UJI STABILITAS TERHADAP FLOW CAMPURAN ASPAL DENGAN MARSHALL TEST (KADAR ASPAL 5 %, PENETRASI 60/70)

dokumen-dokumen yang mirip
sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

PENGARUH KEPIPIHAN DAN KELONJONGAN AGREGAT TERHADAP PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu yang

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

PENGARUH UKURAN BUTIRAN MAKSIMUM 12,5 MM DAN 19 MM TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL CAMPURAN AC-WC

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

Kata kunci: HRS-Base, Pengendalian Mutu, Benda Uji, Uji Marshall, Uji Ekstraksi

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

NASKAH SEMINAR INTISARI

lapisan dan terletak di atas tanah dasar, baik berupa tanah asli maupun timbunan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat.

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Pendekatan Penelitian

BAB II KERANGKA TEORITIS. terletak diantara lapisan dasar tanah dan roda kendaraan, yang berfungsi

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP PERILAKU CAMPURAN BETON ASPAL

PENGARUH ENERGI PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI SENJANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Lapisan Antara (Asphalt Concrete-Binder Course) Salah satu produk campuran aspal yang kini banyak digunakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

melalui daerah berbentuk kerucut di bawah roda yang akan mengurangi tegangan

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, sampai ditemukannya kendaraan bermotor oleh Gofflieb Daimler dan

STUDI PERBANDINGAN PENGGUNAAN JENIS-JENIS AGREGAT HALUS TERHADAP KARAKTERISTIK UJI MARSHAL PADA CAMPURAN LATASTON DI KABUPATEN KETAPANG

TINJAUAN PUSTAKA. perkerasan lentur, perkerasan kaku, dan perkerasan komposit. Secara umum

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV PENGUJIAN JOB MIX FORMULA

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bagan Alir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Persiapan Alat dan Bahan. Pengujian Bahan

EFEK PEMAKAIAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT HALUS PADA CAMPURAN ASPAL PANAS (AC-BC) DENGAN PENGUJIAN MARSHALL

III. METODOLOGI PENELITIAN. mendapatkan data. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan, penelitian ini

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2007

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

BAB III LANDASAN TEORI

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR NTISARI BAB I PENDAHULUAN 1

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

3. pasir pantai (Pantai Teluk Penyu Cilacap Jawa Tengah), di Laboratorium Jalan Raya Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Islam

BAB I PENDAHULUAN. penduduk di Yogyakarta. Pembangunan hotel, apartemen, perumahan dan mall

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

BAB I PENDAHULUAN. disektor ekonomi, sosial budaya, politik, industri, pertahanan dan keamanan.

BAB III LANDASAN TEORI

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

BAB I PENDAHULUAN. dalam penunjang aktivitas di segala bidang. Berbagai aktivitas seperti

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dikenal dengan istilah lateks. Di dalam lateks terkandung 25-40% bahan karet

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Konstruksi perkerasan lentur ( Flexible pavement), yaitu perkerasan yang

ANALISA KEHANCURAN AGREGAT AKIBAT TUMBUKAN DALAM CAMPURAN ASPAL ABSTRAK

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

Abstract. Kata Kunci : Asphalt Concrete Wearing Course, SPSS, Karakteristik Marshall. Abstract

METODE PENGUJIAN CAMPURAN ASPAL DENGAN ALAT MARSHALL

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

PENGARUH KANDUNGAN AIR HUJAN TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK MARSHALL DAN INDEKS KEKUATAN SISA (IKS) CAMPURAN LAPISAN ASPAL BETON (LASTON)

Transkripsi:

