PENGARUH VARIASI AIR GAP TERHADAP DOSIS SERAP PENYINARAN BERKAS ELEKTRON PADA PESAWAT LINAC SIEMENS / PRIMUS M CLASS 5633

dokumen-dokumen yang mirip
FAKTOR KOREKSI SOLID WATER PHANTOM TERHADAP WATER PHANTOM PADA DOSIMETRI ABSOLUT BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINAC

BAB 1 PENDAHULUAN. radionuklida, pembedahan (surgery) maupun kemoterapi. Penggunaan radiasi

HUBUNGAN ANTARA LAJU DOSIS SERAP AIR DENGAN LAPANGAN RADIASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK ELEKTA

Analisis Dosis Keluaran Berkas Foton dan Elektron Energi Tinggi Pesawat Linac Elekta Precise 5991 Berdasarkan Code of Practice IAEA TRS 398

ANALISA KURVA PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) DAN PROFILE DOSE UNTUK LAPANGAN RADIASI SIMETRI DAN ASIMETRI PADA LINEAR ACCELERATOR (LINAC) 6 DAN 10 MV

Jumedi Marten Padang*, Syamsir Dewang**, Bidayatul Armynah***

ANALISIS PERHITUNGAN DOSIS SERAP TERAPI ROTASI DENGAN METODE TISSUE PHANTOM RATIO (TPR) PADA LINEAR ACCELERATOR (LINAC) 6 MV

ANALISIS HASIL PENGUKURAN PERCENTAGE DEPTH DOSE (PDD) BERKAS ELEKTRON LINAC ELEKTA RSUP DR. SARDJITO

ANALISIS DOSIS OUTPUT SINAR-X PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) MENGGUNAKAN WATER PHANTOM

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

VERIFIKASI BERKAS ELEKTRON PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) DENGAN VARIASI ENERGI PADA WATER PHANTOM Raden Asrisal, Syamsir Dewang, Dahlang Tahir

Pengaruh Ketidakhomogenan Medium pada Radioterapi

PENGARUH BLOK INDIVIDUAL BERBAHAN CERROBEND PADA DISTRIBUSI DOSIS SERAP BERKAS FOTON 6 MV LINEAR ACCELERATOR (LINAC)

Jusmawang, Syamsir Dewang, Bidayatul Armynah Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 4, No. 1, Januari 2015, Hal

ANALISIS KARAKTERISTIK PROFIL PDD (PERCENTAGE DEPTH DOSE) BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV

Verifikasi Keluaran Radiasi Pesawat Linac (Foton Dan Elektron) Serta 60CO Dengan TLD

VERIFIKASI PENENTUAN LAJU DOSIS SERAP DI AIR BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK CLINAC 2100 C MILIK RUMAH SAKIT

PENENTUAN DOSIS SERAP LAPANGAN RADIASI PERSEGI PANJANG BERKAS FOTON 10 MV DENGAN PENGUKURAN DAN PERHITUNGAN

ANALISIS DOSIS SERAP RELATIF BERKAS ELEKTRON DENGAN VARIASI KETEBALAN BLOK CERROBEND PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR

ANALISIS KUALITAS RADIASI DAN KALIBRASI LUARAN BERKAS FOTON 6 DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK VARIAN CLINAC CX 4566 ABSTRAK

ANALISIS PROFIL BERKAS RADIASI LINEAR ACCELERATOR 6MV PADA PENGGUNAAN VIRTUAL WEDGE DENGAN GAFCHROMIC FILM

ANALISIS POSISI DETEKTOR TERHADAP STEM EFFECT DAN DOSIS RELATIF UNTUK DOSIMETRI PESAWAT LINAC 6 MV

ANALISIS KUALITAS BERKAS RADIASI FOTON 10 MV PADA PESAWAT TELETERAPI LINEAR ACCELERATOR

Homogenitas Elektron 6 MeV Pesawat LINAC Dengan Penggunaan Variasi Ketebalan Paraffin

ANALISIS DOSIS OUTPUT BERKAS ELEKTRON PESAWAT TELETERAPI LINEAR ACCELERATOR (LINAC)TIPE VARIAN HCX 6540 MENGGUNAKAN TRS 398

