Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

dokumen-dokumen yang mirip
Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

STUDI LABORATORIUM PENGARUH PENAMBAHAN LIGNOSULFONATE PADA COMPRESSIVE STRENGTH DAN THICKENING TIME PADA SEMEN PEMBORAN KELAS G

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

BAB V SQUEEZE CEMENTING. Pada umumnya operasi penyemenan bertujuan untuk:

DAFTAR ISI. HALAMAN JJUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... RINGKASAN... iv. KATA PENGANTAR... v. DAFTAR ISI...

PENGARUH PENAMBAHAN ADDITIVE ACCELERATOR DAN RETARDER TERHADAP THICKENING TIME DENGAN VARIASI TEMPERATUR DAN KONSENTRASI

TEKNIK PENYEMENAN CEMENTING JILID 1. K A T A P E N G A N T A R i. cementing line. b c CEMENTING HEAD LUMPUR PENDORONG. pin 2 pin 1. lumpur.

HALAMAN PENGESAHAN...

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN PT PERTAMINA EP ASSET 1 FIELD

Cahaya Rosyidan*, Irfan Marshell,Abdul Hamid

EVALUASI SQUEEZE CEMENTING UNTUK MEMPERBAIKI BONDING SEMEN PADA SUMUR KMC-08 LAPANGAN KALIMATI PERTAMINA EP

ANALISA PENENTUAN OPEN END PADA PELAKSANAAN SQUEEZE CEMENTING DI ZONA POROUS SUMUR A LAPANGAN B

HERMIKA DIAN LISTIANI

KINERJA EXPANDING ADDITIVE BARU UNTUK MENINGKATKAN SHEAR BOND STRENGTH (Sb) SEMEN PADA KONDISI HTHP

EVALUASI PENYEMENAN CASING LINER 7 PADA SUMUR X-1 DAN Y-1 BLOK LMG

DASAR TEORI PENYEMENAN

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

BAB VI KESIMPULAN. 1. Pada pengukuran densitas lumpur terjadi penurunan nilai densitas yang di

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

STUDI LABORATORIUM PEMILIHAN ADDITIF PENSTABIL SHALE DI DALAM SISTEM LUMPUR KCL-POLIMER PADA TEMPERATUR TINGGI

ANALISIS LUMPUR BAHAN DASAR MINYAK SARALINE DAN SMOOTH FLUID PADA TEMPERATUR TINGGI DALAM PENGUJIAN LABORATORIUM

BAB I PENDAHULUAN. faktor efektifitas dan tingkat efisiensinya. Secara umum bahan pengisi (filler)

BAB V PEMBAHASAN. Semua hasil pengujian pengaruh temperatur tinggi pada sifat-sifat fisik

STUDI LABORATORIUM MATERIAL LIMBAH PANASBUMI DAN LIMBAH PENGGILINGAN BERAS UNTUK MENINGKATAN KEKUATAN DINDING LUBANG BOR

Evaluasi Penggunaan Rig 550 HP Untuk Program Hidrolika Pada Sumur X Lapangan Y

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas kerja untuk dapat berperan serta dalam meningkatkan sebuah

PENGARUH TEMPERATUR DAN TEKANAN TERHADAP DESAIN PARAMETER HIDROLIKA PADA MANAGED PRESSURE DRILLING JENIS CONSTANT BOTTOM HOLE PRESSURE TUGAS AKHIR

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

STUDI LABORATORIUM PENGUJIAN FIBER MAT SEBAGAI LOSS CIRCULATION MATERIALS DAN PENGARUHNYA TERHADAP SIFAT RHEOLOGI LUMPUR BERBAHAN DASAR MINYAK.

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Evaluasi Perencanaan Desain Casing Pada Sumur SELONG-1 Di Lapangan Selong

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

KARAKTERISTIK MORTAR PADA LIMBAH ABU KELAPA SAWIT. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Kampus Binawidya Km 12,5 Pekanbaru, 28293, Indonesia

KETAHANAN DI LINGKUNGAN ASAM, KUAT TEKAN DAN PENYUSUTAN BETON DENGAN 100% FLY ASH PADA JANGKA PANJANG

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

LAMPIRAN 1 KUISIONER. 1. Menurut anda, apakah perangkat ajar ini menarik dari segi penampilan? a. Sangat menarik b. Cukup menarik c.

