BAB I PENDAHULUAN. Morits (dalam Jayanti, 2009) mengatakan bahwa :

dokumen-dokumen yang mirip
PERBEDAAN TINGKAT STRES KERJA ANTARA PERAWAT KRITIS DAN PERAWAT GAWAT DARURAT DI RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Lebih dari 35 tahun yang lalu burnout menjadi isu yang. menarik ketika para peneliti Maslach dan Freudenberger mulai

BAB 1 PENDAHULUAN. paripurna (komprehensif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pencegahan

BAB I PENDAHULUAN. harus terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat (Depkes, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia keperawatan semakin berkembang.

BAB 1 PENDAHULUAN. karena menurunnya produktivitas sebagai efek stres karyawan. The Seventh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, yang

HUBUNGAN BEBAN KERJA PERAWAT DENGAN STRES KERJA DI INSTALASI RAWAT INAP RSU ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit adalah bagian integral dari suatu organisasi sosial dan kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya berkembang dengan cepat jika menciptakan kepuasan dan kesetiaan

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB 1 PENDAHULUAN. dimana salah satu upaya yang dilakukan oleh rumah sakit adalah mendukung rujukan

BAB 1 PENDAHULUAN. jaringannya (DinKes Jawa Timur, 2013). Instalasi Gawat Darurat sebagai gerbang

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Setiap kegiatan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Bandung. Rumah sakit X merupakan rumah sakit swasta yang cukup terkenal di

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perpanjangan masa rawat inap bagi penderita. Risiko infeksi di

BAB I PENDAHULUAN. bagi perubahan kelangsungan hidup seseorang. Perubuhan-perubahan yang terjadi. diberbagai bidang termasuk bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu bentuk sarana kesehatan, baik yang diselenggarakan

STRES KERJA PADA PERAWAT UNIT GAWAT DARURAT

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. yaitu RS Umum dan RS Khusus (jiwa, mata, paru-paru, jantung, kanker, tulang, dsb)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era globalisasi ini teknologi berkembang semakin pesat, begitu

BAB I PENDAHULUAN. adanya mutu pelayanan prima rumah sakit. Mutu rumah sakit sangat dipengaruhi

BAB 1 PENDAHULUAN. makna kepada orang lain dalam bentuk lambang-lambang, simbol, atau bahasabahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiri untuk menangani kegawatan yang mengancam jiwa, sebelum dokter

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem pemberian pelayanan yang efektif, termasuk kualitas pelayanan.

BAB I PENDAHULUAN. komitmen pembangunan kualitas masyarakat di Indonesia. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. terakhir ini diketahui bahwa terdapatnya kecendrungan masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pengelola, pendidik, dan peneliti (Asmadi, 2008). Perawat sebagai pelaksana layanan keperawatan (care provider) harus

BAB I PENDAHULUAN. konsekuensi dari perkembangan media informasi. Berkenaan dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan adanya keberpihakan dan perhatian pemerintah terhadap peningkatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI INTRINSIK DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSANA DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA BEBAN KERJA DENGAN STRESS KERJA PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan salah satu industri jasa pemberi pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Kualitas jasa pelayanan kesehatan merupakan bagian terpenting yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat dalam lingkup lokal maupun internasional.

BAB 1 PENDAHULUAN. Keperawatan merupakan salah satu profesi dalam bidang kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. mengharuskan rumah sakit memberikan pelayanan berkualitas sesuai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan penunjang. Rumah sakit dalam menjalankan fungsinya

BAB I PENDAHULUAN. pelayanannya pada masyarakat umum, pusat-pusat kesehatan sekrang ini juga

PENILAIAN KINERJA PELAYANAN PERAWAT PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. dalam menangani pasien dengan berbagai macam tingkat. kegawatdaruratan (Keputusan Menteri Kesehatan RI, 2009).

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN ADAPTASI PADA PERAWAT DI INSTALASI GAWAT DARURAT RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesadaran masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Rumah sakit juga merupakan pusat pelatihan bagi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh berespons terhadap suatu perubahan yang terjadi antara lain karena

STRATEGI COPING PERAWAT RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ( Fenomena pada Perawat di RSJD Surakarta )

Patient Safety dalam Keperawatan. Sumijatun Oktober 2007

BAB I PENDAHULUAN. kemantapan, kemapanan, kesejahteraan, dan kepuasan. Bekerja bukan hanya

BAB 1 : PENDAHULUAN. sangat ditentukan oleh perilaku, sikap, motivasi, semangat, disiplin kepuasan kerja

