a{ :J.3 I;~ Keberlangsungan tenun dan tenun ikat yang memiliki rag am hias khas itu terancam sulitnya bahan baku dan regenerasi penenun.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya akan keanekaragaman budaya. Terdiri

BAB I PENDAHULUAN. beberapa budaya dan karya seni Indonesia ini adalah seni kerajinan tangan. kerajinan logam, kerajinan gerabah, dan kerajinan tenun.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

diberikan, bempa peningkatan pengetahuan dan keterampilan pengrajin.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

GERINGSING Tenun dan Mitos Bali Aga (Tenganan, Bali) oleh: Morinta Rosandini, S.Ds. Pengenalan Proses Menenun dan Mitos Tenun Gringsing

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. menjadi negara yang kaya dengan keunikan dari masing-masing suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

Ragam Hias Tenun Ikat Nusantara

Tahun 1970-an batik Indonesia diunggulkan sebagai busana resmi di Indonesia oleh Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam mencapai sasaran pembangunan nasional, pembangunan pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Penjelasan Judul Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. PENDAHULUAN. Industri kecil mempunyai peranan penting tidak saja di negara-negara sedang

BAB I PENDAHULUAN. daerah atau suku- suku yang telah membudaya berabad- abad. Berbagai ragam

BUSANA TENUN IKAT TRADISIONAL KAB. KUPANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. Kecamatan Pariaman Utara yang menghasilkan. Ada empat desa yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Busana tidak hanya terbatas pada pakaian yang dipakai sehari-hari seperti

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kearifan lokal atau sering disebut local wisdom adalah semua bentuk

BAB1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1

BAB 2 DATA DAN ANALISA. 2.1 SUMBER DATA Adapun sumber data yang akan digunakan untuk proyek tugas akhir ini berasal dari :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Di daerah Sumatera Utara terdapat beberapa suku, salah satunya adalah suku Batak,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki keanekaragaman seni dan budaya yang terbesar dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Ombak 16 batang. Patah beras dan tali air. Umpak ayam

UPT Perpustakaan ISI Yogyakarta BAB V PENUTUP. Seniman menciptakan sebuah karya seni tidak hanya untuk kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TANPA EVOLUSI, FASHION ADAT TENGANAN MATRUNA NYOMAN DAN MADAHA MASIH DIAGUNGKAN

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diupayakan langkah-langkah ke arah peningkatan kualitas pendidikan, dari mulai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terkenal sebagai salah satu negeri terbesar penghasil kain tenun tradisional yang

MAKASSAR merupakan salah satu kota yang mengalami perkembangan pesat dalam berbagai bidang. meningkatkan jumlah pengunjung/wisatawan

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA BIDANG KEGIATAN : PKM Kewirausahaan. Diusulkan oleh : Shinta Mega Pertiwi ( F / Angkatan 2015 )

BAB I PENDAHULUAN. rakyat Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad XVIII atau awal

BAB 2 LANDASAN PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kabupaten Simalungun adalah salah satu kabupaten yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berasal dari daerah Kalimantan Barat yang berbentuk selendang.

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Bab 2 DATA DAN ANALISIS. Data dan sumber informasi yang digunakan untuk mendukung proyek tugas akhir ini


BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Penyusunan Data Awal Referensi Nilai Budaya Tak Benda Kota Jakarta Barat D.K.I. Jakarta Batik Betawi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV KONSEP DAN PENERAPAN PADA PRODUK TEKSTIL

BAB I PENDAHULUAN. Desain Interior Museum Tapis Lampung di Kota Bandar Lampung dengan

Menata Pola Ragam Hias Tekstil

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

Kerajinan dan Wirausaha Tekstil

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. kerja dan mengembangkan sikap professional dalam bidang keahlianyang. maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 5 PEMBELAJARAN DAN PELESTARIAN TENUN DI MUSEUM

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya kebudayaan. Beberapa kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dan siswi memiliki pengetahuan dan skill yang terarah. Bidang

PEMBERDAYAAN PENGUSAHA BATIK TULIS DI DESA JETIS KECAMATAN SIDOARJO KABUPATEN SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. halnya di daerah Sumatera Utara khususnya di kabupaten Karo, rumah adat

BAB IV KONSEP PERANCANGAN DAN PROSES PRODUKSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB II Kajian Teori. Kerajinan adalah hal yang berkaitan dengan buatan tangan atau kegiatan

BAB V DESKRIPSI KARYA AKHIR. Konsep dalam perancangan karya akhir dibuat setelah eksperimen dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada era globalisasi ini, kebutuhan teknologi komputer sangat dibutuhkan oleh

USULAN PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM: PECINTA BUDAYA BAJU BATIK MODERN REMAJA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN BUDAYA BANGSA BIDANG KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Kabupaten Batubara yang terletak pada kawasan hasil pemekaran

Peluang Bisnis Batik

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi para desainer untuk mengembangkan kreatifitasnya dalam. menciptakan desain busana wanita.

Kelompok Materi: MATERI POKOK

BAB IV KAJIAN MOTIF BUNGA MAWAR PADA KELOM GEULIS SHENY TASIKMLAYA

Di daerah-daerah tersebut, seperti di wilayah Nusa Tenggara Timur lainnya, benang yang diikat adalah benang lungsi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki beragam kebudayaan, museum menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

Transkripsi:

a{ :J.3 man : I;~ Keberlangsungan tenun dan tenun ikat yang memiliki rag am hias khas itu terancam sulitnya bahan baku dan regenerasi penenun.

