II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. juga mengalami sehingga akan menyebabkan proses perubahan tingkah laku pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku yang diperoleh melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. berarti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, selain itu kata efektif juga dapat

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran matematika. Dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan

II. TINJAUAN PUSTAKA. belajar anggota lainnya dalam kelompok tersebut. Sehubungan dengan pengertian

I. PENDAHULUAN. Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, mempunyai peranan yang sangat

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. siswa yang melakukan kegitan belajar. Keberhasilan kegiatan pembelajaran

II. KERANGKA TEORITIS. kepada siswa untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pada organisme biologis dan psikis yang diperlukan dalam hubungan manusia

TINJAUAN PUSTAKA. siswanya dan dalam perencanaannya berupa suatu metode pembelajaran, agar tercapailah

I. PENDAHULUAN. SMA Negeri 12 Bandar Lampung terletak di jalan H. Endro Suratmin

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu teori belajar yang cukup dikenal dan banyak implementasinya dalam

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

PEMBELAJARAN AKUNTANSI MELALUI METODE KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE (TPS)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak diterapkan oleh guru dalam

BAB II KAJIAN TEORI. emosional, hubungan sosial, jasmani, etis atau budi pekerti dan sikap. baik secara fisik maupun secara mental aktif.

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

TINJAUAN PUSTAKA. kesempatan kepada peserta didik untuk mengembangkan potensi. Pengembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Media pembelajaran didefinisikan oleh Heinich (dalam Daryanto, 2010: 4) kata

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan daripada bidang-bidang pekerjaan lainnya. Sedangkan menurut Undang Undang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share (TPS) Model pembelajaran Think-Pair-Share (TPS) merupakan salah satu model

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kooperatif. Pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan

BAB I PENDAHULUAN. kembangkan potensi-potensi siswa dalam kegiatan pengajaran. Pendidikan

II. TINJAUAN PUSTAKA. kelompok yang memiliki atura-aturan tertentu. Melalui pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. lemah menjadi kuat, dari tidak bisa menjadi bisa. Seperti diakatakan oleh Slameto

BAB II KAJIAN TEORITIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. dan sasarannya. Sutikno (2005: 29) mengemukakan bahwa pembelajaran efektif

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. oleh guru. Proses belajar mengajar akan berlangsung dengan baik apabila di

II. KAJIAN PUSTAKA. Manusia dalam hidupnya tidak pernah lepas dari belajar, karena dengan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokkan/tim kecil yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif adalah salah satu bentuk pembelajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. membujuk, menganalisis asumsi dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis

BAB I PENDAHULUAN. agar memiliki kemampuan berfikir kritis, kreatif, dan sikap terbuka. melahirkan generasi-generasi bangsa yang berintelektual.

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

Jurnal Penelitian Tindakan dan Pendidikan 3(2)

I. PENDAHULUAN. dianamis dan sarat perkembangan. Oleh karena itu, perubahan atau. dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan

TINJAUAN PUSTAKA. Pemahaman berasal dari kata paham yang menurut Kamus Besar Bahasa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DALAM MATA KULIAH PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD I. Oleh Wahyudi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nur Wulan Puji Permari, 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

BAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.

Cooperative Learning dalam Pembelajaran Matematika

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penunjang yang sangat penting bagi

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angkaangka,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Komunikasi dapat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

Sejalan dengan hal tersebut Cockroft (dalam Abdurrahman, 2009:253) mengemukakan alasan pentingnya siswa belajar matematika:

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)

Studi komparasi pengajaran kimia metode gi (group investigation) dengan stad ( student teams achievement divisions)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. ini mengakibatkan hasil belajar siswa belum mencapai taraf optimal.

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mengatakan Learning is show by a behavior as a result of

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya (2006:2) mengatakan bahwa pendidikan

BAB II. Pada umumnya belajar adalah suatu kegiatan mengumpulkan sejumlah. pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat

II. TINJAUAN PUSTAKA. kepada anak didik untuk bekerjasama dengan sesama siswa dan saling

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoretis 1. Pembelajaran Kooperatif Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu dan memahami materi, menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar semua mencapai hasil belajar yang tinggi. Nurhadi (2004: 112) mengatakan bahwa: Pembelajaran kooperatif (cooperativ learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Solihatin (2007: 4) berpendapat bahwa: Pada dasarnya cooperatif learning mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam berkerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih di mana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keter-libatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri.

Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur pembelajaran kooperatif 8 harus diterapkan. Kelima unsur tersebut adalah: a. Saling ketergantungan positif b. Tanggung jawab perseorangan c. Tatap muka d. Komunikasi antar anggota e. Evaluasi proses kelompok Berdasarkan uraian di atas model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok kecil, saling membantu dan memahami materi, menyelesaikan tugas atau kegiatan lain agar semua anggota dalam kelompok itu mencapai hasil belajar yang tinggi. Beberapa keuntungan pembelajaran kooperatif menurut Nurhadi (2004: 116) adalah sebagai berikut: 1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial. 2. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois. 3. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia. 4. Meningkatkan ketersediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik. 5. Meningkatkan kegemaran berteman tanpa memandang perbedaan kemampuan, jenis kelamin, normal atau cacat, etnis, kelas sosial, agama, dan orientasi tugas. 2. Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share TPS terdiri atas tiga tahap struktur kooperatif. Diawali dengan langkah pertama yaitu masing-masing siswa berpikir secara individual tentang pertanyaan yang diajukan guru. Kemudian pada langkah kedua, siswa bertukar pikiran atau berdiskusi tentang apa yang dipikirkannya tadi dengan

pasangannya. Pada langkah ketiga, pasangan mempresentasikan hasil 9 diskusinya atau menanggapi pasangan lainnya. Ada 3 tahap dalam model pembelajaran TPS menurut As ari (2003: 7) yaitu: Think (berpikir), siswa berpikir secara tradisional terlebih dahulu terhadap masalah yang disajikan guru. Pair (berpasangan), siswa diminta untuk membentuk pasangan dan mendiskusikan apa yang dipikirkannya secara individual tadi. Share (berbagi), setelah tercapai kesepakatan tentang pikiran kelompok, maka salah seorang mempersentasikan apa yang telah berlangsung didalam kelompoknya dan berbagi pengalaman dan pengetahuan yang telah dimiliki. Langkah - langkah (syntaks) model pembelajaran kooperatif learning tipe think pair share terdiri dari lima langkah, dengan tiga langkah utama sebagai ciri khas yaitu think, pair, dan share. Kelima tahapan pembelajaran dalam model pembelajaran kooperatif learning tipe think pair share dapat dilihat pada tabel 1. berikut. Langkah-langkah Tahap 1 Pendahuluan Tahap 2 Think Tahap 3 Pair Tahap 4 Share Tahap 5 Penghargaan Kegiatan Pembelajaran Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu untuk tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa Guru menggali pengetahuan awal siswa melalui kegiatan demonstrasi Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa Siswa mengerjakan LKS tersebut secara individu Siswa dikelompokkan dengan teman sebangkunya Siswa berdiskusi dengan pasangannya mengenai jawaban tugas yang telah dikerjakan Satu pasang siswa dipanggil secara acak untuk berbagi pendapat kepada seluruh siswa di kelas dengan dipandu oleh guru. Siswa dinilai secara individu dan kelompok

Berdasarkan uraian di atas, prosedur pelaksanaan TPS sangat efektif dalam 10 membatasi aktivitas siswa yang tidak relevan dengan pembelajaran, serta dapat memunculkan kemampuan atau keterampilan siswa yang positif, sehingga TPS akan mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir secara terstruktur dalam diskusi mereka dan memberikan kesempatan untuk bekerja sendiri ataupun dengan orang lain melalui keterampilan berkomunikasi. 3. Group Investigation Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok. Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59). Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan mempresentasikan laporannya di depan kelas.

11 Tahapan-tahapan kemajuan siswa di dalam pembelajaran yang menggunakan metode Group Investigation untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut, (Slavin, 1995) dalam Siti Maesaroh (2005:29-30). Enam Tahapan Kemajuan Siswa di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group Investigation. Tabel. 2 Pembelajaran Group Investigation Tahap I Mengidentifikasi topik dan membagi siswa ke dalam kelompok. Tahap II Merencanakan tugas. Tahap III Membuat penyelidikan. Tahap IV Mempersiapkan tugas akhir. TahapV Mempresentasikan tugas akhir. Tahap VI Evaluasi. Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberi kontribusi apa yang akan mereka selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan heterogenitas. Kelompok akan membagi sub topik kepada seluruh anggota. Kemudian membuat perencanaan dari masalah yang akan diteliti, bagaimana proses dan sumber apa yang akan dipakai. Siswa mengumpulkan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam pengetahuan baru dalam mencapai solusi masalah kelompok. Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir yang akan dipresentasikan di depan kelas. Siswa mempresentasikan hasil kerjanya. Kelompok lain tetap mengikuti. Soal ulangan mencakup seluruh topik yang telah diselidiki dan dipresentasikan. Ibrahim, dkk. (2000:23) menyatakan bahwa : Dalam kooperatif tipe GI guru membagi kelas menjadi kelompokkelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa heterogen dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu.

