pernbangunan dan pengembangan wilayah, penataan penyebaran penduduk yang merata dan seirnbang. Juga pemberian kesempatan

dokumen-dokumen yang mirip
I.PENDAHULUAN Pada Pembangunan Jangka Panjang Kedua (PJP II) yang sedang berjalan,

BABI PENDAHULUAN Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) RI tahun 1993, mengatakan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1995 TENTANG PENGEMBANGAN LAHAN GAMBUT UNTUK PERTANIAN TANAMAN PANGAN DI KALIMATAN TENGAH

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Pada saat ini Indonesia telah memasuki tahap pembangunan

Sosialisasi Undang-Undang 41/2009 beserta Peraturan Perundangan Turunannya

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

Tata at Ai a r Rawa (Makr

Community Development di Wilayah Lahan Gambut

5/15/2012. Novitasari,ST.,MT

BAB II GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. ± 30 km atau sekitar 2 jam jarak tempuh, sementara menuju Kabupaten Aceh

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

POTENSI LAHAN PERTANIAN BAGI PENGEMBANGAN PALAWIJA DI LAMPUNG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM INFORMASI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

Rawa pasang surut adalah rawa yang terletak di pantai atau dekat pantai, di muara atau dekat muara sungai sehingga dipengaruhi oleh pasang surutnya

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

I. PENDAHULUAN. Peranan agribisnis dalam perekonomian Indonesia diharapkan dapat

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

KEPUTUSAN MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 93/MPP/Kep/3/2001

BAB I PENDAHULUAN. alam baik itu berupa sumber daya tanah, air, udara dan sumber daya alam lainnya

MENTERI TRANSMIGRASI DAN PEMUKIMAN PERAMBAH HUTAN R.I. KEPUTUSAN MENTERI TRANSMIGRASI DAN PEMUKIMAN PERAMBAH HUTAN REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 106/Kpts/SR.130/2/2004 TENTANG KEBUTUHAN PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2004

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

DASAR DASAR AGRONOMI MKK 312/3 SKS (2-1)

KEPMEN NO. 96 TH 1998

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAWANG MERAH. Tanaman bawang merah menyukai daerah yang agak panas dengan suhu antara

pertambangan. Seperti contohnya perubahan lahan menjadi lahan pertambangan. Berdasarkan hasil penelitian Hermansyah (1999), tanah bekas tambang emas

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN

KABUPATEN CIANJUR PERATURAN BUPATI CIANJUR

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 SERI E.4 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 3C Tahun 2008 Lampiran : 1 (satu) berkas TENTANG

I. PENDAHULUAN. setengah dari penduduk Indonesia bekerja di sektor ini. Sebagai salah satu

I. PENDAHULUAN. pertanian dalam arti luas mencakup perkebunan, kehutanan, peternakan dan

BAB I PENDAHULUAN. 48 Tahun 2008, juga tengah giat membangun daerahnya. Sebagai daerah yang masih

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR

Penggunaan Lahan Pertanian dan Arah Pengembangan ke Depan

PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DAN PEMERINTAH KABUPATEN BANYUASIN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan dan membangun pertanian. Kedudukan Indonesia sebagai negara

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari. pembangunan Nasional yang bertujuan untuk mewujudkan

PEDOMAN TEKNIS KRITERIA DAN PERSYARATAN KAWASAN, LAHAN, DAN LAHAN CADANGAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

VI. ARAH PENGEMBANGAN PERTANIAN BEDASARKAN KESESUAIAN LAHAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN PERTANIAN BUKAN SAWAH

BAB I PENDAHULUAN. padi sawah merupakan tanaman pangan berupa rumput berumpun.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI KARANGANYAR PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 13 TAHUN 2012

(Kitab Suci) yang dengan b m n ifu

(Kitab Suci) yang dengan b m n ifu

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tugas Akhir (SI 40Z1) 1.1. UMUM

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut harus dapat dipenuhi agar hidup dapat berlanjut.