STUDI AWAL PENGARUH PENAMBAHAN FOAM PADA PEMBUATAN BATA BETON GEOPOLIMER BERBAHAN DASAR LUMPUR SIDOARJO

Petro sudah di index oleh Google Scholar dan ipi

JENIS DAN SIFAT FLUIDA BOR. Kelompok I

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 Universitas Indonesia

PENGARUH FRESH WATER TERHADAP PENURUNAN PERMEABILITAS ABSOLUT PADA PENJENUHAN SHALLY SAND CONSOLIDATED CORE (STUDI LABORATORIUM) SKRIPSI

ISSN JEEE Vol. 6 No. 1 Novrianti, Mursyidah, Teguh

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

Kinerja Operasi Aerated Drilling Pada Sumur N di Lapangan Panas Bumi K

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ISBN

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

EVALUASI PENGGUNAAN AERATED DRILLINGPADASUMURDINDRA LAPANGANPANAS BUMI BPA-08PT.PERTAMINA UPSTREAM TECHNOLOGYCENTER

PENGARUH SUBTITUSI ABU SERABUT KELAPA (ASK) DALAM CAMPURAN BETON. Kampus USU Medan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

SIFAT RHEOLOGY SEMEN PASTA DITINJAU DARI CAMPURAN MATERIAL PENYUSUNNYA DAN PENGGUNAAN SUPERPLASTICIZER

FAKTOR KOREKSI TERHADAP PERHITUNGAN d EKSPONEN AKIBAT ADANYA PERUBAHAN TIPE BIT DAN UKURAN BIT

BAB V PEMBAHASAN. yaitu sumur AN-2 dan HD-4, kedua sumur ini dilakukan treatment matrix acidizing

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini, akan diuraikan latar belakang masalah

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah-masalah pemboran (drilling hazards) seperti lost circulation

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: EVALUASI PEREKAHAN HIDROLIK PADA SUMUR GAS BERTEKANAN TINGGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: dibandingkan lapisan lainnya, sebesar MSTB.

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

BAB 2 DASAR TEORI. [CO 2 ] = H. pco 2 (2.1) pco 2 = (mol % CO 2 ) x (gas pressure) (2.2)

BASE OIL BARU BUATAN DALAM NEGERI YANG TIDAK BERSIFAT TOKSIK UNTUK LUMPUR BERBAHAN DASAR MINYAK (OBM)

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

SKRIPSI. Oleh : DITTO ADIANSYAH

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

BAB VII SISTEM PENYEMENAN (CEMENTING SYSTEM)

MODIFIKASI PENGESETAN LINER DAN PEMBERSIHAN LATERAL SECTION DALAM PENYELESAIAN SUMUR HORIZONTAL PRP-CC5

BAB I PENDAHULUAN. macam bangunan konstruksi. Beton memiliki berbagai kelebihan, salah satunya

BAB II LANDASAN TEORI

Sukolilo Surabaya, Telp , ABSTRAK

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF

Laksmi Irianti dan Eddy Purwanto 2. Abstrak

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. HALAMAN PENGESAHAN...iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH...iv. KATA PENGANTAR...v. HALAMAN PERSEMBAHAN...

Deskripsi SEMEN CEPAT GEOPOLIMER DAN METODA PEMBUATANNYA

EVALUASI KEBERHASILAN PEREKAHAN HIDROLIK PADA SUMUR R LAPANGAN X

BAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan

Novrianti Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Islam Riau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengalir ke tempat yang lebih rendah sehingga akhirnya kembali lagi ke laut. Lebih dari 98

Tinjauan Pustaka. Enhanced oil recovery adalah perolehan minyak dengan cara menginjeksikan bahanbahan yang berasal dari luar reservoir (Lake, 1989).