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas, dengan memperbaiki sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. dibahas dalam pelayanan kesehatan. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. kurang cepat atau kurang benar. Penderita cedera berat harus mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung terhadap sistem pendidikan dan pelayanan kepada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. wilayah. Sebuah Rumah Sakit akan memberikan pelayanan optimal jika didukung

BAB I PENDAHULUAN. (IPTEK) yang ditemukan seperti berbagai peralatan canggih dibidang

BAB I PENDAHULUAN. adalah profesi kesehatan yang berfokus pada individu,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan, merupakan kegiatan yang padat moral serta padat karya

ANALISIS MUTU PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA PADANGSIDIMPUAN

HUBUNGAN PERAN KEPEMIMPINAN KEPALA RUANG DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD MUNTILAN KABUPATEN MAGELANG

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. segala sesuatu yang terjadi di rumah sakit sebagaimana dimaksud dalam pasal. 46 UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit.

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. kesehatan (dokter, perawat, terapis, dan lain-lain) dan dilakukan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat. darurat (Permenkes RI No. 147/ Menkes/ Per/ 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat (Sumijatun, 2009). Salah satu bagian integral dari pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dep Kes RI (2008), rumah sakit adalah sarana kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. dari manajemen kualitas. Hampir setiap tindakan medis menyimpan potensi

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KEPUASAN PASIEN RAWAT INAP PESERTA JAMKESMAS DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH KARANGANYAR

HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR MOTIVASI DENGAN KINERJA PERAWAT MENURUT PERSEPSI KEPALA RUANG DI RUMAH SAKIT ISLAM SURAKARTA SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah sakit merupakan suatu institusi yang terintegrasi dalam pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna meliputi upaya promotif, pelayanan kesehatan (Permenkes No.147, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan oleh pemerintah atau masyarakat yang berfungsi untuk

SKRIPSI. Disusun Oleh : Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan. NAMA : Yusstanto NIM : J

BAB I PENDAHULUAN. kiat keperawatan. Berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. seseorang terhadap pelayanan kesehatan. (Notoatmodjo,1993).

BAB I PENDAHULUAN. pasien dalam merawat pasien. Dengan demikian maka perawatan dan spiritual telah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kondisi akut yang membutuhkan pertolongan segera (Ashour et al,

Summary FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KINERJA PERAWAT DI RS TOTO KABILA KABUPATEN BONE BOLANGO. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat melakukan hal tersebut banyak hal yang perlu dilakukan, salah satu diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. 1. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit disamping penyembuhan dan pemulihan. segenap lapisan masyrakat. Sasaran dari program tersebut yakni tersedianya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan bertujuan agar setiap penduduk mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. berbentuk pelayanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif ditujukan

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan salah satu jaringan pelayanan kesehatan yang penting,

BAB I PENDAHULUAN. penerima jasa pelayanan kesehatan. Keberadaan dan kualitas pelayanan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun, menjadi penyebab tertinggi kedua kematian manusia pada usia 5-14 tahun,

BAB I PENDAHULUAN. 269/Menkes/Per/III/2008 adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN KINERJA PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN RUANG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA MALANG ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. Penanganan gawat darurat ada filosofinya yaitu Time Saving it s Live

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jawab dalam memberikan pelayanan yang bermutu kepada masyarakat sesuai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit merupakan sebuah organisasi yang unik karena berbaur antara padat teknologi, padat karya dan padat modal (Jayanti, 2009). Menurut Dahlan yang dikutib dari Morris dan Morits (dalam Jayanti, 2009) mengatakan bahwa : Hospital is a place in which a patient receive food, shelter and nursing care while receiveing medical or surgical treatment or an institution for reception care and medical treatment of the sick or wounded, also the building used for that purpose or a place where medicine is practiced by physician. Sedangkan menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 983/1992, rumah sakit merupakan sebuah sarana upaya kesehatan serta dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian. Berdasarkan beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa rumah sakit merupakan sebuah tatanan pemberi jasa layanan kesehatan yang berada di tengah masyarakat untuk memberikan pelayanan kesehatan secara holistik, bermutu dan kompleks dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang terdapat di dalamnya. Perawat merupakan salah satu sumber daya manusia yang di manfaatkan sebagai pemberi jasa layanan asuhan keperawatan. 1

