PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DALAM PEMANTAUAN DIET DAN AKTIFITAS FISIK PADA LANSIA DIABETES MELITUS (DM) DI KELURAHAN SUKAMAJU BARU TAPOS DEPOK TAHUN 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan pengetahuan keluarga yang baik dapat menurunkan angka prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. Glukosa

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. S DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN DIABETES MELLITUS PADA Ny.T DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PURWOSARI

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saat ini diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit degeneratif yang

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB I PENDAHULUAN. negara untuk lebih serius dalam menangani masalah kesehatan, baik masalah

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat secara global, regional, nasional dan lokal. Salah satu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan umat manusia pada abad ke 21. Diabetes mellitus (DM) adalah suatu

1

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif atau penyakit tidak menular akan terus meningkat

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organisation WHO (2014) prevalensi penyakit DM

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kronis menjadi masalah kesehatan yang sangat serius dan

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya. Dari data-data yang ada dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. juta dan diprediksikan meningkat hingga 1,5 miliar pada tahun Lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. setelah India, Cina dan Amerika Serikat (PERKENI, 2011). Menurut estimasi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

KERANGKA ACUAN PROGRAM PENYAKIT TIDAK MENULAR(PTM) Penyakit tidak menular (PTM) diperkirakan sebagai penyebab 58 juta kematian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menua pada seseorang bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses

BAB I PENDAHULUAN. diabetes mellitus semakin meningkat. Diabetes mellitus. adanya kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia)

BAB I PENDAHULUAN. tidak adanya insulin menjadikan glukosa tertahan di dalam darah dan

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus dapat menyerang warga seluruh lapisan umur dan status

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN. gizi ganda, dimana masalah terkait gizi kurang belum teratasi namun telah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat semakin meningkat. Salah satu efek samping

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara


BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut ADA (American Diabetes Association) Tahun 2010, diabetes

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 2 berkaitan dengan beberapa faktor yaitu faktor resiko yang tidak dapat diubah dan

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

kepatuhan dan menjalankan self care individu lanjut usia dengan Diabetes Melitus selama menjalani terapi hipoglikemi oral dan insulin?.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

Disease Management Program Untuk Diabetes Melitus pada Pelayanan Dokter Keluarga /Puskesmas

BAB I PENDAHULUAN. Fluktuasi politik dan ekonomi saat ini mengakibatkan perubahan pada tingkat

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Internasional of Diabetic Ferderation (IDF, 2015) tingkat. prevalensi global penderita DM pada tahun 2014 sebesar 8,3% dari

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) atau di kenal dengan Coronary Artery

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB I PENDAHULUAN. atau keduanya (Sutedjo, 2010). Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan

BAB I PENDAHULUAN. dengan prevalensi obesitas nasional berdasarkan data Riskesdas 2007 adalah 19,1%.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. relatif sensitivitas sel terhadap insulin, akan memicu munculnya penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

populasi yang rentan atau vulnerable sebagai akibat terpajan risiko atau akibat buruk dari masalah kesehatan dari keseluruhan populasi (Stanhope dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu dalam darah. Insulin adalah suatu hormon yang diproduksi pankreas

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Statistik (2013), angka harapan hidup perempuan Indonesia dalam rentang

BAB I PENDAHULUAN. mellitus tingkat kejadiannya terus meningkat di banyak negara di dunia (Lopez et

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB 1 PENDAHULUAN. organ, khususnya mata, ginjal, saraf, jantung dan pembuluh darah (America

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. semakin meningkat dari tahun ke tahun. Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. al.(2008) merujuk pada ketidaksesuaian metabolisme yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan kesehatan Indonesia mempunyai visi yaitu sehat 2010

Transkripsi:

