BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Perasaan tenang dan tentram merupakan keinginan yang ada dalam diri setiap

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. setiap makhluk hidup yang masih diberi umur panjang. Berdasarkan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jenis kelamin, status ekonomi sosial ataupun usia, semua orang menginginkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. peristiwa yang menyenangkan maupun peristiwa yang tidak menyenangkan.

PERBEDAAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA GURU NEGERI DI SMAN I WONOSARI DENGAN GURU SWASTA DI SMA MUHAMMADIYAH I KLATEN. Skripsi

Kesehatan Mental. Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Psikologis. Aulia Kirana, M.Psi, Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. penduduk tersebutlah yang menjadi salah satu masalah bagi suatu kota besar.

BAB I PENDAHULUAN. Pada perguruan tinggi mahasiswa tahun pertama harus bersiap menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Setiap individu di dalam hidupnya selalu berusaha untuk mencari

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Abdi dalem merupakan orang yang mengabdi pada Keraton, pengabdian abdi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kebahagiaan. Kebahagian di dalam hidup seseorang akan berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. Kanker adalah istilah umum yang digunakan untuk satu kelompok besar penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seorang anak sejak lahir tentu sejatinya membutuhkan kasih sayang yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik. Sedangkan Diener, dkk (2003) menerjemahkan subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menjalani kehidupan manusia memiliki rasa kebahagiaan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tidak hanya dilihat secara obyektif, tapi kebahagiaan juga bisa di lihat secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. perkembangan pada masa dewasa akhir. Kehidupan pada fase perkembangan

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG MASALAH. Masa remaja adalah masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. usahanya tersebut. Profesi buruh gendong banyak dikerjakan oleh kaum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. Ada banyak definisi mengenai lanjut usia (lansia), namun selama ini

BAB 1 PENDAHULUAN. kodrati memiliki harkat, martabat dan hak-hak sebagai manusia yang harus

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2007 sebesar 18,96 juta dan pada tahun 2009 mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Perceraian adalah puncak dari penyesuaian perkawinan yang buruk,

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam hidupnya akan mengalami perkembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. yang lain untuk dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, baik kebutuhan secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang bahagia. Kebahagiaan menjadi harapan dan cita-cita terbesar bagi setiap

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa

KEBAHAGIAAN PADA LANJUT USIA DITINJAU DARI KETERLIBATAN DALAM AKTIVITAS SEHARI-HARI

para1). BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan dengan semangat yang menggebu. Awalnya mereka menyebut

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keras untuk meraih kebahagiaaan (Elfida, 2008).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diulang kembali. Hal-hal yang terjadi di masa awal perkembangan individu akan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. hasil yang dituju. Salah satu cara untuk memenuhi semua itu adalah dengan cara

BAB I PENDAHULUAN diprediksikan mencapai jiwa atau 11,34%. Pada tahun terjadi peningkatan mencapai kurang lebih 19 juta jiwa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia lanjut atau biasa disebut dengan lanjut usia (lansia) merupakan tahap

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada abad ke-21 berupaya menerapkan pendidikan yang positif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Individu pada hakikatnya selalu mengalami proses pertumbuhan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Subjective Well-Being. kebermaknaan ( contentment). Beberapa peneliti menggunakan istilah well-being

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan suatu kondisi apabila individu memiliki tekanan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahap-tahap perkembangan mulai dari periode pranatal sampai pada masa usia lanjut

BAB I PENDAHULUAN. Krisis multidimensional dalam bidang ekonomi, politik, dan budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. ketidakberdayaan. Menurut UU No.13 tahun 1998, lansia adalah seseorang yang telah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. emosional yang positif karena telah terpenuhinya kondisi-kondisi yang

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. perubahan-perubahan, baik perubahan fisik maupun perubahan psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dialaminya. Subjective well-being melibatkan evaluasi pada dua komponen, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia seseorang dikatakan sejahtera apabila dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepuasan tersendiri, karena bisa memperoleh uang dan fasilitas-fasilitas yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan pada Remaja yang dibesarkan oleh OrangTua Tunggal

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa yang terdiri dari dewasa awal,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Struktur penduduk dunia saat ini menuju proses penuaan yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan nilai dan kebanggaan tersendiri. Individu dapat berprestasi ataupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. akselerasi memberikan kesempatan bagi para siswa dalam percepatan belajar dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Usia tua adalah periode penutup dalam rentang hidup individu, yaitu suatu masa

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk lansia sebanyak jiwa (BPS, 2010). dengan knowledge, attitude, skills, kesehatan dan lingkungan sekitar.

