BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis menarik kesimpulan. sebagai berikut :

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III PENUTUP. konversi Leter C di Kabupaten Klaten telah mewujudkan kepastian. hukum. Semua responden yang mengkonversi Leter C telah memperoleh

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU-BUKU. Abdurrahman Masalah Pencabutan Hak-Hak Atas Tanah Dan Pembebasan Tanah Di Indonesia, Bandung: Alumni

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kesimpulan dari pemasalahan yang ada, yaitu :

/diusahakan sendiri oleh pemilik secara aktif.

ARTIKEL PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH PERTANIAN HASIL REDISTRIBUSI YANG BERASAL DARI TANAH ABSENTEE DI KABUPATEN BANTUL

BAB III PENUTUP. 1. Pelaksanaan pendaftaran hak milik adat (Letter C) secara sporadik dalam

BAB II. Tinjauan Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan pengertian mengenai tanah, adalah

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN. 1. Proses Penerbitan Izin Perubahan Pengunaan Tanah (IPPT) di Kabupaten Bantul yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pembahasan yang telah dilakukan mengenai Pelaksanaan Penetapan dan

BAB III PENUTUP. pendaftaran Hak Milik atas tanah melalui PRONA pada tahun 2010 di. Kabupaten Bantul telah mewujudkan kepastian hukum karena seluruh

BAB III PENUTUP. Dusun Tengan Kabupaten Barito Timur Provinsi Kalimantan Tengah ada

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Pelaksanaan pemberian Hak Milik dari tanah negara dan. perlindungan hukumnya di Kabupaten Kutai Timur pada tahun

DAFTAR PUSTAKA. Siregar, Tampil Anshari, Mempertahankan Hak Atas Tanah, Multi Grafik, Medan, 2005

DAFTAR PUSTAKA. Gautama, Sudargo, Tafsiran Undang-Undang Pokok Agraria, Bandung : Citra Aditya, 1993.

BAB V PENUTUP. penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB IV HAMBATAN PELAKSANAAN REDISTRIBUSI TANAH OBYEK LANDREFORM DAN UPAYA YANG HARUS DILAKUKAN DI KECAMATAN TALANG EMPAT KABUPATEN BENGKULU TENGAH

SILABUS. I. Mata Kuliah : HUKUM AGRARIA Kode : HTN 028 Fakultas : Syari ah Program Studi : Hukum Tata Negara Program : S.1

BAB IV PENUTUP. A. Pengaturan kepemilikan tanah pertanian absentee bertujuan untuk menjamin

Lex Privatum, Vol.II/No. 3/Ags-Okt/2014

DAFTAR PUSTAKA. A.P. Parlindungan, komentar atas Undang-Undang Pokok Agraria, Alumni, A.P Parlindungan (I), komentar atas Undang-Undang Pokok Agraria,

BAB III PENUTUP. c. Adanya SK Bupati tentang pencadangan lokasi; badan/kantor pertanahan nasional;

DAFTAR PUSTAKA. Arie S. Hutagalung, Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Hukum Tanah, Jakarta: LPHI, 2005.

BAB III PENUTUP. masyarakat adat Marga Keret Makmini Gelekofok terhadap tanah. transmigran tetapi gugatan tersebut ditujukan kepada Pemerintah

BAB III PENUTUP. Nomor 36 Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan

DAFTAR PUSTAKA. Adrian Sutedi, 2006, Kekuatan Hukum Berlakunya Sertifikat Sebagai Tanda Bukti Hak Atas Tanah, BP. Cipta Jaya, Jakarta.

BAB IV HAMBATAN-HAMBATAN PENERAPAN ASAS PUBLISITAS DALAM PELAKSANAAN PENDAFTARAN TANAH DI KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KEPAHIANG.