PEMBERDAYAAN KOMUNITAS DALAM PEMANTAUAN DIET DAN AKTIFITAS FISIK PADA LANSIA DIABETES MELITUS (DM) DI KELURAHAN SUKAMAJU BARU TAPOS DEPOK TAHUN 2016 Kusdiah Eny Subekti 1. Program Studi Sarjana Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Assyafi iyah Jakarta, Indonesia 2. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam As-syafi iyah Jakarta, Indonesia *email : fikesuia@gmail.com ABSTRAK Lansia yang memiliki penyakit kronik DM merupakan kelompok rentan. karena menurunnya kemampuan fisik, psikologis dan sosialnya. Prevalensi lansia DM di Jawa Barat mengalami peningkatan dari 1,3% menjadi 2% di tahun 2013. Kemandirian lansia DM tidak bisa optimal sehingga untuk dapat memenuhi kebutuhannya memerlukan dukungan dari masyarakat sekitarnya, terutama kader dalam memberikan pelayanan kesehatan terkait DM. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada kelompok lansia di posbindu PTM diantaranya pemeriksaan adanya gula dalam urine sebagai deteksi awal adanya penyakit diabetes mellitus, pemeriksaan aktivitas sehari hari, pemeriksaan status gizi, dan kegiatan olah raga. Dukungan dari keluarga, teman, dan kader kesehatan sangat penting untuk membuat perubahan gaya hidup dalam hal diet dan pola aktivitas. Praktik residensi bertujuan memberi gambaran pemantauan diet dan aktivitas sebagai bentuk pemberdayaan kader dalam mempertahankan kadar gula darah pada lansia DM. Hasil evaluasi kegiatan didapatkan : terjadi peningkatan pengetahuan kader dari rata-rata 3,29 menjadi 9,84; peningkatan sikap kader dari rata-rata 33,29 menjadi 36,50; peningkatan keterampilan kader dari rata-rata 29,29 menjadi 32,50, dan penurunan kadar gula setelah dilakukan pemantauan diet dan aktivitas sebesar 63%. Pemberdayaan kader dan petugas kesehatan dapat meningkatkan kemampuan pendidikan kesehatan baik secara individual maupun kelompok. Pemberdayaan kader dan petugas kesehatan dapat meningkatkan kemampuan pendidikan kesehatan baik secara individual maupun kelompok. Puskesmas perlu memberikan bimbingan dan pembinaan bagi kader kesehatan untuk meningkatkan asuhan keperawatan lansia DM. Kata Kunci : Diabetes Mellitus, kader, diet, aktifitas, kadar gula