Mewujudkan Kebahagiaan di Masa Lansia dengan Citra Diri Positif *

BAB 2 LANDASAN TEORI. Ada dua tradisi dalam memandang kebahagiaan, yaitu kebahagiaan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

LAMPIRAN A-1 SKALA DEPRESI PADA REMAJA

BAB 1 PENDAHULUAN. Siswa-siswi yang sedang berada di tingkat pendidikan SMA. seringkali menjadi kekhawatiran bagi orang tua dan guru, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kebahagiaan. mengacu pada emosi positif yang dirasakan individu serta aktivitas-aktivitas

PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan terencana

BAB 1 Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan Perserikatan Bangsa-Bangsa (2011), pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. A Latar Belakang Mahasiswa dipersiapkan untuk menjadi agen perubahan, salah

BAB I PENDAHULUAN. bagi mereka yang akan menjalaninya. Pada saat seseorang menjalani masa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan sarana untuk belajar bagi setiap individu dengan mengembangkan dan mengasah keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

\BAB I PENDAHULUAN. Bekerja tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seseorang, dengan bekerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Panti Asuhan adalah suatu lembaga usaha sosial yang mempunyai

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anak merupakan amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN DENGAN TINGKAT DEPRESI PADA LANSIA DI WILAYAH DESA BUMIHARJO KECAMATAN NGUNTORONADI KABUPATEN WONOGIRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akhir dan dewasa awal. Menurut Monks (dalam Desmita, 2012) remaja akhir

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah subjective well-being

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dari konsep kesejahteraan subjektif yang mencakup aspek afektif dan kognitif

BAB I PENDAHULUAN. muncul melalui proses evaluasi masing-masing individu terhadap kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebuah organisasi atau perusahaan yang maju tentunya tidak lain didukung

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Individu pada hakikatnya akan terus mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan sepanjang hidup. Individu akan terus mengalami perkembangan sampai akhir hayat yang pastinya akan terjadi banyak perubahan dalam hidupnya. Penuaan atau menjadi tua merupakan proses yang tidak dapat dihindari oleh setiap manusia. Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia, yang dimaksud dengan lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun keatas (Kementerian Kesehatan RI, 2014). Santrock (2002) menyatakan bahwa masa lansia merupakan masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menatap kembali kehidupan, masa pensiun dan penyesuaian diri dengan peran-peran sosial. Banyaknya pengalaman yang telah dilalui oleh lansia menjadikan lansia di tempatkan pada kedudukan istimewa, yaitu sebagai penasihat atau narasumber keluarga dalam pembuatan keputusan (Munandar, 2001). Saat ini negara Indonesia memiliki jumlah lansia terbesar ketiga di dunia dan pada tahun 2025 menurut Roosheroe dari Persatuan Gerontologi Medik memprediksi bahwa Indonesia akan memiliki penduduk lansia terbesar (Tribunnews.com, 27 Mei 2015). Pernyataan tersebut diperkuat dengan prediksi Kementerian Kesehatan (2014) yang menyatakan bahwa usia harapan hidup 1

2 penduduk Indonesia sedikit lebih tinggi dari pada usia harapan hidup rata-rata dunia. Proyeksi bahwa tahun 2050 Indonesia memiliki prosentase kelompok lansia sebesar 21,4%, sedangkan prosentase kelompok lansia dunia sebesar 25,3% saja (Kementerian Kesehatan, 2014). Data dari Badan Pusat Statistik [BPS] (2010) tahun 2000 hingga 2010 secara umum Indonesia mengalami peningkatan jumlah lansia, yaitu pada tahun 2000 sekitar 14 juta jiwa dan meningkat menjadi 15 juta jiwa pada tahun 2005, kemudian meningkat lagi pada tahun 2010 menjadi 18 juta jiwa. Pada kurun waktu yang sama, di Jawa Tengah juga mengalami peningkatan jumlah lansia, sekitar 2,8 juta jiwa pada tahun 2000 kemudian meningkat menjadi 3 juta jiwa pada tahun 2005 dan kembali meningkat pada tahun 2010 menjadi sekitar 3.32 juta jiwa (BPS, 2010). Peningkatan juga terjadi di kabupaten Sragen, di tahun 2000 terdata jumlah lansia sekitar 72 ribu jiwa dan meningkat menjadi 74 ribu jiwa di tahun 2005, kemudian pada tahun 2010 terjadi lagi peningkatan yang cukup signifikan menjadi 110 ribu jiwa (BPS, 2010). Peningkatan jumlah lansia sudah diatur oleh pemerintah yang tercantum dalam UU Nomor 36 tahun 2009 pasal 138 ayat 2 yang menyebutkan bahwa pemerintah wajib menjamin dan memfasilitasi kelompok lansia agar tetap hidup mandiri dan produktif, baik secara sosial maupun ekonomi (Kementerian Kesehatan, 2014). Peningkatan jumlah penduduk adalah salah satu indikator keberhasilan dalam mencapai pembangunan manusia secara nasional dan global, jika hal tersebut tidak diantisipasi oleh pemerintah dan juga program pembangunan, akan berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan lansia secara