ISSN 1410-9840 UJI STABILITAS TERHADAP FLOW CAMPURAN ASPAL DENGAN MARSHALL TEST (KADAR ASPAL 5 %, PENETRASI 60/70) Agus Muldiyanto Universitas Semarang Email : mulsuga@yahoo.co.id ABSTRAK Untuk mengantisipasi kebutuhan dan memperhitungkan beban lalu lintas, terhadap ketahanan jalan diperlukan penelitian tentang campuran asphal sangat diperlukan untuk mengetahui ke stabilitas terhadap flow dari campuran aspal. Adapun campuran lapisan aspal yang baik haruslah memenuhi 4 syarat yaitu; stabilitas, durabilitas, fleksibilitas dan skid resistance. Adapun Dari analisa data percobaan yang dibuat sebanyak 9 buah benda uji dengan Kadar Asphal 5%, penetrasi 60/70 dengan menggunakan alat uji Marshall Test, diperoleh hasil rata-ratanya sebagai berikut untuk, nilai VMA (Void in mineral agregat), (20,07%) yang > 15 % sehingga rongga memenuhi sesuai yang diharapkan, VIM (Void in mix) nilainya 8,53 % > (3-5) % (ketentuan) bisa berakibat lapisan aspal meleleh keluar yang disebut bleeding. Nilai VFM sebesar 51,59 % < 75 % sehingga rongga terlalu banyak. Sedangkan nilai Stabilitas sebesar 836,808 kg > 800 kg, dan untuk nilai Flow sebesar 2,19 > 2, dari hasil diatas maka campuran asphal ini dan sebaiknya digunakan untuk lalu lintas beban ringan. Kata Kunci : stabilitas, flow, void in mineral agregat, void in mix PENDAHULUAN Seiring dengan meningkatnya jumlah kendaraan 9 12 % di perkotaan, maka jumlah perjalananpun juga semakin meningkat. Apabila peningkatan tersebut tidak diikuti dengan penambahan jalan, akan mengakibatkan terjadinya ketimpangan antara penyediaan dan permintaan. Untuk mengantisipasi kebutuhan dan memperhitungkan beban, terhadap ketahanan jalan diperlukan studi tentang perkerasan jalan salah satunya dengan uji coba dalam laboratorium untuk mengetahui ke stabilitas terhadap flow dari campuran aspal. Diharapkan dengan adanya uji coba di laboratorium nantinya di implementasikan dilapangan dalam hal ini digunakan baik untuk pengaspalan jalan baru maupun pelapisan ulang aspal pada jalan yang sudah ada, sehingga diharapkan hasilnya sesuai dengan yang direncanakan. Pertumbuhan jumlah kendaraan yang tidak seimbang dengan pertumbuhan prasarana jalan yang ada mengakibatkan tidak saja menimbulkan kemacetan tetapi akan mengurangi kekuatan maupun dari konstruksi jalan itu sendiri. Sehingga akan mengakibatkan konstruksi jalan itu akan rusak karena selain beban dari kendaraan yang sudah terlalu banyak, bisa juga ditimbulkan karena adanya banyak genangan air di badan jalan. Perkerasan Jalan Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yaitu antara lain : batu pecah, belah, sedangkan sebagai bahan ikatnya antara lain adalah : Aspal, Semen dan tanah liat. Berdasarkan dari bahan ikatnya, J. PENGEMB. REK & TEK Volume 13 No 1, Juni 2011: 11-18 11

