PENCEMARAN LINGKUNGAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENGELOLAAN LIMBAH PADAT / SAMPAH ( REDUCE, RECYCLING, REUSE, RECOVERY )

PENGAMBILAN DAN PENGUKURAN CONTOH TIMBULAN DAN KOMPOSISI SAMPAH BERDASARKAN SNI (STUDI KASUS: KAMPUS UNMUS)

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

INVENTARISASI SARANA PENGELOLAAN SAMPAH KOTA PURWOKERTO. Oleh: Chrisna Pudyawardhana. Abstraksi

Sampah manusia: hasil-hasil dari pencernaan manusia, seperti feses dan urin.

BAB III STUDI LITERATUR

B P L H D P R O V I N S I J A W A B A R A T PENGELOLAAN SAMPAH DI PERKANTORAN

Penanganan Sampah Perkotaan Terpadu (Tulisan Pertama dari Dua Tulisan)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manusia dalam aktivitasnya tidak terlepas dari kebutuhan terhadap ruang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

1. Pendahuluan ABSTRAK:

III. METODOLOGI PENELITIAN

TEKNOLOGI TEPAT GUNA PENGOLAHAN SAMPAH ANORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMILIHAN DAN PENGOLAHAN SAMPAH ELI ROHAETI

SATUAN TIMBULAN, KOMPOSISI DAN POTENSI DAUR ULANG SAMPAH PADA TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR (TPA) SAMPAH TANJUNG BELIT KABUPATEN ROKAN HULU

PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KATINGAN NOMOR : 3 TAHUN 2016 TENTANG

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN PERSAMPAHAN/KEBERSIHAN

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH SEMESTER GANJIL 2016/2017

BAB VI PENGELOLAAN SAMPAH 3R BERBASIS MASYARAKAT DI PERUMAHAN CIPINANG ELOK. menjadi tiga macam. Pertama, menggunakan plastik kemudian

E. Manfaat Penelitian 1. Memberikan informasi mengenai sistem pengelolaan sampah yang dilakukan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM PENGELOLAAN SAMPAH BERBASIS MASYARAKAT. Lingkungan hidup manusia adalah jumlah semua benda dan kondisi yang

Bagaimana Solusinya? 22/03/2017 PENGELOLAAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA DI KOTA CIAMIS PENGERTIAN SAMPAH

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. manusia yang beragam jenisnya maupun proses alam yang belum memiliki nilai

BAB I PENDAHULUAN. PPK Sampoerna merupakan Pusat Pelatihan Kewirausahaan terpadu yang

Fasilitas Pengolahan Sampah di TPA Jatibarang Semarang

Pemberdayaan Masyarakat Rumpin Melalui Pengolahan Sampah Organik Rumah Tangga

- 2 - II. PASAL DEMI PASAL. Pasal 9. Cukup jelas. Pasal 2. Pasal 3. Cukup jelas. Pasal 4. Cukup jelas. Pasal 5. Cukup jelas. Pasal 6. Cukup jelas.

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN BERAT JENIS DAN KOMPOSISI SAMPAH

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 WALIKOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA DEPOK NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. tidak diperlukan lagi. Pengelolaan sampah merupakan kegiatan dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BANTAENG, 30 JANUARI (Prof. DR. H.M. NURDIN ABDULLAH, M.Agr)

EVALUASI SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA MAUMERE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH UNTUK MENINGKATKAN PELAYANAN ASET DI KABUPATEN KARAWANG

Gambar 2.1 organik dan anorganik

Pengelolaan Emisi Gas pada Penutupan TPA Gunung Tugel di Kabupaten Banyumas. Puji Setiyowati dan Yulinah Trihadiningrum

STUDI PENGELOLAAN SAMPAH BANDARA HASANUDDIN. Yemima Agnes Leoni 1 D Mary Selintung 2 Irwan Ridwan Rahim 3 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

TPST Piyungan Bantul Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Sampah merupakan limbah yang dihasilkan dari adanya aktivitas manusia.

