BAB I PENDAHULUAN. MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengetahui derajat kesehatan disuatu negara seluruh dunia. AKB di

BAB 1 PENDAHULUAN. umur kehamilan minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Badan

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Penyebab Kematian Neonatal di Indonesia (Kemenkes RI, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. minggu atau berat badan lahir antara gram. Kejadiannya masih

BAB I PENDAHULUAN. dan kesejahteraan keluarga. Setelah era Millenium Development Goals

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

BAB I PENDAHULUAN. paling kritis karena dapat menyebabkan kesakitan dan kematian bayi. Kematian

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang termasuk Indonesia. Masalah gizi menjadi penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) menjadi indikator pertama dalam menentukan derajat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebesar 25 per-1000 kelahiran hidup dengan Bayi Berat Lahir. Rendah (BBLR) penyebab utamanya. 2 Kematian bayi baru lahir di

BAB 1 PENDAHULUAN. Upaya untuk memperbaiki kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak telah

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. masih tingginya angka kematian bayi. Hal ini sesuai dengan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor kesehatan sebagaimana tercantum dalam program

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Laporan dari organisasi kesehatan dunia yaitu World

BAB I PENDAHULUAN. Kematian Bayi (AKB) dalam suatu negara. Angka Kematian Bayi (AKB)

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah kelahiran hidup. Faktor-faktor yang mempengaruhi AKB

HUBUNGAN ANTARA BERAT BADAN LAHIR DAN KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM

HUBUNGAN ANEMIA PADA IBU HAMIL YANG MENJALANI PERSALINAN SPONTAN DENGAN ANGKA KEJADIAN ASFIKSIA NEONATORUM DI RSUD SRAGEN TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. dunia mengalami preeklampsia (Cunningham, 2010). Salah satu penyulit dalam

BAB I PENDAHULUAN. Berat bayi lahir rendah (BBLR) didefinisikan oleh World Health

BAB I PENDAHULUAN. PBB termasuk Indonesia sepakat untuk menghadapi Deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut (WHO, 2011). Angka kematian neonatal sejak lahir sampai usia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas bayi karena rentan terhadap kondisi-kondisi infeksi saluran

BAB I PENDAHULUAN. awal minggu gestasi ke-20 sampai akhir minggu gestasi ke-37 (Varney,

I. PENDAHULUAN. terpenting dalam pertumbuhan anak dimasa datang (Rodhi, 2011) World Health Organization (WHO) 2008, telah membagi umur kehamilan

I. PENDAHULUAN. terakhir (HPHT) atau, yang lebih akurat 266 hari atau 38 minggu setelah

GAMBARAN FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA ASFIKSIA NEONATURUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RUANG PERINATALOGI RSUD DR. H. MOCH. ANSARI SALEH BANJARMASIN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU BERSALIN DENGAN KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT UMUM Dr. SOEDIRAN WONOGIRI SKRIPSI

ALI SADIKIN NIM : J

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

BAB I PENDAHULUAN. konsepsi, fertilisasi, nidasi, dan implantasi. Selama masa kehamilan, gizi ibu dan

CAIRAN AMNION TERCAMPUR MEKONIUM SEBAGAI FAKTOR RISIKO TERJADINYA ASFIKSIA NEONATORUM PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu dan angka kematian perinatal. Menurut World Health. melahirkan dan nifas masih merupakan masalah besar yang terjadi di

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya dapat terwujud. Pembangunan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan menjadi perhatian penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemeriksaan kehamilan adalah pengawasan kehamilan untuk. kehamilan, menegakan secara dini komplikasi kehamilan, dan menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupannya. Angka statistik yang tinggi ini meminta perhatian untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka kematian ibu (AKI) adalah jumlah kematian selama kehamilan atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke kehidupan di luar

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan kurang dari 37 minggu (antara minggu) atau dengan

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

Hubungan Usia Kehamilan dan Preeklampsia dengan Asfiksia Neonatorum Bayi Baru Lahir di RSUD Ambarawa Kabupaten Semarang

BAB I PENDAHULUAN. berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gr disebut low birth weight infant (berat

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) atau Infant Mortality Rate merupakan. indikator yang lazim digunakan untuk menentukan derajat kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan atau perkembangan fisik dan mental anak. Seseorang yang sejak didalam

BERAT BADAN LAHIR RENDAH DENGAN KEJADIAN ASFIXIA NEONATORUM

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan 8 (delapan) tujuan pembangunan, yang salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. antara gram), dan berat badan lebih (berat lahir 4000 gram). Sejak

HUBUNGAN ANTARA IBU HAMIL PRE EKLAMSI DENGAN KEJADIAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RSUD SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu proses fisiologi yang terjadi hampir pada setiap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Berat

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian WHO diseluruh dunia, terdapat kematian bayi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), khususnya bayi kurang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang terjadi di dunia saat ini adalah menyangkut kemiskinan,