Elis dan Hartley (dalam Priharjo, 2008), menyatakan bahwa perawat adalah orang yang mengasuh, merawat, dan melindungi yang merawat orang sakit, luka, dan usia lanjut. Selain itu, berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 647/Menkes/SK/IV/2000 yang kemudian diperbaharui di dalam Kepmenkes RI Nomor 1239/Menkes/SK/XI/2001 dalam Asmadi (2008), menyatakan bahwa perawat adalah seseorang yang telah lulus dari pendidikan keperawatan, baik didalam maupun luar negeri sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sebagai salah satu sumber daya manusia yang juga memegang peranan penting didalam rumah sakit, profesi keperawatan di gunakan dalam penyelenggaraan untuk menjaga mutu pelayanan kesehatan. Layanan kesehatan yang diberikan merupakan sebuah asuhan keperawatan secara bio-psiko-sosialkultural-spiritual secara komperhensif kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, baik yang sehat maupun sakit yang mencakup seluruh proses kehidupan manusia (Lokaya Keperawatan Nasional, dalam Asmadi, 2008). Hal ini berarti dalam menjalankan fungsinya perawat harus memberikan sebuah jasa layanan kesehatan secara kontinyu, holistik dan konstan selama 24 jam kepada pasien. Selain itu, pelayanan keperawatan juga 2

merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan jelas mempunyai kontribusi yang sangat menentukan kualitas pelayanan di rumah sakit, sehingga setiap upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit harus juga disertai upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan keperawatan (Yani, dalam Widodo, 2010). Kualitas layanan kesehatan yang bermutu dapat diuji berdasarkan peran seorang perawat untuk memberikan layanan asuhan keperawatan. Nightingale dalam Priharjo (2008) menyatakan bahwa peran seorang perawat adalah untuk menjaga pasien, mempertahankan kondisi terbaiknya terhadap masalah kesehatan yang menimpa dirinya. Berdasarkan asumsi dari Nightingale dapat di jelaskan bahwa untuk menjalankan perannya itu seorang perawat harus bisa untuk mendahulukan kepentingan kesehatan pasien di atas kepentingan pribadinya dan harus bisa bersikap siap sedia, tanggap dan cepat dalam menangani masalahmasalah kesehatan yang di alami oleh pasiennya. Salah satu contohnya adalah perawat yang bekerja di bagian Unit Rawat Inap dan Unit Gawat Darurat (UGD). Unit rawat inap merupakan sebuah unit pelayanan yang digunakan sebagai tempat untuk perawatan umum pasien setelah pasien masuk ke rumah sakit. Pada sebuah rumah sakit, terdapat 3

berbagai macam spesifikasi unit rawat inap tergantung management rumah sakit, ada yang terbagi berdasarkan kelaskelas tertentu, misalnya kelas 1, 2, 3 ataupun juga VIP. Selain itu, dapat pula dibedakan antara unit penyakit dalam, anak dan perawatan medis secara umum. Perawat yang bekerja di bagian unit rawat inap juga harus memiliki kompetensi, apalagi jika perawat itu bekerja di sebuah unit rawat inap dengan beraneka ragam sikap dan perilaku yang berbeda dari setiap pasien, maka perawat di tempat ini dituntut untuk mampu memenuhi segala kebutuhan pasien di unit tersebut sesuai dengan kebutuhan, bekerja cepat, mandiri dan juga secara profesional atau dengan team work dalam melakukan asuhan keperawatan yang akan mereka berikan kepada pasien. Sedangkan, Unit gawat darurat pada sebuah rumah sakit merupakan sebuah unit pelayanan yang memiliki peran sebagai gerbang utama jalan masuknya pasien gawat darurat. Selain itu, pada sebuah unit gawat darurat juga dilengkapi dengan sarana untuk penerimaan dan perawatan orang dengan kondisi yang membutuhkan pertolongan segera dan trauma. Oleh karena itu, sebagai perawat di Unit gawat darurat harus berada selama 24 jam per hari dan 7 hari dalam seminggu di Unit gawat darurat (Oman, 2008). 4

Seiring dengan meningkatnya pelayanan yang harus diberikan kepada seorang pasien yang mengalami keadaan gawat darurat, maka seorang perawat yang bekerja di unit gawat darurat dituntut untuk memiliki kompetensi dan keterampilan yang profesional untuk memberikan asuhan keperawatan yang bermutu kepada pasiennya. Menurut Emergency Nurses Association tahun 1999 dalam Oman (2008) di jelaskan bahwa Triase/tindakan penanganan kegawatdaruratan di unit gawat darurat harus dilakukan oleh seorang perawat profesional yang sudah terlatih dalam prinsip-prinsip triase dengan pengalaman kerja minimal selama enam bulan di bagian keperawatan kedaruratan. Menurut Campbell, (dalam Oman 2008), tuntutan yang terus-menerus timbul dalam lingkungan kegawatdaruratan, dapat memicu stres yang tidak sehat jika perawat tidak dapat menangani stres tersebut dengan cara yang positif dan proaktif. Hal itu berarti, bekerja di sebuah unit gawat darurat membutuhkan tindakan yang benarbenar cepat, cekatan, tepat dan akurat. Situasi-situasi yang dialami oleh perawat di unit rawat inap dan unit gawat darurat seperti inilah yang sering menimbulkan stres kerja bagi seorang perawat. Stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap suatu tuntutan yang di hadapi (Selye, dalam Fabella, 1993). Sedangkan, Stres kerja adalah situasi faktor yang terkait dengan 5