Youngster Physics Journal ISSN : Vol. 2, No. 1, April 2013, Hal 27-34

PROFIL BERKAS SINAR X LAPANGAN SIMETRIS DAN ASIMETRIS PADA PESAWAT LINAC SIEMENS PRIMUS 2D PLUS

ANALISIS DOSIS SERAP RADIASI PADA PERBEDAAN DIMENSI DAN BENTUK LAPANGAN PENYINARAN BERKAS RADIASI FOTON 6 MV

PERBANDINGAN PENGUKURAN PDD DAN BEAM PROFILE ANTARA DETEKTOR IONISASI CHAMBER DAN GAFCHROMIC FILM PADA LAPANGAN 10 X 10 CM 2

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

Verifikasi TPS untuk Dosis Organ Kritis pada Perlakuan Radioterapi Area Pelvis dengan Sinar X 10 Megavolt

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

PERHITUNGAN EFISIENSI DAYA BERDASAR PROSEN- TASE KEDALAMAN DOSIS (PDD) PADA LINAC MEDIS RS DR. SARDJITO

PENGARUH SUDUT GANTRI TERHADAP KONSTANSI DOSIS SERAP DI AIR PESAWAT TELETERAPI Co-60 XINHUA MILIK RUMAH SAKIT dr. SARJITO YOGYAKARTA

KARAKTERISASI DETEKTOR IN VIVO UNTUK DOSIMETRI RADIOTERAPI EKSTERNA

PENENTUAN FAKTOR KELUARAN BERKAS ELEKTRON LAPANGAN KECIL PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR

BAB II LINEAR ACCELERATOR

PENENTUAN FAKTOR KELUARAN BERKAS ELEKTRON LAPANGAN KECIL PADA PESAWAT LINEAR ACCELERATOR

Correction of 2D Isodose Curve on the Sloping Surface using Tissue Air Ratio (TAR) Method

ANALISA DOSIS RADIASI KANKER MAMMAE MENGGUNAKAN WEDGE DAN MULTILEAF COLLIMATOR PADA PESAWAT LINAC

PENGUKURAN FAKTOR WEDGE PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 : PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX.

OPTIMALISASI DOSIS RADIASI SINAR-X TERHADAP PROYEKSI PA (POSTERO-ANTERIOR) DAN LAT (LATERAL) PADA TEKNIK PEMERIKSAAN FOTO THORAX SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran terus menunjukkan

Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin

ANALISIS POSISI SUMBER RADIOAKTIF COBALT PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60. Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-1

PERBANDINGAN DOSIS TERHADAP VARIASI KEDALAMAN DAN LUAS LAPANGAN PENYINARAN (BENTUK PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG) PADA PESAWAT RADIOTERAPI COBALT-60

PENENTUAN KARAKTERISASI CERROBEND SEBAGAI WEDGE FILTER PADA PESAWAT TELETERAPI 60 Co

ANALISIS KUALITAS CITRA VERIFIKASI LAPANGAN RADIASI LINAC PADA KANKER PAYUDARA MENGGUNAKAN VARIASI MONITOR UNIT. Skripsi FRILYANSEN GAJAH

ANALISIS PENGGUNAAN POLYDIMETHYL SILOXANE SEBAGAI BOLUS DALAM RADIOTERAPI MENGGUNAKAN ELEKTRON 8 MeV PADA LINAC

ANALISIS PENGARUH PERUBAHAN SENTRASI DOSIS DAN JARAK BLADDER TERHADAP DISTRIBUSI DOSIS PADA PERENCANAAN BRACHYTHERAPY KANKER SERVIKS

Analisis Perubahan Kurva Percentage Depth Dose (PDD) dan Dose Profile untuk Radiasi Foton 6MV pada Fantom Thoraks

BAB IV PERBANDINGAN DATA DAN ANALISIS JUMLAH MONITOR UNIT OUTPUT SOFTWARE ISIS DENGAN OUTPUT SIMULASI MONTE CARLO

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )

Verifikasi Dosis Radiasi Kanker Menggunakan TLD-100 pada Pasien Kanker Payudara dengan Penyinaran Open System

