PELECEHAN SEKSUAL PADA BURUH GENDONG (STUDI KASUS PADA BURUH GENDONG DI PASAR LEGI DALAM PERSPEKTIF GENDER) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan VERA PUTRI SOLIKAH A. 220090166 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelecehan seksual pada buruh gendong di Pasar Legi dalam perspektif gender. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Dengan strategi studi kasus. Teknik pengumpulan datanya dengan observasi, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan datanya menggunakan triangulasi sumber data dan teknik pengumpulan data. Analisis datanya menggunakan teknik analisis interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Profil buruh gendong di Pasar Legi, umumnya buruh gendong bekerja di Pasar Legi karena himpitan ekonomi dan pendidikan rendah. Buruh gendong kebanyakan berasal dari daerah-daerah pedesaan disekitar Kota Surakarta. Upah buruh gendong tergantung berat ringannya barang yang digendong, setiap berat barang 1 kuintal upahnya Rp 4000. 2) Bentuk pelecehan seksual pada buruh gendong di Pasar Legi berupa sentuhan fisik dan ucapan bercandaan yang berlebihan menjurus pelecehan seksual. 3) Profil pelaku pelecehan seksual pada buruh gendong di Pasar Legi yaitu pedagang dan teman seprofesi yang bercanda dengan korban secara berlebihan sehingga menjurus pelecehan seksual. 4) Reaksi dan atau tanggapan terhadap pelecehan seksual pada buruh gendong di Pasar Legi yaitu buruh gendong yang dilecehkan umumnya diam dan tidak membalas apa-apa. 5) Faktor pendorong terjadinya pelecehan seksual pada buruh gendong di Pasar Legi yaitu bercanda dengan rekan kerja dan pedagang yang berlebihan sehingga menjurus ke pelecehan seksual. Kata kunci: pelecehan seksual, buruh gendong, gender.
A. PENDAHULUAN Masyarakat di Indonesia sangat heterogen tingkat kemampuan ekonominya, ada yang tinggi, menengah, dan bawah. Masyarakat dengan tingkat ekonomi tinggi bisa dikatakan sebagai orang kaya, tingkat menengah dikatakan sebagai orang yang berkecukupan, sedangkan tingkat bawah biasanya disebut sebagai orang miskin atau orang yang kurang mampu. Kemiskinan juga berpengaruh langsung pada kesempatan anak memperoleh pendidikan. Uang yang jumlahnya terbatas terpaksa dialokasikan dengan sehemat mungkin. Maka pendidikan anak pun seringkali dikorbankan. Pilihan untuk melanjutkan pendidikan biasanya di jatuhkan pada anak laki-laki di bandingkan perempuan. Hal ini dipengaruhi oleh pandangan bahwa perempuan akan menikah dan ikut suami, tidak akan memberikan sumbangan apa pun bagi keluarga. Padahal bisa jadi anak yang lebih mampu untuk melanjutkan pendidikan adalah anak perempuan. Pilihan untuk pendidikan lebih pada pilihan gender dibandingkan pilihan atas kemampuan (Simatauw dkk. 2001:50). Minimnya kesempatan memperoleh pendidikan tersebut menjadi salah satu kelemahan angkatan kerja wanita di Indonesia. Pendidikan angkatan kerja wanita relatif masih rendah, yaitu 83,3% berpendidikan SD ke bawah. Dengan rendahnya tingkat pendidikan tersebut, sebagian besar angkatan kerja wanita bekerja pada lapangan pekerjaan yang bersifat padat karya dan produktivitas rendah, yang selanjutnya juga berkaitan tingkat pendapatan rendah (Safa at, 1998:20). Hal ini sama dengan tingkat pendidikan Sarmi, wanita berusia 35 tahun memilih kuli gendong sebagai mata pencahariannya. Sebelum menjadi kuli gendong, sempat bekerja di pabrik lalu memutuskan untuk berhenti lantaran pembayaran upah di pabrik tempatnya bekerja sering molor, bahkan macet. Kurang lebih 15 tahun lamanya Sarmi menjalani profesi berat ini. Untuk membiayai anak semata wayangnya, Sarmi harus rela bersusah payah menggendong puluhan kilogram barang dagangan di pasar setiap hari. Suaminya meninggal ketika anaknya masih berusia 3 tahun. Tetapi, profesi yang selayaknya dilakukan pria ini tidak membuat wanita tamatan SD ini menyerah begitu saja (Koranjitu, 2012).