A. Penyusunan Rencana Induk Sistem Pengelolaan Air Limbah Kabupaten Kubu Raya

EVALUASI SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI KOTA TRENGGALEK

PENGELOLAAN EMISI GAS PADA PENUTUPAN TPA GUNUNG TUGEL DI KABUPATEN BANYUMAS

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

PROFIL PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. dan pengelolaan yang berkelanjutan air dan sanitasi untuk semua. Pada tahun 2030,

MAKALAH PROGRAM PPM. Pemilahan Sampah sebagai Upaya Pengelolaan Sampah Yang Baik

BAB I PENDAHULUAN. Pertambahan penduduk dan aktivititas masyarakat di daerah perkotaan makin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO PROFIL PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN TAHUN 2006

Indeks Harga Konsumen di 66 Kota (2007=100),

Pengolahan Sampah. Tim Abdimas Sehati Universitas Gunadarma, Bekasi, 7 Desember Disampaikan oleh: Dr. Ridwan, MT- UG

BAB I PENDAHULUAN. yang berbentuk padat (Menteri Hukum dan HAM, 2008). Bertambahnya. sampah erat kaitannya dengan peningkatan aktivitas manusia dan

Karakteristik Limbah Padat

DINAS KEBERSIHAN DAN PERTAMANAN KABUPATEN KARANGANYAR

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. diperoleh peneliti yaitu dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota

BAB III LANDASAN TEORI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. 5.1 Gambaran Umum Tempat Pembuangan Akhir Pasir Sembung

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS PERENCANAAN PENGELOLAAN SAMPAH SEMESTER GANJIL 2015/2016

PENGELOLAAN SAMPAH GEDUNG GEOSTECH

BAB II DESKRIPSI BADAN LINGKUNGAN HIDUP KOTA PROBOLINGGO Sejarah Singkat Badan Lingkungan Hidup Kota Probolinggo

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH SPESIFIK

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH KOTA DI KABUPATEN BEKASI JAWA BARAT

Perencanaan Material Recovery Facility Di Kecamatan Kedungkandang Kota Malang

BUPATI HULU SUNGAI UTARA

SONNY SAPUTRA PEMBIMBING Ir Didik Bambang S.MT

Kata Kunci: Evaluasi, Masa Pakai, Reduksi, Pengomposan, Daur Ulang

I. PENDAHULUAN. Masalah sampah memang tidak ada habisnya. Permasalahan sampah sudah

PROFIL KABUPATEN / KOTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam menjalani aktivitas hidup sehari-hari tidak terlepas dari

Kajian Timbulan Sampah Domestik di Kelurahan Sukamenak Kecamatan Margahayu Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA KEDIRI WALIKOTA KEDIRI,

BAB I PENDAHULUAN. open dumping atau penimbunan terbuka, incenerator atau di bakar, sanitary landfill

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Manfaat Batasan Masalah...

PENGOLAHAN SAMPAH DENGAN SISTEM 3R (REDUCE, REUSE, RECYCLE)

BAB III RENCANA KEGIATAN PEMBANGUNAN SANITASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KAPASITAS LAHAN TPA LADANG LAWEH DI KABUPATEN PADANG PARIAMAN MENUJU PENERAPAN SISTEM CONTROLLED LANDFILL

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

Pengaruh Pencemaran Sampah Terhadap Kualitas Air Tanah Dangkal Di TPA Mojosongo Surakarta 1

PERANSERTA PEMERINTAH, SWASTA, DAN MASYARAKAT DALAM PENGELOLAAN SAMPAH DI KOTA SEMARANG DINAS KEBERSIHAN & PERTAMANAN KOTA SEMARANG TAHUN 2010

KAJIAN PELUANG BISNIS RUMAH TANGGA DALAM PENGELOLAAN SAMPAH

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4.1 Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan Promosi Hygiene

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN JEPARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA.

