BAB II KAJIAN PUSTAKA. belajar. Dengan belajar tentunya seseorang berharap akan ada perubahan. yang didapatkan sebagai efek dari kegiatan tersebut.

dokumen-dokumen yang mirip
II. LANDASAN TEORI. untuk memperoleh kesan-kesan yang dikehendaki, yang disampaikan penulis

MEMAHAMI HAKEKAT DAN ASPEK-ASPEK DALAM READING (MEMBACA)

BAB II LANDASAN TEORI. dengan menggerakkan sejumlah besar tindakan yang terpisah pisah.aktivitas yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. Hakikat pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia di Madrasah Ibtidaiyah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan manusia,

Hakikat belajar dan pembelajaran

MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE TIPE SCRIPT SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK DONGENG SISWA SMP

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal,

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

melakukan hubungan komunikasi dengan orang lain. 11

BAB I PENDAHULUAN. Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

2015 PENERAPAN METODE PQ4R (PREVIEW QUESTION READ REFLECT RECITE REVIEW) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA MEMINDAI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Teoretis. Membaca merupakan keterampilan yang sangat penting untuk dikuasai oleh

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB II LANDASAN TEORI. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Hakikat Bahasa. Beberapa pendapat bahasa para ahli yakni,

BAB I PENDAHULUAN. budayanya dan budaya orang lain, serta mengemukakan gagasan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa

memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga timbul adanya suatu

BAB I. Pendahuluan. Bahasa adalah alat komunikasi untuk menyampaikan suatu ide, pikiran, hasrat

I. PENDAHULUAN. analitis dan imaginatif yang ada dalam dirinya. Pembelajaran Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Mata pelajaran Bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut :

35. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunalaras (SDLB-E)

BAB I PENDAHULUAN. yang lainnya. Melalui bahasa seseorang dapat menyampaikan pesan,

BAB I PENDAHULUAN. potensi, kecakapan dan karakteristik pribadi peserta didik. Kegiatan

32. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunanetra (SDLB-A)

PENERAPAN TEKNIK TPS (THINK, PAIR, AND SHARE) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENENTUKAN KALIMAT UTAMA PARAGRAF DESKRIPSI

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain. Ketrampilan berbahasa (atau language atrs, language skills) dalam

BAB I PENDAHULUAN. didik (siswa), materi, sumber belajar, media pembelajaran, metode dan lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum Nasional merupakan pengembangan dari Kurikulum 2013 yang

Modul ke: BAHASA INDONESIA MEMBACA UNTUK MENULIS. Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Masalah mendasar dalam dunia pendidikan ini di samping masalah. peningkatan kualitas untuk memenuhi kebutuhan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk yang perlu berinteraksi dengan manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Siswa Sekolah Dasar mulai mengembangkan keterampilan yang dimilikinya

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang. Perilaku seperti peningkatan kecakapan, pengetahuan, sikap,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunadaksa (SDLB-D)

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan kehidupan di masa datang. Untuk menyukseskan tujuan di atas, maka

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan juga disebut kompetensi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

MODEL PEMBELAJARAN MENULIS PENGALAMAN PRIBADI DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK ALFA (EKSPERIMEN KUASI)

MENGANALISIS ASPEK-ASPEK DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN MEMBACA. Sumarni. Jurusan Bahasa Inggris, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah

BAB I PENDAHULUAN. upaya lapisan masyarakat terhadap setiap gerak langkah dan perkembangan dunia

33. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunanetra (SMALB A)

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempertunjukkan kepada siswa suatu proses atau benda tertentu yang sedang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. peran penting dalam kehidupan. Pendidikan bahasa sastra Indonesia yang menitikberatkan

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB II KAJIAN TEORI. pembangkit tenaga munculnya satu tingkah laku tertentu 8. motivation dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Latin motivum yang

ARTIKEL ILMIAH MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA TEKS. SCRIPT di KELAS V SD N 111/I KOMPLEK AIR PANAS KABUPATEN BATANG HARI

BAB I PENDAHULUAN. sehingga terjalin komunikasi antar manusia. Disamping itu manusia

KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN DAN KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VI SD 03 KALIYOSO KECAMATAN UNDAAN KABUPATEN KUDUS TAHUN AJARAN 2007/2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa indonesia adalah alat komunikasi paling penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hesti Pratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

34. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa(SMPLB D)

31. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah sebuah proses, pada proses tersebut adanya perubahan dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lain dan meningkatkan kemampuan intelektual. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan media berkomunikasi dengan orang lain. Tercakup semua

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. Dari ke empat aspek berbahasa tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dapat terjadi dimana saja dan kapan saja. Trianto (2009:16) belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kemampuan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang kita pakai sehari-hari dan juga

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan keterampilan menulis dan hasil dari produk menulis itu.