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2005

Lahan rawa untuk budidaya tanaman pangan berwawasan lingkungan Sholehien

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN KOTA TERPADU MANDIRI LAMUNTI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Benih merupakan salah satu unsur pokok dalam usaha tani padi. Kebutuhan akan sarana tersebut semakin lama semakin meningkat

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK

WALIKOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kiki Nurhikmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

WALIKOTA PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN DI PROVINSI BALI

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DOKUMEN POTENSI DESA TELUK BINJAI

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 114 TAHUN 2009 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1. Latar Belakang. Di dalam Garis-garis Besar Haluan Negara ( GBHN ) RI tahun 1993, tertulis bahwa pernbangunan transrnigrasi diarahkan kepada pernbangunan dan pengembangan wilayah, penataan penyebaran penduduk yang merata dan seirnbang. Juga pemberian kesempatan usaha dan kesempatan kerja, dan meningkatkan mutu kehidupan penduduk yang berpindah untuk menetap dilokasi pernukirnan transmigrasi. Kebijaksanaan pernbangunan program transrnigrasi dari tahun ketahun bersifat dinamis yang dicirikan dengan berkembangnya polapola kebijaksanaan baru. Kesemuanya itu untuk rnenciptakan layanan pernerintah bagi kesejahteraan warga rnasyarakat transrnigran. Kebijaksanaan penetapan sentra-sentra produksi pertanian menjadi suatu produk unggulan dengan menetapkan suatu konsep pengembangan wilayah dengan program transmigrasi yang berbasis pada pertanian. Salah satu konsep pengembangan wilayah yang dikaitkan dengan program transmigrasi yang direncanakan sebagai sentrasentra produksi pertanian adalah pengembangan pernukiman transmigrasi lahan garnbut di Kabupaten Kapuas, Propinsi Kalimantan Tengah. Dari konsep pengembangan wilayah tersebut, maka pada Rencana Pengembangan Lahan Gambut dan Rawa 1 iuta hdtnr A;

Kalteng, 1995 ) mempunyai tujuan mempertahankan swasembada pangan khususnya beras dengan mengantisipasi sedini mungkin terjadinya alih fungsi lahan-lahan pertanian menjadi lahan non pertanian akibat pembangunan. Disamping itu juga memeratakan pembangunan khususnya pembangunan pertanian yang berwawasan agroindustri dengan sistem agribisnis melalui peran aktif dari petani, swasta dan aparat pemerintah. Peranan lainnya adalah, menciptakan lapangan kerja melalui penumbuhan usaha jasa industri untuk menunjang pertanian modern yang berwawasan agroindustri dengan. sistem agribisnis. Juga meningkatkan pendapatan para pelaku pembangunan di wilayah tersebut untuk mewujudkan terciptanya peningkatan kesejahteraan dan taraf hidupnya. Serta secara bertahap mulai mengurangi ketergantungan pulau Jawa sebagai pemasok utama pangan khususnya beras ke luar pulau Jawa. Tujuan lainnya adalah merealisir kebijaksanaan pemerintah dalam membangun Kawasan Indonesia Timur ( Rencana Pengembangan Lahan Gambut Prop Kalteng, 1995 ). Dalam Rencana Pengembangan Lahan Gambut dan Rawa di Propinsi Kalimantan Tengah, disamping mempunyai tujuan juga mempunyai sasaran. Sasaran tersebut adalah dengan memanfaatkan dan membudidayakan lahan gambut dan rawa sepanjang sungai Sebangau, sungai Kahayan, sungai Kapuas dan sungai Barito baik lahan pasang surut maupun lahan rawa lebak. Pengembangan lahan tersebut, dengan memperhatikan aspek kelestarian lingkungan dan

tipologi gambut yang akan di kembangkan selama 10 tahun yang di mulai pada tahun 1995. Pengembangan pola usaha tani yang disesuaikan dengan kesesuaian lahan baik untuk tanaman pangan ( padi, palawija, hortikultura ), perkebunan, peternakan dan perikanan. Para petani baik di sekitar lokasi tersebut maupun transmigran dari luar Kalimantan Tengah yang pemanfaatannya akan diatur untuk mendukung penumbuhan wilayah administratif baru. Juga para pengusahalswasta yang bergerak dalam bidang jasa dan industri hasil pertanian untuk mewujudkan pengelolaan usaha tani berwawasan agroindustri dengan sistem agribisnis di wilayah tersebut. Perencanaan program pemanfaatan lahan gambut di Kalimantan Tengah, akan mencetak sawah seluas 632.000 hektar. Dalam pengelolaan sawah tersebut Departemen Transmigrasi dan PPH akan menempatkan 316.000 kepala keluarga (kk), yang akan selesai ditempatkan dalam waktu lima tahun dan di mulai dari tahun 199611997 hingga tahun 2000/2001. Mengingat singkatnya waktu yang tersedia dan besarnya beban pekerjaan yang harus diselesaikan, maka dalam pelaksanaannya pengembangan lahan gambut tersebut melibatkan beberapa instansi, diantaranya Departemen Pekerjaan Umum, Departemen Pertanian, Departemen Transmigrasi dan PPH dan Departemen Kehutanan. Disamping itu juga terlibat beberapa lembaga baik lembaga perguruan tinggi maupun lembaga-lembaga swasta lainnya.

