BAB V SIMPULAN DAN SARAN V.1 Ringkasan Tujuan pengadaan penelitian ini adalah untuk melihat apakah terdapat pengaruh antara Return On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Price to Book Value (PBV). Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kinerja perusahaan yang dinilai dari ROE dan DER mempengaruhi penilaian investor di Bursa Efek pada saat kondisi Indeks Harga Saham menurun tahun 2008 dan Indeks Harga Saham meningkat tahun 2009. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah semua anggota populasi disertakan dalam penelitian, hal ini dilakukan agar hasil penelitian dapat benarbenar menjelaskan fenomena sesungguhnya yang terjadi di dalam populasi maupun masing-masing anggota populasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sepanjang tahun 2008 dan 2009. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Hipotesis Pertama (H a1 ) penelitian menyatakan bahwa Return On Equity (ROE) berpengaruh positif terhadap Price to Book Value (PBV) secara parsial di sektor pertanian dan pertambangan pada saat kondisi pasar menurun tahun 2008 dan meningkat tahun 2009. Berdasarkan hasil perhitungan pada Bab 4, dapat diketahui bahwa Return On Equity berpengaruh positif terhadap Price to Book Value. Hal ini berdasarkan atas uji hipotesis yang menghasilkan nilai uji t sebagai berikut : 286
1) 2,246 > 2,201 untuk sektor pertanian tahun 2008 2) 2,639>2,201 untuk sektor pertanian tahun 2009 3) 2,949>2,093 untuk sektor pertambangan tahun 2008 4) 2,850>2.093 untuk sektor pertambangan tahun 2009 Karena t hitung >t tabel, maka dapat disimpulkan bahwa H a1 diterima dan H o1 ditolak dan nilai Rasio Return On Equity memiliki pengaruh yang signifikan dan bersifat positif terhadap Rasio Price to Book Value. 2. Hipotesis Kedua (H a2 ) penelitian menyatakan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif terhadap Price to Book Value (PBV) di sektor pertanian dan pertambangan pada saat kondisi pasar menurun tahun 2008 dan meningkat tahun 2009. Berdasarkan hasil perhitungan pada Bab 4, dapat diketahui bahwa Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh terhadap Price to Book Value. Hal ini berdasarkan atas uji hipotesis yang menghasilkan nilai uji t sebagai berikut : 1) -1,144 > -2,201 untuk sektor pertanian tahun 2008 2) -1,241 >-2,201 untuk sektor pertanian tahun 2009 3) -0,621 > -2,093 untuk sektor pertambangan tahun 2008 4) 0,442 < 2,093 untuk sektor pertambangan tahun 2009 Karena -t hitung > - t tabel dan t hitung < t tabel, maka dapat disimpulkan bahwa H o2 diterima dan H a2 ditolak dan nilai Debt to Equity Ratio tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Rasio Price to Book Value. 287
3. Hipotesis Ketiga (H a3 ) penelitian menyatakan bahwa Return On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap Price to Book Value (PBV) di sektor pertanian dan pertambangan pada saat kondisi pasar menurun tahun 2008 dan meningkat tahun 2009. Berdasarkan hasil perhitungan pada Bab 4, dapat diketahui bahwa Return On Equity dan Debt to Equity Ratio berpengaruh positif terhadap Price to Book Value. Hal ini berdasarkan atas uji hipotesis yang menghasilkan nilai uji f sebagai berikut : 1) 4,322 > 4,26 untuk sektor pertanian tahun 2008 2) 5,503 > 4,26 untuk sektor pertanian tahun 2009 3) 4,122 >3,59 untuk sektor pertambangan tahun 2008 4) 4,168>3,59 untuk sektor pertambangan tahun 2009 Dapat ditarik kesimpulannya bahwai H a3 diterima dan H o3 ditolak atau dengan kata lain f hitung > f tabel. Maka, secara bersama-sama Return On Equity dan Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap Price to Book Value. V.2 Simpulan Dari hasil penelitian penulis dapat menyimpulkan: 1. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Return On Equity (ROE) berpengaruh terhadap Price to Book Value (PBV) secara parsial di sektor pertanian dan pertambangan pada saat kondisi pasar menurun tahun 2008 dan meningkat tahun 2009. Hal ini menjelaskan bahwa Return On Equity (ROE) merupakan tolok ukur bagi investor dalam menilai saham baik ketika kondisi pasar turun di tahun 2008 dan kondisi pasar meningkat tahun 2009. Atau dengan 288
kata lain aspek fundamental perusahaan merupakan faktor penting bagi investor dalam menilai saham dalam setiap kondisi pasar. Adanya pertumbuhan ROE menunjukkan prospek perusahaan yang semakin baik karena adanya potensi peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor serta akan mempermudah manajemen perusahaan untuk menarik modal dalam bentuk saham. Begitu juga sebaliknya perusahaan dengan nilai ROE yang rendah mencerminkan kinerja keuangan yang buruk sehingga mengurangi penilaian investor. 2. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) tidak berpengaruh terhadap Price to Book Value (PBV) secara parsial di sektor pertanian dan pertambangan pada saat kondisi pasar menurun tahun 2008 dan meningkat tahun 2009. Artinya adalah, secara parsial investor dalam menilai kinerja perusahaan mereka tidak berfokus pada seberapa besar perusahaan menggunakan hutang untuk membiayai asetnya. Mereka lebih menilai bagaimana perusahaan tersebut memberikan return dari modal yang mereka investasikan dibanding melihat risiko yang dilihat dari Debt to Equity Ratio. Penggunaan Debt to Equity Ratio tidak mencerminkan tingkat return yang diperoleh investor pada saat menanamkan modalnya. Akan tetapi menggambarkan struktur modal yang berpotensi risiko yang dilihat dari seberapa besar presentase hutang dari kreditor (pihak luar) untuk membiayai asset perusaahaan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai DER pada sektor pertanian tahun 2008, yaitu emiten BTEK sebesar 0.25% dan LSIP sebesar 53.93% yang nilainya berbeda jauh, namun penilaian investor di bursa terhadap kedua emiten tersebut 289