3 individu, keluarga serta masyarakat, misalnya dalam aspek fisik, psikologi, sosial dan ekonomi (Kuswardani, 2009). Dengan bertambahnya usia harapan hidup lansia, maka bertambah pula masalah yang dihadapi. Orang lanjut usia dinilai paling rentan mengalami gangguan kejiwaan seperti depresi lansia, bahkan tercatat 25% dari keseluruhan lansia mengalami masalah gejala gangguan kejiwaan, hal tersebut terjadi akibat penurunan kondisi fisik, penurunan fungsi dan potensi seksual, perubahan aspek psikologis dan perubahan dalam peran sosial di masyarakat (Berita Buzz, 1 Februari 2013). Selain itu, salah satu fenomena yang peneliti temui secara langsung adalah seorang lansia yang tinggal bersama anaknya setelah pasangan hidupnya meninggal, setiap hari setelah seluruh anggota keluarga meninggalkan rumah untuk melaksanakan aktivitas Ia selalu duduk di teras rumah dengan melamun, bahkan ketika disapa tidak memberikan respon apapun. Hingga suatu hari peneliti datang kerumahnya untuk mengantar sesuatu, Ia bercerita tentang kesedihan yang dialami dengan terus menangis, dan hal tersebut terus terjadi kepada tetangga sekitar yang datang kerumahnya. Dari fenomena tersebut terbukti bahwa dalam fase kehidupan lansia masih terdapat masalah yang harus dihadapi oleh lansia itu sendiri. Kehidupan manusia tidak lepas dari fase perkembangan yang harus dilalui secara bertahap yaitu dewasa awal, dewasa madya sampai dewasa akhir atau lansia, dan setiap fase memiliki tugas perkembangan yang berbeda-beda. Individu yang masuk pada tahap dewasa akhir atau lansia, fisik mereka akan menjadi sangat lemah dan tidak mampu lagi bersaing dengan orang lain, selain itu mereka

4 juga menjadi pelupa. Penurunan secara fisik dan psikis akan terus terjadi saat individu menginjak lansia, namun penurunan yang terjadi pada lansia bukan berarti mereka terbebas dari tugas perkembangannya. Tugas perkembangan yang harus dijalankan pada masa lansia adalah melakukan penyesuaian dengan peranperan baru. Apabila orang lanjut usia mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, maka akan merasa berhasil dalam hidup dan timbul perasaan bahagia. Sebaliknya apabila gagal dalam menyelesaikan tugas perkembangan dapat menyebabkan rasa tidak bahagia, putus asa dan kesulitan menjalani tugastugas berikutnya (Basar & Purwadi, 2006) Kebahagiaan bersifat subjektif, hal tersebut akan terdapat pemaknaan yang berbeda mengenai kebahagiaan pada setiap individu. Aristoteles (dalam Damongilala dkk, 2014) menyatakan bahwa kebahagiaan itu sendiri dimaknai dengan cara pandang masing-masing individu dalam memaknai faktor-faktor yang dapat memengaruhi kebahagiaan mereka. Pendapat lain mengenai kebahagiaan dikemukakan oleh Argyle, Martin, & Lu (dalam Abdel-Khalek, 2006), bahwa kebahagiaan ditandai dengan keberadaan tiga komponen, yaitu emosi positif, kepuasan, dan hilangnya emosi negatif seperti depresi atau kecemasan. Selain itu Seligman (2005), menyatakan bahwa biasanya orang akan menunjukkan tingkah laku yang baik jika mereka merasa bahagia. Hurlock (2004) menyatakan bahwa kepuasan hidup adalah keadaan sejahtera dan adanya kepuasan hati yang merupakan kondisi menyenangkan serta timbul bila kebutuhan dan harapan tertentu individu dapat terpenuhi. Lebih jelasnya lagi faktor yang dapat mempengaruhi kebahagiaan menurut Mustofa