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Lansia mempunyai keterbatasan fisik dan kerentanan terhadap penyakit. Perubahan fisik pada lansia menyebabkan lansia berisiko untuk terkena penyakit kronik dan perburukan fungsional. Secara alami bertambahnya usia akan menyebabkan terjadinya perubahan degeneratif yang ditandai gejala dari beberapa penyakit seperti hipertensi, kelainan jantung dan diabetes mellitus. Penyakit lansia yang multi patologi dan bersifat kronis, akan membutuhkan biaya yang cukup tinggi dalam penanganannya (Kemenkes RI, 2010). Prevalensi lansia DM di Jawa Barat dari 1,3% di tahun 2007 menjadi 2% di tahun 2013 (RISKESDAS, 2013). Hasil penelitian epidemiologis di Indonesia menunjukkan prevalensi DM tipe 2 sebesar 14,7% di daerah kota Depok pada tahun 2005. Hasil penelitian di Depok menunjukkan DM lebih tinggi prevalensinya pada kelompok umur 46 55 tahun (Handayani, 2012). Diabetes Melitus merupakan penyakit urutan ke tiga terbanyak yang diderita lansia di Depok, sebesar 4754 jiwa (Desiminasi Informasi Program Lansia bagi Petugas Puskesmas Depok, 2015). Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah. Hal tersebut disebabkan karena pengaturan pola makan dan aktivitas yang kurang baik. Faktor lain yang menyebabkan peningkatan kadar gula selain pola makan dan aktivitas fisik adalah faktor usia. Meningkatnya usia menyebabkan semakin tinggi untuk terjadi DM, khususnya pada usia lebih dari 40 tahun. Proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel β pankreas dalam memproduksi insulin. Pada lanjut usia (lansia) terdapat penurunan aktivitas mitokondria di sel-sel otot yang berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sehingga memicu terjadinya resistensi insulin (Awad dkk, 2013). Pilihan makanan yang tepat dan gizi yang sehat diperlukan untuk memastikan dan menjaga kesehatan. Gizi yang sehat merupakan dasar pengobatan DM tipe 2 yang dapat memelihara glukosa darah dalam rentang normal dan meminimalkan komplikasi penyakit. Hasil penelitian menunjukkan gangguan toleransi glukosa menurun setelah mengikuti program gabungan nutrisi dan olah raga (Keith & Kurt, 1999). Diabetisi perlu diberitahu tentang manfaat kebiasaan diet yang tepat untuk mengontrol gula darah. Program gizi harus disesuaikan dengan keadaan individu, seperti jenis kelamin, usia, berat badan, pekerjaan. Diit yang tepat akan meningkatkan kualitas hidup, dan mengurangi biaya pengobatan (Polikondrioti & Helen, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh The Diabetes Prevention Program (2005), menunjukkan bahwa bertambahnya usia akan berisiko tinggi untuk terjadinya DM tipe 2, dan dapat dicegah atau ditunda dengan program penurunan berat badan dan aktivitas fisik secara teratur. Perilaku makan dan aktivitas fisik memainkan peranan utama dalam pencegahan dan pengobatan DM tipe 2. Intervensi gaya hidup diperlukan untuk mencegah dan mengontrol DM tipe 2 (Aras, 2014).

Diabetes Melitus merupakan penyakit kronis yang membutuhkan perubahan gaya hidup seperti diet, olah raga dan aktivita fisik, serta pemantauan kadar gula. Perubahan gaya hidup dapat diperoleh dengan adanya pendidikan yang diberikan melalui konseling individu atau menghadiri kelompok pendukung. Kelompok pendukung sangat penting bagi lansia DM karena bukan hanya kebutuhan informasi kesehatan, tetapi lansia ingin berbagi pengalaman dengan orang lain yang memiliki kondisi yang sama (Waters & Elizabeth, 2012). Kader merupakan tenaga pelaksana pelayanan kesehatan di posbindu yang dipilih dari kelompok masyarakat. Kader juga dapat melakukan monitoring pemeriksaan status gizi, aktivitas sehari-hari dan pemantauan kadar gula melalui pemeriksaan urine reduksi. Penelitian yang dilakukan oleh Joanne dalam Flenniken, (2010) mengatakan kontrol atas kesehatan diperoleh melalui pemberdayaan kelompok yang mempengaruhi perilaku kesehatan. Strategi sukses untuk mengontrol diabetes diantaranya dengan cara pemberdayaan kelompok dan pengontrolan diet. Sukamaju Baru merupakan perumahan yang padat dengan jalan yang berkelok dan naik turun, hanya bisa dilalui oleh kendaraan roda dua untuk mencapai posbindu. Kondisi jalan yang demikian menjadi salah satu penyebab tidak terjangkaunya lansia untuk datang ke posbindu karena kelemahan fisik pada lansia. Berdasarkan hal tersebut, maka pelaksanaan program dilaksanakan dengan melakukan pemantauan diet, aktivitas dan pemantauan kadar gula lansia melalui pemeriksaan urine reduksi dengan menggunakan kartu. Peran serta kader kesehatan masyarakat sangat diperlukan, karena kader kesehatan masyarakat merupakan perpanjangan tangan untuk pelaksanaan program posbindu pada lansia dengan diabetes. 2. Tujuan Tujuan program adalah memberi gambaran pemantauan diet dan aktivitas dengan pemberdayaan komunitas pada lansia DM di Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos Kota Depok. HASIL 1. Manajemen Pelayanan Keperawatan Komunitas Terjadi peningkatan pengetahuan kader dari rata-rata 3,29 menjadi 9,84. Terjadi peningkatan sikap kader dari rata-rata 33,29 menjadi 36,50. Terjadi peningkatan keterampilan kader dari rata-rata 29,29 menjadi 32,50. 2. Asuhan Keperawatan Komunitas Teridentifikasi lansia DM sebanyak 38 orang melalui proses skrening. Terbentuk kelompok lansia yang berjumlah 12 orang. Penurunan kadar gula dalam urine setelah dilakukan pemantauan diet dan aktifitas sebesar 63%. Penurunan berat badan sebesar 37%. Peningkatan peserta yang mengikuti kegiatan senam bulan I sebanyak 6 orang, bulan ke II sebanyak 25 orang, bulan ke III sebanyak 40 orang. 3. Asuhan Keperawatan Keluarga Asuhan keperawatan keluarga dengan masalah DM yang dilakukan pada 10 keluarga, ditemukan masalah ketidakefektifan kadar gula darah, tidak efektifnya manajemen keluarga, resiko penurunan curah jantung dan cemas.