EVALUASI PENANGGULANGAN LOST CIRCULATION PADA SUMUR M-1 DAN M-2 LAPANGAN X PHE WMO

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENUANGAN ADUKAN BETON READY MIX KE DALAM FORMWORK TERHADAP MUTU BETON NORMAL

OPTIMASI PEMAKAIAN BIT PADA PEMBORAN INTERVALCASING 5 1 / 2 DI LAPANGAN BABAT-KUKUI

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

BAB III LANDASAN TEORI

Metodologi Penelitian. Mulai. Pembuatan model fluida reservoir. Pembuatan model reservoir

PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON. Ferdinand Fassa

BAB IV SIMULASI RESERVOIR REKAH ALAM DENGAN APLIKASI MULTILATERAL WELL

STUDI EKSPERIMENTAL KUAT TEKAN BETON SELF COMPACTING CONCRETE (SCC) DENGAN MENGGUNAKAN MATERIAL PASIR LAUT DAN AIR LAUT.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DEFINISI. Kata Rheologi berasal dari bahasa YUNANI. menggambarkan aliran zat cair atau perubahan bentuk (deformasi) zat di bawah tekanan

Transkripsi:

PENGARUH PENAMBAHAN ACCELERATOR KCl, Na2SiO3, DAN CAL- SEAL SEBAGAI ADDITIVE SEMEN KELAS A TERHADAP THICKENING TIME, COMPRESSIVE STRENGTH, DAN RHEOLOGY BUBUR SEMEN DENGAN VARIASI TEMPERATUR (BHCT) DI LABORATORIUM PEMBORAN DAN PRODUKSI UNIVERSITAS TRISAKTI Tio Putra Negara, Abdul Hamid Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Kebumian dan Energi Universitas Trisakti E-mail: tio.putranegara@yahoo.co.id Abstrak Salah satu problem yang terjadi pada perencanaan kegiatan penyemenan adalah penentuan formulasi bubur semen yang diharapkan sesuai dengan kondisi sumur yang menjadi target penyemenan. Bubur semen terlebih dahulu dirancang sedemikian rupa dan diuji kelayakannya sebelum digunakan untuk penyemenan, sehingga sesuai dengan karakteristik sumur target penyemenan. Berbagai additive digunakan untuk memaksimalkan formulasi bubur semen yang disesuaikan dengan karakteristik sumur yang akan disemen.penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh penambahan konsentrasi accelerator KCl, Na2SiO3, dan Cal-Seal Sebagai Additive Semen Kelas A Terhadap Thickening Time, Compressive Strength, dan Rheologi Bubur Semen Dengan Variasi Temperatur (BHCT). Temperatur yang digunakan adalah 6 C, 7 C, dan 8 C, dengan variasi konsentrasi accelerator,5 %, 1, %, 1,5 % dan 2, %. Penelitian ini dilakukan sesuai standar kelayakan API 1A (specification for cement and materials for well cementing). Kata kunci: Compressive Strength, Thickening Time, Rheology Bubur Semen. Pendahuluan Penyemenan adalah proses pendorongan suspensi semen ke dalam annulus dan kemudian naik ke rongga antar dinding lubang bor (annulus) dan casing. Suspensi semen tersebut kemudian didiamkan agar mengeras dan menyemen dinding formasi dengan casing. Sebelum dilakukan penyemenan terlebih dahulu dilakukan rancangan terhadap komposisi bubur semen. Dalam perancangan bubur semen, terdapat tiga komponen utama yaitu bubuk semen, air dan additive sebagai zat atau campuran tambahan yang bekerja untuk mengontrol sifat daripada bubur semen. Teori Dasar Pada umumnya semen yang dipakai dalam operasi pemboran sumur-sumur minyak dan gas adalah jenis semen Portland kelas G. semen ini bersifat hidrolis, dalam arti kata akan mengeras bila bertemu air, dimana waktu pengerasan sumur tersebut bias direkayasa menurut kebutuhan, sehingga semen bisa direncanakan waktu pengerasannya (thickening time) dalam operasi penyemenan untuk setiap kedalaman yang berbeda. 1. Fungsi Semen Pemboran Fungsi utama semen pemboran adalah untuk menyekat lubang annulus antara dinding lubang bor dengan casing supaya tidak terjadi kontak antar lapisan batuan, seperti air formasi tidak merembes melalui annulus kelapisan minyak bagian atasnmya yang sedang berproduksi, atau gas dari lapisan diatasnya tidak merembes ke lapisan minyak dibawahnya. 543