5 (2008) keayaan, jabatan, prestasi, penerimaan positif oleh lingkungan. Selain itu Myers (2012) juga menyebutkan adanya hubungan dengan orang lain, jaringan sosial, kebiasaan berpikir positif dan keterlibatan dalam suatu aktivitas juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi kebahagiaan. Seligman (2005) juga memberikan gambaran bahwa individu yang mendapatkan kebahagiaan autentik yaitu individu yang dapat mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan sehari-hari, baik dalam pekerjaan, cinta, permainan, dan pengasuhan. Kebahagiaan dalam ilmu psikologi disebut juga dengan subjective well-being atau disingkat dengan SWB (Eddington & Shuman, 2005). Eddington & Shuman (2005) menyebutkan bahwa SWB memiliki empat komponen utama yang mencakup kepuasan hidup secara global, kepuasaan hidup domain dengan ranah spesifik, kehadiran afek positif, dan sering tidak adanya afek negatif. Afek positif dan afek negatif termasuk kedalam komponen afektif, sementara kepuasan hidup dan domain kepuasan termasuk kedalam komponen kognitif Afek positif meliputi kegembiraan, keriangan, kepuasan hati, harga diri, kasih sayang, kebahagiaan dan kegembiraan yang luar bisa. Afek negatif merujuk pada rasa bersalah dan rasa malu, kesedihan, kecemasan dan kekhawatiran, marah, stress, depresi dan iri hati. Individu harus meningkatkan emosi positif untuk mendapatkan kebahagiaan, sehingga emosi negatif tidak sering muncul. Disebutkan oleh Veenhoven (dalam Joseph, 2012) bahwa kebahagiaan dianggap penting karena kebahagiaan turut menentukan kualitas hidup individu. Selain itu James (dalam

6 Patnani, 2012) berpendapat bahwa kebahagiaan merupakan hal yang sangat penting sehingga upaya untuk mencapai kebahagiaan menjadi fokus perhatian dan tujuan dari manusia sepanjang waktu. Kebahagiaan akan terus dicari hingga individu memasuki lansia, yang mana periode tersebut peran sosial dan status fungsionalnya telah berubah. Salah satu cara untuk mendapatkan kebahagiaan adalah dengan melakukan aktivitas sehari-hari. Untuk memahami tentang kebahagiaan pada lansia di Sragen peneliti telah melakukan Focus Group Discussion (FGD) kepada enam orang lansia yang berdomisili di Sragen. Dalam FGD, peneliti telah mengajukan beberapa pertanyaan antara lain mengenai arti kebahagiaan, kapan timbul perasaan bahagia, usaha untuk mendapatkan kebahagiaan, dan hal-hal apa saja yang dapat membuat bahagia. Selain itu peneliti juga mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan aktivitas sehari-hari antara lain mengenai aktivitas rutin apa saja yang dilakukan, hal yang perlu diperhatikan saat melakukan aktivitas tersebut, dan dampak dari aktivitas yang dilakukan terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitar. Adapun daftar pertanyaan lebih rinci yang diajukan kepada responden terlampir. Dari pertanyaan yang diajukan tersebut, peneliti mendapatkan jawaban dari masing-masing peserta FGD yang kemudian disimpulkan menjadi satu jawaban yang mampu menjawab pertanyaan tersebut. Simpulan jawaban dari pertanyaan antara lain bahagia merupakan kondisi mampu menerima keadaan diri seperti apapun walau telah memasuki usia lanjut. Pada umumnya responden merasa bahagia dalam kesehariaanya, terlebih saat responden bebas melakukan banyak hal seperti melakukan hobi, bergaul bersama teman dan juga