BAB II TERAPI RADIASI DAN DASAR-DASAR DOSIMETRY

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

KONTROL KUALITAS TERAPI RADIASI PADA UNIT RADIOTERAPI MRCCC RS MRCCC

PENENTUAN PARAMETER DOSIMETRI AWAL BERKAS FOTON 6 MV DARI 5 BUAH PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK ELEKTA DAN VARIAN CLINAC BARU

KARAKTERISASI DOSIMETRI SUMBER BRAKITERAPI IR-192 MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT

Prediction of 2D Isodose Curve on Arbitrary Field Size in Radiation Treatment Planning System (RTPS)

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

Berkala Fisika ISSN : Vol. 16, No. 4, Oktober 2013, hal

Buletin Fisika Vol. 8, Februari 2007 : 31-37

BAB IV PERHITUNGAN DOSIS SERTA ANALISIS PENGARUH UKURAN MEDAN PAPARAN TERHADAP OUTPUT BERKAS FOTON

BAB II DASAR TEORI Sinar-X

VERIFIKASI DOSIMETRI PERHITUNGAN BERKAS TERBUKA PERANGKAT LUNAK IN-HOUSE TREATMENT PLANNING SYSTEM (TPS) PESAWAT TELETERAPI COBALT-60

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

KOREKSI KURVA ISODOSIS 2D UNTUK JARINGAN NONHOMOGEN MENGGUNAKAN METODE TAR (TISSUE AIR RATIO)

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

Analisis Pengaruh Perubahan Source to Surface Distance (SSD) dan Field Size terhadap Distribusi Dosis menggunakan Metode Monte Carlo-EGSnrc

ANALISIS DOSIS PADA PENGGUNAAN FILTER WEDGE MENGGUNAKAN DOSIMETER GAFCHROMIC EBT2 DAN GAFCHROMIC XR-RV3 UNTUK BERKAS FOTON 6 MV

BAB III PERHITUNGAN JUMLAH MONITOR UNIT MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO

Verifikasi Distribusi Dosis Tps Dan Pesawat Linac Menggunakan Phantom Octavius 4d Dengan Teknik IMRT Protokol Kanker Lidah

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK. Abdul Rahayuddin H INTISARI

Berkala Fisika ISSN : Vol. 14, No. 2, April 2011, hal 49-54

ANALISA PENGARUH FAKTOR EKSPOSI TERHADAP ENTRANCE SURFACE AIR KERMA (ESAK)

Analisis Dosis Radiasi Pada Paru-paru Untuk Pasien Kanker Payudara Dengan Treatment Sinar-X 6 MV Sugianty Syam 1, Syamsir Dewang, Bualkar Abdullah

ANALISA PENGARUH GRID RASIO DAN FAKTOR EKSPOSI TERHADAP GAMBARAN RADIOGRAFI PHANTOM THORAX

AUDIT MUTU PENGUKURAN DOSIS SERAP DARI SUMBER TELETERAPI Co-60 CIRUS 90131

Desain dan Analisis Pengaruh Sudut Gantri Berkas Foton 4 MV Terhadap Distribusi Dosis Menggunakan Metode Monte Carlo EGSnrc Code System

Berkala Fisika ISSN : Vol. 18, No. 1, Januari 2015, hal 1-8

KALIBRASJ KELUARAN BERKAS ELEKTRON PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK CLINAC 2100C NO. SERI 1402 DI RUMAH SAKIT UMUM PUSA T Dr. SUTOMO, SURABA Y A

Verifikasi Ketepatan Hasil Perencanaan Nilai Dosis Radiasi Terhadap Penerimaan Dosis Radiasi Pada Pasien Kanker

Metode Monte Carlo adalah metode komputasi yang bergantung pada. pengulangan bilangan acak untuk menemukan solusi matematis.

TEORI DASAR RADIOTERAPI

Desain Ulang Shielding Ruangan Linear Accelerator (Linac) untuk Keselamatan Radiasi Di Gedung 14 PSTA-BATAN Yogyakarta

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

PELURUHAN GAMMA ( ) dengan memancarkan foton (gelombang elektromagnetik) yang dikenal dengan sinar gamma ( ).