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS V SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pengetahuan, nilai, sikap, dan kemampuan terhadap empat

BAB I PENDAHULUAN. bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, pembelajaran keterampilan menyimak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. berkembang semenjak bayi, kemampuan berbicara erat kaitannya dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. emosional peserta didik. Bahasa juga merupakan penunjang keberhasilan dalam. memelajari semua bidang studi. Pembelajaran bahasa

07. Mata Pelajaran Bahasa Indonesia. A. Latar Belakang

PERAN MEDIA GAMBAR DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA BERBASIS TEKS DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

Transkripsi:

8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar adalah sebuah proses yang ditempuh oleh seseorang dalam usaha mengembangkan potensi dan kemampuan individu yang dimilikinya. Sebagian besar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Dengan belajar tentunya seseorang berharap akan ada perubahan yang didapatkan sebagai efek dari kegiatan tersebut. Belajar merupakan kegiatan yang komplek, hasil belajar berupa kapasilitas-kapabilitas. Setelah belajar orang memiliki keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (1) Stimulus yang berasal dari lingkungan dan (2) proses kognitif yang dilakukan oleh pembelajaran (Dimyati, 2009:10) Hal serupa dikemukan oleh Budiningsih (2004:21) belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadi nya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan atau halhal yang dapat ditangkap melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi

9 yang dimunculkan peserta didik ketika belajar yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, gerakan atau tindakan. Dari beberapa pendapat para ahli diatas, peneliti menyimpulkan bahwa belajar adalah sesuatu proses usaha yang dilakukan individu secara sadar untuk memperoleh perubahan perilaku seperti pengetahuan, keterampilan, kebiasaan sikap, persepsi dan tingkah laku efektif lainnya sebagai hasil dari pengalaman. 2. Pengertian Hasil Belajar Dimyati dan Mujiono (1999:3) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu dari sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif dan psikomor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran dengan proses evaluasi hasil belajar. Hal serupa dikemukakan oleh Hamalik (2006: 30) hasil belajar adalah perubahan tingkah laku seseorang setelah belajar, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya (Bundu, 2006:15)

10 Surya (1997 : 20) mengemukakan bahwa hasil belajar akan tampak dalam: 1. Kebiasaan; seperti: peserta didik belajar bahasa berkali-kali menghindari kecenderungan penggunaan kata atau struktur yang keliru, sehingga akhirnya ia terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar. 2. Keterampilan; seperti : menulis dan berolah raga yang meskipun sifatnya motorik, keterampilan-keterampilan itu memerlukan koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi. 3. Pengamatan; yakni proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti rangsangan yang masuk melalui indera-indera secara obyektif sehingga peserta didik mampu mencapai pengertian yang benar. 4. Berfikir asosiatif; yakni berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu dengan lainnya dengan menggunakan daya ingat. 5. Berfikir rasional dan kritis yakni menggunakan prinsip-prinsip dan dasardasar pengertian dalam menjawab pertanyaan kritis seperti bagaimana (how) dan mengapa (why). 6. Sikap yakni kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu sesuai dengan pengetahuan dan keyakinan. 7. Inhibisi (menghindari hal yang mubazir). 8. Apresiasi (menghargai karya-karya bermutu). 9. Perilaku afektif yakni perilaku yang bersangkutan dengan perasaan takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan sebagainya Selain untuk mengetahui keberhasilan belajar, penilaian ini digunakan untuk mengevaluasi proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Penilaian ini memiliki arti penting, baik bagi guru maupun siswa. Bagi siswa, penilaian dapat memberikan informasi tentang sejauh mana penguasaan materi yang telah disajikan. Bagi guru, penilaian dapat digunakan sebaagai petunjuk mengenai keadaan siswa, materi yang diajarkan, metode yang tepat dan umpan balik untuk proses belajar mengajar selanjutnya. Nilai yang diperoleh setelah proses belajar mengajar disebut sebagai hasil belajar.