HUBUNGAN PREMATURITAS DENGAN KEJADIAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD JEND. AHMAD YANI KOTA METRO TAHUN 2016

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Asfiksia Neonatorum Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB). AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kelahiran prematur merupakan masalah kesehatan perinatal yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. asfiksia, hampir 1 juta bayi meninggal (WHO, 2002). Di Indonesia, dari

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya, karena

BAB I PENDAHULUAN. Proses kehamilan, persalinan, nifas merupakan suatu proses fisiologis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) masih merupakan masalah di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Bayi Baru Lahir (BBL) atau neonatus adalah bayi umur 0-28 hari

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal. kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dhihitung dari hari perama haid terakhir. Masalah kematian ibu adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. terakhir (Mochtar, 2012;h.35). Persalinan adalah rangkaian proses yang

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan pada 2007 sebesar 228 per kelahiran hidup. Kenyataan

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Anemia pada ibu hamil

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan 20 minggu hingga 37 minggu dihitung dari hari pertama haid

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perawatan neonatus merupakan bagian dari perawatan bayi yang berumur

BAB I PENDAHULUAN. relatif tidak komplek dibandingkan dengan kehamilan, nifas ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Indikator suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. dibawah 11 gr% (Saifuddin, 2001), sedangkan menurut Royston (1993) anemia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. hamil sangat dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan ANC komprehensif yang

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN IBU SELAMA HAMIL DENGAN KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT DR. NOESMIR BATURAJA TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Upaya meningkatkan derajat kesehatan ibu dan balita sangatlah penting,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MDGS (Millenium Development Goals) 2000 s/d 2015 yang ditanda tangani oleh 189 Negara, yang bertujuan membangun manusia menjadi paradigma landasan pembangunan Negara Negara didunia. Di Indonesia target tercapai, tetapi tantangan masih banyak juga, seperti kesehatan ibu, nutrisi anak, lingkungan termasuk air bersih. MDGS (Millenium Development Goals)salah satunya mempunyai target menurunkan angka kematian anak. Di dunia angka kematian bayi baru lahir masih jauh dari targetyang harus dicapai, 35% kematian anak, merupakan kematian bayi baru lahir (kematian pada 28 hari kehidupan). Saat ini di banyak Negara yang angka kematian bayinya di bawah 40/1000 lebih dari setengah kematian bayi baru lahir. Perkiraan kematian bayi baru lahir di dunia lebih rendah dari sebenarnya, prematuritas merupakan penyebab utama kematian bayi baru lahir di dunia 24%, sedangkan penyebab langsung bayi baru lahiradalah asfiksia menduduki peringkat kedua 29% (perinasia 2008). Sebagian kasus asfiksia pada bayi lahir merupakan kelanjutan dari asfiksia intrauterine. Maka dari itu, diagnose dini pada penderita asfiksia mempunyai arti penting dalam merencanakan resusitasi yang akan dilakukan. Setelah bayi lahir, diagnosis asfiksia dapat dilakukan dengan menetetapkan nilai APGAR. Penilaian menggunakan skor APGAR masih digunakan karena dengan cara ini derajat asfiksia dapat ditentukan sehingga penatalaksanaan pada bayi pun dapat disesuaikan dengan keadaan bayi (Mochtar, 2002).

2 Dari sumber lain juga ditemukan bahwa prematuritas merupakan salah satu faktor risiko terjadinya asfiksia pada bayi baru lahir. Jadi, terdapat hubungan yang erat antara persalinan preterm dengan kejadian asfiksia. Usia bayi pada persalinan preterm menyebabkan fungsi organ-organ bayi belum terbentuk secara sempurna termasuk juga organ pernapasan. Sehingga dapat menyebabkan bayi mengalami gangguan nafas segera setelah lahir. Salah satu karakteristik bayi preterm ialah pernafasan tak teratur dan dapat terjadi gagal nafas (Manuaba, 2002). Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan salah satu faktor utama yang berkontribusi terhadap kematian perinatal dan neonatal, tetapi bayi yang baru lahirdengan berat badan normal juga beresiko terhadap kematian neonatal. Hal tersebut dapat disebabkan karena faktor ibu, yaitu masa kehamilan Ante Natal Care (ANC), infeksi ibu hamil, gizi ibu hamil, karakteristik ibu hamil, (unsure, paritas jarak) dan faktor persalinan yaitu partus macet atau lama dan tenaga penolong persalinan, faktor janin umur 0-7 hari, asfiksia paling sering terjadi pada periode segera setelah lahir dan menimbulkan sebuah kebutuhan resusitasi. Asfiksia adalah interupsi pertukaran gas, baik di plasenta maupun di paru yang mengakibatkan hiperkarbia, hipoksemia, dan asidosis (Bobak, 2005:862) Sementara WHO (World Health Organitation) dalam laporannya menjelaskan bahwa asfiksia neonatus merupakan urutan pertama penyebab kematian neonatus. Di Negara berkembang pada tahun 2007 yaitu sebesar 2,1% setelah itu pneumonia dan tetanus neonatrum masing-masing sebesar 19,0% dan 14,1%. Dilaporkan kematian neonatal adalah asfiksia neonatus (33%), prematuritas (10%), Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (19%). Menurut laporan kelompok kerja WHO (World Health Organitation) dari 8 juta