Hasil pengkajian didapatkan data di 10 keluarga terdapat masalah ketidakefektifan kadar gula darah dan tidak efektifnya manajemen keluarga. PEMBAHASAN Penyegaran kader merupakan upaya dalam meningkatkan pemberdayaan kader. Kegiatan yang dilakukan berupa pendidikan kesehatan, melatih kader agar dapat berkomunikasi yang baik, sehingga dapat diterapkan dalam melakukan perawatan pada lansia DM. Peran kader kesehatan menjembatani antara sistem kesehatan dan masyarakat (Nadia Islam dkk, 2014). Hal tersebut sesuai dengan penelitian bahwa kader kesehatan masyarakat dapat membantu memberikan arahan untuk perawatan kesehatan, dan dapat mendorong kepatuhan terhadap perawatan dengan melakukan kunjungan. Program diabetes agar lebih efektif dianjurkan dengan menggabungkan prinsip pemberdayaan, perawatan, perubahan perilaku sehat dan program intervensi diabetes (Joanne, 2010). Pengetahuan dan penerimaan kader merupakan hal yang perlu dinilai untuk melihat kemampuan kader dalam memenuhi peran mereka (Nadia Islam dkk, 2014). Pendidikan dapat diberikan melalui pertemuan dengan professional seperti perawat praktisi pendidik diabetes (Waters & Elizabeth, 2012). Teridentifikasi lansia DM melalui proses skrening sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Samuel Hodge, 2000 yang menyatakan intervensi kesehatan dengan melakukan program skrening secara rutin dapat meningkatkan pengetahuan tentang pencegahan dan perkembangan komplikasi diabetes dengan menargetkan pada kelompok tertentu, seperti kelompok lansia. Kelompok lansia yang terbentuk beranggotakan 12 orang hal ini disebabkan lokasi jalan yang berkelok kelok dan naik turun, serta keterbatasan fisik lansia. Penelitian yang dilakukan oleh Waters & Elizabeth, 2012 mengatakan hambatan berupa akses kepelayanan kesehatan akan meningkatkan perawatan diri di masyarakat dan banyak daerah memiliki kelompok pendukung. Penurunan berat badan dan kadar gula disebabkan karena dilakukannya pemantauan secara teratur oleh kader. Adanya kelompok pendukung sehingga lansia selalu diingatkan, saling memberikan dukungan antara anggota kelompok bila terjadi peningkatan kadar gula. Hal tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Waters & Elizabeth, (2012) yang mengatakan kelompok pendukung sangat penting karena tidak hanya perawatan kesehatan, anggota kelompok juga ingin berbagi pengalaman dengan orang lain dalam menghadapi situasi yang sama. Penelitian yang lain dilakukan oleh Joanne McCloskey, (2010) mengatakan bahwa seseorang dengan DM, jika benarbenar di kontrol akan lebih sehat dibandingkan orang yang tidak DM dan tidak mengontrol nutrisinya. Dukungan dari teman teman sangat penting untuk membuat perubahan gaya hidup dalam diet dan pola aktivitas. Penurunan kadar gula darah secara bermakna terjadi pada lansia dengan dukungan keluarga. Terjadi peningkatan kemandirian keluarga, hal tersebut disebabkan adanya dukungan keluarga yang terus menerus pada lansia. Dukungan penilaian dapat berupa memberikan support, penghargaan, dan perhatian pada anggota keluarga. Dukungan instrumental dapat berupa tenaga, sarana dan materi. Dukungan emosional berupa menempatkan anggota keluarga dalam tempat yang aman,

