KEADAAN UMUM WILAYAH

dokumen-dokumen yang mirip
Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

GAMBARAN UMUM SWP DAS ARAU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Cidokom Kecamatan Rumpin. Kecamatan Leuwiliang merupakan kawasan

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas IUPHHK-HA CV. Pangkar Begili 4.2 Tanah dan Geologi

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM WILAYAH

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

GAMBARAN UMUM PROVINSI LAMPUNG dan SUBSIDI PUPUK ORGANIK

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

PENINGKATAN PRODUKTIVITAS HUTAN RAKYAT MELALUI PENERAPAN TEKNIK KONSERVASI TANAH LOKAL SPESIFIK (Studi Kasus pada DAS Cisadane)

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyatnya, yaitu dengan cara menggalakan

BAB III GAMBARAN UMUM KOTA BOGOR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

I PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kabupaten Kulon Progo merupakan salah satu dari lima daerah otonom di

IV. KEADAAN UMUM KABUPATEN KARO

IV. KEADAAN UMUM WILAYAH

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Gambaran Umum Provinsi Kalimantan Timur A. Letak Geografis dan Administrasi Wilayah

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Berdasarkan Sekampung Udik dalam Angka (2012), Kecamatan

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

Lampiran 1. Curah Hujan DAS Citarum Hulu Tahun 2003

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN. Desa Purwasari terletak di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Propinsi Lampung. Kabupaten Lampung Tengah terletak pada

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

I. PENDAHULUAN. Lahan merupakan salah satu faktor yang penting bagi kehidupan manusia. Lahan

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

IV. KEADAAN UMUM 4.1. Regulasi Penataan Ruang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penggunaan Lahan

V GAMBARAN UMUM GAPOKTAN SILIH ASIH

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR... UCAPAN TERIMA KASIH... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR, BAGAN DAN PETA...

BAB IV GAMBARAN WILAYAH STUDI

2014 EVALUASI KESESUAIAN LAHAN PERTANIAN UNTUK TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN CIMAUNG KABUPATEN BANDUNG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Kemiling, Kota Bandarlampung. Kota

III. METODE PENELITIAN. kota Bandar Lampung. Kecamatan kemiling merupakan kecamatan hasil

ANALISIS TINGKAT KONVERSI LAHAN PERTANIAN DI KECAMATAN SUMBANG KABUPATEN BANYUMAS

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

KONDISI UMUM BANJARMASIN

MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

KEADAAN UMUM KABUPATEN SINTANG

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kebutuhan manusia akibat dari pertambahan jumlah penduduk maka

KEADAAN UMUM WILAYAH KABUPATEN KATINGAN DAN KOTA PALANGKA RAYA

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

KONDISI UMUM 4.1 Aspek Fisik Wilayah Administrasi

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kecamatan Sragi merupakan salah satu kecamatan dari 17 Kecamatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal sebagai sektor penting karena berperan antara lain sebagai sumber

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang

Perkembangan Potensi Lahan Kering Masam

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM. Bogor Tengah, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Utara, Bogor Selatan, dan Tanah Sareal (Gambar 13).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. terkecil lingkup Balai Besar TNBBS berbatasan dengan:

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KARAKTERISTIK DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

Transkripsi:

KEADAAN UMUM WILAYAH Letak dan Tipe Penggunaan Lahan Keadaan Biofisik Sub DAS Cisadane Hulu dengan luas wilayah 23.739,4 ha merupakan bagian dari DAS Cisadane (156.043 ha), terletak di 106 44 106 56 LS dan 6 36 6 47 BT dan secara administratif berada di kecamatan Cijeruk, Caringin, Ciawi, Tamansari, Ciomas dan Cisarua Kabupaten Bogor dan Kecamatan Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Tengah dan Bogor Barat Kota Bogor Propinsi Jawa Barat. Luas Sub DAS Cisadane Hulu berdasarkan wilayah administrasi kecamatan dapat dilihat pada Tabel 1 dan Gambar 3. Tabel 1. Luas Wilayah Sub DAS Cisadane Hulu berdasarkan Administrasi Kecamatan. Kabupaten/Kota Kecamatan Luas (ha) (%) Kota Bogor Bogor barat 52,3 0,22 Bogor selatan 2.904, 5 12,23 Bogor tengah 76,6 0,32 Bogor timur 16,1 0,07 Jumlah Kota Bogor 3.049,4 12,85 Kabupaten Bogor Caringin 7.679,3 32,35 Ciawi 3.193,4 13,45 Cigombong 4.576,0 19,28 Cijeruk 4.693,8 19,78 Ciomas 73,1 0,31 Cisarua 109,5 0,46 Tamansari 364,2 1,53 Jumlah Kabupaten Bogor 20.689,7 87,15 Jumlah Sub Das Cisadane Hulu 23.739,1 100,00 Sumber : Peta rupa bumi (Bakosurtanal, 1998-2000) Penggunaan lahan di Sub DAS Cisadane Hulu bervariasi meliputi pemukiman, sawah, perkebunan, ladang/tegalan, tanah kosong dan semak belukar yang didominasi oleh sawah dan hutan sebesar 51,35%. Sebaran penggunaan lahan di Sub DAS Cisadane Hulu dapat dilihat pada Tabel 2 dan Lampiran 2.