perkerasan dibedakan menjadi perkerasan lentur (Flexible Pavement ) dan perkerasan kaku ( Rigid Pavement ) Perkerasan Lentur (Flexible Pavement) Penelitian ini termasuk didalam perkerasan lentur dimana perkerasannya menggunakan aspal sebagai bahan pengikat. Lapisan-lapisan perkerasannya bersifat memikul dan meyebarkan beban lalu lintas ketanah dasar yang telah dipadatkan, adapun lapisannya sesuai gbr dibawah ini : Karakteristik Campuran Karakteristik campuran yang harus dimiliki oleh campuran aspal beton campuran panas adalah sebagai berikut : Stabilitas Stabilitas perkerasan jalan adalah kemampuan lapisan perkerasan menerima beban lalu lintas tanpa terjadi perubahan bentuk tetap seperti gelombang, alur ataupun bleeding. Kebutuhan akan stabilitas setingkat dengan jumlah lalu lintas dan beban kendaraan yang akan memakai jalan tersebut.jalan dengan volume lalu lintas tinggi dan sebagian besar adalah kendaraan berat menuntut stabilitas yang lebih besar dibandingkan dengan volume lalu lintasnya yang hanya penumpang saja. Kestabilan yang terlalu tinggi menyebabkan lapisan itu menjadi kaku dan cepat mengalami retak, dan apabila volume antar agregat kurang maka kadar aspal yang dibutuhkan pun rendah. Hal ini akan mengakibatkan ikatan aspal mudah lepas sehingga durabilitasnya rendah. Stabilitas terjadi dari hasil geseran antar butir, penguncian antar partikel dan daya ikat baik dari lapisan aspal, untuk mendapatkan stabilitas yang tinggi dapat diperoleh dengan mengusahakan penggunaan : Agregat dengan gradasi yang rapat (dense graded) Agregat dengan permukaan yang kasar, bentuk kubus Aspal dengan penetrasi rendah Aspal dalam yang mencukupi untuk ikatan antar butir. Agregat dengan gradasi baik atau rapat akan memberikan rongga antar butiran agregat (voids in mineral agregat) yang kecil yang akan menghasilkan stabilitas yang tinggi, tetapi membutuhkan kadar aspal yang rendah untuk mengikat agregat. Void in mineral agregat (VMA) yang kecil akan mengakibatkan aspal yang menyelimuti agregat terbatas dan menghasilkan film aspal yang tipis, sehingga aspal ini akan mudah lepas sehingga lapis ini tidak kedap air, oksidasi mudah terjadi dan lapis perkerasan menjadi rusak. Pemakaian aspal yang banyak mengakibatkan aspal tidak lagi menyelimuti agregat dengan baik (VMA kecil) dan menghasilkan ronggka antar campuran (Void in mix) yg kecil dan apabila ini dibebabni beban lalu lintas yang akan menambah kepadatan lapisan akan mengakibatkan lapisan aspal meleleh keluar yang disebut bleeding. Keawetan / daya Tahan (Durabilitas) Durabilitas diperlukan untuk lapis permukaan, agar mampu menahan keausan akibat pengaruh cuaca, air dan perubahan suhu ataupun keausan akibat gesekan roda kendaraan. Faktor yang mempengaruhi durabilitas antara lain : VIM kecil ini akan menyebabkan oksidasi dan aspal menjadi rapuh, karena lapis kedap air tidak dapat masuk. VMA besar sehingga film aspal tebal, jika VMA dan VIM kecil serta kadar 12 Uji Stabilitas Terhadap Flow Campuran Aspal Dengan Marshall Test (Agus Muldiyanto )