2. Komposisi Semen Pemboran Bubur semen atau suspensi semen yang digunakan pada suatu operasi penyemenan sumur pemboran terdiri dari komponen dasar dan komponen-komponen tambahan. Komponen dasarnya adalah semen Portland dan air, sedangkan komponen tambahannya adalah satu atau beberapa macam additive yang dapat menjadikan semen pemboran memiliki perilaku khusus yang sesuai dengan kebutuhan. 3. Klasifikasi Semen Portland API telah melakukan pengklasifikasian semen ke dalam beberapa kelas guna mempermudah pemilihan dan penggolongan semen yang akan digunakan. Pengklasifikasian ini didasari atas kondisi sumur dan sifat-sifat semen yang disesuaikan dengan kondisi sumur tersebut. Kondisi sumur tersebut meliputi kedalaman sumur, temperature, tekanan, dan kandungan yang terdapat pada fluida formasi, juga berdasarkan atas sifat-sifat semen yang disesuaikan dengan kondisi sumur. Klasifikasi semen yang dilakukan API dapat dilihat pada table berikut : Tabel 1. Klasifikasi Semen Menurut API API Klas Semen Kelas A Kelas B Kelas C Kelas D Kelas E Kelas F Kelas G Kelas H 4. Additive Semen Penggunaan Digunakan dari permukaan sampai 6ft (183 m), dengan temperatur 8 C. Tersedia dalam tipe Ordinary (O) karena digunakan khusus pada kondisi normal, Sama dengan ASTM tipe I. Digunakan sampai 6ft (183 m), untuk keadaan yang memerlukan sulfate resistant yang moderate sampai tinggi (=ASTM tipe II). Digunakan sampai 6ft, untuk keadaan yang memerlukan high strength. Tersedia pada tipe regular (=ASTM tipe III). Digunakan dari 6ft sampai dengan 1.ft, untuk kondisi temperature dan tekanan yang moderately high (13-145 C). Semen yang nonretarded ini tersedia dalam tipe regular dan high sulfat resistant. Digunakan dari 6ft sampai 14.ft, dalam kondisi tekanan dan temperature tinggi (13-145 C). tersedia untuk tipe MSR dan HSR. Digunakan dari 1.ft sampai 16.ft dalam kondisi tekanan dan temperature sangat tinggi (13-16 C). Tersedia untuk tipe MSR dan HSR. Digunakan sebagai basic cement dari permukaan sampai 8ft atau dapat digunakan dengan akselerator dan retarder pada selang kedalaman dan temperature yang besar. Tersedia dalam jenis tahan sulfat sedang sampai tinggi. Digunakan sebagai basic cement dari permukaan sampai sekitar 6ft (95 C). Tersedia hanya dalam tipe MSR. Kelas G dan H khusus dikembangkan dengan tujuan untuk dapat menerima aditif yang ditambahkan pada suspense semen, guna meningkatkan performance pada kondisi yang lebih khusus, dan kedua semen ini paling umum dipakai saat ini. Additive semen atau zat-zat tambahan adalah material-material yang ditambahkan pada semen untuk memberi variasi yang lebih luas pada sifat-sifat suspensi semen agar memenuhi persyaratan yang diinginkan. Sampai sekarang ini lebih dari 1 additive yang telah dikenal dalam operasi penyemenan di dunia perminyakan. Umumnya additive- 544

