JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL DAN TANPA PEMBERIAN PANAS AWAL PENGELASAN GTAW PADA BAJA TAHAN KARAT 316L TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

JURNAL PENGARUH SUDUT KAMPUH PENGELASAN GTAW DENGAN PEMANASAN AWAL 325 PADA BAJA TAHAN KARAT 316 L TERHADAP SIFAT FIFIS DAN MEKANIS

BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat bagi kebutuhan teknologi maupun kebutuhan rumah. berpengaruh pada penurunan kualitas barang produksi seperti

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

Analisa Kekuatan Tarik Baja Konstruksi Bj 44 Pada Proses Pengelasan SMAW dengan Variasi Arus Pengelasan

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

Gambar 4.1. Hasil pengamatan struktur mikro.

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

JURNAL PENGARUH VARIASI KAMPUH V TERBUKA DAN FLUIDA PENDINGIN PADA LAS MIG TERHADAP KEKUATAN TARIK MENGGUNAKAN BAJA ST 41

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai. Pemilihan Bahan. Proses Pengelasan. Pembuatan Spesimen. Pengujian Spesimen pengujian tarik Spesimen struktur mikro

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. terjadinya oksidasi lebih lanjut (Amanto & Daryanto, 2006). Selain sifatnya

Chamdani Achmad

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penyambungan Aluminium 6061 T6 dengan Metode CDFW. Gambar 4.1 Hasil Sambungan

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

PENGARUH FEED RATE TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN BENDING PADA PENGELASAN FRICTION STIR WELDING ALUMINIUM 5052

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV DATA DAN ANALISA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

PENGARUH SUHU PREHEAT DAN VARIASI ARUS PADA HASIL LAS TIG ALUMINIUM PADUAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Velg Mobil Berbahan Aluminium terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan TIG

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH HEAT TREATMENT

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI ARUS PENGELASAN TERHADAP SIFAT MEKANIK PADA PROSES PENGELASAN SMAW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II KERANGKA TEORI

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

Persentasi Tugas Akhir

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

JURNAL KAJIAN TEKNIK MESIN

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut: 1. Proses pembuatan kampuh las, proses pengelasan dan pembuatan

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR PENELITIAN STAINLESS STEEL

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 4.1. Hasil pengelasan gesek.

KAJIAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN LAS GMAW BAJA KARBON TINGGI DENGAN VARIASI MASUKAN ARUS LISTRIK

DESAIN PROSES LAS PENGURANG PELUANG TERJADINYA KOROSI. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di beberapa tempat sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. logam dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

Journal of Mechanical Engineering Learning

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PENGARUH VARIASI ARUS TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN DAN KEKUATAN SAMBUNGAN PADA PROSES PENGELASAN ALUMINIUM DENGAN METODE MIG

III. METODOLOGI PENELITIAN. 2. Badan Latihan Kerja (BLK) Bandar Lampung sebagai tempat pengelasan

STUDI METALOGRAFI HASIL PENGELASAN SPOT WELDING TIPE KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS PENGELASAN ASTM A790 DAN ASTM A106 Gr. B HASIL PROSES PENGELASAN GTAW YANG DIAPLIKASIKAN PADA PIPA GEOTHERMAL

PENGARUH HASIL PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN, KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO BAJA ST 42

Transkripsi:

JURNAL PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L GIVING EFFECT TO HEAT THE BEGINNING OF THE NATURE OF WELDING TIG PHYSICAL AND MECHANICAL RESISTANT STAINLESS STEEL 316L Oleh: ROBBY SETIAWAN NPM. 11.1.03.01.0071 Dibimbing oleh : 1. Irwan Setyowidodo, M.Si. 2. Am. Mufarrih, M.T. PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI TAHUN 2017