Keberhasilan program Pengembangan Lahan Gambut ini harus ditunjang dengan tersedianya tenaga kerja yang cukup dan modal besar. Keterbatasan waktu tanam, luasan lahan yang diolah, kondisi lahan yang bersifat marginal dengan tingkat keasaman yang tinggi menjadikan masalah yang serius. Hal ini hanya dapat diatasi dengan adanya program intensifikasi lahan gambut, diantaranya melalui program pemberian pupuk baik pupuk organik maupun pupuk anorganik. Dengan kondisi lahan yang bersifat marginal dengan tingkat keasaman yang tinggi tersebut diperlukan suatu upaya penanggulangan untuk menekan tingkat keasaman tanah. Diantaranya adalah dengan pemberian Kapur Pertanian (kaptan) pada saat pekerjaan penyiapan lahan. 1 2 ldentifikasi Masalah. Pengembangan Lahan Gambut di Kalimantan Tengah yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia merupakan program nasional yang harus diselesaikan dalam kurun waktu lima tahun. Pelaksanaan kegiatan ini diawali pada tahun I99611997 dan akan berakhir pada tahun 200012001, yang akan mencetak sawah seluas kurang lebih 632.000 hektar yang nantinya akan diusahakan oleh petani transmigran dengan jumlah transmigran sebanyak 316.000 kepala keluarga. Pelaksanaan kegiatan tersebut melibatkan berbagai instansi dengan masing-masing tugas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

saluran primer, saluran sekunder dan saluran tersier serta penyiapan lahan (PL) dan pencetakan sawah (PS) sampai dengan kondisi siap olah. Sedangkan Departemen Pertanian diantaranya melaksanakan kegiatan bajak garu, dan sebelumnya ditabur dengan kapur pertanian yang diadakan oleh Departemen Transmigrasi dan PPH dengan kondisi lahan sampai dengan siap tanam. Pelaksanaan kegiatan penyiapan permukiman untuk transmigrasi didahului dengan perencanaan teknis satuan pemukiman, kemudian dilanjutkan dengan penyiapan lahan permukiman. Kegiatan penyiapan lahan pemukiman tersebut, yang dalam ha1 ini pada lahan gambut di Kabupaten Kapuas dengan jenis hutan semak belukar, mempunyai tahapan pekerjaan pembukaan lahan sebagai berikut : 1 ) Tebas tebang. 2) Pilah kumpul. 3) Pembersihan akhir. 4) Penaburan kapur pertanian diikuti bajaklgaru. Tahapan pekerjaan pembukaan lahan tersebut merupakan suatu urutan rangkaian pekerjaan yang sifatnya berkesinambungan. Sehingga apabila pada tahapan pekerjaan tertentu terdapat gangguan maka rangkaian pekerjaan berikutnya akan terganggu juga, dan pada akhirnya waktu pekerjaan secara keseluruhan akan mengalami gangguan. http://www.mb.ipb.ac.id Pada umumnya lahan-lahan di lokasi pemukiman transmigrasi bersifat marginal ( miskin unsur hara dengan tingkat keasaman yang finn& \ I In+,k mpnn, lrnnni +inmlre+ Irs-r-mrn s,--- a:---: A----L. -&

pada saat pembukaan lahan terdapat kegiatan penaburan kapur pertanian ( kaptan ) yang diikuti dengan kegiatan bajaklgaru, pemberian kaptan tersebut dimaksudkan untuk mengurangi keasaman tanah. Pengadaan kapur pertanian merupakan suatu kegiatan pada pekerjaan penyiapan lahan pemukiman, yang kegiatannya diadakan terpisah oleh pihak lain yaitu, oleh supplier kapur pertanian. Supplier tersebut mernbeli dari produsen kapur pertanian, diluar pihak kontraktor pelaksana pembukaan lahan. Dalam pelaksanaan pengadaan kapur pertanian ini sering terjadi ketidak sesuaian waktu sampai dengan pembagian pada titik bagi beserta jumlah kapur pertanian, dengan waktu penaburan kapur pertanian dan luasan lahan yang siap olah. Permasalahan yang terjadi saat pengadaan kapur pertanian di lokasi pemukiman transmigrasi lahan gambut di Kabupaten Kapuas, adalah, bahwa kapur pertanian yang dikirimkan sampai di lokasi pemukiman dan kemudian didistribusikan pada titik-titik bagi pada lahan pekarangan (LP) dan lahan usaha (LU) yang tidak tepat waktu dan tepat jurnlah. Dengan adanya kapur pertanian yang tidak tepat waktu dan tidak tepat jumlah sampai di lokasi pemukiman transmigrasi, maka kegiatan pekerjaan lanjutan seperti penaburan kapur pertanian dan bajaklgaru akan terganggu waktu penyelesaiannya. Karena terjadi ketidak sesuaian waktu dan jurnlah kapur ~erfanian van" snmnai di Inksei naml~lrimsn +r-ncminr--: --I,-

