan backflashover berdasarkan waktu muka gelombang petir. Oleh karena itu dibutuhkan referensi muka gelombang petir dan probabilitas terjadinya muka gelombang tersebut. Referensi tersebut dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Muka gelombang petir dan seringnya terjadi [8] Muka gelombang petir (μs) Probabilitas (%) Sampai 0,5 7 1,0 23 1,5 22 2,0 dan lebih 48 Standar muka gelombang petir yang digunakan dalam simulasi yaitu 1,2 μs untuk IEC, 3 μs untuk CIGRE dan 1 μs untuk Jepang. Berdasarkan tabel 5 maka seringnya terjadi muka gelombang untuk standar IEC adalah 23 %, untuk CIGRE 48%, dan untuk Jepang 22 %. Probabilitas petir yang dapat menimbulkan gangguan backflashover, dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan 5 * ( )+ (5) Dimana : = probabilitas muka gelombang petir (%) = probabilitas distribusi arus petir (%) Tiap nilai i mewakili tiap standar yang digunakan, untuk i = 1 adalah standar IEC, i = 2 adalah standar CIGRE, dan i = 3 adalah standar Jepang. Sehingga nilai probabiltas gangguan backflashover untuk setiap fasa dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Probabilitas gangguan backflashover Fasa A 0,0167 B 0,0124 C 0,0162 3.4. Jumlah Gangguan Pada Saluran Transmisi Perhitungan untuk mengetahui jumlah gangguan pada saluran transmisi akibat backflashover pada setiap fasa digunakan Persamaan 6 (6) Dimana : N t = jumlah gangguan petir pada saluran transmisi (gangguan per 100 km/tahun) IKL = jumlah hari guruh (sambaran/km 2 per tahun) b = jarak antar kedua kawat tanah (meter) h = tinggi menara (meter) Data yang dibutuhkan berdasakan Persamaan 6 adalah: Jumlah hari guruh pada daerah Jawa Tengah adalah 148 sambaran sambaran/km 2 per tahun. Jarak antar kedua kawat tanah (b) pada menara yang diteliti adalah 5,59 meter. Tinggi menara (h) adalah 51,7 meter Sehingga jumlah gangguan petir akibat backflashover pada menara untuk setiap fasanya adalah: Fasa A Fasa B Fasa C gangguan per 100 km/tahun gangguan per 100 km/tahun gangguan per 100 km/tahun

TRANSMISI, 18, (1), JANUARI 2016, e-issn 2407 6422, 21 Dengan demikian dapat dilihat bahwa jumlah gangguan petir pada fasa B akibat bacflashover memiliki nilai paling besar jika dibandingkan dengan fasa yang lain, hal ini dikarenakan pada arus petir yang dapat menyebabkan backflashover pada fasa B adalah paling kecil sehingga memiliki probabilitas distribusi arus petir yang besar dan akhirnya memiliki nilai gangguan yang besar pula. 4. Kesimpulan Berdasarkan hasil simulasi didapatkan arus petir minimum yang dapat menyebabkan backflashover untuk standar IEC adalah 13,3 ka untuk fasa A, 11,6 ka fasa B, dan 14,6 ka untuk fasa C. Kemudian untuk standar CIGRE, pada fasa A 13 ka, fasa B 11,6 ka, dan fasa C 14,1 ka. Selanjutnya untuk standar Jepang, pada fasa A 13,9 ka, fasa B 11,9 ka, dan fasa C 14,8 ka. Kemudian Tegangan maksimal yang dapat ditanggung isolator untuk standar IEC adalah 798,661 kv untuk fasa A, 798,661 kv untuk fasa B, dan 796,958 kv untuk fasa C. Kemudian untuk standar CIGRE, pada fasa A 796,122 kv, fasa B 795,297 kv, dan fasa C 796,122 kv. Selanjutnya untuk standar Jepang pada fasa A adalah 800,407 kv, fasa B 798,661 kv, dan fasa C 796,958 kv. Lalu setelah pengolahan data dan perhitungan maka diperoleh jumlah gangguan pada saluran transmisi yang diakibatkan backflashover untuk fasa A adalah 5,68 gangguan per 100 km/tahun, untuk fasa B 4,22 gangguan per 100 km/tahun, dan untuk fasa C 5,51 gangguan per 100 km/tahun. Saran yang dapat penulis berikan dalam Tugas Akhir ini adalah untuk penelitian selanjutnya bisa dilakukan penambahan pemodelan gardu induk dan arrester untuk menganalisis pengaruh tegangan lebih petir pada gardu induk tersebut dan cara kerja arrester. Lalu untuk penelitian selanjutnya disarakan untuk menggunakan bentuk dan model lain untuk representasi menara transmisi, karena model ini mempengaruhi kenaikan tegangan pada isolator akibat arus surja petir. Referensi Journal : [1]. Zoro, Reynaldo. Lightning performance of extra high voltage 500 kv lines at east java indonesia. Jurusan Teknik Elektro Insitut Teknologi Bandung 2008. [2]. Radhika, G. Backflashover analysis improvement of a 220 kv transmission lines. International Journal of Engineering Research and Application (IJERA) vol 3 issue 1, hal 533-536, Januari-Februari 2013. [3]. Manik, Jefri. Pengaruh tahanan kaki menara tipe gantry terhadap terjadinya backflashover pada isolator saluran 115 kv PT. Chevron Pacific Indonesia. Teknik Elektro Universitas Riau 2015. [4]. Imece, Ali F. Modeling guidelines for fast front transients. IEEE Transactions on Power Delivery, Vol. 11, No. 1, hal 493-506, 1996. [5]. Agung Nugroho dan Abdul Syakur Penentuan lokasi pemasangan lightning mast pada menara transmisi untuk mengurangi kegagalan perlindungan akibat sambaran petir. Transmisi, Vol 9, No.1, hal 31-36, Juni 2005. Textbooks: [6]. Tobing, B. L. Peralatan Tegangan Tinggi. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2003. [7]. Hutauruk, T. S. Transmisi Daya Listrik. Erlangga, Jakarta 1985. [8]. Hutauruk, T.S. Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja Erlangga, Jakarta 1988. [9]. Bewley, L. V. Traveling Waves on Transmission Systems. Dover, New York 1963. Thesis/Disertation: [10]. Nur Zawani, Saharuddin. Modelling of 132kV overhead transmission lines by using ATP/EMTP for back-flashover pattern recognition. thesis, Electrical Engineering University of Malaya, 2011. [11]. Jamoshid, Noor S. BT. Lightning simulation study on line surge arrester and protection design of simple structure. thesis, Faculty of Electrical Engineering Universiti Teknologi Malaysia 2008.