aspal tinggi maka kemungkinan terjadi bleeding cukup besar. Agar VMA besar maka digunakan agregat bergradasi senjang. Film atau selimut aspal yang tebal dapat menghasilkan lapis aspal beton yang berdurabilitas tinggi, tetapi kemungkinan bleeding menjadi besar. Fleksibilitas (Kelenturan) Fleksibilitas pada lapis perkerasan adalah kemampuan lapisan ini untuk dapat mengikuti deformasi yang terjadi akibat beban lalu lintas berulang tanpa timbulnya retak dan perubahan volume, yaitu dengan cara : Penggunaan agregat bergradasi senjang sehingga diperoleh VMA yang besar. Penggunaan aspal lunak berpenetrasi tinggi Penggunaan aspal yang cukup banyak agar diperoleh VIM yang tinggi. Skid Resitance (kekesatan/tahanan geser) Kekesatan atau tahanan geser yang diberikan oleh perkerasan sehingga kendaraan tidak mengalami slip baik di waktu hujan maupun kering, yang dinyatakan dengan koefisien gesek antara permukaan jalan dengan roda kendaraan. Tingginya nilai kekesatan dipengaruhi oleh : Penggunaan Agregat dengan permukaan kasar Penggunaan jumlah aspal yang tepat agar tidak bleeding Penggunaan agregat berbentuk kubus Penggunaan agregat kasar yang cukup PERENCANAAN CAMPURAN Lapisan aspal yang baik haruslah memenuhi 4 syarat yaitu; stabilitas, durabilitas, fleksibilitas dan skid resistance. Jika menggunakan gradasi rapat (dense graded) akan menghasilkan kepadatan yang baik, berarti memberikan stabilitas yang baik, tetapi rongga kecil sehingga fleksibilitas kurang baik dan akibat tambahan dari repetisi beban lalu lintas serta aspal yang mencair akibat pengaruh cuaca akan memberikan tahanan geser yang kecil. J. PENGEMB. REK & TEK Volume 13 No 1, Juni 2011: 11-18 13

Jika menggunakan gradasi terbuka (open graded), akan diperoleh kelenturan yang baik, stabilitas kurang. Kadar aspal yang sedikit akan mengakibatkan kurangnya pengikat antar butir sehingga pengikatan cepat lepas dan durabilitas kurang. Kadar aspal yang tinggi mengakibatkan kelenturan yang baik tetapi terjadi bleeding sehingga stabilitas dan tahanan geser berkurang. Untuk itulah harus direncanakan campuran antara agregat dan aspal seoptimal mungkin, agar didapatkan lapisan perkerasan dengan kualitas yang tinggi yang meliputi gradasi agregat dan kadar aspal sehingga memenuhi 4 syarat tersebut diatas. Perencanaan campuran ada 2 metode yaitu metode bina Marga dan metode Asphalt Institute, adapun perbedaan keduanya seperti terlihat pada Tabel. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini menggunakan dua tahap pelaksanaannya, yaitu tahapan pembuatan benda uji dan tahapan pengetesan benda uji adalah sebagai berikut : 1. Tahapan Pembuatan Benda Uji Pemeriksaan Bahan Penimbangan Bahan Panaskan agregat Panaskan aspal Timbang aspal cair sesuai kadar % Campuran Agregat panas + aspal Masukkan dalam cetakan (mold) Dinginkan selama ± 24 jam Keluarkan benda uji dengan ejektor 14 Uji Stabilitas Terhadap Flow Campuran Aspal Dengan Marshall Test (Agus Muldiyanto )

2. Pengetesan dan perhitungannya Timbang benda uji dalam keadaan Rendam benda uji dalam air Timbang benda uji dalam air Keringkan benda uji & dilap kain kering Timbang benda uji dalam keadaan SSD Rendam bendam uji dalam suhu 60 0 C selama 30 Uji marshall test Stabilitas Bacaan Alat Flow Analisa Kesimpulan/sa SELESAI Benda Uji a. Persiapan benda uji Keringkan agregat sampai beratnya tetap pada suhu ± 105 0 C, kemudian pisahkan agregat dengan cara cara penyaringan dalam fraksi yang dikehendaki. b. Penentuan suhu campuran dan pemadatan Suhu campuran harus ditentukan sehingga pengikat dipakai dapat menghasilkan viskositas seperti dalam tabel dibawah : J. PENGEMB. REK & TEK Volume 13 No 1, Juni 2011: 11-18 15