additive tersebut berupa bubuk yang dapat dicampur dengan bubuk semen, sebelum diaduk dengan air. Kuantitatif additive dalam suspensi semen biasanya dinyatakan dalam persen berat bubuk semen % BWOC (by weight on cement). 5. Akselerator Akselerator adalah additive yang digunakan untuk mempercepat waktu pengerasan semen (thickening time cement). Karena banyak operasi penyemenan yang dilakukan pada sumur-sumur dangkal dengan temperatur yang rendah, sehingga pengerasan semennya perlu dipercepat. Dengan menggunakan akselerator maka early strength dari semen dasar dapat dipercepat, dimana dalam waktu 4 jam strength dengan kekuatan 5 psi dapat dicapai. Strength sebesar 5 psi ini umumnya dianggap bahwa semen telah dapat mengikat dengan baik pada casing, sehingga pekerjaan-pekerjaan selanjutnya dapat dilaksanakan. Contoh additive jenis ini adalah Kalsium Klorida (CaCl 2 ) 2-6%, gypsum, sodium silikat 5-1 %, KCl, Cal-Seal, dan air laut. 6. Retarder Retarder adalah zat aditif yang digunakan untuk memperlambat waktu pengerasan semen, sehingga waktu pemompaan dapat diperpanjang. Retarder terutama digunakan pada sumur-sumur dengan kedalaman antara 6-25 ft dimana temperatur statik didasar sumur dapat mencapai 17-5 F. Retarder ditambahkan pada bubur semen murni untuk mencegah semen mengeras dengan cepat, dalam hal ini retarder yang digunakan haruslah dipilih agar benar-benar cocok dengan material penyusun semen itu sendiri. Umumnya yang digunakan sebagai retarder adalah : Lignin (,1-1, %), Calcium Lignosulfonate (,1-2,5 %), Carboxymethyl Hydroxyethyl Cellulose (,1-1,5 %), Saturated salt (14-16 lb per sack semen), Borax (,1 -,5 %). 7. Extender Extender adalah aditif yang digunakan untuk menaikkan volume suspensi semen yang berhubungan dengan menurunkan berat / densitas dari bubur semen. Pada umumnya penambahan extender kedalam suspensi semen diikuti dengan penambahan air. Adapun yang termasuk extender antara lain adalah bentonite, attapulgite, pozzolan, perlit dan gilsonite. Penambahan bentonite bersifat banyak menghisap air, sehingga volume suspensi semen bertambah dengan tanpa menambah jumlah semen. API merekomendasikan bahwa untuk setiap penambahan 1% bentonite ditambahkan pula 5,3% air (BWOC), yang berlaku untuk semua kelas semen. Pengaruh lain dari penambahan bentonite adalah yield semen naik, compressive strength menurun, permeabilitas naik, viskositas naik dan biaya lebih murah. 8. Densitas Densitas suspensi semen didefinisikan sebagai perbandingan antar jumlah berat bubuk semen, air pencampur dan aditif terhadap jumlah volume bubuk semen, air pencampur, dan aditif. Dirumuskan sebagai berikut : Ds ( ) ( ) (1) Dimana : D s = densitas suspensi semen, ppg. G c = berat bubuk semen, lbs. G w = berat air, lbs. 545

G a = berat aditif, lbs. V bk = volume bubuk semen, gallon V w = volume air, gallon. Va = volume aditif, gallon. Densitas suspensi semen sangat berpengaruh terhadap tekanan hidrostatis suspensi semen di dalam lubang sumur. Bila formasi tidak sanggup menahan tekanan suspensi semen, maka akan menyebabkan formasi pecah, sehingga terjadi lost circulation. 9. Thickening Time Thickening time adalah waktu yang diperlukan suspensi semen untuk mencapai konsistensi sebesar 1 Uc (Units of Consistency). Konsistensi sebesar 1 Uc merupakan batasan bagi suspensi semen masih dapat dipompa lagi. Dalam penyemenan, sebenarnya yang dimaksud dengan konsistensi adalah viskositas, Cuma dalam pengukurannya ada sedikit perbedaan prinsip. Harga konsistensi yang dinyatakan dalam Uc (Units of Consistency), merupakan harga viscositas dari suspensi semen yang diukur dengan alat Consistometer. Untuk penentuan harga viskositas plastic (Vp) suspensi semen di laboratorium digunakan alat Rheometer, atau Fan VG Meter. 1. Compressive Strength dan Shear Strength Strength pada semen terbagi dua, yakni compressive strength dan shear strength. Compressive strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam menahan tekanantekanan yang berasal dari formasi maupun dari casing. Sedangkan shear strength didefinisikan sebagai kekuatan semen dalam menahan berat casing. Jadi compressive strength semen menahan tekanan-tekanan dalam arah horizontal dan shear strength semen menahan tekanan-tekanan arah vertical. Dalam mengukur strength semen, seringkali yang diukur adalah compressive strength daripada shear strength. Umumnya compressive strength mempunyai harga 8-1 kali lebih besar dari harga shear strength. Pengujian compressive strength dilakukan di laboratorium dengan menggunakan alat Curing Chamber dan Hydraulic Mortar. 11. Rheology Bubur Semen Rheology adalah penyelidikan mengenai aliran fluida serta pembentukan fluida, hal ini akan menunjukkan hubungan antara laju aliran rata-rata (shear rate), dengan tekanan aliran (shear stress) yang menyebabkan pergerakan tersebut. Metode Penelitian Pengujian laboratorium terhadap suatu komposisi semen sangat diperlukan untuk memperoleh kualitas semen yang diharapkan. Persiapan pengujian laboratorium antara lain dengan persiapan peralatan, prosedur pengujian dan persiapan material semen. Studi laboratorium dilakukan untuk mengetahui apakah kualitas semen kelas A dapat digunakan dalam proses penyemenan yang pada umumnya menggunakan semen kelas G. dilihat dari segi keekonomian, semen kelas A lebih murah dibandingkan dengan semen kelas G, sehingga apabila kualitas semen kelas A memenuhi syarat, maka akan mengurangi biaya dalam proses penyemenan. 546