pekerjaan. Stres ini terjadi ketika seseorang tidak dapat memenuhi tuntutan pekerjaan atau kebutuhan dari pekerjaan (Losyk, 2007). Beberapa faktor yang terkait dengan stres kerja menurut Losyk (2007) tergantung dari : kondisi fisik, teknologi, managemen, hubungan dengan rekan kerja dan tekanan waktu. Lima sumber stres kerja perawat secara umum adalah beban kerja berlebih, kesulitan berhubungan dengan staf lain, kesulitan merawat pasien kritis, berurusan dengan pengobatan dan perawatan pasien dan kegagalan merawat (Abraham & Shanley, dalam Sunaryo, 2004). Berdasarkan hasil observasi awal, pada saat peneliti melakukan Clinical Practise di beberapa rumah sakit kerjasama, pada tanggal 1 Mei 20 Agustus 2011, sebagian besar perawat unit gawat darurat melakukan tindakan keperawatan dengan sangat cepat dan cekatan kepada pasien. Berbagai aktivititas dan layanan keperawatan selalu mereka berikan secara profesional. Stres kerja pada perawat di unit gawat darurat terjadi karena unit gawat darurat merupakan unit pelayanan yang bersifat segera dan membutuhkan pertolongan pertama untuk diberikan pada pasien. Selain itu, hal lain yang memicu terjadinya stres kerja ialah perawat unit gawat darurat harus menghadapi pasien yang datang dalam jumlah banyak dan dengan kondisi yang parah, sedangkan jumlah perawat di unit gawat darurat terbatas (Lia, 2009). 6

Perawat yang bertugas di unit gawat darurat menghadapi berbagai aspek dari lingkungan kerja antara lain lingkungan fisik dan psikososial. Lingkungan fisik berupa terdapatnya berbagai karakter pasien dengan berbagai jenis penyakit, area kerja yang luas, dan kerja sama antar perawat. Hubungan interpersonal yang kurang baik antar karyawan, tuntutan yang tinggi dari pasien, serta pembuatan keputusan yang harus cepat dan tepat untuk menolong yang merupakan sumber stres psikososial. Semakin banyak jumlah pasien yang dirawat, semakin beragamnya penyakit, serta tingginya tingkat kebutuhan pasien dapat memicu terjadinya stres. Berdasarkan fenomena yang terjadi, perawat yang bertugas di unit gawat darurat memiliki stresor yang tinggi karena perawat setiap hari akan berhadapan dengan aspek lingkungan fisik dan lingkungan psikososial yang tinggi dari pekerjaannya. Ketidakmampuan perawat dalam menjawab tuntutan lingkungan akan menimbulkan situasi stres dalam lingkungan kerja sehingga secara sadar ataupun tidak, dapat mempengaruhi kinerja dan perilaku perawat itu (Lia, 2009). Berdasarkan hasil wawancara awal, dikatakan bahwa keseharian perawat di unit gawat darurat dan unit rawat inap mempunyai rutinitas yang berbeda. Perawat di unit rawat inap melakukan rutinitas yang cenderung sama tiap hari. Saat 7

pergantian jadwal misalnya, seorang perawat di uni rawat inap akan melaporkan keadaan pasien kepada rekan kerjanya yang akan melanjutkan dinas saat itu. Setelah laporan selesai diberikan, perawat berkeliling ruangan perawatan untuk melihat dan memastikan kondisi pasien yang akan mereka rawat nanti. Setelah itu, perawat akan mengimplementasikan program-program yang telah disusun sesuai dengan asuhan keperawatan tiap pasien, seperti melakukan injeksi atau memandikan pasien dan jika sudah tidak ada tindakan keperawatan yang mereka lakukan lagi, perawat akan tetap di ruang perawat ataupun membuat asuhan keperawatan sambil menunggu adanya panggilan dari pasien ataupun keluarga yang membutuhkan pertolongan. Apapun yang dilakukan oleh perawat di unit ini seperti sudah terjadwal setiap harinya dan mereka pun melakukan tindakan keperawatan yang sama untuk tiap harinya. Namun, walaupun rutinitas yang sama di lakukan setiap harinya, seorang perawat unit rawat inap juga cenderung mengalami stres kerja, jika pasien yang mereka tangani banyak dan perawat yang bertugas hanya 2-3 orang perawat. Selain itu, hubungan interpersonal perawat dengan rekan kerjanya juga merupakan salah satu stresor bagi perawat di unit rawat inap. Kelancaran dan kesuksesan seorang perawat dalam bekerja untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dipengaruhi oleh 8