hampir sama. Hal ini ditunjukkan dengan nilai PBV BTEK sebesar 1.27 dan LSIP 1.25 yang menjelaskan bahwa penilaian investor tidak dipengaruhi oleh nilai DER. Pada contoh lain, yaitu sektor pertambangan tahun 2008 (saat kondisi pasar turun) terjadi fenomena serupa dimana nilai DER ANTM sebesar 26.43% yang menunjukkan bahwa penggungaan hutang yang rendah, 26.43% dari modal perusahaan. Sementara nilai DER ARTI sebesar105.44% menunjukkan penggunaan hutang yang lebih tinggi. Akan tetapi penilaian investor di bursa tidak dipengaruhi besar kecilnya nila DER. Nilai PBV ANTM sebesar 1.29 hampir sama dengan nilai PBV ARTI sebesar 1.27. Selain itu, pada sektor pertambangan tahun 2009 (saat kondisi pasar naik) terjadi fenomena yang sama dimana nilai DER ANTM sebesar 21.45% yang menunjukkan bahwa penggungaan hutang yang rendah, 21.45% dari modal perusahaan. Sementara nilai DER BUMI sebesar 395.27% menunjukkan penggunaan hutang yang lebih tinggi. Akan tetapi penilaian investor di bursa tidak dipengaruhi besar kecilnya nilai DER. Nilai PBV ANTM sebesar 2.68 hampir sama dengan nilai PBV ARTI sebesar 2.66. 3. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Return On Equity (ROE) dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap Price to Book Value (PBV) secara simultan di sektor pertanian dan pertambangan pada saat kondisi pasar menurun tahun 2008 dan meningkat tahun 2009. Hal ini menjelaskan bahwa dengan penggunaan hutang yang tinggi (leverage) diikuti dengan tingkat return yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan efisien dalam menggunakan seluruh sumber dana yang dimiliki sehingga meningkatkan penilaian investor, begitu 290
juga sebaliknya. Aspek fundamental perusahaan menjadi bahan pertimbangan investor dalam menilai saham yang digambarkan dengan rasio profitabilitas dan rasio solvabilitas pada setiap kondisi pasar. Berarti manajemen perusahaan perlu merencanakan kebijakan dan langkah-langkah strategis untuk mencapai tujuan perusahaan, yaitu meningkatkan value perusahaan. Untuk perusahaan dengan nilai ROE yang lebih rendah dari rata-rata industri perlu melihat bagaimana langkah-langkah yang dilakukan perusahaan terkait dengan pengelolaan asset untuk menghasilkan penjualan dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari penjualan tersebut. Misalnya manejemen perlu mengevaluasi kebijakan pengelolaan persediaan (inventory) karena komoditas di Sektor Pertanian bersifat musiman (seasonal). Untuk Sektor Pertambangan komoditasnya bersifat scarce (terbatas dan tidak dapat diperbaharui), maka manajemen perusahaan perlu mengambil langkah-langkah untuk menghasilkan keuntungan dari penjualan yang produknya (barang tambang) terbatas secara optimal. Selain itu, pengendalian biaya operasional juga dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari penjualannya. Oleh karena itu manajemen perusahaan perlu mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan biaya operasional. Untuk perusaahaan dengan nilai DER yang tinggi perlu dicermati tingkat penggunaan hutang untuk membiayai aset yang nantinya menghasilkan keuntungan. Pengelolaan hutang yang tidak efisien dalam membiayai aset bisa mengurangi potensi profit, sehingga dapat menimbulkan kerugian. 291
V.3 Keterbatasan Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang memerlukan perbaikan dan pengembangan dalam penelitian-penelitian berikutnya. Keterbatasan-keterbatasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian hanya mengambil dua variable independen sehingga hasil penelitian ini belum dapat menjelaskan semua variable yang mempengaruhi nilai perusahaan. 2. Perusahaan yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian ini hanya mengacu pada sektor primer yaitu sektor pertanian dan sektor pertambangan. Saran untuk Penelitian Selanjutnya: 1. Diperlukan adanya penelitian lanjutan mengenai variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi penilaian investor terhadap perusahaan selain rasio profitabilitas yaitu dari Return On Equity dan rasio solvabilitas dari Debt to Equity Ratio, seperti kondisi makro dan strategi kompetisi perusahaan. 2. Penelitian di sektor lain Bursa Efek Indonesia juga dapat dilakukan untuk melihat bagaimana penilaian investor terhadap kinerja keuangan pada perusahaan yang memiliki karakteristik atau nature of business yang berbeda dengan perusahaan di sektor pertanian dan sektor pertambangan. 292