11 Berdasarkan pengertian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah siswa menerima pengalaman belajar yang telah dialami siswa baik berupa sikap maupun tingkah laku dan indikator ketercapaian hasil belajar dalam penelitian ini mencakup tiga ranah, yaitu: (a) kognitif meliputi pengetahuan dan pemahaman (b) afektif meliputi sikap dan partisipasi, dan (c) Psikomotor meliputi keterampilan dan kreativitas. Dari kegiatan tersebut tentunya siswa akan mampu menumbuhkan satu perubahan pola dalam dirinya, baik itu pola pikir, tingkah laku, bahkan sikap dan etika dari dirinya sebagai individu dalam usahanya untuk menyesuaikan bahwa dirinya adalah bagian dari komunitas sosial. Tentunya proses belajar ini menghasilkan hasil pembelajaran yang signifikan. B. Keterampilan Membaca 1. Pengertian Keterampilan membaca Keterampilan membaca adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis dengan melisankan atau hanya di hati (Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, 2002:18). Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta digunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis (Taringan, 2008:7). Menurut Sujana (1985:3) menyatakan bahwa membaca merupakan kegiatan yang merespon

12 lambang-lambang tertulis dengan menggunakan pengertian yang tepat. Membaca yang hanya terbatas pada pembunyian lambang tertulis dan pelafalan kata tanpa harus memahami naskah dinamakan membaca permulaan. Membaca yang sudah berusaha untuk memahami bacaan dinamakan membaca lanjut (Tim Penyusun Kamus Pusat Indonesia, 2002:8). Dari beberapa pengertian membaca di atas, maka peneliti mengambil kesimpulan bahwa keterampilan membaca adalah memahami ide atau gagasan dari apa yang tertulis untuk mendapatkan suatu informasi, mengembangkan nilai-nilai moral, kemampuan bernalar, dan meningkatnya kualitas anak didik. 2.Tujuan Membaca Tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan.makna/arti (meaning) erat sekali hubungannya dengan maksud tujuan, atau intensif kita dalam membaca. Tarigan (2008) mengemukakan tujuan membaca adalah sebagai berikut : 1. Membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts). Misalnya untuk mengetahui penemuanpenemuan yang telah dilakukan oleh sang tokoh; apa-apa yang telah dibuat oleh sang tokoh; apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh sang tokoh.

13 2. Membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). Misalnya untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami sang tokoh, dan merangkum hal-hal yang dilakukan oleh sang tokoh untuk mencapai tujuannya. 3. Membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for sequence or organization). Seperti menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, dan ketiga/seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adegan-adegan dan kejadian buat dramatisasi. 4. Membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference). Seperti menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh sang tokoh berubah, kualitas-kualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. 5. Membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify). Misalnya untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seseorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. 6. Membaca menilai, membaca evaluasi (reading to evaluate). Seperti untuk menemukan apakah sang tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti cara sang tokoh bekerja dalam cerita itu.

14 7. Membaca untuk memperbandingkan atau mempertentangkan (reading to compare or contrast). Kegiatan membaca ini dilakukan untuk menemukan bagaimana caranya sang tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, bagaimana sang tokoh menyerupai pembaca. 3. Manfaat membaca Menurut Amir (1996:6) kegiatan membaca mendatangkan berbagai manfaat berikut ini : (1) Memperoleh banyak pengalaman hidup. (2) Memperoleh pengetahuan umum dan berbagai informasi tertentu yang sangat berguna bagi kehidupan. (3) Mengetahui berbagai peristiwa besar dalam peradaban dan kebudayaan suatu bangsa. (4) Dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mutakhir di dunia. (5) Dapat mengayakan batin, memperluas cakrawala pandang dan piker, meningkatkan taraf hidup, dan budaya keluarga, masyarakat, nusa dan bangsa. (6) Dapat memecahkan berbagai masalah kehidupan, dapat mengantarkan seseorang menjadi cerdik dan pandai. (7) Dapat memperkaya perbedaan kata, ungkapan, istilah, dll yang sangat menunjang keterampilan menyimak, berbicara dan menulis.