BAB III METODE PERENCANAAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Transkripsi:

ADANYA PERMASALAHAN PENGELOLAAN SAMPAH PENCEMARAN LINGKUNGAN KESEHATAN LINGKUNGAN/ KESEHATAN MASYARAKAT AKIBAT LAIN SEPERTI BANJIR

FAKTOR PENGUMPULAN SAMPAH Sumber sampah Waktu pengumpulan Pemilihan peralatan Petunjuk rute pengangkutan Perkiraan jumlah sampah Waktu pengangkutan Kebutuhan tenaga kerja TPA

SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH PERKOTAAN Institusi Tek. Operasional Finansial Sampah Hukum dan Peraturan Peran Serta Masyarakat

SISTEM PENGELOLAAN PERSAMPAHAN Dalam lintas Kab/Kota Pengumpulan I Sumber timbulan Pengumpulan 2 TPS Pewadahan Tanggung jawab RT/RW/LKM/Desa Pengumpulan 3 Transfer Depo TPS Pengumpulan Tanggung jawab Kab/Kota

POKOK PERMASALAHAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT / SAMPAH ASPEK KELEMBAGAAN : bentuk kelembagaan yang tidak sesuai dengan besarnya kewenangan yang harus dikerjakan, sumber daya manusia sebagai salah satu unsur pengelola kurang memadai dari jumlah maupun kualifikasinya ASPEK TEKNIS OPERASIONAL : keterbatasan sarana dan prasarana pengumpulan (container), pengangkutan (arm roll truck), pengolahan di tempat pembuangan akhir (buldozer, track dozer) serta terbatasnya lahan untuk tempat pembuangan akhir; serta penanganan akhir ASPEK PEMBIAYAAN : tidak seimbangnya besarnya biaya operasional dan pemeliharaan (OP) dengan besarnya penerimaan retribusi sebagai konsekuensi logis pelayanan akibat mekanisme penarikan retribusi yang kurang memadai ASPEK PENGATURAN : tidak dimilikinya kebijakan pengaturan pengelolaan di daerah yang mampu memberikan motivasi kesadaran peran serta masyarakat untuk ikut secara utuh dalam pengelolaan baik menyangkut pembiayaan dan teknis operasional ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT : kesadaran masyarakat untuk ikut serta secara utuh dalam pengelolaan kurang memadai disisi lain sampah adalah akibat kegiatan dari masyarakat itu sendiri. Sumber : Kodoatie, R.J. dan Roestam Sjarief (2005)

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT / SAMPAH MANDIRI

Sumber :Arianto Wibowo & Darwin T Djajawinata (www.kkppi.go.id)

ANALISIS KEBUTUHAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT / SAMPAH SUMBER-SUMBER TIMBULAN SAMPAH 1. Pemukiman 2. Perdagangan 3. Industri 4. Institusi (kantor, sekolah) 5. Rumah sakit 6. Pertanian, peternakan, perkebunan 7. Tempat umum (tempat rekreasi, jalan, taman) 8. Lapangan udara, pelabuhan laut 9. Water and waste water treatment plant

JENIS SAMPAH 1. GARBAGE (sampah basah); yaitu sampah yang susunannya terdiri dari bahan organik, dan yang mempunyai sifat cepat membusuk jika dibiarkan dalam keadaan basah serta temperatur optimum yang diperlukan untuk membusuk, yaitu (20-30)0C Contoh : sampah rumah tangga, sampah rumah makan,dll. 2. RUBBISH (sampah kering); yaitu sampah yang susunannya terdiri dari bahan organik dan anorganik yang mempunyai sifat sebagian besar atau seluruh bahannya tidak cepat membusuk. Contoh : Sampah logam yaitu misalnya kaleng, seng, dll. Sampah non-logam : yang terbakar : kertas, plastik, kayu yang tidak terbakar : pecahan kaca, dll. 3. DUST & ASH (debu dan abu); yaitu sampah yang terdiri dari bahan organik dan anorganik, yang merupakan partikel-partikel terkecil yang bersifat mudah beterbangan yang membahayakan pernafasan dan mata. Contoh : abu : hasil pembakaran (proses kimia) debu : hasil proses mekanis 4. DEMOLITION & CONSTRUCTION WASTES : yaitu sampah sisa-sisa bahan buangan, misalnya : puing-puing, pecahan-pecahan tembok, genteng, dll.