kondisi kerja dan rekan kerja. Jika perawat bisa bekerja sama dengan baik bersama rekan kerjanya, maka akan sangat mempermudah perawat dalam bertindak dan stresor yang ditimbulkan juga akan menurun. Berdasarkan latarbelakangnya itu, maka profesionalitas seorang perawat sebagai care giver benar-benar dituntut di rumah sakit, maka tidak jarang dalam memenuhi tuntutan ini perawat harus benar-benar bisa untuk memprioritaskan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawab pelayanan di bandingkan dengan kepentingan pribadi. Hal tersebut pun akan di alami oleh seorang perawat yang bekerja di bagian unit gawat darurat dan unit rawat inap. Tuntutan masyarakat atas sebuah pelayanan rumah sakit swasta membuat para perawat berjuang untuk meningkatkan profesionalitasnya dan hal ini juga mengakibatkan beban kerja perawat akan semakin meningkat, terkhususnya perawat di bagian gawat darurat yang nantinya akan memberikan pelayanan pertama kepada pasien saat pasien datang ke rumah sakit dengan berbagai kondisi dan latar belakang yang berbeda-beda. Widodo (2006) telah melakukan penelitian sebelumnya tentang Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Perawat Kritis dan Perawat Gawat Darurat Di RSUD dr. Moewardi Surakarta, jenis penelitian adalah kuantitatif, menggunakan metode deskriptif 9

korelatif, dengan pendekatan crosssectional. Jumlah sampel penelitian sebanyak 60 responden yang kemudian dibagi menjadi 30 untuk perawat kritis dan 30 responden untuk perawat darurat, dengan teknik pengambilan sampel adalah incidental sampling. Pengambilan data tingkat stres kerja perawat menggunakan lembar kuisoner dengan 25 pertanyaan. Pengujian data dalam menjawab hipotesa penelitian menggunakan uji independent t test. Hasil penelitian menunjukkan dari 30 perawat kritis terdapat 29 responden dengan tingkat stres sedang dan 1 responden dengan tingkat stres berat. Pada Perawat gawat darurat menunjukkan 22 responden dengan tingkat stres sedang dan 8 responden dengan tingkat stres berat. Hasil pengujian hipotesis diperoleh nilai ttest = - 3,289 dengan p = 0,002 sehingga disimpulkan terdapat perbedaan tingkat stres kerja antara perawat kritis dan perawat gawat darurat di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Diasumsikan bahwa beban kerja perawat di unit gawat darurat lebih besar di bandingkan dengan perawat di bagian unit rawat inap, karena itu peneliti tertarik untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat stres kerja antara perawat di unit gawat darurat dan di unit rawat inap. 10

B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka hal yang ingin diteliti Apakah Ada Perbedaan Tingkat Stres Kerja Antara Perawat Unit Rawat Inap dan Perawat Unit Gawat Darurat. C. Batasan Masalah Masalah penelitian perlu di batasi agar terfokus dan dapat menjawab permasalahan penelitian. Fokus penelitian yang akan di lakukan yaitu tentang perbedaan tingkat stres kerja perawat unit rawat inap dan perawat unit gawat darurat. D. Tujuan 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui apakah terdapat perbedaan tingkat stres kerja antara perawat unit rawat inap dan perawat unit gawat darurat. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui tingkat stres kerja perawat di unit rawat inap b. Untuk mengetahui tingkat stres kerja perawat di Unit perawatan gawat darurat (UGD) 11

c. Untuk Mengetahui perbedaan tingkat stres kerja antara perawat di unit rawat inap dan di Unit Gawat Darurat (UGD). E. Manfaat 1. Bagi Institusi Rumah Sakit Hasil penelitian ini dapat berguna untuk memberi masukan kepada rumah sakit dan management yang ada untuk melihat pembagian job disk kerja sehingga mudah bisa memudahkan untuk pengontrolan stres kerja yang dihadapi oleh perawat. 2. Bagi Profesi Keperawatan Bagi profesi keperawatan, penelitian ini dapat berguna untuk mengetahui perbedaan tingkat stres perawat di unit gawat darurat dan unit rawat inap. 3. Bagi Peneliti Memberikan wawasan baru kepada peneliti tentang perbedaan stres kerja perawat unit rawat inap dan unit gawat darurat. 12