SURAT PERNYATAAN ARTIKEL SKRIPSI TAHUN 2017 Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Lengkap : ROBBY SETIAWAN NPM : 11.1.03.01.0071 Telepun/HP : 085732508002 Alamat Surel (Email) Judul Artikel Fakultas Program Studi NamaPerguruan Tinggi Alamat Perguruan Tinggi : obbiemanyu@yahoo.com : PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L : TEKNIK TEKNIK MESIN : UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI : Jl KH Achmad Dahlan 76 Kediri Dengan ini menyatakan bahwa: a. Artikel yang saya tulis merupakan karya saya pribadi (bersama tim penulis) dan bebas plagiatisme. b. Artikel telah diteliti dan disetujui untuk diterbitkan oleh Dosen Pembimbing I dan II. Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian data dengan pernyataan ini dan atau ada tuntutan dari pihak lain, saya bersedia bertanggung jawab dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mengetahui Kediri,.. Pembimbing I Pembimbing II NIDN. 071 098409 1

PENGARUH PEMBERIAN PANAS AWAL PADA HASIL PENGELASAN TIG TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS BAJA TAHAN KARAT 316L Robby Setiawan 11.1.03.01.0071 obbiemanyu@yahoo.com Irwan Setyowidodo, M.Si. dan Am. Mufarrih, M.T. UNIVERSITAS NUSANTARA PGRI KEDIRI ABSTRAK Penelitian ini dilatar belakangi dari meningkatnya pengerjaan pengelasan dalam dunia industri dan pertambangan. Masalah yang timbul adalah terjadinya tegangan sisa akibat panas yang dihasilkan pada proses pengelasan, sehingga berakibat terjadinya kerusakan atau cacat pada hasil pengelasan. Pemberian panas awal bertujuan untuk menstabilkan spesimen penelitian agar tidak terjadi cacat las karena panas yang timbul saat pengelasan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian panas awal pada hasil pengelasan TIG terhadap sifat fisis dan mekanis baja tahan karat 316L. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen, yang bertujuan mengetahui sebab dan akibat berdasarkan perlakuan yang diberikan oleh peneliti. Pada penelitian ini, perlakuan yang diberikan oleh peneliti adalah pengelasan dengan variasi suhu panas awal sebelum pengelasan. Pengelasan dilakukan dengan metode TIG pada baja tahan karat 316L dengan bahan pengisi ER308L menggunakan arus 95 Ampere dengan kampuh V tunggal 60. Variasi suhu panas awal yang diberikan 225 C, 325 C, dan 425 C yang kemudian diuji menggunakan foto mikrostruktur dan uji tarik. Analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Pada hasil pengujian struktur mikro dapat diamati pearlite dan ferrite. Perbedaan yang signifikan dipengaruhi suhu pemberian panas awal, semakin tinggi suhu yang diberikan menyebabkan butir-butir pearlite semakin lebih merata. Hal ini menyebabkan tingkat kekerasan yang tinggi pada pada logam las dan HAZ. Berdasarkan nilai yang diperoleh dari uji tarik, nilai tegangan tertinggi didapat pada spesimen uji dengan temperatur pemenasan awal 425 C yaitu sebesar 58.95 Mpa. Hal ini disimpulkan bahwa temperatur yang ideal untuk suhu pemanasan awal pengelasan TIG pada baja tahan karat 316L adalah 425 C. Kata Kunci : Pengelasan TIG, baja tahan karat 316L, pemberian panas awal. 2

I. LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) pada saat ini untuk menghasilkan konstruksi yang kuat menjadikan teknik pengelasan sebagai pilihan utama dalam pembangunan sebuah konstruksi. Teknik pengelasan telah banyak dipergunakan pada area industri seperti pada penyambungan batang-batang konstruksi bangunan baja dan konstruksi mesin. Maka dari itu diperlukan hasil pengelasan yang memiliki kualitas pengelasan yang baik dalam menunjang konstruksi yang kuat, aman, dan tahan lama. Hasil pengelasan yang berkualitas tidak hanya bisa dilihat secara visual, namun juga perlu diketahui secara struktur. Maka sangatlah diperlukan pengukuran dan pengujian hasil las, untuk mengetahui hasil pengelasan tersebut apakah sudah memenuhi kriteria yang diinginkan. Selama proses pengelasan, logam induk dan logam las mengalami siklus thermal berupa pemanasan dan pendinginan. Siklus thermal menyebabkan terjadinya tegangan dan regangan yang selanjutnya mengakibatkan tegangan sisa dan distorsi. Tegangan sisa bisa menyebabkan menurunnya kekuatan las, perubahan bentuk permanen, dan bahkan bisa menyebabkan keretakan hasil pengelasan. Tegangan sisa tidak bisa terlihat maupun terukur, tegangan sisa bisa dilihat dengan cara menganalisa struktur mikro hasil pengelasan yang disebut dengan Non-Destructive Test (NDT) dan dengan cara merusaknya dengan Destructive Test (DT). atau dikenal Tegangan sisa adalah tegangan yang bekerja pada bahan setelah semua gaya-gaya luar yang bekerja pada bahan tersebut dihilangkan. Penyebab terjadinya tegangan sisa selain dari tegangan thermal seperti pada pengelasan dan perlakuan panas juga bisa terjadi karena deformasi plastis tidak merata yang disebabkan oleh gaya-gaya mekanis seperti pada pengerolan, penempaan, pembentukan logam atau pekerjaan lain yang dilakukan dengan mesin. Oleh karena itu diperlukan persiapan material dan peralatan terlebih dahulu agar dapat meminimalkan terjadinya tegangan sisa dalam proses pengelasan. Operator las sering kali mengabaikan hal-hal yang penting dalam proses pengelasan dan hanya mengandalkan pengalaman lapangan. Metode dalam pengelasan juga dapat mempengaruhi kualitas dari hasil pengelasan. Metode yang digunakan harus sesuai dengan kebutuhan konstruksi. Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode pengelasan Gas Tungsten Arc Welding (GTAW) atau bisa juga disebut dengan Tungsten Inert Gas (TIG). Pengelasan TIG sangat tepat digunakan untuk baja tahan karat 316L. 3

Menurut Sudibyo dan Purboputro (2013: 42), pengelasan dengan menggunakan GTAW banyak digunakan untuk mengelas bahan stainless steel. Hal ini disebabkan gas tungsten akan mengusir oksigen yang akan menimbulkan oksida logam yang hasilnya sangat keras. Dengan GTAW, oksida logam tersebut dapat dihindari terbentuknya. Menurut Sonawan dan Suratman (2006: 81), adanya pemanasan dan pendinginan produk lasan merupakan indikasi bahwa pada proses pengelasan sebenarnya terjadi proses perlakuan panas. Perubahan struktur mikro HAZ adalah salah satu contoh produk perlakuan panas pengelasan. Pada penelitian ini akan dilakukan pemberian panas awal dari suatu logam sebagai variasi suhunya. Pemberian panas awal (preheat) berfungsi untuk mencegah hasil pengelasan mengalami temperatur secara tiba-tiba yang bisa mengakibatkan daerah pengelasan retak (crack) dan melebarnya daerah HAZ yang terkena api las. Material yang akan dilas minimal mempunyai temperatur yang sedikit mendekati panas api las dan siap untuk menerima panas lanjutan. Setelah itu akan dibandingkan dengan material yang belu mendapatkan pemanasan awal. Berdasar pada uraian di atas maka perlu dilaksanakan penelitian dengan judul : Pengaruh Pemberian Panas Awal Pada Hasil Pengelasan TIG Terhadap Sifat Fisis Dan Mekanis Baja Tahan Karat 316L II. METODE Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan menipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol untuk menjawab pertanyaan dan memecahkan masalah. Untuk mengetahui apakah ada perubahan atau tidak pada suatu keadaan yang dikontrol secara ketat maka kita memerlukan perlakuan (treatment), pada kondisi tersebut inilah yang dilakukan pada penelitian eksperimen. Peralatan-peralatan untuk penelitian harus yang digunakan dipersiapkan sesuai dengan kebutuhan dan spesifikasi yang telah ditentukan. Berikut ini adalah peralatan yang digunakan untuk penelitian: 1) Mesin las TIG arus DC Pana WP 300 2) Peralatan pengelasan 3) Penggaris 4) Jangka sorong 5) Bevel (pengukur sudut) 6) Kikir 7) Ampelas 8) Mesin gergaji dan perlengkapannya 4