5. BULKY WASTES : yaitu sampah barang-barang bekas, baik yang masih dapat digunakan atau yang tidak dapat digunakan. Contoh : lemari es bekas, kursi, TV, mobil rongsokan, dll. 6. HAZARDOUS WASTES : yaitu sampah yang berbahaya (B3 : bahan buangan berbahaya). Contoh : - patogen : rumah sakit, laboratorium klinis - beracun : kertas pembungkus pestisida - mudah meledak : mesiu - radio aktif : sampah nuklir 7. WATER & WASTE WATER TREATMENT PLANT : yaitu sampah yang berupa hasil sampingan pengolahan air bersih maupun air limbah, biasanya berupa gas atau lumpur.

BESAR TIMBULAN (LAJU GENERASI) SAMPAH LAJU GENERASI SAMPAH BEBERAPA KOTA Sumber sampah Jakarta Surabaya Bandung Karachi Calcuta Manila Singapura Hongkong Sumber : Sandra J. Cointreau, 1982 Laju generasi sampah (kg/orang/hari) 0,60 0,52 0,55 0,50 0,51 0,50 0,87 0,85

BESAR TIMBULAN (LAJU GENERASI) SAMPAH BERDASARKAN SUMBERNYA No Komponen Sumber Sampah Satuan Volume (Liter) Berat (Kg) 1. Rumah permanen per orang/hari 2,25-2,50 0,350-0,400 2. Rumah semi permanen per orang/hari 2,00-2,25 0,300-0,350 3. Rumah non permanen per orang/hari 1,75-2,00 0,250-0,300 4. Kantor per pegawai/hari 0,50-0,75 0,025-0,100 5. Toko/ruko per petugas/hari 2,50-3,00 0,150-0,350 6. Sekolah per murid/hari 0,10-0,15 0,010-0,020 7. Jalan arteri sekunder per meter/hari 0,10-0,15 0,020-0,100 8. Jalan kolektor sekunder per meter/hari 0,10-0,15 0,010-0,050 9. Jalan LokaL per meter/hari 0,05-0.1 0,005-0,025 10 Pasar per meter2/hari 0,20-0,60 0,1-0,3

KARAKTERISTIK SAMPAH 1. KOMPOSISI FISIK 2. KOMPOSISI KIMIA Informasi tentang karakteristik sampah diperlukan untuk : (1) pemilihan peralatan, sistem, program dan rencana pengelolaan, pemilihan bahan-bahan yang bisa digunakan kembali dan pemanfaatannya untuk sumber energi, (2) analisis serta perencanaan tempat pembuangan akhir (TPA)

KARAKTERISTIK FISIK SAMPAH 1. JENIS KOMPONEN 2. SIFAT MASING-MASING KOMPONEN : a. Ukuran butir b. Kadar air c. Rapat massa KARAKTERISTIK KIMIAWI SAMPAH 1. KANDUNGAN ENERGI 2. KANDUNGAN KIMIA : a. Carbon ( C ) b. Hidrogen ( H ) c. Oksigen ( O ) d. Belerang ( S )

CONTOH KOMPOSISI SAMPAH Komposisi sampah Jakarta TH 1981 (%) Pulau Batam TH 1986 (%) Organik 79,49 52,28 Kertas 7,97 13,335 Kayu 3,65 0,63 Metal 1,37 5,776 Tekstil 2,4 0,8675 Plastik 3,67 6,39 Kaca 0,5 2,81 Karet 0,47 4,185 Lain-lain (batu, tanah, tulang, pasir dll) 0,48 15,045 TOTAL 100 100

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT / SAMPAH ( REDUCE, RECYCLING, REUSE, RECOVERY ) RECYCLING, REUSE, RECOVERY REDUCE

PENENTUAN DAERAH PELAYANAN FUNGSI DAN NILAI KAWASAN Kawasan perumahan teratur dan tidak teratur Kawasan komersial atau perdagangan termasuk pasar Kawasan industri Jalan protokol/pusat kota, taman-taman kota, dan hutan kota Kawasan perkantoran dan pendidikan KEPADATAN PENDUDUK Kepadatan rendah Kepadatan sedang Kepadatan tinggi < 100 jiwa/ha 100 300 jiwa/ha > 300 jiwa/ha