PENENTUAN NILAI KOEFISIEN SERAPAN BAHAN DAN DOSIS RADIASI PADA VARIASI KOMBINASI KAYU DAN ALUMINIUM

Analisis Persamaan Respon Dosis Thermoluminescent Dosimeter (TLD) Pada Spektrum Sinar-X Menggunakan Metode Monte Carlo

PENGARUH PERUBAHAN JARAK OBYEK KE FILM TERHADAP PEMBESARAN OBYEK PADA PEMANFAATAN PESAWAT SINAR-X, Type CGR

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN

KENDALI KUALITAS DAN JAMINAN KUALITAS PESAWAT RADIOTERAPI BIDIKAN BARU LABORATORIUM METROLOGI RADIASI

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

ANALISIS DENSITAS FILM GAFCHROMIC TERHADAP LINEAR ACCELERATOR (LINAC) DENGAN VARIASI SUDUT SKRIPSI

Dosis Transmisi Berkas Sinar-X 6 MV untuk Lapangan Tidak Teratur dengan Variasi Blok TESIS

SIMULASI MONTE CARLO UNTUK MENENTUKAN DOSIS SINAR-X 6 MV PADA KETAKHOMOGENAN MEDIUM JARINGAN TUBUH

Wahana Fisika, 1(2), Perbandingan Dosis Serap Berkas Foton 16 MV Pada Berbagai Jenis Phantom menggunakan Metode Monte Carlo - EGSnrc

Transkripsi:

Youngster Physics Journal ISSN : 2303-7371 Vol. 3, No. 3, Juli 2014, Hal 217-222 PENGARUH VARIASI AIR GAP TERHADAP DOSIS SERAP PENYINARAN BERKAS ELEKTRON PADA PESAWAT LINAC SIEMENS / PRIMUS M CLASS 5633 Galih Puspa Saraswati, Eko Hidayanto, dan Evi Setiawati Jurusan Fisika, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro, Semarang E-mail: galih_puspa@rocketmail.com ABSTRACT The effect of the variation of the air gap absorbed dose in electron beam irradiation has conducted. In the particular case of electron beam irradiation often can not use the SSD 100 cm due to the influence of the use of the applicator so that the patient's body should be granted an extension of the SSD or air gap at the irradiation. In this study the calculation of the effective SSD, absorbed dose, the air gap correction factor and verification of absorbed dose was performed using the inverse square law and the correction of the output electrons. The method utilized an inverse square law load value of each electron beam irradiation to determine the effective SSD, while the determination of absorbed dose and the air gap correction factor correction using electron output. The results of the calculation states that the effective SSD of 82,2 cm 109 cm wide field size and is proportional to the electron energy. Absorbed dose and the air gap correction factor proportional to the field size and inversely proportional to the variation of the air gap while the value of the absorbed dose itself is varied between 64,80 cgy to 108,0 cgy as well as the value of the correction factor of the air gap is between 0,869 1,000. Correction dose verification of absorbed dose value is still below the value specified tolerances AAPM TG40 is equal to 99,10% - 103,0%. Variations of growing air gap causes the smaller absorbed dose. Keywords: air gap, effective SSD, air gap correction factor, dose normalization ABSTRAK Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh variasi air gap terhadap dosis serap pada penyinaran berkas elektron. Pada kasus tertentu penyinaran berkas elektron sering kali tidak dapat menggunakan SSD 100 cm karena pengaruh penggunaan aplikator yang mengenai tubuh pasien sehingga harus dilakukan perpanjangan SSD atau diberikan air gap pada penyinaran tersebut. Dalam penelitian ini dilakukan perhitungan terhadap SSD efektif, dosis serap, faktor koreksi air gap dan verifikasi dosis serap dengan menggunakan metode hukum kuadrat terbalik dan koreksi output elektron. Metode hukum kuadrat terbalik memanfaatkan nilai muatan dari setiap penyinaran berkas elektron untuk menentukan SSD efektif, adapun penentuan dosis serap dan faktor koreksi air gap dengan menggunakan metode koreksi output elektron. Hasil perhitungan menyatakan bahwa SSD efektif sebesar 82,2 cm - 109 cm sebanding dengan luas lapangan dan energi elektron. Dosis serap dan faktor koreksi air gap sebanding dengan luas lapangan dan berbanding terbalik dengan variasi air gap sedangkan untuk nilai dari dosis serap sendiri variatif yaitu antara 64,80 cgy sampai 108,0 cgy begitu pula dengan nilai faktor koreksi air gap yaitu antara 0,869-1,000. Koreksi dosis pada verifikasi dosis serap nilainya masih di bawah nilai toleransi yang ditentukan AAPM TG40 yaitu sebesar 99,10% - 103,0%. Variasi air gap yang semakin besar menyebabkan dosis serap semakin kecil. Kata kunci: air gap, SSD efektif, faktor koreksi air gap, normalisasi dosis PENDAHULUAN Radioterapi dapat digunakan untuk meradiasi kanker primer dan gejala-gejala yang diakibatkan oleh kanker yang telah meluas yang disebut dengan metastasis [1]. Salah satu peralatan yang digunakan dalam radioterapi adalah pesawat Linac atau Linear Accelerator. Linear Accelarator medik termasuk pesawat yang menghasilkan radiasi pengion energi tinggi dalam orde megavolt. Pesawat akselerator linier medik dapat menghasilkan berkas elektron atau berkas foton (sinar-x). Dari gambar 1. terlihat konfigurasi pesawat Linac yang modern dan dapat dilihat juga 217