9) Mesin frais vertikal dan perlengkapannya 10) Alat foto mikro: Examet Union 11) Alat uji tarik: Shimadzu UH-300knX Tahap Awal Penelitian: 1) Pembelian bahan penelitian yaitu Baja Tahan Karat316L. a) Pemotongan bahan dilakukan di Bengkel Las VEDC Malang. Proses yang pertama dilakukan adalah dengan membuat spesimen dengan kampuh V tunggal. Proses ini dilaksanakan di VEDC Malang. Pada proses pembuatan kampuh V, mula-mula plat dipotong sebanyak 6 buah plat yang nantinya akan menjadi 3 pasang plat yang akan dilas. Pemotongan plat dilakukan dengan menggunakan mesin gergaji membentuk ukuran panjang 220 mm dan lebar 85 mm. Plat yang sudah dipotong sesuai ukuran, kemudian difrais salah satu sisi plat dengan sudut 30 o setebal 6 mm dan 2 mm untuk root face. Gambar 3.4 Kampuh V Tunggal Proses pengelasan dilakukan di VEDC Malang. Pada proses pengelasan dilakukan oleh tenaga ahli yang memiliki sertifikasi las sesuai dengan kompetensi yang dibutuhkan, yaitu pengelasan TIG. Sebelum proses pengelasan dilakukan, yaitu dilakukan preheating. Langkah pertama yaitu memperersiapkan oven logam dan setting pada suhu 225 o C. Masukkan benda kerja untuk suhu 225 o C. Setelah benda kerjadi preheat selama 30 menit lalu benda kerja dilas menggunakan metode TIG dengan mempertahankan suhu preheat. Hal serupa dilakukan pada benda kerja untuk suhu 325 o C dan 425 o C. Waktu pendinginan dan jarak waktu dari oven selanjutnya dilakukan pengelasan diabaikan atau tidak diberi ketentuan. III. HASIL DAN KESIMPULAN Dalam praktikum pengujian metalurgi ini yang bertujuan untuk mengetahui mikrostruktur dari baja tahan karat 316l setelah mendapat variasi suhu pemberian panas awal pengelasan pada daerah las dan HAZ. Karena mikrostruktur ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisis dari bahan uji. Untuk mengetahui mikrostruktur dari bahan uji yang harus dilakukan adalah dengan melihatnya dengan menggunakan optikal mikroskop. Berikut ini hasil foto mikrostruktur daerah las dan HAZ dari spesimen uji: 5

Tabel 1 Hasil Pemberian Panas Awal 225 C Gambar 1 Hasil Foto Mikrostruktur Pemberian Panas Awal 225 CHAZ dan Daerah Las Gambar 2 Hasil Foto Mikrostruktur Pemberian Panas Awal 325 C HAZ dan Daerah Las Gambar 3 Hasil Foto Mikrostruktur Pemberian Panas Awal 425 C HAZ dan Daerah Las Dari gambar 1, gambar 2, dan gambar 3 dapat dilihat pada bagian berwarna terang yang disebut disebut pearlite lebih merata daripada bagian yang berwarna gelap atau yang disebut dengan ferrite.pada gambar tersebut dapat dilihat, semakin tinggi suhu panas awal yang diberikan, pada bagian yang berwarna terang (pearlite) semakin merata. Untuk prosedur hasil pengujian pada bagian ini dipaparkan hasil pengujiannya. Kemudian hasilnya terlebih dahulu dicatat menggunakan tabel eksperimental sebagai berikut: Hasil penelitian pada tabel 1 diterangkan bahwa pada pemberian panas awal 225 C pada baja tahan karat 316l menggunakan arus 95 Ampere didapat kekuatan tarik maksimum sebesar 58.06MPa, sedangkan untuk perpanjangannya sebesar 19.12%. Tabel 2 Hasil Pemberian Panas Awal 325 C Hasil penelitian pada tabel 2 diterangkan bahwa pada pemberian panas awal 325 C pada baja tahan karat 316l menggunakan arus 95 Ampere didapat kekuatan tarik maksimum sebesar 57.54 MPa, sedangkan untuk perpanjangannya sebesar 30%. 6