nyaman, dandamai (Friedman, 2010). Perawatan diabetes mellitus membutuhkan pemantauan terhadap kepatuhan diit, aktivitas, sehingga diharapkan kadar gula darah akan terpantau. Dukungan keluarga sangat dibutuhkan dalam pemantauan kadar gula darah, terutama pada lansia yang sudah mengalami penurunan kualitas hidup. Lansia yang tinggal seorang diri, lansia yang tinggal dengan pasangannya membutuhkan dukungan keluarga dalam pemantauan diit dana ktivitas, hal tersebut diatasi dengan cara melibatkan kader posbindu dalam pemantauan diit dan aktivitas melalui kartu pemantauan diit. DM membutuhkan perawatan yang lama, biaya yang tidak sedikit, komunikasi yang baik, oleh karena itu diperlukan kerjasama dengan anggota keluarga yang lain (Kaakinen, 2009). KESIMPULAN Terbentuknya kelompok swabantu lansia dan kelompok pendukung di RW 05 dan 07 Kelurahan Sukamaju Baru, terjadi peningkatan kepatuhan diet dan olah raga pada lansia DM, terjadi peningkatan kemandirian keluarga pada 10 keluarga binaan di RW 05 dan 07 Kelurahan Sukamaju Baru, pengetahuan, sikap dan perilaku kader kesehatan mengalami, terjadi penurunan kadar gula darah pada lansia DM di RW 05 dan 07 Kelurahan Sukamaju Baru. DAFTAR PUSTAKA Awad, N., Langi, Y. A., & Pandelaki, K. (2013). Gambaran Faktor Resiko Pasien Diabetes Melitus Tipe II di Poliklinik Endokrin Bagian/SMF FK-Unsrat RSU Prof. Dr. RD Kandou Manado Periode Mei 2011- Oktober 2011. Jurnal e- Biomedik, 1(1). Desiminasi Informasi Program Lansia bagi Petugas Puskesmas Depok, 2015 Flenniken, D. (2010). Overcoming cultural barriers to diabetes control: a qualitative study of southwestern New Mexico Hispanics. Journal of cultural diversity, 17(3), 110. Handayani. (2012). Modifikasi gaya Hidup dan Intervensi Farmakologis Dini untuk Pencegahan Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2. Media Gizi Masyarakat Indonesia. Vol.2 : 65-70 Kemenkes RI. (2010). Rencana Operasional Promosi Kesehatan dalam Pengendalian Penyakit Tidak Menular. Jakarta : Pusat promosi Kesehatan (2013). Riset Kesehatan Dasar : Riskesdas 2013. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Polikandrioti, M., & Dokoutsidou, H. (2009). The role of exercise and nutrition in type II diabetes mellitus management. studies, 1, 5. Waters, E. (2012). Access and Barriers to Diabetic Self Care Education and Support Groups in a Rural Southern Minnesota Community. Islam, N., Riley, L., Wyatt, L., Tandon, S. D., Tanner, M., Mukherji-Ratnam, R.,... & Trinh-Shevrin, C. (2014). Protocol for the DREAM Project (Diabetes Research, Education, and Action for Minorities): a randomized trial of a community health worker intervention to improve diabetic management and control among Bangladeshi adults in NYC. BMC public health, 14(1), 177.