BAB III PENUTUP. Sebagai penutup dari ulasan dari penelitian ini, yang berjudul Pelaksanaan

DAFTAR PUSTAKA. Basri, Hasan dan Sarjita, Pembatalan dan Kebatalan Hak Atas Tanah, Yogyakarta, Tigu Jogja Pustaka, Cetakan kedua, 2005

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA S I L A B I

PENULISAN HUKUM. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK ATAS TANAH (Studi tentang tindak pidana penyerobotan hak atas tanah PT.Mawija Jaya di kota Tarakan)

BAB I PENDAHULUAN. untuk mensejahterakan rakyatnya. Tujuan tersebut juga mengandung arti

BAB III PENUTUP. Berdasarkan Keputusan Bersama Menteri Pertanian Dan Kepala Badan

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian pada Bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai. berikut :

Lex Privatum Vol. V/No. 9/Nov/2017

PPAT, dengan alasan : a. Menjamin kepastian hukum; c. Agar aman.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

SKRIPSI KEPEMILIKAN RUMAH TEMPAT TINGGAL ATAU HUNIAN OLEH ORANG ASING YANG BERKEDUDUKAN DI INDONESIA

RESUME PROSEDUR PEMECAHAN TANAH PERTANIAN DAN CARA-CARA KEPEMILIKAN TANAH ABSENTEE DI KANTOR BADAN PERTANAHAN NASIONAL KABUPATEN JOMBANG

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Chaidir, Yurisprudensi Indonesia tentang Hukum Agraria, Bandung: Bina Cipta, Jilid III, 1985.

BAB V KESIMPULAN. Kabupaten Sleman, DIY adalah sebagai berikut: a. Secara preventif dilakukan dengan cara sebagai berikut:

MENTERI DALAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Tanah merupakan salah satu modal pokok bagi bangsa Indonesia dan suatu

DAFTAR PUSTAKA. Buku. Badrulzaman, Mariam Darus, Perjanjian Kredit Bank, Alumni, Bandung, 1978.

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

A. Latar Belakang Masalah

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN

DAFTAR PUSTAKA. Alvi Syahrin, Beberapa Masalah Hukum, PT.Sofmedia, Cetakan Pertama, Medan, 2009.

milik adat yang diperoleh secara turun-temurun (pewarisan).

I. URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DI BIDANG PERTANAHAN

DAFTAR PUSTAKA. Adiwinata,S, Perkembangan Hukum Perdata / Adat Sejak tahun 1960, Bandung, Alumni, 1970

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan uraian dan pembahasan serta analisis yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Manusia dalam kehidupannya tidak dapat dipisahkan dari tanah.

KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

PEROLEHAN TANAH DALAM PENGADAAN TANAH BERSKALA KECIL

JURNAL PELAKSANAAN KONVERSI HAK ATAS TANAH ADAT (LETTER C) MENJADI HAK MILIK DI KABUPATEN MAGELANG

STUDI TENTANG PENGUKURAN DAN PEMETAAN PADA PELAKSANAAN LANDREFORM DI INDONESIA. Ali Pebriadi

I. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERTANAHAN PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1. SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI 1.

I. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PERTANAHAN SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH PROVINSI 1. PEMERINTAHAN DAERAH KABUPATEN/KOTA 1.

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Pemegang hak guna bangunan atas tanah di Perumahan Citra Pandawa

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Tanah merupakan faktor penting bagi keberlangsungan kehidupan

DAFTAR PUSTAKA. Buku. Badrulzaman, Darus Mariam, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, Citra Aditya Bakti, Bandung

DAFTAR PUSTAKA. Badan Pertanahan Nasional Peraturan Menteri Agraria Nomor 2 Tahun Jakarta. BPN.

DAFTAR PUSTAKA. Arumanadi, Bambang dan Sunarto, Konsepsi Negara Hukum Menurut UUD 1945, IKIP Semarang Press, Semarang, 1990.

BAB III PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpilkan bahwa :

Lex Crimen Vol. VI/No. 5/Jul/2017

Lex Privatum Vol. VI/No. 1/Jan-Mar/2018

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

DAFTAR PUSTAKA. Ali, Zainuddin, 2013,Metode Penelitian Hukum, Cetakan Keempat, Sinar Grafika, Jakarta

DAFTAR PUSTAKA. Al Rashid, Harun. Sekilas Tentang Jual Beli Tanah (Berikut Peraturanperaturannya). Jakarta : Ghalia Indonesia, 1987.

V. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Proses pendaftaran peralihan hak karena lelang itu diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan. dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

memberikan pengarahan agar masing-masing pihak dapat Wilayah Jateng dalam hal ini Kepala Bidang Pengkajian dan

BAB III PENUTUP. A.Kesimpulan. Pelaksanaan perubahan hak guna bangunan menjadi hak milik untuk

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, dan kehidupan. bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

ARTIKEL TESIS. ENDRANING WAHYU ASIH No. Mhs : /PS/MIH

BAB I PENDAHULUAN. tanah sebagai sarana utama dalam proses pembangunan. 1 Pembangunan. dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

RUANG LINGKUP MATERI PERKULIAHAN HUKUM AGRARIA PERKEMBANGAN BOBOT SKS : 2 SANDI : HKS2042

LAND REFORM MELALUI PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN (KAJIAN YURIDIS TERHADAP UU NO. 56/PRP/ TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN)

BAB I PENDAHULUAN. petani penggarap tanah maupun sebagai buruh tani. Oleh karena itu tanah

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya kemakmuran rakyat, sebagaimana termuat dalam Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:

Lex Privatum, Vol. IV/No. 7/Ags/2016

- 1 - PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENERTIBAN TANAH TERLANTAR

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PIHAK YANG DIRUGIKAN ATAS BERALIHNYA LAHAN HAK GUNA USAHA UNTUK PERKEBUNAN MENJADI WILAYAH PERTAMBANGAN.

PERTEMUAN MINGGU KE-10 LANDREFORM DI INDONESIA. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

SILABUS DAN SATUAN ACARA PERKULIAHAN

DAFTAR PUSTAKA. Arsip, Buku, Artikel dalam Buku, Skripsi, Thesis, dan Jurnal

MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL PERATURAN MENTERI NEGARA AGRARIA/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 1998 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. 1. Kepentingan umum dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 adalah

Bahtiar Ari Rahadi et al., Kajian Yuridis Tentang Tanah Terlantar Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun

DAFTAR PUSTAKA. Buku-buku Abdurrahman, 1984, Kedudukan Hukum Adat dalam Perundang-Undangan Agraria Indonesia, Cetakan I, Jakarta, Akademika Pressindo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENGATURAN HAK PENGELOLAAN ATAS TANAH NEGARA. Istilah hak pengelolaan pertama kali muncul pada saat diterbitkan

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMENANG LELANG TERKAIT KEPEMILIKAN TANAH SECARA ABSENTEE

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH, HAK MILIK ATAS TANAH, DAN PERALIHAN HAK ATAS TANAH

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN. Batam, Provinsi Kepulauan Riau telah mewujudkan kepastian hukum dan

Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

Transkripsi:

115 BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis menarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Pelaksanaan perndaftaran tanah pertanian hasil redistribusi tanah Absentee dalam rangka pelaksanaan Landreform di Kabupaten Bantul, pada prinsipnya telah dilaksanakan dengan baik sesuai petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan Landreform tahun 2013 dan peraturan perundangan yang ditentukan, dan telah diterbitkan 135 sertipikat Hak Milik yang telah diserahkan kepada para penerima redistribusi yang berhak dan memenuhi syarat sesuai Pasal 8 dan 9 Peraturan Pemerintah Nomor 224 Tahun 1961. Pelaksanaan pendaftaran tanah pertanian hasil redistribusi tanah Absentee di Kabupaten Bantul melalui 2 (dua) mekanisme, yaitu pelaksanaan pendaftaran tanah re-redistribusi (her-redistribusi) dan pelaksanaan pendaftaran tanah redistribusi baru. 2. Faktor-faktor yang menghambat pelaksanaan pendaftaran tanah hasil redistribusi tanah Absentee, dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu : 1) Pada pelaksanaan pendaftaran tanah re-redistribusi (her-redistribusi) yang menghambat adalah tidak diketahui secara pasti jumlahnya, namanama penerima redistribusi dan letak tanah yang belum didaftarkan haknya oleh penerima redistribusi yang tercantum di SK redistribusi tahun 1990 dan 1992; faktor ketidak sesuaian subyek penerima