DAERAH PELAYANAN Daerah yang sudah dilayani Daerah yang dekat dengan yang sudah dilayani Daerah yang jauh dari daerah layanan KONDISI LINGKUNGAN Baik, bila sampah dikelola dan lingkungan menjadi bersih, bila sampah dikelola tapi lingkungan masih kotor Buruk, bila sampah tidak dikelola dan lingkungan masih kotor Buruk sekali, bila sampah tidak dikelola dan lingkungan sangat kotor

TINGKAT PENDAPATAN PENDUDUK Rendah Tinggi TOPOGRAFI Datar / rata Bergelombang Berbukit / curam kemiringan < 5% kemiringan 5 15 % kemiringan > 15 %

TINGKAT PELAYANAN STRATEGI PELAYANAN Mendahulukan pencapaian keseimbangan pelayanan dari segi : Kepentingan sanitasi / ekonomi Kuantitas pelayanan Kualitas pelayanan FREKUENSI PELAYANAN Wilayah dengan pelayanan intensif : pusat kota, jalan protokol, taman/hutan kota, kawasan pemukiman tidak teratur, dan pusat perdagangan termasuk pasar Wilayah dengan pelayanan menengah : wilayah pemukiman teratur, komplek pendidikan / perkantoran, komplek kesehatan dan industri Wilayah dengan pelayanan rendah yaitu wilayah pinggir kota

KUALITAS OPERASIONAL Penggunaan jenis peralatan Sampah yang terisolasi dari lingkungan Frekuensi pelayanan Frekuensi penyapuan jalan Estetika Tipe kota Variasi daerah pelayanan Pendapatan dari retribusi sampah Timbunan sampah musiman

KEBUTUHAN DANA / BIAYA Biaya investasi (pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, pembuangan akhir) Biaya depresiasi Biaya operasional Biaya pemeliharaan Biaya pengembangan (termasuk pengembangan institusi)

ANALISIS KEBUTUHAN PERALATAN UNTUK PENGELOLAAN LIMBAH PADAT / SAMPAH SUB-SISTEM PEWADAHAN Pada sub-sistem ini, sampah yang ada dimasukkan ke dalam wadah yang bergantung dari tingkat sosial-ekonomi penduduk. Misalnya ada yang menggunakan bak sampah dari beton, ada yang dari tong yang terbuat dari seng, plastik, dll atau ada yang menggunakan container. Pada negara-negara maju, biasanya masyarakat yang membuang sampah melakukan pemisahan berdasarkan jenis sampah. Sampah yang cepat membusuk (garbage) dipisahkan dengan sampah yang tidak cepat membusuk (rubbish, dust & ash, dll.)

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT / SAMPAH MANDIRI DI SUMBER ASPEK PENGURANGAN VOLUME SAMPAH DI SUMBERNYA ( REDUCE )

SUB-SISTEM PENGUMPULAN 1. Pengumpulan individual tidak langsung, maksudnya adalah kendaraan pengumpul (gerobak) mengambil timbulan sampah langsung dari pengguna jasa, misalnya : rumah tangga. Kemudian diangkut ke transfer depo (stasiun pemindahan) lalu di bawa oleh kendaraan pengangkut (truk) untuk dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA). Biasanya pengumpulan ini digunakan apabila kendaraan pengangkut tidak dapat mengambil secara langsung ke pengguna jasa. 2. Pengumpulan individual langsung, maksudnya adalah kendaraan pengangkut (truk) langsung mengambil timbulan sampah dari pengguna jasa untuk kemudian dibuang ke TPA. 3. Pengumpulan komunal langsung, maksudnya pengguna jasa mengumpulkan sampah secara komunal pada wadah komunal untuk dibawa oleh kendaraan pengumpul, kemudian di bawa ke transfer depo, lalu diangkut oleh kendaraan pengangkut untuk dibuang ke TPA.Sama seperti No 1 dimana kendaraan pengangkut tidak dapat mengambil secara langsung ke pengguna jasa. Sub Sistem Pengumpulan dengan Menggunakan Container Container adalah wadah yang dipakai sebagai tempat timbunan sampah, dimana penggunaannya bisa dilakukan secara individual atau secara bersama-sama (Komunal).