15 (8) Mempertinggi potensialitas setiap pribadi dan mempermantap desistensi. 4. Jenis-jenis Membaca Menurut Tarigan (2008:11 13) jenis-jenis membaca ada dua macam, yaitu: 1) membaca nyaring, dan 2) membaca dalam hati. Membaca dalam hati terdiri atas: (a) membaca ekstensif, yang dibagi lagi menjadi: membaca survey, membaca sekilas, dan membaca dangkal, dan (b) membaca intensif, yang terdiri dari: membaca telaah isi dan membaca telaah bahasa. Membaca telaah isi terdiri dari: membaca teliti, pemahaman, kritis, dan membaca ide-ide. Membaca telaah bahasa terdiri dari: membaca bahasa dan membaca sastra. a. Membaca Nyaring Membaca nyaring (membaca bersuara) adalah suatu kegiatan membaca yang merupakan alat bagi pembaca bersama orang lain untuk menangkap isi yang berupa informasi bagi pengarang (Kamidjan, 1996:9). Tarigan (2008:22) berpendapat bahwa membaca nyaring adalah suatu kegiatan yang merupakan alat bagi guru, murid, ataupun pembaca bersama-sama dengan orang lain atau pendengar untuk menangkap serta memahami informasi, pikiran, dan perasaan seseorang pengarang. Jadi, membaca nyaring pada hakikatnya adalah proses melisankan sebuah tulisan dengan memperhatikan suara, intonasi, dan tekanan secara tepat, yang diikuti oleh pemahaman makna bacaan oleh pembaca. Menurut Kamidjan (1996:9-10) ada lima aspek dalam

16 membaca nyaring yaitu: (1) membaca dengan pikiran dan perasaan pengarang; (2) memerlukan keterampilan menafsirkan lambanglambang grafis; (3) memerlukan kecepatan pandangan mata; (4) memerlukan keterampilan membaca, terutama mengelompokkan kata secara tepat; dan (5) memerlukan pemahaman makna secara tepat. Dalam membaca nyaring, pembaca memerlukan beberapa keterampilan. antara lain: (1) penggunaan ucapan yang tepat; (2) pemenggalan frasa yang tepat; (3) penggunaan intonasi, nada, dan tekanan yang tepat; (4) penguasaan tanda bacaa dengan baik; (5) penggunaan suara yang jelas; (6) penggunaan ekspresi yang tepat; (7) pengaturan kecepatan membaca; (8) pengaturan ketepatan pernafasan; (9) pemahaman bacaan; dan (10) pemilikan rasa percaya diri. b. Membaca Ekstensif Membaca ekstensif merupakan proses membaca yang dilakukan secara luas, bahan bacaan yang digunakan bermacam-macam dan waktu yang digunakan cepat dan singkat. Tujuan membaca ekstensif adalah sekadar memahami isi yang penting dari bahan bacaan dengan waktu yang singkat dan cepat. Broughton (dalam Tarigan, 2008:31) menyebutkan bahwa yang termasuk membaca ekstensif adalah; 1) membaca survey, 2) membaca sekilas, dan 3) membaca dangkal. Berikut ini yang termasuk membaca ekstensif akan diuraikan satu persatu : 1) Membaca survei merupakan kegiatan membaca yang bertujuan untuk mengetahui gambaran umum isi dan ruang lingkup bahan

17 bacaan. Kegiatan membaca survey ini misalnya melihat judul,pengarang, daftar isi, dan lain-lain. 2) Membaca sekilas atau skimming adalah membaca dengan cepat untuk mencari dan mendapatkan informasi secara cepat. Dalam hal ini pembaca melakukan kegiatan membaca secara cepat untuk mengetahui isi umum suatu bacaan atau bagian-bagiannya. Membaca sekilas merupakan salah satu teknik dalam membaca cepat. Soedarso (2001:88-89) menyatakan bahwa skimming adalah suatu keterampilan membaca yang diatur secara sistematis untuk mendapatkan hasil yang efisien dengan tujuan untuk mengetahui: (1) topik bacaan, (2) pendapat orang, (3) bagian penting tanpa membca seluruhnya, (4) organisasi tulisan, dan (5) menyegarkan apa yang pernah dibaca. 3) Selanjutnya, membaca dangkal merupakan kegiatan membaca untuk memperoleh pemahaman yang dangkal dari bahan bacaan ringan yang kita baca. Tujuan membaca dangkal adalah untuk mencari kesenangan. c. Membaca Intensif Membaca intensif merupakan kegiatan membaca bacaan secara teliti dan seksama dengan tujuan memahaminya secara rinci. Membaca intensif merupakan salah satu upaya untuk menumbuhkan dan mengasah kemampuan membaca secara kritis. Tarigan (2008:35) mengutip pendapat Brook menyatakan bahwa, membaca intensif merupakan studi seksama,