Serangkaian tes dilakukan untuk mengevaluasi kinerja tepat waktu penebalan, kuat tekan, dan sifat reologi. Semua tes dilakukan sesuai dengan spesifikasi untuk bahan dan pengujian untuk Well Semen. Pengujian laboratorium dan peralatan: a. Pengujian Thickening Time Tes Thickening Time adalah metode yang diterima untuk mengukur berapa lama semen lumpur harus tetap dapat dipompa di bawah suhu dan tekanan kondisi simulasi turunlubang. Tes ini dilakukan dalam berbagai suhu dan mengatur konstan dalam kondisi tekanan. Tes ini melibatkan pencampuran bubur semen sesuai dengan prosedur API saat ini, menempatkan bubur ke dalam cangkir bubur, dan kemudian menempatkan cangkir bubur ke dalam konsistometer untuk pengujian.pengujian tekanan dan suhu yang terkontrol untuk mensimulasikan kondisi yang akan bubur hadapi di dalam sumur.tesmenyimpulkan ketika bubur mencapai konsistensi dianggap unpumpable dalam sumur.tes dikatakan ditetapkan setelah mencapai konsistensi dari 7 Bearden Konsistensi (BC) Unit bawah keadaan dinamis menggunakan HPHT Konsistometer. b. Pengujian Compressive Strength Tekanan yang diperlukan untuk menghancurkan set semen diukur dalam tes ini. Tes ini menunjukkan bagaimana selubung semen akan menahan tekanan diferensial dalam sumur. Dalam pengujian destruktif bubur semen dituangkan ke dalamcetakan kubus dan kubus semen kemudian dihancurkan untuk menentukan kuat tekan mereka. Dalam tes non-destruktif, kecepatan sonic diukur melalui semen karena set. Nilai ini kemudian diubah menjadi kuat tekan. c. Pengujian Rheology Untuk benar memprediksi tekanan gesekan yang akan terjadi ketika memompa berbagai cairan di dalam sumur, sifat reologi dari lumpur harus dikenal sebagai fungsi temperatur. Tegangan geser dan geser perilaku tingkat bubur diukur dalam tes ini. Viskositas diukur dalam centipoises (cp) menggunakan Fan Viscometer.Pengujian telah dilakukan dengan menggunakan bahan seperti; Sebuah kelas semen, pelarut air, dan akselerator "KCl", "Na2SiO3", dan "Cal-Seal" sebagai aditif bubur semen. Pengujian dilakukan dengan membuat bubur semen dengan mempertahankan SG semen 3,14, variasi suhu sirkulasi (BHCT) yang digunakan adalah 6 C, 7 C, dan 8 C, dengan variasi konsentrasi akselerator,5%, 1,%, 1,5 % dan 2%. Hasil dan Pembahasan Hasil penelitian laboratorium didasarkan pada pengerjaan pengujian yang telah dilakukan secara prosedurial. Terjadi perbedaan harga pada tiap aspek pengujian berupa variasi bottom hole circulating temperature (BHCT), dan konsentrasi accelerator. Pada penelitian ini diuji dengan 3 jenis accelerator, yaitu KCl, Na 2 SiO 3, dan Cal-Seal. a. Thickening Time Dari (Gambar 1), itu terlihat bahwa penambahan accelerator dapat mempercepat penambahan waktu penebalan. Hal ini dapat dilihat dari tiga aditif, yang mendapatkan nilai waktu tercepat menebal aditif "Na2SiO3" akselerator, penambahan konsentrasi 1,5%. 547