Di Pasar Legi terdapat banyak pekerja buruh gendong di bandingkan dengan pekerja laki-laki sebagai kuli panggul. Sehingga peneliti ingin meneliti adanya pelecehan seksual yang terjadi di tempat tersebut. Karena semakin banyak perempuan memasuki dunia kerja, tingkat pelecehan seksual semakin meningkat baik setelah terbukanya kesempatan luas atau disebabkan laki-laki semakin terancam dan melakukan pelecehan seksual agar perempuan tetap berada dalam genggamannya (Collier, 1998:2). Satu cara menanggulangi meluasnya pelecehan seksual di setiap lembaga adalah dengan melakukan penelitian terhadap setiap orang di tempat kerja tanpa menyebut namanya, (Collier, 1998:6-7). Sehingga peneliti ingin meneliti Pelecehan Seksual pada Buruh Gendong Studi Kasus pada Buruh Gendong di Pasar Legi dalam Perspektif Gender. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Rumusan tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menggambarkan profil buruh gendong di Pasar Legi. 2. Untuk mendeskripsikan bentuk pelecehan seksual pada buruh gendong di Pasar Legi. 3. Untuk menggambarkan profil pelaku pelecehan seksual pada buruh gendong di Pasar Legi. 4. Untuk mendeskripsikan reaksi dan atau tanggapan terhadap pelecehan seksual pada buruh gendong di Pasar Legi. 5. Untuk menggambarkan faktor pendorong terjadinya pelecehan seksual pada buruh gendong di Pasar Legi. B. METODE PENELITIAN Lokasi tempat penelitian ini di Pasar Legi kota Surakarta, waktu pelaksanaannya selama 5 bulan, mulai bulan Desember 2012 sampai dengan bulan Maret 2013. Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah sesuatu penelitian yang ditunjukkan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran, orang secara individual maupun
kelompok (Sukmadinata, 2011:60). Jadi jenis penelitian ini naturalistik/kualitatif menggunakan teknik analisis fenomena karena dalam penelitian ini yang dianalisis adalah fenomena pelecehan seksual pada buruh gendong di Pasar Legi dalam perspektif gender. Subjek penelitian adalah mencangkup semua pihak yang dapat memberikan informasi yang diperlukan dalam penelitian (Maryadi, dkk. 2011:13). Berdasarkan rumusan pengertian tersebut, maka yang menjadi subjek penelitian ini adalah buruh gendong di pasar legi, pelaku pelecehan, ketua SPTI, pedagang dan lurah pasar. Objek penelitian adalah variabel yang diteliti, baik berupa peristiwa, tingkah laku, aktivitas, atau gejala-gejala sosial lainnya (Maryadi, dkk. 2011:13). Objek penelitian ini adalah profil buruh gendong, bentuk pelecehan seksual pada buruh gendong, profil pelaku pelecehan seksual pada buruh gendong, reaksi dan atau tanggapan terhadap pelecehan seksual pada buruh gendong, dan faktor pendorong terjadinya pelecehan seksual pada buruh gendong di Pasar Legi. Fokus utama objek penelitian ini adalah pelecehan seksual pada buruh gendong. Sesuai dengan data yang diperlukan dalam penelitian ini, teknik pengumpulan datanya adalah dengan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi, yang masing-masing secara singkat diuraikan berikut ini. 1. Observasi adalah memperhatikan sesuatu dengan menggunakan mata (Arikunto, 2006:156). Dalam penelitian ini yang di observasi adalah peristiwa saat buruh gendong sedang bekerja, saat berbincang waktu istirahat, saat berbicara dengan pihak lain, dan sebagainya. Dari peristiwa itu diamati pelecehan seksual yang mereka alami. 2. Wawancara adalah suatu tanya jawab lesan, dalam mana dua orang atau lebih berhadapan secar fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengar dengan telinga sendiri dari suaranya (Sukandarrumidi, 2006:88). Wawancara dalam penelitian ini dilakukan pada informan yaitu buruh gendong di Pasar Legi, pelaku pelecehan, ketua SPTI, pedagang, dan lurah pasar.
3. Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2006:231). Teknik dokumentasi dalam penelitian ini yaitu dengan memanfaatkan dokumntasi yang dimiliki oleh ketua SPTI berupa daftar buruh gendong di Pasar Legi, daftar anggota buruh gendong, daftar kelompok buruh gendong, dan dokumentasi SPTI lainnya. Analisis data yang digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah dirumuskan dalam proposal (Sugiyono, 2010:243). Aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh (Miles and Huberman dalam sugiyono, 2010:246). Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis interaktif. C. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Buruh gendong berasal atau bertempat tinggal kebanyakan dari daerah-daerah pedesaan disekitar Kota Surakarta. Latar belakang menjadi buruh gendong di Pasar Legi disebabkan karena himpitan kebutuhan ekonomi dan rendahnya tingkat pendidikan buruh tersebut. Mereka rata-rata berpendidikan tidak tamat SD. Bekerja sebagai buruh gendong di Pasar Legi Surakarta sudah cukup lama kebanyakan diantara mereka lebih dari 5 tahun. Jam kerja buruh gendong di Pasar Legi yang menentukan adalah buruh itu sendiri, bekerja sesuai kebutuhannya sendiri-sendiri. Sedangkan rata-rata jam kerja yang di habiskan saat bekerja menawarkan jasanya sebagai buruh gendong setiap harinya selama 6 jam, rata-rata mulai jam 10 sampai jam 14.00 sore. buruh gendong perempuan menggendong barang seberat 1 kuintal mendapar upah Rp 4000. Bentuk sentuhan fisik yang merupakan pelecehan seksual adalah ketika buruh gendong mendapat sentuhan berupa di cablek bokong dan di pegang pinggulnya. Bentuk perkataan yang mengarah pelecehan seksual yang di alami buruh gendong di Pasar Legi Surakarta adalah bercanda yang kelewatan sehingga mengarah ke
pelecehan seksual. Pelaku pelecehan seksual pada buruh gendong di Pasar Legi berupa sentuhan fisik yang menjurus pelecehan seksual yaitu dilakukan oleh pedagang, dan buruh gendong perempuan ke buruh gendong laki-laki dan sesama buruh gendong perempuan. Pelaku pelecehan seksual pada buruh gendong di Pasar Legi berupa perkataan yang menjurus pelecehan seksual yaitu dilakukan oleh pedagang, dan buruh gendong perempuan ke buruh gendong laki-laki. Reaksi dan atau tanggapan buruh gendong yang dilecehkan hanya diam, tidak melawan, dianggapnya jika tindakan tersebut hanya sebuah candaan sesama buruh gendong merasa biasa saja. tanggapan terhadap pelecehan seksual pada buruh gendong di Pasar Legi oleh Lurah Pasar dianggap sebagai sesuatu yang sifatnya wajar-wajar saja atau bersifat bercandaan yang berlebihan. Pelecehan dipandang bukan suatu kejadian yang serius, sekedar bentuk pergaulan. Faktor pendorong terjadinya pelecehan seksual pada buruh gendong di Pasar Legi yaitu sifat bercandaan dalam bekerja yang berlebihan sehingga mengarak ke pelecehan seksual. D. SIMPULAN Setelah melakukan kajian teori dan wawancara, maka dapat ditarik simpulan. Adapaun simpulan terhadap kajian teori dan wawancara yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Profil buruh gendong di Pasar Legi a. Latar belakang sebagai buruh bahwa latar belakang sebagai buruh di Pasar Legi disebabkan karena himpitan ekonomi dan rendahnya tingkat pendidikan buruh tersebut. b. Asal atau daerah tempat tinggal buruh bahwa asal atau daerah tempat tinggal buruh yaitu kebanyakan dari daerah-daerah pedesaan di sekitar Kota Surakarta. c. Lama bekerja sebagai buruh gendong bahwa lama bekerja sebagai buruh di Pasar Legi Surakarta kebanyakan sudah lebih dari 5 tahun.