18 telaah teliti, serta pemahaman terinci terhadap suatu bacaan. Yang termasuk membaca intensif ini adalah membaca pemahaman. Menurut Tarigan (1990: 37) ada tiga jenis keterampilan membaca pemahaman, yaitu: 1) membaca literal, 2) membaca kritis, dan 3) membaca kreatif. Masing-masing jenis keterampilan membaca tersebut mempunyai ciri-ciri tersendiri. Oleh karena itu, dalam hubungannya dengan pengajaran membaca, tiga keterampilan membaca pemahaman ini perlu diajarkan secara terus-menerus. Setiap pertanyaan bacaan dalam buku teks harus selalu mencerminkan keterampilan membaca tersebut. 5. Aspek-aspek yang di nilai dalam Keterampilan Membaca Menurut Kamidjan (1996:9-10) ada beberapa aspek dalam penilaian keterampilan membaca,yaitu : 1. Penggunaan ucapan yang tepat; 2. Pemenggalan frasa yang tepat; 3. Penggunaan intonasi, nada, dan tekanan yang tepat; 4. Penguasaan tanda baca dengan baik; 5. Penggunaan suara yang jelas; 6. Penggunaan ekspresi yang tepat; 7. Pengaturan kecepatan membaca; 8. Pengaturan ketepatan pernafasan; 9. Pemahaman bacaan; dan 10. Pemilikan rasa percaya diri.

19 6. Standar Kompetensi Membaca Menurut Sardiman (2001:32) ada beberapa cara memahami teks diantaranya: 1. Memahami teks pendek dengan membaca nyaring - Membaca nyaring suku kata dan kata dengan lafal yang tepat - Membaca nyaring kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang tepat 2. Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak - Membaca lancar beberapa kalimat sederhana yang terdiri atas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat. - Membaca puisi anak yang terdiri atas2-4 baris dengan lafal intonasi yang tepat. 3. Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak - Menyimpulkan isi teks pendek (10-15 kalimat) yang dibaca dengan membaca lancar - Menjelaskan isi puisi anak yang dibaca 4. Memahami ragam wacana tulis dengan membaca nyaring dan membaca dalam hati - Membaca nyaring teks (15-20 kalimat) dengan memperhatikan lafal dan intonasi yang tepat - Menyebutkan isi teks agak panjang (20-25 kalimat) yang dibaca dalam hati 5. Memahami teks dengan membaca nyaring,, membaca intensif, dan membaca dongeng - Membaca nyaring teks (20-25 kalimat) dengan lafal dan intonasi yang tepat - Menjelaskan isi teks (100-150 kata) melalui membaca intensif - Menceritakan isi dongeng yang dibaca 6. Memahami teks dengan membaca intensif (150-200 kata) dan membaca puisi - Menjawab dan atau mengajukan pertanyaan tentang isi teks agak panjang (150-200 kata) yang dibaca secara insentif - Membaca puisi dengan lafal, intonasi, dan ekspresi yang tepat

20 7. Contoh membaca teks agak bersuara Rumahku Dekat Stasiun Namaku Fadillah. Aku Biasa dipanggil Dillah. Rumahku berada di dekat stasiun kereta api. Setiap hari selalu ramai. Ibuku berjualan makanan di kantor stasiun. Sepulang sekolah aku selalu membantu ibu. Tugasku membersihkan peralatan makanan. Aku senang melakukannya. Banyak sekali pengunjungnya. Sumber : Buku BSE bahasa Indonesia karya Umri Nuraini Hal.61 C. Model Cooperative Script 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan kegiatan pembelajaran. Menurut Suprijono (2009:45) model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu. Model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari beberapa sistem. Sedangkan menurut isjoni (2007:50) model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya. Menurut Trianto (2010:22) model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan

21 pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintakusnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaanya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran yaitu pedoman bagi para guru dalam merencanakan aktivitas pembelajaran, melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide dalam pengalaman belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. 2. Cooperative Script a. Pengertian Cooperative Script Model cooperative script adalah model belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi dipelajari (Nuryanti,2009:105) Skrip kooperatif (cooperative script) adalah model belajar di mana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari (Kiranawati,2007:25). Menurut Dansere (1985) cooperative script adalah model belajar dimana siswa bekerja kelompok (4 orang) bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.

22 b. Langkah Langkah Cooperative Script Langkah langkah pembelajaran cooperative script sebagaimana yang dijelaskan oleh Nuryanti( 2009:105) sebagai berikut: 1. Guru membagi siswa untuk berpasangan. 2. Guru membagi wacana/materi setiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan. 3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar. 4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin dengan memasukkan ide ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat/menghafal ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau materi lainnya. 5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta lakukan seperti diatas. 6. Kesimpulan siswa bersama guru. 7. Penutup D. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Script Nuryanti (2009:105) menjabarkan Model coorperative script adalah model yang dirancang oleh ahli yang tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan model pembelajaran ini antara lain : Kelebihan : 1. Melatih pendengaran, ketelitian/kecermatan. 2. Setiap siswa mendapat peran. 3. Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.