7 menghabiskan waktu bersama keluarga. Selain itu ada hal mendasar yang membuat responden bahagia adalah kemudahan berhubungan dan adanya perhatian dari keluarga terutama anak-anak walau jarak mereka jauh maupun dekat. Beberapa hal lain yang juga membuat responden bahagia adalah mendapat kesempatan untuk melakukan banyak hal sesuai yang diinginkan antara lain keterlibatan dalam kegiatan sosial, dapat leluasa bergaul dan mengetahui banyak hal, mampu melakukan aktivitas fisik, serta memiliki waktu banyak untuk beribadah. Banyaknya aktivitas yang dilakukan responden tidaklah menjadi beban, karena responden melakukan kegiaatannya tidak dengan terpaksa dan dilakukan dengan santai, yang terpenting adalah saat merasa lelah harus segera beristirahat, hal tersebut sangat disadari responden mengingat responden telah memasuki lansia. Selain istirahat yang cukup hal lain yang perlu diperhatikan agar dapat terus melakukan banyak aktivitas adalah menjaga kesehatan yaitu dengan cara menjaga asupan makanan dan tetap aktif bergerak. Responden menyadari bahwa tetap aktif membuat hidup tidak mudah bosan, tidak terus bergantung pada orang lain, sehat dan bahagia. Banyaknya kegiatan yang dilakukan responden tidak terlepas dari dukungan keluarga, hal tersebut diakui responden bahwa keluarga tidak membatasi kegiatan yang dilakukan, selain itu responden selalu merasa tenang karena jika dalam kesusahan keluarga akan senantiasa membatu. Adapun penelitian yang terkait dengan kebahagiaan lansia dan aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh Tadic, dkk (2012) menyatakan bahwa lansia merasa bahagia saat melakukan pekerjaan yang bersifat santai dan yang dilakukan selama akhir pekan. Hasil penelitian serupa juga diperoleh dari penelitaian Putri

8 dan Hamidah (2014) yang menyatakan bahwa semakin mandiri seorang lanjut usia dalam melakukan aktivitas sehari-hari maka akan semakin puas hidupnya. Selain itu Khazaee-Pool, dkk (2015) yang juga menyatakan bahwa aktivitas fisik yang dilakukan oleh lansia meningkatkan kebahagiaan dan kesejahteraan. Berbeda dari penelitian terdahulu, penelitian ini difokuskan pada hubungan aktifitas seharihari dengan kebahagian pada lanjut usia yang berada di kabupaten Sragen. Berdasarkan uraian diatas maka penulis ingin melihat lebih dalam mengenai kebahagiaan pada lanjut usia ditinjau dari keterlibatan dalam aktivitas sehari-hari. Berkaitan dengan hal tersebut penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: Apakah keterlibatan dalam melakukan aktivitas sehari-hari menimbulkan kebahagiaan pada lanjut usia?. Penulis memilih subjek lanjut usia karena fisik maupun psikis pada lansia akan terus mengalami penurunan, sehingga kegiatan yang dapat dilakukannya pun akan cenderung berkurang. Berdasarkan fenomena dan data diatas, penulis memilih judul penelitian: Kebahagiaan pada Lanjut Usia ditinjau dari Keterlibatan dalam Aktivitas Sehari-Hari. B. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian diatas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui; 1. Kebahagiaan lanjut usia ditinjau dari keterlibatan dalam akivitas sehari-hari 2. Sumbangan efektif aktivitas sehari-hari terhadap kebahagiaan lanjut usia 3. Tingkat kebahagiaan pada lanjut usia 4. Tingkat keterlibatan dalam aktivitas sehari-hari pada lanjut usia

9 C. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengungkap Kebahagiaan Lanjut Usia ditinjau dari Keterlibatan dalam Aktivitas Sehari-Hari, sehingga dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi subjek penelitian, memberi sumbangan informasi dan gambaran yang akurat bahwa terlibat dalam aktivitas sehari-hari dengan baik merupakan hal yang penting karena berdampak pada diperolehnya kebahagiaan dalam menjalankan kehidupan. 2. Bagi keluarga yang memiliki lansia, diharapkan dapat memberikan ruang bagi lansia untuk melakukan aktivitas sehari-hari yang diinginkan sebagai bentuk dukungan agar mereka tetap merasa berharga. 3. Bagi peneliti selanjutnya. Dapat digunakan sebagai referensi dan bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian mengenai Kebahagiaan Lanjut Usia ditinjau dari Keterlibatan dalam Aktivitas Sehari-hari. 4. Bagi Ikatan Purna Karyawan Pendidikan dan Kebudayaan (IPPKI) sebagai salah satu organisasi lansia, diharapkan aktif melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat sehingga menumbuhkan minat bagi lansia untuk terus menjadi individu yang aktif.