Tabel 3 Hasil Pemberian Panas Awal 425 C Tabel 4 Hasil Perhitungan Foto Mikrostruktur Peheating 225 C Hasil penelitian pada tabel 3 diterangkan bahwa pada pemberian panas awal 225 C pada baja tahan karat 316l menggunakan arus 95 Ampere didapat kekuatan tarik maksimum sebesar 58.95MPa, sedangkan untuk perpanjangannya sebesar 48.57%. Untuk melakukan analisa pada struktur mikro sebelumnya dilakukan perhitungan pada hasil foto mikrostruktur spesimen dengan cara menampakan grid pada permukan hasil foto mikrostruktur. Perhitungan dilakukan secara manual yaitu dengan menghitung kotak-kotak bagian yang berwarna terang dan bagian yang berwarna gelap pada hasil foto yang sudah di grid. Berikut ini adalah hasil perhitungan pengamatan pada foto mikrostruktur dengan pemberian panas awal 225 C daerah HAZ dan las bagian yang berwarna terang dan gelap: Berikutnya adalah hasil perhitungan pengamatan pada foto mikrostruktur dengan pemberian panas awal 325 C daerah HAZ dan las bagian yang berwarna terang dan gelap: Tabel 5 Hasil Perhitungan Foto Mikrostruktur Preheating 325 C Berikutnya adalah hasil perhitungan pengamatan pada foto mikrostruktur dengan pemberian panas awal 425 C daerah HAZ dan las bagian yang berwarna terang dan gelap: 7

Tabel 6 Hasil Perhitungan Foto Mikrostruktur Preheating 425 C Dari gambar 5 ditunjukkan pada titik MAX merupakan besar beban maksimum yang didapatkan dalam uji tarik, yaitu 57,405 kn. Sedangkan pada titik MAX_D merupakan besar tegangan dimana bahan yang diuji putus atau patah, yaitu sepanjang 27 mm. Untuk mendukung lebih jelas hasil analisis data dari uji tarik, maka akan digunakan pemaparan berupa grafik sebagai berikut: Gambar 4 Data Hasil Uji Tarik Pemanasan Awal 225 C Dari gambar 4 ditunjukkan pada titik MAX merupakan besar beban maksimum yang didapatkan dalam uji tarik, yaitu 56,94 kn. Sedangkan pada titik MAX_D merupakan titik dimana bahan yang diuji putus atau patah, yaitu sepanjang 32 mm. Gambar 5 Data Hasil Uji Tarik Pemanasan Awal 325 C Gambar 6 Data Hasil Uji Tarik Pemanasan Awal 425 C Dari gambar 6 ditunjukkan pada titik MAX merupakan besar beban maksimum yang didapatkan dalam uji tarik, yaitu 57,806 kn. Sedangkan pada titik MAX_D merupakan besar tegangan dimana bahan yang diuji putus atau patah, yaitu sepanjang 34 mm. Pada hasil foto mikrostruktur baja tahan karat 316L yang telah mendapatkan pemberian panas awal 225 C, 325 C, dan 425 C pada pengelasan TIG pada Haz memiliki nilai warna terang berturut-turut 1600, 1640, 1701 dan warna gelap 1400, 1360, 1299. Sedangkan pada hasil foto mikrostruktur baja tahan karat 316L yang telah mendapat pemberian panas awal 225 C, 325 C, dan 425 C pada pengelasan TIG pada daerah las memiliki nilai warna terang berturut-turut 1750, 1781.25, 1816 dan warna gelap 1250, 1218.75, 1184. Dari data tersebut dapat diasumsikan semakin 8