116 redistribusi yang tercantum di SK dengan yang menggarap tanahnya saat ini, bukti pelunasan uang pemasukan/harga tanah yang merupakan syarat untuk mendaftarkan sertipikatnya tidak ada, tanda batas bidang tanah yang telah diukur hilang/tidak ada, faktor luas tanah yang diterima relatif kecil, rata-rata dibawah luasan kurang dari 500 m2 dan ketidak tahuan penerima redistribusi untuk mendaftarkan haknya ke Kantor Pertanahan 2) Pada pelaksanaan pendaftaran tanah bekas tanah Absentee (redistribusi baru), faktor yang menghambat adalah bahwa tanah Absentee yang diperoleh merupakan tanah warisan dimana pemiliknya telah meninggal dunia dan ahli waris tidak segera mendaftarkan tanah warisan tersebut, dan pewarisan dengan ahli waris Romusha dimana ahli waris sampai saat ini tidak diketahui domisilinya, tanah Absentee dimana pemiliknya menjadi tahanan politik (G.30.S.PKI). B. Saran 1. Perlunya Badan Pertanahan Nasional untuk menyelesaikan masalah pertanahan yang terjadi dalam masyarakat. Hal ini dilakukan dengan kegiatan identifikasi dan monitoring terhadap tanah obyek Landreform yang sudah diredistribusi dengan SK redistribusi tahun 1981, tahun 1982, tahun 1990 dan tahun 1992, sehingga diketahui bidang-bidang tanah yang belum didaftarkan haknya. 2. Perlunya Sosialisasi kepada masyarakat luas mengenai pelaksanaan pendaftaran tanah pertanian hasil redistribusi tanah yang berasal dari tanah

117 Absentee yang tercantum dalam SK redistribusi lama yaitu tahun 1981, tahun 1982, tahun 1990 dan tahun 1992 (re-redistribusi/her redistribusi), juga terhadap para penggarap tanah negara bekas tanah Absentee yang ada di Kabupaten Bantul. 3. Perlunya Badan Pertanahan Nasional mengadakan koordinasi dengan Pemerintah Daerah Kabupaten dalam rangka pelaksanaan Sidang Panitia Pertimbangan Landreform Kabupaten yang hasilnya berupa Berita Acara Sidang Panitia Pertimbangan Landreform, untuk penetapan subyek dan obyek redistribusi tanah obyek Landreform di Kabupaten Bantul.

118 DAFTAR PUSTAKA Achdian, Andi, 2009, Tanah bagi yang Tak Bertanah, Landreform pada Masa Demokrasi Terpimpin 1960-1965, Kekal Press, Bogor. Adiwinata,Saleh, 1984, Bunga rampai hukum perdata dan tanah 1. Anharudin, dkk 2006. Program transmigrasi Sebagai Kebijakan Landreform di Indonesia. Puslitbang Transmigrasi. Anonim, Dit.Pengaturan Penguasaan Tanah, Tata Cara Kerja Proyek Pengembangan Penguasaan Tanah, Jakarta, 1996. Bachriadi, Dianto, dkk (Eds.), 1977. Reformasi Agraria: Perubahan Politik, Sengketa dan Agenda Pembaruan Agraria di Indonesia, KPA dan Lembaga Penerbit FE IU,Jakarta. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia, Pusat Hukum dan Hubungan Masyarakat (2014) Himpunan Peraturan Perundang-undangan Yang berkaitan dengan Landreform, Jakarta. Effendi Perangin. 1986. Hukum Agraria di Indonesia, Suatu Telaah dan Sudut Pandang Praktisi Hukum, CV Rajawali, Jakarta. Harsono Boedi (1994), Sejarah Pembentukan Undang-undang Pokok Agraria Isi dan Pelaksanaannya, Djambatan, Jakarta. Hutagalung, Arie Sukanti (1985), Program Redistribusi di Indonesia Suatu Sarana Kearah Pemecahan Masalah Penguasaan dan Pemilikan Tanah, Rajawali, Jakarta. Limbong, Bernhard, 2014, Opini Kebijakan Agraria, Pustaka Margaretha, Jakarta. Lin, Sien, DR, 1983, Pelaksanaan Landreform Sebagai Harapan Di Masa Depan (A Comparative Perspective) Terjemahan, Yayasan Karya Dharma IIP, Jakarta.