Tabel 1. Viskositas Penentu suhu Campuran Pemadatan Bahan Pengikat Kinematik Saybolt Engler Kinematik Saybolt Engler C.St Det.S.F C.St Det.S.F Aspal Panas 170 ±20 85±10-280±30 140±15 - Aspal dingin.t 170 ±20 85±10-280±30 140±15 - TER - - 25±3 - - 40±5 c. Persiapan Campuran Setiap benda uji diperlukan agregat sebanyak ± 1200 gram, sehingga akan menghasilkan tinggi benda uji kira-kira 6,25 ± 0,125 cm. Panaskan aspal sampai suhu pencampuran, lalu tuangkan aspal panas tersebut sebanyak yang dibutuhkan kedalam agregat yang sudah dipanaskan tersebut, kenudian aduklah dengan cepat hingga agregat terlapis aspal panas merata. d. Pemadatan benda uji Cetakan dan muka penumbuk bersihkan, kemudian letakkan selembar kertas saring sesuai cetakan (mold) kedasar cetakan, lalu masukkan seluruh campuran kedalam cetakan dengan distusuk dan ratakan dengan sendok bagian sekelilingnya dan diusahakan campuran tidak terbuang dengan cara bagian tengahnya dibuat agak cembung. Kemudian tutup lagi dengan kertas saring, baru dilakukan pemadatan seseuai dengan suhu pemadatannya. Lakukan pemadatan dengan penumbukan yang sesuai, dalam hal ini dilakukan 75 kali, dengan tinggi jatuh penumbuk sejauh 45 cm, selama pemadatan diusahakan sumbu pemadat selalu tegak lurus dengan alas kaki. Setelah pemadatan selesai (75 kali tumbukan), lepaskan keping alas dan pasanglah alat pengeluar benda uji pada permukaan ujungnya, setelah ben uji keluar dinginkan dengan udara/suhu kamar kira-kira 24 jam. Cara Pengujian a. Bersihkan benda uji dari kotoran yang menempel b. Benda uji diberi tanda pengenal pada masing-masing benda uji c. Ukur tinggi benda uji dengan ketelitian 0,1 mm d. Timbang benda uji e. Rendam dalam air selama 24 jam pada suhu ruang, kemudian ditimbang dalam air dalam kondisi melayang dalam air. f. Rendam benda uji tersebut kedalam Water bath dalam suhu (60±1) 0 C, selama 30 s/d 40 menit, kemudian keluarkan benda uji keringkan dengan cepat (30 detik) lalu pasang benda uji pada alat marshall untuk dilakukan test kestabilan dan flownya. g. Untuk tiap benda uji harus diperiksa, meliputi : 1. Tinggi benda uji 2. Beban maksimum dalam pound, bila perlu dikoreksi 3. Nilai kelelehan dalam satuan inchi 4. Suhu pencampuran 5. Suhu pemadatan 6. suhu percobaan ANALISA DAN PEMBAHASAN Setelah data yang ada dihitung adalah seperti dalam tabel diatas, dengan hasil benda uji untuk masing- masing nilai adalah sebagai berikut : 1. Nilai VMA, untuk hasil terendah nilainya 18,66 %, nilai tertingginya sebesar 21,83 % dan nilai rata-ratanya sebesar 20,07 %. 2. Nilai VIM, untuk hasil terendahnya nilainya 8,53 %, nilai tertingginya 16 Uji Stabilitas Terhadap Flow Campuran Aspal Dengan Marshall Test (Agus Muldiyanto )