BINTANG KAISANTI ------~~-.--~...,...---., tifa dan suara drum yang menghentak meramaikan Museum Tekstil, Jakarta Pusat, Rabu (19/9) malam. Atraksi musik di lobi gedung warisan era koionial itu kemudian disusul dengan keluarnya gadis-gadis mud a dengan busana berdetail tentin. Garis-garis tenun dalam warna eksotis berpadu indah dalam gaun-gaun a-line selutut berwarna mencolok, seperti fuschia, biru stabilo, dan kuning kunyit. Ada pula tenun yang tampil penuh sebagai bolero hingga aksesori seperti ikat kepala. Sekilas peragaan busana ini hanya seperti riak dalam gelombang tren tenun saat ini. Namun, koleksi Nina Jusuf tersebut bukan sekadar memanfaatkan pasar dalam negeri yang sedang gemar kain adati. Nina yang juga CEO Yayasan Toraia Melo mengatakan misi besarnya adalah memperkenalkan tekstil tenun Toraja dan mernbawanya ke kehidupan sehari-hari mas a kini. To raj a Melo merupakan yayasan yang bergerak untuk meningkatkan keseiahteraan petani dan perajin Toraia. "Sebab itu semua kain ditenun di Toraia," tukas Nina. Kain yang cupa~i merupakan karya perajin daerah Sa'dan, Toraja Utara. Seusai peragaan busana, lebih banyak lagi keindahan kain Sulawesi diperlihatkan. Bekerja sarna dengan Museum Tekstil dan BNI, Toraja Melo menggelar pameran kain-kain kuno dan baru dari empat daerah gudang tenun di Sulawesi Barat dan Selatan, yakni Toraja, Mamasa, Kalumpang (M,i'Jnuju), dan Rongkong. Dalam pameran yang bertajuk Untannun Kameloan (berarti 'menenun kebaikan') yang berlangsung hingga 30 September itu pengunjungdiperkenalkan pada ragam hias yang tidak ada di daerah lain. Salah satunya adalah motif geometris yang dominan pada ten un ikat. Motif ini mencerminkan delapan kepala pemerintahan (utu Karua). Motif-motiftenun ikat kemudian makin berkembang setelah perang dunia 11. Pada masa itu muncul motifkerbau. "Saya rasa motif itu muncul karena pesanan turis," kata Judi Achjadi, wanita berdarah Kanada yang banyak meneliti dan menulis tentang kain-kain Indonesia.

9vleza : MI. angga ~-:::- J{a aman : ( Bahan dan regenerasi Wanita yang bersama Keiko Kusakabe didaulat menulis buku tentang kain-kain yang dipamerkan itu menjelaskan bahwa kekhasan tenun juga mencirikan daerah asal. Daerah yang berada di selatan hanya membuat tenun. Adapun tenun ikat merupakan keahlian daerah yang berada di utara, yakni Kalurnpang dan Rongkong. Tenun ikat merupakan tenun yang diberi motif dengan cara mengikatnya dan mencelupkan ke bahan pewarna. Warna yang digunakan berkembang dari masa ke masa. Semula masyarakat keempat daerah tersebut hanya mengenal empat wama yakni putih, merah, kuning, dan hitam. Pada masa berikutnya mulai digunakan warna biru. Keiko yang mengamati ten un Sulawesi dan menjelajah daerah-daerah tersebut sejak 1997 menjelaskan metode pewarnaan pun beranjak. "Dulu mereka memakai campuran lumpur tapi sekarang tidak lagi," katanya. Sayangnya kelestarian keindahan ragam hias tenun terancarn. Judi mengatakan, hanya tersisa 4 perajin yang menguasai ragam hias tua. Tidak hanya itu, bahan baku benang pun sullt didapat. Kendala inlpun diakui Wakil Bupati Toraja Utara Frederik Buntang Rombelayuk yang juga hadir di pameran. "Dulu di Toraja ada tanaman bontek, seperti kapas halus. Lalu ada juga yang namanya pondenale. Tapi sekarang sudah jarang ada. Benang sekarang banyak beli di Surabaya," tuturnya. Buntang mengakui masih sulit menyelesaikan kendala ini. Meski begitu, pemerintah daerah setempat terus berusaha menumbuhkan kecintaan masyarakat akan kain adati, salah satunya dengan peraturan mengenakan tenun serninggu sekali bagi pegawai pemda. Judi mengatakan pasokan bahan baku dan pasar merupakan hal yang sarna pentingnya bagi keberlangsungan tenun ini. Tanpa adanya pasar, para generasi muda desa tidak tertarik meneruskan tradisi tefilm. (M-3)

?vte ia Tangga[ :J{a[aman : Jr/<. Tenun ikat dengan motif khas daerah Rongkong dan Kalumpang yang muncul setelah Perang Dunia II. Salah satu contoh tenun dengan teknik pewarnaan. menggunakan lumpur.

:Me ia 'Iangga( Jra(aman Dulu di Toraja ada tanamarr bontek, seperti kapas hal us. Lalu ada juga yang namanya pondenale. Tapi sekarang sudah jarang ada. Benang sekarang banyak beli di Surabaya." Frederik Buntang Rombelayuk Wakil Bupati Toraja Utara Tenun ikat asal Kalumpang dengan motif Ulu Karua di bagian tengah. Koleksi NinnaJusuf Motif k fb,lu YU1i muflwl kaf n I' f mlnt,lat1tuf I