SUB SISTEM PEMINDAHAN DAN PENGANGKUTAN Pada sub sistem ini dibahas tentang stasiun pemindahan (transfer depo atau transfer station), dimana fungsinya secara umum adalah sebagai tempat penampungan sementara (TPS) dan tempat bertemunya kendaraan pengumpul dengan kendaraan pengangkut

SUB SISTEM PEMILAHAN DAN PENGOLAHAN PEMILAHAN Dilakukan untuk menggolongkan jenis-jenis sampah sesuai dengan karakteristiknya, sehingga ketika masuk pada pengolahan. Menggunakan tenaga manusia (pemulung) atau menggunakan teknologi. mempermudah prosesnya

PENGOLAHAN SAMPAH ( Recycling, Reuse dan Recovery ) Recycling : transforming waste materials into useful items by reprocessing them maksudnya adalah suaru proses suatu proses pengolahan yang dilakukan dengan mengubah bentuk material sampah secara fisis dengan memproses kembali menjadi barang-barang yang berguna atau bermanfaat, misalnya mengubah sampah plastik menjadi kursi plastik, ember plastik, dll. Reuse : returning an item to productive use for the same purpose as it was originaly intended, without changing its identity maksudnya adalah mengembalikan sampah (rongsok) menjadi barang berguna yang mempunyai manfaat yang sama seperti aslinya tanpa merubah identitasnya. Contohnya mengubah mobil rongsokan menjadi baru. Recovery atau energy recovery : the use of solid wastes as fuel, supplementing woods waste, to produce energy in the form of steam or electricity maksudnya adalah penggunaan sampah sebagai bahan bakar atau memanfaatkan energi yang tersimpan dalam sampah misalnya untuk tenaga listrik. Contohnya mengubah sampah kotoran hewan menjadi biogas.

Recycling SAMPAH PLASTIK

Recycling SAMPAH MENJADI KOMPOS

Recycling SAMPAH MENJADI BIOGAS UTK PEMBANGKIT LISTRIK

SUB SISTEM PEMBUANGAN AKHIR OPEN DUMPING Adalah TPA, dimana sampah yang dibuang diletakkan begitu saja diatas tanah kosong, atau sebelum digunakan tanah tersebut dibuat lubang dengan menggunakan traktor

OPEN DUMPING Investasi awal serta biaya operasional yang relatif rendah; Tidak membutuhkan peranan teknologi yang tinggi; Dapat menampung berapapun sampah yang ada tergantung dari luasan lahan; Tidak perlu mengumpulkan secara terpisah; Tempat pembuangan sampahnya masih dapat digunakan untuk kepentingan lainnya misalnya lapangan, tempat parkir dan sebagainya. Menimbulkan pencemaran lingkungan yang cukup besar; Pilihan lokasi pembuangannya harus jauh dari kawasan permukiman serta kegiatankegiatan perkotaan lainnya yang berakibat tingginya biaya transportasi yang perlu dikeluarkan; Kebutuhan akan lahan yang cukup besar; Lokasi pembuangan sampah yang digunakan dimanfaatkan lebih lama disebabkan sampah yang ada tidak dipadatkan terlebih dahulu.

CONTROL LAND FILL Adalah TPA, dimana sampah yang dibuang diletakkan diatas lubang yang dibuat dengan traktor, kemudian apabila lubang tersebut sudah penuh baru ditutup dengan lapisan tanah setebal kurang lebih 20cm Contoh : TPA PIYUNGAN PROP DIY

SANITARY LAND FILL Adalah TPA, dimana sampah yang dibuang diletakkan diatas lubang yang dibuat dengan traktor, kemudian sampah yang ada ditutup lapisan tanah yang penutupnya dilakukan setiap hari sehinggga membentuk sel-sel didalamnya