3 kematian bayi di dunia, 48% adalah kematian neonatal. Angka Kematian Bayi Baru Lahir (AKBBL) saat ini pun masih jauh dari target yang harus dicapai pada tahun 2015 sesuai dengan kesepakatan sasaran pembangunan millennium. Menurut menteri kesehatan tahun 2007, berdasarkan survey kesehatan rumah tangga (SKRT) 2007, penyebab kematian bayi baru lahir di Indonesia diantaranya BBLR 29%, Asfiksia 27%, BBLR telah didefinisikan oleh WHO sebagai bayi baru lahir dengan berat kurang dari 2500 gram. Definisi ini didasarkan pada hasil observasi epidemilogi yang membuktikan bahwa bayi lahir dengan berat kurang 2500 gram mempunyai kontribusi terhadap efek kesehatan yang buruk (DEPKES 2007). Menurut data medis di Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ) dari maret 2010 s/d Maret 2011 persalinan sebanyak 587 orang, dimana terdapat 257 bayi yang dirawat di ruang NICU, 29 bayi yang lahir diantaranya mengalami asfiksia neonatrum dan 47 Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan 40 (85,1%) bayi diantaranya mengalami asfiksia neonatrum, sedangkan jumlah seluruh angka kematian bayi pada maret tahun 2010 s/d maret 2011 yaitu 6 bayi. Penyebab utama adalah Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan asfiksia 4 kasus (8,5%), RDS 1 kasus (2,1%), lain-lain 1 kasus (2,1%) dan dari data rekam medis tersebut terdapat lebih dari 50%) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) yang dilahirkan di Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ) mengalami asfiksia baik ringan maupun berat. Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya asfiksia pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di ruang NICU Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ).

4 1.2 Identifikasi Masalah Dari seluruh kelahiran hidup di Indonesia 60% kematian neonatal disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan prematuritas. Oleh karena itu agar Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) mampu bertahan hidup diperlukan penatalaksanaan dan perawatan yang tepat di dukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas dan sarana penunjang serta system yang tepat sehingga mampu menjamin pertumbuhan dan perkembangan yang optimal. Dengan demikian dapat diharapkan kelangsungan hidup yang sempurna untuk bayi tanpa gejala sisa. Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama kelahiran dan kemudian disusul dengan pernapasan teratur. Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan oksigen dari ibu ke janin akan terjadi asfiksia janin atau neonatus, keadaan ini perlu mendapat perhatian utama agar persiapan dapat dilakukan dan bayi mendapat perawatan yang adekuat dan maksimal pada saat lahir. Berbagai penyebab dari kegagalan pernapasan pada bayi baru lahir: faktor ibu (hypoxia ibu), faktor plasenta, faktor fetus/janin dan faktor neonatus. 1.3 Pembatasan Masalah Dari uraian tersebut diatas banyak faktor yang menyebabkan asfiksia pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), dengan mempertimbangkan keterbatasan yang ada khususnya dari segi keterbatasan waktu dan kemampuan penulis, maka dalam kesempatan penlitian ini penulis membatasi dan lebih memfokuskan pada faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya asfiksia pada BBLR di ruang NICU Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ). 1.4 Perumusan Masalah

5 Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat ddiambil rumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut: Apakah faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya asfiksia pada BBLR di Siloam Hospitals Kebon Jeruk tahun 2011. 1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan umum Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya asfiksia pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). 1.5.2 Tujuan Khusus 1.5.2.1 Mengidentifikasi faktor-faktor (faktor ibu, faktor plasenta, faktor fetus / janin, faktor neonatus) yang berhubungan dengan terjadinya asfiksia pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ). 1.5.2.2 Teridentifikasi aktor ibu, faktor plasenta, faktor fetus/janin, faktor neonatus terhadap terjadinya asfiksia di Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ). 1.5.2.3 Analisa hubungan faktor-faktor (faktor ibu, faktor plasenta, faktor fetus / janin, faktor neonatus) dengan terjadinya asfiksia pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di Siloam Hospitals Kebon Jeruk (SHKJ). 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Penelitian ini dapat menambah jumlah penelitian tentang terjadinya asfiksia pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dan dapat menjadi landasan/acuan untuk penelitian selanjutnya. 1.6.2 Manfaat Bagi Institusi Rumah Sakit

6 Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui hubungan antara Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) dengan terjadinya asfiksia, sehingga dapat mengantisipasi kejadian asfiksia pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR). 1.6.3 Manfaat Bagi Peneliti Sebagai implementasi antara ilmu yang didapat di pendidikan dengan kejadian di lapangan dan menambah pengetahuan, wawasan, pengalaman serta meningkatkan pengetahuan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya asfiksia pada Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).