tinggi suhu panas awal pengelasan yang diberikan baja tahan karat 316L menjadi lebih keras walau tanpa dilakukan uji kekerasan. Hal tersebut karena pengaruh pemberian panas awal sebelum proses pengelasan TIG yang dialami oleh material baja tahan karat 316l menjadi lebih keras karena prosentase ferrite menurun dan perlite meningkat. Menunjukkan diagram fasa selama proses pemanasan dan pendinginan yang lambat (Wiryosumarto dan Okumura, 2000). Dari data hasil uji tarik diketahui pada spesimen yang diberikan suhu pemanasan awal sebesar 225 C mendapatkan tegangan maksimum sebesar 58.06MPadan regangan sepanjang 19.12%. Sedangkan pada spesimen yang diberikan suhu pemanasan awal sebesar 425 C mendapatkan tegangan maksimum sebesar 58,95MPa regangannya sepanjang 48.57%. Namun pada spesimen yang diberikan suhu pemanasan awal sebesar 325 C mendapatkan tegangan maksimum sebesar 57,54MParegangannya hanya sepanjang 30.66%. Tegangan maksimum terbesar pada 3 kali pengujian sepesimen didapat pada spesimen yang diberikan suhu pemanasan awal 425 C. Untuk spesimen yang mendapatkan regangan terpanjang didapat pada spesimen yang diberikan suhu pemanasan awal 425 C yaitu 48.57%. Kekuatan sambung las sangat oleh sifat logam induk, sifat daerah HAZ, sifat logam las, dan geometri serta distribusi tegangan dalam sambungan (Wiryosumarto dan Okumura, 2000). Dari hasil penelitian uji foto mikrostruktur diperoleh prosentase pearlitre baja tahan karat 316L yang dilakukan pemberian panas awal 225 C, 325 C, 425 C pada pengelasan TIG pada daerah las 58.34%, 59.37%, 60.53% dan pada HAZ 53.33%, 54.67%, 56.7%. Sedangkan untuk hasil penelitian uji foto mikrostruktur diperoleh prosentase ferrite baja tahan karat 316L yang dilakukan pemberian panas awal 225 C, 325 C, 425 C pada pengelasan TIG pada daerah las 41.66%, 40.63%, 39.47% dan pada HAZ 46.67%, 45.33%, 43.3%. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pemberian panas awal pada pengelasan TIG material baja tahan karat 316L pada penelitian ini memiliki prosentase ferrite menurun, sedangkan nilai pearlite meningkat. Hal ini disebabkan karena pengaruh pemberian panas awal sebelum proses pengelasan TIG yang dialami oleh material baja tahan karat 316L. Berdasarkan anlisa hasil penelitian dan pembahasan dari pengujian tarik, maka dapat disimpulkan beberapa hal berikut ini: 1. Semakin tinggi suhu pemberian panas awal pada pengelasan TIG dengan arus 9

95 Ampere pada baja bahan tahan karat 316L maka semakin besar pula tegangan maksimum yang dialami,. 2. Berdasarkan hasil penelitian ini tegangan maksimum terbesar didapatkan pada sepesimen yang diberikan suhu pemanasan awal sebesar 425 C yaitu sebesar 58.95 MPa. Dan untuk regangan terpanjang didapatkan oleh spesimen yang mendapatkan suhu pemanasan awal sebesar 425 C yaitu sepanjang 48.57%. IV. DAFTAR PUSTAKA Sonawan, H dan Rochim Suratman. 2006. Pengantar Untuk Memahami Proses Pengelasan Logam. Bandung: Alfabeta. Sudibyo, A dan Pramuko Ilmu Purboputro. 2013. Pengaruh Pengelasan Gas Tungsten Arch Welding (GTAW) dengan variasi Pendingin Air dan Udara pada Stainless Steel 304 terhadap Uji Komposisi kimia, Struktur Mikro, Kekerasan Uji Impact. Simposium Nasional RAPI XII.Hlm. M41-M48. Wiryosumarto, H. dan T. Okumura. 2000. Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: PT. PradyaParamita. 10