Galih Puspa Saraswati, dkk Pengaruh Variasi Air Gap... urutan proses produksi radiasi pada pesawat Linac. Pada saat pesawat dalam kondisi switch on pulsapulsa tegangan tinggi yang berasal dari modulator akan diteruskan ke magnetron dan electron gun. Pada magnetron timbul gelombang radio frekuensi yang kemudian akan diinjeksikan ke dalam akselerator, pada saat yang sama electron gun menjadi aktif dan menghasilkan elektron yang berenergi tinggi yang kemudian memasuki akselerator. Elektron ini akan terbawa oleh gelombang radio frekuensi dan akan dipercepat sebelum keluar dari accelerator window sebagai berkas radiasi foton. Apabila diinginkan berkas radiasi foton maka elektron berenergi tinggi tersebut akan ditumbukkan pada suatu target tertentu [2]. Gambar 1. Bagian-bagian pesawat Linac yang modern [2] Berbeda dengan berkas sinar-x, berkas elektron tidak berasal dari sumber yang fisik di bagian kepala akselerator. Berkas pensil elektron setelah melewati jendela vakum dari akselerator, medan radiasi magnetik, scattering foil, ruang chamber dan berinterverensi dengan udara maka berkas elektron tersebut akan menjadi berkas yang luas (menyebar) yang tampak menyimpang dari titik [3]. Titik ini disebut dengan sumber virtual (gambar 2.) yang didefinisikan sebagai titik persimpangan dari proyeksi balik sepanjang arah yang mungkin terjadi karena gerak dari elektron pada permukaan pasien. Gambar 2. Definisi dari titik sumber virtual pada berkas elektron [3] Sebagai metode alternatif dari koreksi dosis keluaran terhadap air gap antara kolimator elektron dengan pasien ditentukan melalui SSD efektif, yaitu dengan menggunakan hubungan hukum kuadrat terbalik dengan muatan. Koreksi ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pengukuran muatan dengan menggunakan phantom pada kedalaman dosis maksimum (dm), dengan pengukuran yang pertama dilakukan pada SSD standar (air gap = 0) dan kemudian dilanjutkan dengan variasi air gap sampai dengan 20 cm dari bawah aplikator. Diasumsikan bahwa f = SSD efektif, Q0 = dosis pada air gap = 0, Qg = dosis pada air gap = g antara SSD standar dengan permukaan phantom. Berikut persamaan yang memenuhi hukum kuadrat terbalik, atau Qo = Qg (f+d m+g ) 2 (1) f+d m Qo = g + 1 (2) Qg f+d m Jika diplot grafik hubungan Qo dengan g akan Qg didapatkan grafik linier (gambar 3.) dengan nilai slope, 1 (3) f+d m Sehingga didapatkan persamaan untuk SSD efektif [4] 1 SSDeff = d slope m (4) 218