SANITARY LANDFILL Tidak membutuhkan peranan teknologi yang tinggi; Investasi awal serta biaya operasional yang relatif rendah; Pilihan lokasi pembuangannya harus jauh dari kawasan permukiman serta kegiatankegiatan perkotaan lainnya yang berakibat tingginya biaya transportasi yang perlu dikeluarkan; Seperti pembuangan terbuka, pengelolaan dengan cara ini juga memerlukan lahan yang luas; Pencemaran terhadap air tanah jauh lebih besar dibandingkan dengan pembuangan terbuka, oleh karena itu pemilihan lokasi sedapat mungkin yang jauh dari kemungkinan mencemari air tanah;

COMPOSTING Penggunaan lahan yang jauh lebih sempit dibandingkan dengan 2 metode diatas; Setelah selesai dikelola, hasilnya dapat digunakan untuk memupuki tanaman; Cara yang relatif murah untuk jumlah sampah yang besar akan tetapi dengan fluktuasi sampah yang kecil Memerlukan biaya investasi awal yang jauh lebih besar dibandingkan dengan 2 metode sebelumnya; Memerlukan biaya operasional yang relatif tinggi, dan juga dapat menjadi lebih tinggi lagi apabila sampah yang diolah kapasitasnya lebih kecil dari kapasitas instalasi pembuatan kompos; Bahan yang tidak dapat diolah menjadi pupuk kompos, terpaksa harus menjadi sampah lagi; Dari poin ke-3 dapat disimpulkan bahwa tidak semua jenis sampah dapat dikelola; Untuk kebutuhan jangka panjang, cara ini sangat tidak efektif karena pada masa yang akan datang, jumlah sampah yang tidak dapat diolah menjadi pupuk kompos menjadi lebih besar;

RECYCLING Tidak membutuhkan lahan yang besar; Bahan yang telah didaur ulang dapat digunakan lagi; Metode ini memberikan kesempatan kerja bagi para pemulung Memerlukan biaya investasi yang besar serta biaya operasional yang juga lumayan tinggi; Pasokan sampah harus memiliki jumlah yang besar dan selalu konstan; Tidak semua jenis sampah dapat di daur ulang; Sampah yang tidak dapat di daur ulang terpaksa tetap menjadi sampah dan harus dikelola dengan cara yang lainnya atau dibuang; Tidak cocok untuk kebutuhan jangka panjang, karena jumlah sampah yang tidak dapat di daur ulang akan bertambah banyak.

SISTEM PEMBUANGAN AKHIR SAMPAH DI INDONESIA No. Kota Sistem Pengolahan Jenis Kota 1 Medan Metropolitan 2 Palembang Metropolitan 3 Jakarta Controlled landfill Metropolitan 4 Bandung Controlled landfill Metropolitan 5 Semarang Controlled landfill Metropolitan 6 Surabaya Controlled landfill Metropolitan 7 Ujung Pandang Metropolitan 8 Padang Controlled landfill Besar 9 Bandar Lampung Besar 10 Bogor Besar 11 Surakarta Besar 12 Malang Controlled landfill Besar 13 Langsa 14 Pematang Siantar 15 Tebing Tinggi 16 Jambi 17 Batam 18 Pangkal Pinang 19 Purwakarta 20 Cianjur 21 Garut 22 Magelang Sanitary landfill 23 Yogyakarta Controlled landfill

No. Kota Sistem Pengolahan Jenis Kota 24 Madiun 25 Banyuwangi 26 Palangkaraya 27 Pontianak Controlled landfill 28 Balikpapan Controlled landfill 29 Banjarmasin Controlled landfill 30 Pare -pare 31 Bitung 32 Palu 33 Denpasar Controlled landfill 34 Ambon 35 Kupang 36 Mataram 37 Batu Sangkar Kecil 38 Bandar Jaya Kecil 39 Pendeglang Kecil 40 Sukoharjo Kecil 41 Pacitan Controlled landfill Kecil 42 Kandangan Kecil 43 Bantaeng Kecil 44 Watansoppeng Kecil 45 Singaraja Kecil 46 Manokwari Kecil Sumber : JICA and PT. Arconin, Report on Solid Waste Data in Indonesia (Arianto W. & Darwin T Djajawinata: www.kkppi.go.id)