cp PSIA menit/5mm Seminar Nasional Cendekiawan 215 ISSN: 246-8696 2 15 1 5, 5 1, 1, 5 2, konsentrasi KCl Na2SiO3 cal-seal Gambar 1. Grafik Penambahan Accelerator Terhadap Thickening Time b. Compressive Strength Dari (Gambar 2), hasil tes menunjukkan bahwa penambahan aditif akselerator dapat meningkatkan kuat tekan, dan suhu juga mempengaruhi kuat tekan. 1 6 C 7 C 8 C 5, 5 1, 1, 5 2, KONSENTRASI Gambar 2. Grafik Penambahan Accelerator Terhadap Compressive Strength pada (BHCT) c. Rheology Bubur Semen Hasil pengujian seperti ditunjukkan dari (Gambar 3) dan (Gambar 4) menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi dapat menurunkan nilai Plastic Viscosity dan Yield Point. d. 6 5 4 3 2 1,5 1, 1,5 2, Konsentrasi kcl na2sio3 calseal Gambar 3. Pengaruh Penambahan Accelerator Terhadap Plastic Viscosity 548

lbs/1ft2 Seminar Nasional Cendekiawan 215 ISSN: 246-8696 25 2 15 1 5,5 1, 1,5 2, Konsentrasi kcl na2sio3 calseal Gambar 4. Pengaruh Penambahan Accelerator Terhadap Yield Point Kesimpulan Kesimpulan laboratorium tentang pengaruh penambahan konsentrasi accelerator KCl, Na2SiO3, dan Cal-Seal pada variasi temperatur BHCT terhadap thickening time, compressive strength dan rheology bubur semen, menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : 1. Penambahan konsentrasi accelerator KCl, Na2SiO3, dan Cal-Seal terbukti dapat mempercepat proses thickening time pada penambahan konsentrasi sebesar 1, %. 2. Penambahan accelerator Na2SiO3 menghasilkan thickening time yang paling cepat, yaitu 95 menit/5mm pada penambahan konsentrasi 1,5 %. 3. Compressive strength mengalami peningkatan pada temperatur Bottom Hole Circulating Temperature (BHCT) 7 C lalu mengalami penurunan lagi pada temperatur 8 C. 4. Penambahan accelerator KCl dan Cal-Seal pada variasi temperatur BHCT terhadap compressive strength, menghasilkan strength tertinggi pada suhu 7 C. yaitu 969 psia pada accelerator KCl,5 %, dan 945 psia pada acceleraror Cal-Seal 1, %. 5. Secara umum penambahan konsentrasi accelerator KCl dan Cal-Seal akan menurunkan parameter nilai plastic viscosity dan yield point. 6. Penambahan konsentrasi accelerator Na2SiO3, menaikkan parameter nilai plastic viscosity dan yield point. Hal ini terjadi karena biasanya Na2SiO3 dianggap sebagai extenderyang digunakan untuk menaikkan volume suspensi semen yang berhubungan dengan menurunkan berat / densitas dari bubur semen. 7. Semen kelas A lebih ekonomis digunakan pada penyemenan sumur-sumur yang dangkal dibandingkan menggunakan semen kelas G yang harganya lebih mahal, dan akan menghemat biaya operasi penyemenan. Daftar Pustaka Cementing Technology, Dowell Schlumberger., 1984 Diktat Kuliah Teknik Pemboran II, Jurusan Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti Halliburton Energy Services, Halliburton Cementing Technology Manual, Halliburton Co. Duncan, Oklahoma. USA, 1993. Nelson E.B., Well Cementing, Schlumberger Educational Series, Houston-Texas, 199. Penuntun Praktikum Teknik Lumpur Pemboran, Laboratorium Teknik Pemboran dan Produksi, Jurusan Teknik Perminyakan, Jakarta, 21 Specification For Material And Testing For Oil Well Cement, API Specification 1. Fifth Edition, 199. 549