Youngster Physics Journal ISSN : 2303-7371 Vol. 3, No. 3, Juli 2014, Hal 217-222 gap (0-20 cm) dan dilakukan pada kedalaman maksimum masing-masing tingkat energi elektron dengan dosis 100 cgy. Gambar 3. Penentuan SSD efektif dengan metode muatan [4] Hubungan antara muatan pada SSD standar dan muatan pada perpanjangan SSD disebut dengan faktor koreksi. Terdapat dua metode untuk menentukan koreksi output yaitu dengan menggunakan SSD efektif atau SSD virtual. Pada metode SSD efektif dosis pada perpanjangan SSD disebut dengan D'max sedangkan dosis pada SSD normal disebut dengan Dmax. Adapun persamaannya mengikuti hukum kuadrat terbalik, D'max = Dmax (SSD eff +d m ) 2 (SSD eff +g+d m ) 2 (5) dimana SSDeff adalah SSD yang telah ditentukan sebelumnya dengan menggunakan persamaan (4), g merupakan air gap yang diberikan dan dm merupakan kedalaman maksimum pengukuran sesuai dengan tingkat energi yang digunakan. Sedangkan untuk metode SSD virtual digunakan persamaan, (SSD D'max = vir +d m ) 2 Dmax fair (6) (SSD vir +g+d m ) 2 dimana SSDvir adalah SSD standar ditambah dengan air gap yang diberikan dan fair merupakan faktor koreksi air gap [3]. METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan cara pengukuran muatan dan dosis serap pada berkas elektron dengan variasi air gap. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan pesawat Linac Siemens / Primus M Class 5633, water solid phantom, elektrometer, detektor PPC 40, barometer, termometer dan aplikator. Kondisi penyinaran dilakukan pada setiap tingkat energi elektron (5,7,8,10,12,14 MeV), dengan berbagai luas lapangan (10x10,15x15,20x20 cm 2 ), variasi air Gambar 4. Skema pengukuran muatan dan dosis serap pada air gap = g Setelah didapatkan data penelitian yang diinginkan selanjutnya dilakukan pengolahan data yang bertujuan untuk menghitung dan menganalisa parameter yang diinginkan. Data muatan digunakan untuk menentukan SSD efektif, dosis serap dan faktor koreksi air gap sedangkan data dosis serap untuk proses verifikasi. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada hasil dan pembahasan akan dianalisa hasil penelitian yang telah dilakukan. Gambar grafik yang disajikan pada salah satu energi cukup mewakili grafik pada energi lain karena memiliki tren yang sama. Penentuan SSD Efektif Pada gambar 5. terlihat terjadi beberapa kenaikan SSD efektif pada variasi energi dikarenakan setiap energi memiliki tingkat penetrasi yang berbeda-beda. Tingkat penetrasi ini berhubungan dengan penggunaan scattering foil pada pesawat Linac. 219