12 Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsepkonsep penyelidikan yang telah dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa. 2. Kemampuan Berpikir Kritis Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pembelajaran. Menurut Anggelo dalam Achmad (2007) : Berpikir kritis adalah mengaplikasikan rasional, kegiatan berpikir yang tinggi, yang meliputi kegiatan menganalisis, mengenal permasalahan dan pemecahannya, menyimpulkan, dan mengevaluasi. Pengembangan kemampuan-kemampuan ini jika semakin baik, maka kita akan semakin dapat mengatasi masalah-masalah dengan hasil yang memuaskan. Ada lima (5) kerangka berpikir kritis dalam menganalisa konsep yang dijelaskan oleh Ennis dalam Sarwi, et. al, 2008: 403) yaitu: 1. Memberikan penjelasan sederhana. 2. Membangun keterampilan dasar. 3. Menyimpulkan. 4. Membuat penjelasan lebih lanjut. 5. Menerapkan strategi dan taktik.

13 Kerangka kerja berpikir ini membangkitkan proses berpikir ketika melakukan penggalian informasi dan penerapan kriteria yang terbaik untuk memutuskan cara bertindak dari sudut pandang yang berbeda (Sarwi, et. al, 2008: 403). Berpikir kritis selain memiliki aktivitas-aktivitas yang spesifik juga memiliki indikator-indikator khusus. Wade dalam Achmad (2007) mengidentifikasi delapan karakteristik berpikir kritis tersebut, yakni meliputi: 1. Kegiatan merumuskan pertanyaan 2. Membatasi permasalahan 3. Menguji data-data 4. Menganalisis berbagai pendapat 5. Menghindari pertimbangan yang sangat emosional 6. Menghindari penyederhanaan berlebihan 7. Mempertimbangkan berbagai interpretasi, dan 8. Mentoleransi ambiguitas. Dari berbagai penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa berpikir kritis adalah suatu aktifitas kognitif yang menggunakan nalar dengan mengembangkan kemampuan, seperti pengamatan (observasi), analisis, penalaran, penilaian, pengambilan keputusan, dan persuasi. Merupakan satu jenis berpikir yang konvergen, yaitu menuju ke satu titik. 3. Hasil Belajar Proses pembelajaran yang telah dilaksanakan tentunya akan memperoleh suatu hasil yang dikatakan sebagai hasil belajar. Keberhasilan proses belajar yang dilakukan dapat diukur dengan tolak ukur hasil belajar yang diperoleh oleh siswa.

Menurut Djamarah dan Zain (2006 : 121) : 14 Setiap proses belajar mengajar selalu menghasilkan hasil belajar, dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan akhir atau puncak dari proses belajar. Akhir dari kegiatan inilah yang menjadi tolak ukur tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar. Hasil belajar yang dicapai siswa dalam suatu mata pelajaran dapat diperoleh dengan berusaha mengamati, melakukan percobaan, memahami konsepkonsep, prinsip-prinsip serta mampu untuk dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari setelah siswa mempelajari pokok bahasan yang diajarkan. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Sardiman Hasil belajar dapat diperoleh dari berbagai usaha, misalnya aktif dalam kegiatan pembelajaran, memahami eksperimen yang dilakukan, dan menganalisis hasil eksperimen dan menganalisis isi suatu buku. Seseorang yang mampu menguasai suatu materi keilmuan dapat dikatakan bahwa seseorang tersebut memiliki prestasi. Sudjana (2005: 3) juga mengungkapkan bahwa: Hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku. Tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Berdasarkan uraian tersebut, hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku dari suatu interaksi belajar-mengajar yang kemudian menjadi milik individu yang belajar, baik dalam bidang kognitif, afektif, maupun psikomotoris. Untuk mengetahui keberhasilan dalam belajar diperlukan adanya suatu pengukuran hasil belajar yaitu melalui suatu evaluasi atau tes dan dinyatakan dalam bentuk angka. Karena hasil belajar merupakan suatu puncak proses belajar.

B. Kerangka Pikir 15 Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Siswa dibagi kedalam kelompok-kelompok kecil dan diarah-kan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir. Pembelajaran kooperatif learning tipe TPS dapat menjadi alternatif yang digunakan dalam pembelajaran fisika karena dengan metode TPS guru tidak lagi mendominasi kegiatan belajar siswa, melainkan siswa dituntut untuk aktif pada saat proses pembelajaran dengan diskusi dengan pasangannya dan juga aktivitas yang lain yang mendukung proses pembelajaran. Group Investigation merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran. Kemampuan dalam berpikir kritis memberikan arahan yang tepat dalam berpikir dan bekerja, dan membantu dalam menentukan keterkaitan sesuatu

16 dengan yang lainnya dengan lebih akurat. Oleh sebab itu kemampuan berpikir kritis sangat dibutuhkan dalam pembelajaran. Hasil belajar fisika merupakan hasil belajar yang dicapai siswa dalam mata pelajaran fisika selama siswa melakukan serangkaian pembelajaran, hasil belajar tersebut dapat diperoleh oleh siswa ketika ia mampu mengamati, melakukan percobaan, memahami konsep-konsep, prinsip-prinsip serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari setelah siswa mempelajari pokok bahasan yang diajarkan.