sebesar 13,20 % dan nilai rata-ratanya sebesar 11,26 %. 3. Nilai VFM, untuk hasil terendahnya nilainya 39,51 %, nilai tertingginya sebesar 51,59 % dan nilai rata-ratanya sebesar 44,19 % 4. Nilai Stabilitas yang terendah sebesar 836,808 kg, nilai teringgi sebesar 898,338 kg dan nilai rata-rata stabilitasnya sebesar 873, 453 %. 5. Untuk bacaan Flow terendah 1,8 sedang tertinggi bacaannya sebesar 2,8 dan nilai bacaan rata-ratanya sebesar 2,19 6. Untuk nilai hasil bagi Marshall yang terenda nilainya 298,860 kg/mm, sedang nilai tertingginya sebesar 489,505 kg/mm dan nilai rata-ratanya sebesar 406,15 kg/mm. PEMBAHASAN 1. Nilai VMA (Void in mineral agregat), dilihat dari nilai hasil percobaan terbesar (21,83%) maupun rataratanya (20,07%) yang > 15 % dari yang diharapkan sehingga rongga memenuhi sesuai yang diharapkan, bila kecil akan mengakibatkan aspal yang menyelimuti agregat terbatas dan menghasilkan film aspal yang tipis, sehingga aspal ini akan mudah lepas sehingga lapis ini tidak kedap air, oksidasi mudah terjadi dan lapis perkerasan menjadi rusak. 2. Nilai VIM (Void in mix) yg terendah 8,53 % masih diatas dari ketentua yang berkisar (3-5) % dan apabila ini dibebani beban lalu lintas yang akan menambah peadatan lapisan akan mengakibatkan lapisan aspal meleleh keluar yang disebut bleeding. 3. Nilai VFM terbesar nilainya sebesar 51,59 % masih dibawah 75 %, sehingga rongga terlalu banyak. Hal ini bisa disebabkan gradasi yang tidak rata ataupu bila dapat terisi aspal nantinya kemungkinan akan terjadi bleeding. 4. Stabilitas hasil uji testnya nilai terendahnya 836,808 kg > 800 kg, sehingga semua benda ujinya memenuhi untuk stabilitasnya 5. Flow, untuk nilai yang tidak memenuhi ada 2 percobaan sedang nilai retaratanya sebesar 2,19 > 2, sehingga memenuhi walaupun hasilnya masih kurang memuaskan karena berada diambang batas minimal 2 yang ditentukan. 6. MQ, hasil test uji yang terendah memenuhi syarat karena hasilnya 298,86 kg diatas ketentuan sebesar 200 kg. KESIMPULAN Dari hasil uji test stabilitas terhadap flow campuran aspal dengan marshall test, adalah dapat ditabelkan sebagai berikut : Uji Spesifi-kasi Hasil Test Keterangan (5%) (Rata-Rata) Stabilitas 800 kg 873,45 kg Stabilitas benda uji memenuhi syarat semua VFM 75% 44,19 % Rongga terlalu banyak VIM 3-5 % 11,26 % Ukuran rongga terlalu besar, sehingga kemungkinan terjadi oksidasi VMA 15 % 20,07 % Rongga memenuhi syarat Flow Min 2,00 2,19 Memenuhi syarat walaupun agak hslnya agak mendekati ambang batas MQ Min 200 Kg 406,15 Kg Memenuhi syarat J. PENGEMB. REK & TEK Volume 13 No 1, Juni 2011: 11-18 17

SARAN Dari hasil uji test dan kesimpulan diatas maka untuk Campuran Aspal, dengan kadar aspal 5 % dan penetrasi 60/70, dapat digunakan sebagai perkerasan jalan, hanya karena kandungan aspal dan banyaknya rongga, campuran ini sebaik digunakan pada arus lalu lintas rendah atau beban ringan dan cocok untuk perkerasan jalan lingkungan dalam perumahan. DAFTAR PUSTAKA Kusbiantoro, BS., 1997, Arah Kebijaksanaan Transportasi Perkotaan, Bunga Rampai Perencanaan Pembangunan di Indonesia, PT. Gramedia, Jakarta. Manheim, Marvin L., 1979, Fundamental of Transportation System Analysis, Volume I : Base Concept, The MIT Press, New York. Morlok, Edward K., 1991, Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi, Erlangga, Jakarta., 1980, Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan, Dep. PU, Dirjen Bina Marga., Peraturan Pemerintah RI Nomor 26 Tahun 1985 tentang Jalan.,, Modul Praktikum Jalan Raya, FT- Sipil Universitas Semarang 18 Uji Stabilitas Terhadap Flow Campuran Aspal Dengan Marshall Test (Agus Muldiyanto )