Dosis Serap (cgy) SSD Efektif (cm) Galih Puspa Saraswati, dkk Pengaruh Variasi Air Gap... 120 110 100 90 80 70 4 6 8 10 12 14 Gambar 5. Hubungan antara SSD efektif dengan energi pada luas lapangan 10x10 cm 2 (biru), 15x15 cm 2 (coklat), 20x20 cm 2 (hijau) Secara garis besar diketahui bahwa jenis dan ketebalan bahan scattering foil akan berpengaruh terhadap serapan intensitas elektron. Apabila bahan scattering foil menggunakan bahan yang memiliki massa relatif yang besar maka serapan yang dilakukan bahan tersebut akan lebih besar dibandingkan dengan bahan scattering foil yang menggunakan bahan dengan massa relatif yang kecil. Tidak hanya mengacu pada jenis bahan yang digunakan saja, serapan juga dipengaruhi pada ketebalan bahan, walaupun menggunakan jenis bahan yang sama ketebalan yang digunakan juga berpengaruh. Secara prinsip hampir sama dengan jenis bahan, semakin besar ketebalan yang digunakan maka bahan akan melakukan penyerapan yang lebih banyak dibandingkan dengan bahan yang memiliki ketebalan kecil. Selain energi yang berpengaruh terhadap SSD efektif, luas lapangan juga memberikan pengaruh yang cukup signifikan. Pada tiap energi dengan luas lapangan yang berbeda maka nilai SSD efektif akan berbeda, semakin besar luas lapangan penyinaran maka akan semakin besar pula SSD efektif, hal ini disebabkan karena semakin besar luas lapangan yang digunakan maka penetrasi yang dialami oleh elektron akan semakin lama sehingga jarak yang ditempuh elektron tersebut akan semakin jauh dan menyebabkan SSD efektif meningkat. Penentuan Dosis Serap Energi (MeV) Perhitungan dosis serap ini bertujuan untuk menentukan dosis serap yang sampai pada kedalaman maksimum dengan memperhatikan variasi air gap sehingga pada perhitungan memanfaatkan nilai SSD efektif yang didapatkan pada perhitungan sebelumnya. 120 100 80 60 0 5 10 15 20 Air Gap (cm) Gambar 6. Hubungan dosis serap dengan air gap pada energi 5 MeV, 10x10 cm 2 (biru), 15x15 cm 2 (coklat), 20x20 cm 2 (hijau) Dosis serap dipengaruhi oleh variasi air gap (gambar 6.), semakin panjang variasi air gap yang digunakan dalam penyinaran maka dosis serap akan semakin kecil. Hal ini dikarenakan semakin besar air gap yang diberikan maka elektron akan semakin lama mengalami interaksi dengan udara sehingga elektron tersebut akan semakin kehilangan energi kinetiknya dan akhirnya pada saat sampai pada phantom hanya sedikit energi kinetik elektron yang mampu mengionisasi phantom tersebut. Atau dengan kata lain radiasi hambur yang terjadi akan menurun, karena radiasi hambur sebanding dengan dosis serap maka semakin kecil radiasi hambur yang terjadi akan semakin kecil pula dosis serap yang sampai pada kedalaman maksimum. Selain variasi air gap yang berpengaruh pada dosis serap ada juga luas lapangan penyinaran seperti yang tterlihat pada gambar 7. Perubahan dosis serap terhadap dosis terlihat sebanding yaitu semakin besar luas lapangan penyinaran yang digunakan maka dosis serapnya juga semakin besar. Hal ini disebabkan juga oleh radiasi hambur, berbeda dengan pengaruh perpanjangan SSD yang berbanding terbalik dengan radiasi hambur pengaruh luas lapangan dengan radiasi hambur berbanding lurus. 220

Faktor koreksi air gap Faktor koreksi air gap Dosis Serap (cgy) Youngster Physics Journal ISSN : 2303-7371 Vol. 3, No. 3, Juli 2014, Hal 217-222 Gambar 7. Hubungan dosis serap dengan luas lapangan pada energi 5 MeV, gap 0 cm (biru), gap 5 cm (coklat), gap 10 cm (hijau), gap 15 cm (ungu), gap 20 cm (biru muda) Sehingga semakin besar luas lapangan penyinaran yang digunakan maka akan semakin besar radiasi hambur yang terjadi karena semakin banyak elektron yang mampu mengionisasi phantom tersebut sehingga dosis serapnya akan semakin besar juga. Penentuan Faktor Koreksi Air Gap Faktor koreksi air gap dipengaruhi oleh variasi air gap (gambar 8.). Faktor koreksi air gap berbanding terbalik dengan besarnya air gap sehingga semakin besar air gap yang diberikan semakin kecil nilai faktor koreksi. 1,01 0,96 0,91 0,86 120 100 80 60 10x10 15x15 20x20 Luas Lapangan (cm²) 0 10 20 30 Air gap (cm) Gambar 8 Hubungan faktor koreksi air gap dengan variasi air gap pada energi 5 MeV, 10x10 cm 2 (biru), 15x15 cm 2 (coklat), 20x20 cm 2 (hijau) Pada dasarnya faktor koreksi air gap menunjukkan seberapa besar dosis serap yang sampai pada variasi air gap tersebut sehingga faktor koreksi air gap akan sebanding dengan nilai dosis serap, jika faktor koreksi air gap besar maka dosis serap yang sampai pun juga akan besar begitu sebaliknya. Apabila faktor koreksi air gap menunjukkan nilai satu berarti penyimpangan dosis serap yang terjadi kecil sehingga dosis serap yang sampai pada kedalaman maksimum adalah 100% tetapi apabila tidak bernilai satu berarti penyimpangan dosis serap besar sehingga dosis serap yang sampai pada kedalaman maksimum semakin menjauhi 100%. 1,02 0,98 1 0,96 0,94 0,92 0,9 0,88 0,86 10X10 15X15 20X20 Luas Lapangan (cm²) Gambar 9. Hubungan faktor koreksi air gap dengan luas lapangan pada energi 5 MeV, gap 0 cm (biru), gap 5 cm (coklat), gap 10 cm (hijau), gap 15 cm (ungu), gap 20 cm (biru muda) Dari gambar 9. terlihat bahwa faktor koreksi air gap dipengaruhi juga oleh luas lapangan, faktor koreksi air gap semakin besar seiring dengan peningkatan luas lapangan. Faktor koreksi air gap berbanding lurus dengan besarnya luas lapangan sehingga semakin besar luas lapangan yang digunakan semakin besar nilai faktor koreksi. Sama dengan pada variasi air gap faktor koreksi air gap menunjukkan seberapa besar dosis serap yang sampai pada variasi luas lapangan tersebut sehingga faktor koreksi air gap akan sebanding dengan nilai dosis serap, karena pada gambar 7. menunjukkan semakin besar luas lapangan penyinaran yang digunakan akan semakin besar pula dosis serapnya maka jika faktor koreksi air gap besar maka dosis serap yang sampai pun juga akan besar dan sebaliknya. Penentuan Verifikasi Dosis Verifikasi dosis serap adalah proses membandingkan nilai dosis serap antara hasil pengukuran langsung menggunakan detektor dengan hasil perhitungan secara analitik. Hasil verifikasi akan didapatkan seberapa besar koreksi dosis antara hasil pengukuran langsung dengan perhitungan. Sama seperti kalibrasi harian nilai toleransi untuk verifikasi dosis serap adalah ±3%. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa nilai koreksi dosis tidak ada 221