23 Kekurangan : 1. Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu. 2. Hanya dilakukan 1 kelompok (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreki hanya sebatas pada kelompok tersebut). E. Bahasa Indonesia Menurut Smarapradhipa (2005:1), memberikan dua pengertian bahasa. Pengertian pertama menyatakan bahasa sebagai alat komunikasi antara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Kedua, bahasa adalah sistem komunikasi yang mempergunakan simbol-simbol vokal (bunyi ujaran) yang bersifat arbitrer. Lain halnya menurut Stiawan (2006:1), menjelaskan definisi bahasa yaitu language can be defined as a socially shared combinations of those symbols and rule governed combinations of those symbols (bahasa dapat didefenisikan sebagai kode yang diterima secara sosial atau sistem konvensional untuk menyampaikan konsep melalui kegunaan simbol-simbol yang dikehendaki dan kombinasi simbol-simbol yang diatur oleh ketentuan). Pendapat di atas mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Tarigan (1989:4), beliau memberikan dua definisi bahasa. Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, barang kali juga untuk sistem generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambanglambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer. Menurut Santoso (1990:1), bahasa adalah rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar.

24 Definisi lain, Bahasa adalah suatu bentuk dan bukan suatu keadaan (lenguage may be form and not matter) atau sesuatu sistem lambang bunyi yang arbitrer, atau juga suatu sistem dari sekian banyak sistem-sistem, suatu sistem dari suatu tatanan atau suatu tatanan dalam sistem-sistem. Pengertian tersebut dikemukakan oleh Mackey (1986:12). Menurut Wibowo (2001:3), bahasa adalah sistem simbol bunyi yang bermakna dan berartikulasi (dihasilkan oleh alat ucap) yang bersifat arbitrer dan konvensional, yang dipakai sebagai alat berkomunikasi oleh sekelompok manusia untuk melahirkan perasaan dan pikiran. Hampir senada dengan pendapat Wibowo, Walija (1996:4), mengungkapkan definisi bahasa ialah komunikasi yang paling lengkap dan efektif untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan dan pendapat kepada orang lain. Pendapat lainnya tentang definisi bahasa diungkapkan oleh Syamsuddin (1986:2), beliau memberi dua pengertian bahasa. Pertama, bahasa adalah alat yang dipakai untuk membentuk pikiran dan perasaan, keinginan dan perbuatanperbuatan, alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Kedua, bahasa adalah tanda yang jelas dari kepribadian yang baik maupun yang buruk, tanda yang jelas dari keluarga dan bangsa, tanda yang jelas dari budi kemanusiaan. Sementara Pengabean (1981:5), berpendapat bahwa bahasa adalah suatu sistem yang mengutarakan dan melaporkan apa yang terjadi pada sistem saraf. Pendapat terakhir dari makalah singkat tentang bahasa ini diutarakan oleh Soejono (1983:01), bahasa adalah suatu sarana perhubungan rohani yang amat penting dalam hidup bersama.

25 F. Fakta dalam Keterampilan Membaca di SDN 1 Sukoharjo III Adapun beberapa fakta dalam keterampilan membaca, yaitu : 1. Penggunaan ucapan yang tepat; 2. Pemenggalan frasa yang tepat; 3. Penggunaan intonasi, nada, dan tekanan yang tepat; 4. Penguasaan tanda baca dengan baik; 5. Penggunaan suara yang jelas; 6. Penggunaan ekspresi yang tepat; 7. Pengaturan kecepatan membaca; 8. Pengaturan ketepatan pernafasan; 9. Pemahaman bacaan; dan 10.Pemilikan rasa percaya diri. G. Hipotesis Tindakan Berdasarkan kajian teoritis serta kerangka pikir dan kondisi objektif di lapangan, maka perlu dilakukan tindakan melalui penelitian ini. Kemudian dapat dikemukakan bahwa : Jika pembelajaran pada kelas 2 SD I Sukoharjo III menggunakan model pembelajaran cooperative script dengan langkah-langkah yang tepat akan dapat meningkatkan keterampilan membaca dan hasil belajar Bahasa Indonesia di kelas 2.