sasaran waktu, kualitas dan kuantitas pekerjaan kegiatan pembukaan lahan secara keseluruhan yang telah ditetapkan akan terganggu dan mengalami keterlambatan. 1.3. Rurnusan Masalah. Pada penulisan pembahasan penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan-permasalahan yang terjadi, sebagai berikut : 1. Kapan saat yang tepat mengadakan kapur pertanian yang tepat waktu dan tepat jumlah, sehingga rangkaian pekerjaan pembukaan lahan dapat berlangsung sesuai dengan sasaran waktu yang telah ditentukan. 2. Upaya-upaya apa yang harus dilakukan supaya perbedaan waktu dan jumlah kapur pertanian dapat sesuai dengan waktu penaburan serta waktu dan luasan lahan yang siap olah pada lahan usaha ( LU ). 3. Bagaimana membuat penjadwalan pengadaan kapur pertanian dan sistem distribusinya yang disesuaikan dengan waktu penaburan, waktu dan luasan lahan yang siap olah pada lahan usaha ( LU ). 4. Berapa waktu dan jumlah kapur pertanian yang diperlukan untuk pengadaan sampai di titik bagi pada lahan usaha yang disesuaikan dengan waktu penaburan dan luasan lahan yang siap olah.

1.4. Tujuan. http://www.mb.ipb.ac.id Pada penulisan pembahasan penelitian ini terdapat beberapa tujuan, diantaranya adalah : 1. Mengkaji jadwal pengadaan kapur pertanian meliputi waktu dan jumlah beserta kegiatan pendahulu dan kegiatan berikutnya. 2. Melakukan analisis kegiatan penjadwalan pengadaan kapur pertanian beserta kegiatan pendahulu dan kegiatan berikutnya. 3. Mengkaji distribusi kapur pertanian sampai di titik bagi di lahan usaha, jadwal penaburan dan luasan lahan. 4. Memberikan alternatif pemecahan masalah penjadwalan kegiatan pada pemimpin proyek. 1.5. Batasan Masalah dan Lingkup Penelitian. Batasan masalah dan lingkup penelitian, meliputi kegiatankegiatan dan waktu masing - masing kegiatan. Kegiatan tersebut berhubungan dengan kegiatan pengadaan kapur pertanian pada pernbangunan lahan di lahan usaha, dengan rincian sebagai berikut : a. Kegiatan pengadaan kapur pertanian. Pengadaan kapur pertanian mempunyai beberapa kegiatan yang terdiri dari : pengangkutan kapur pertanian dari pabrik menuju ke pelabuhan muat di Surabaya atau Gresik, pengangkutan dengan kapal dari pelabuhan muat menuju ke pelabuhan bongkar di Kuala Kapuas, pengangkutan dari pelabuhan bongkar menuju ke gudang, pengangkutan dari gudang ke titik bagi di lahan usaha dan penaburan k-nnn~ nnd-mkm A; Iqhem v-..:-&-- -----Ae-- t ---.- P ~.

ini berada ditengah-tengah pada kegiatan pembangunan lahan. Terdapat kegiatan pendahulu dan kegiatan berikutnya. b. Kegiatan penyiapan lahan. Kegiatan penyiapan lahan merupakan kegiatan pendahulu dari kegiatan pengadaan kapur pertanian. Kegiatan ini terdiri dari kegiatan tebas - tebang, kegiatan pilah kumpul dan kegiatan pembersihan akhir. Pada kondisi sampai dengan pembersihan akhir, lahan dalam keadaan siap olah dan kemudian kapur pertanian ditaburkan di lahan yang siap olah tersebut. Kegiatan pengadaan kapur pertanian merupakan kegiatan utama pada penelitian dan pembahasan penulisan tesis ini. c. Kegiatan pengolahan lahan. Setelah ditabur dangan kapur pertanian pada lahan yang siap olah, kemudian lahan dibajak garu. Lahan yang telah dibajak garu dalam kondisi siap tanam. Kegiatan pengolahan lahan ini merupakan kegiatan berikutnya atau selanjutnya pada kegiatan pengadaan kapur pertanian.