Galih Puspa Saraswati, dkk Pengaruh Variasi Air Gap... yang melebihi ±3% yaitu sebesar 99,10-103%. Hal ini berarti bahwa metode yang digunakan dalam penelitian sudah layak untuk dijadikan sebagai acuan karena nilai dosis serap yang dihasilkan antara pengukuran langsung dengan perhitungan tidak jauh berbeda. KESIMPULAN Dari hasil penelitian tentang pengaruh variasi dapat disimpulkan bahwa : 1. Nilai SSD efektif yang didapatkan tergantung terhadap luas lapangan dan energi sebesar 82,2 cm sampai 109 cm. Pada tingkat energi yang sama SSD efektif sebanding dengan peningkatan luas lapangan, sedangkan untuk variasi energi terjadi perubahan SSD efektif yang kecil. 2. Hasil perhitungan dosis serap didapatkan nilai sebesar 64,80 cgy sampai 108,0 cgy tergantung oleh variasi air gap dan luas lapangan pada masing-masing tingkat energi. Dosis serap sebanding dengan luas lapangan dan berbanding terbalik dengan variasi air gap. 3. Hasil perhitungan faktor koreksi air gap didapatkan nilai 0,869 1,000 tergantung juga oleh variasi air gap dan lus lapangan pada masing-masing tingkat energi. Faktor koreksi air gap sebanding dengan luas lapangan dan berbanding terbalik dengan variasi air gap. 4. Perhitungan verifikasi pada dosis serap antara perhitungan dengan pengukuran langsung didapatkan nilai 99,10% - 103,0% nilai tersebut memiliki koreksi dosis kurang dari 3% sesuai dengan ketentuan pada AAPM TG40 [5]. Minneapolis: Lippincott Williams & Wilkins, hal 143-144;273-274;280-284. [4]. AAPM No.32, 1991, Clinical Electron-Beam Dosimetry, New York: Medical Physics, Vol.18. [5]. AAPM TG40, 1994, Linear Accelerator Quality Assurance, New York: Medical Physics, Vol.21 (4). DAFTAR PUSTAKA [1]. Suhartono, Z, 1990, Dosimetri Radioterapi, Jakarta: PSPKR-BATAN. [2]. Podgorsak, E.B, 2005, Radiation Oncology Physics: A Handbook for Teacher and Students, Vienna: International Atomic Energy Agency (IAEA), hal 79-80;136-139. [3]. Khan, Faiz M, 2010, The Physics of Radiation Theraphy Fourth Edition, University of Minnesota Medical School, 222