119 Mahfud, Moh, 2014, Politik Hukum di Indonesia, PT. Raja Frafindo Persada, Jakarta. Marzuki, Peter Mahmud, 2007,Penelitian Hukum,Kencana Prenada,Jakarta. Murdiono, 1989. Tugas-tugas Berat Badan Pertanahan Nasional, Sambutan Menteri Sekretaris Negara Pada Upacara Pelantikan Para Deputi Badan Pertanahan Nasional, Tgl. 4 Juli 1989, di Jakarta. Parlindungan, AP, 1987, Landreform di Indonesia Suatu Studi Perbandingan (medan :anggota IKAPI). Parlindungan, AP, 1991, Landreform di Indonesia Strategi Dan Sasarannya, Mandar Maju, Medan. Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Redistribusi Tanah Obyek Landreform 2013. Rachman, Noer Fauzi, 2012, Landreform Dari Masa Ke Masa, Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional, Yogyakarta. Rahardjo, Satjipto,1981, Hukum Dalam Perpspektif Sosial, Alumni, Bandung. Ruchiyat, Eddy, 1983,Pelaksanaan Landreform dan Jual Gadai Berdasarkan UU Nomor 56 ( Prp) tahun 1966,Armico, Bandung. Ruchiyat,Eddy,1999, Politik Pertanahan Nasional sampai Orde Reformasi, Alumni,Bandung. Sitorus Oloan dan Darwinsyah Minin, 2003, Cara Penyelesaian Karya Ilmiah (Panduan Dasar Menuntaskan Skripsi, Tesis, Disertasi) Sodiki,Achmad, 2013, Politik Agraria,Konstitusi Press, Jakarta. Soekanto, Soerjono, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, UI Press, Jakarta Soeprapto, R, (1986), Undang-undang Pokok Agraria Dalam Praktek,UI Press, Jakarta.

120 Sumardjono, Maria SW, 2009, Kebijakan Pertanahan Antara Regulasi dan Implementasi, PT. Kompas Media Nusantara, Jakarta. Thalib, Hambali, 2013, Sanksi Pemidanaan Dalam Konflik Pertanahan, Kencana Prenada Media Group. Wiradi, Gunawan, 2000, Reforma Agraria Perjalanan Yang Belum Berakhir, Insis Press, KPA dan Pustaka Pelajar, Yogyakarta. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN Undang-Undang Dasar 1945 Tap MPR Nomor. IX/MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam; Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1958 tentang Penghapusan Tanah Partikelir, Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 2. Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 104. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1960 tentang Perjanjian Bagi Hasil, Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 2. Undang-Undang Nomor 56/Prp/1960 Tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian, Lembaran Negara Tahun 1960 Nomor 174. Undang-Undang RI Nomor 41 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan, Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 149. Peraturan Pemerintah No.224 Tahun 1961 Jo Peraturan Pemerintah No.41 Tahun 1964 tentang Pelaksanaan Pembagian Tanah dan Pemberian Ganti Kerugian, Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 112. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, jo Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah, Lembaran Negara Tahun 1997 Nomor 59. Peraturan Pemerintah No.13 tahun 2010 tentang jenis dan Tarif atas Jenis penerimaan Negara bukan Pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan Nasional. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2013 tentang Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia. Keputusan Presiden Nomor 55 Tahun 1980 tentang Organisasi dan Tata Kerja Penyelenggaraan Landreform.

121 Keputusan Presiden Nomor 24 Tahun 2003 tentang Kebijakan Nasional di Bidang Pertanahan. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 1984 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembayaran Ganti Rugi Tanah Kelebihan Maksimum dan Guntai (Absentee) Obyek Redistribusi Landreform. Keputusan Menteri Negara Agraria Nomor 4 Tahun 1992 tentang Penyesuaian Harga Ganti Rugi Tanah Kelebihan Maksimum dan Absentee/ Guntai. Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 11 Tahun 1997 tentang Penertiban Tanah-tanah Obyek Redistribusi Landreform. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 25 Tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Permohonan Penegasan Tanah Negara menjadi Obyek Pengaturan Penguasaan Tanah/Landerform.