d. Jam kerja buruh gendong bahwa jam kerja buruh gendong di Pasar Legi yang menentukan adalah buruh itu sendiri, bekerja sesuai kebutuhannya sendirisendiri. Sedangkan rata-rata jam kerja yang di habiskan saat bekerja menawarkan jasanya sebagai buruh gendong setiap harinya selama 6 jam, rata-rata mulai jam 10 sampai jam 14.00 sore. e. Upah buruh gendong bahwa upah buruh gendong berat barang 1 kuintal upahnya Rp 4000. f. Pengeluaran pokok buruh gendong meliputi kebutuhan makan, minum, MCK dan uang untuk pembayaran angkot saat pulang, kebutuhan tersebut diambilkan dari hasil bekerja seharian di Pasar Legi. g. Tanggungan keluarga buruh gendong adalah anak-anak buruh gendong yang masih sekolah dan belum bekerja. h. Intimidasi sesama buruh gendong saat bekerja berupa ucapan perkataan yang menghina, gossip-gosip masalah pekerjaan dan tindakan yang tidak menyenangkan yang di lakukan teman seprofesi buruh gendong. 2. Bentuk-bentuk pelecehan seksual yang di alami buruh gendong yaitu ucapan dan sentuhan fisik yang menjurus pelecehan seksual namun hal tersebut hanya bersifat bercanda yang berlebihan. 3. Pelaku pelecehan seksual pada buruh gendong di Pasar Legi yaitu teman seprofesi dan pedagang. 4. Reaksi dan atau tanggapan terhadap pelecehan seksual pada buruh gendong di Pasar Legi yaitu reaksi buruh yang dilecehkan hanya diam dan biasa saja mendapat perlakuan tersebut. Tanggapan mengenai pelecehan seksual di Pasar Legi hanya bersifat bercanda yang berlebihan menjurus ke pelecehan seksual. 5. Faktor pendorong terjadinya pelecehan seksual pada buruh gendong di Pasar Legi yaitu bercanda saat bekerja di pasar yang berlebihan.
E. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharmi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Rineka Cipta. Collier, Rohan. 1998. Pelecehan Seksual Hubungan Dominasi Mayoritas Dan Minoritas. Yogyakarta : PT. Tiara Wacana Yogya (Anggota IKAPI) Koranjitu. 2012. Single Parent, Biayai Sekolah Anak. http://www.koranjitu.com/lifestyle/tips-tips/tips-tips%20seputar%20pekerjaan/detail_berita.php?id=58. Diakses pada hari Rabu, 26 Desember 2012 pukul 21.00 WIB. Maryadi dkk. 2011. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta : FKIP UMS Safa at, Rachmad. 1998. Buruh Perempuan:Perlindungan Hukum dan Hak Asasi Manusia. Malang : IKIP Malang. Simatauw, Meentje dkk. 2001. Gender & Pengelolaan Sumber Daya Alam Sebuah Panduan Analisis. Yogyakarta : Yayasan PIKUL. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung:Alfabeta. Sukandarrumidi. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif (Petunjuk Praktis Untuk Penelitian Pemula. Yogyakarta:UGM Press. Sukmadinata, Nana Syaodih. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:PT Remaja Rosdakarya.