Gambar 3. Sub DAS Cisadane Hulu berdasar Administrasi Kecamatan 37

38 Tabel 2. Sebaran Penggunaan Lahan di Sub DAS Cisadane Hulu Topografi Jenis Penggunaan Luas Lahan (ha) (%) Hutan 5.256,2 22,14 Perkebunan 3.740,4 15,76 Tegalan/ladang 3.889,3 16,38 Sawah 4.591,1 19,34 Semak/belukar 2.231,2 9,40 Tanah kosong 430,0 1,81 Pemukiman 3.522,4 14,84 Danau/Sungai 78,5 0,33 Jumlah 23.739,1 100,00 Sumber : Peta rupa bumi (Bakosurtanal 1998-2000) Topografi di Sub DAS Cisadane Hulu bervariasi dari datar sampai dengan sangat curam. Dari hasil analisis kelerengan sebagian besar Sub DAS Cisadane Hulu berada pada kelas lereng I (datar) seluas 10.530,8 ha (44,36%) dan kelas lereng V (sangat curam) seluas 4.974,4 ha (20,95%). Sebaran kelas lereng di Sub DAS Cisadane Hulu dapat dilihat pada Tabel 3 dan Lampiran 3. Tabel 3. Sebaran Kelas Lereng di Sub DAS Cisadane Hulu Jenis Tanah Kemiringan Kelas Klasifikasi Luas (%) Lereng (ha) (%) 0-8 I Datar 10.530,8 44,36 8-15 II Landai 4.625,1 19,48 15-25 III Agak Curam 1.921,1 8,09 25-45 IV Curam 1.687,8 7,11 > 45 V Sangat Curam 4.974,4 20,95 Jumlah 23.739,1 100,00 Sumber : Bakosurtanal,Puslittanah, Fak Geografi dan PPLH UGM (1987) Sub DAS Cisadane Hulu terdiri dari 7 macam tanah yaitu Typic Troporthents, Typic Fluvaquen, Typic Tropopsaments, Andic Humitropepts, Typic Humitropepts, Typic Eutropepts dan Typic Hapludands. Asosiasi Typic Hapludands-Typictropopsament mendomonasi wilayah Sub DAS Cisadane Hulu (Tabel 4 dan Lampiran 1).

39 Tabel 4. Sebaran Jenis Tanah di Sub DAS Cisadane Hulu Jenis Tanah Luas ha % Kompleks typic troporthents-typic fluvaquen 1.756,0 7,40 Typic tropopsaments 647,7 2,73 Asosiasi Typic tropopsaments-andic 3.868,7 16,30 humitropepts Asosiasi typic humitropepts-typic eutropepts 458,1 1,93 Typic humitropepts 2.440,3 10,28 Typic eutropepets 2.042,6 8,60 Andic humitropepts 4.622,7 19,47 Asosiasi typic hapludands-typictropopsaments 7.903,0 33,29 Jumlah 23.739,1 100,00 Sumber : Puslittanah dan Agroklimat (1992) Iklim dan Hidrologi Salah satu unsur iklim yang besar pengaruhnya terhadap penggunaan lahan di suatu DAS adalah curah hujan. Curah hujan di Sub DAS Cisadane Hulu tergolong tinggi dengan rata rata curah hujan 3.303,9 mm/tahun. Iklim di Sub DAS Cisadane Hulu adalah bertipe hujan A menurut klasifikasi Schmidt- Ferguson, dengan nilai Q berkisar dari 0,00 dan 0,0357. Sedangkan berdasar klasifikasi iklim menurut Oldeman termasuk tipe B1 dengan distribusi hujan bulanan cukup merata (Lampiran 4), dengan bulan basah (bulan dengan jumlah hujan 200 mm) terjadi selama 8 sampai dengan 10 bulan yaitu dari bulan Agustus atau September sampai April atau Mei dan bulan kering (bulan dengan curah hujan < 100 mm) hanya satu bulan, yaitu bulan Juni atau Juli. Berdasarkan kondisi curah hujan tersebut, maka iklim di Sub DAS Cisadane Hulu tidak menjadi faktor pembatas untuk pengembangan pertanian. Berdasarkan hasil analisis polygon Thiessen pada 5 stasiun yang mempengaruhi Sub DAS Cisadane Hulu, curah hujan tahunan Sub DAS Cisadane Hulu dapat dilihat pada Tabel 5.

40 Tabel 5. Curah Hujan Tahunan Sub DAS Cisadane Hulu Stasiun Curah hujan Luas Rata-rata CH (mm/tahun) (ha) (mm/tahun) Empang 4.083,4 1.974,8 3.303,9 Pd. Gedeh 3.060,3 10.136,9 Ciawi 3.542,9 5.245,0 Kebun raya 4.065,6 21,9 Pasir jaya 3,250,2 6.360,5 Jumlah 18.011,4 23.739,1 Sumber : BMG Dramaga (2007) dan hasil analisis Kependudukan Keadaan Sosial Ekonomi Data kependudukan diperoleh pada tingkat desa yang masuk sebagian atau keseluruhan wilayahnya dalam Sub DAS Cisadane Hulu. Jumlah dan Kepadatan Penduduk. Penduduk di Sub DAS Cisadane Hulu berjumlah 659.210 orang dengan kepadatan penduduk sebesar 28 orang/km 2. Secara rinci data jumlah dan kepadatan penduduk per kecamatan disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Jumlah dan Kepadatan Penduduk di Sub DAS Cisadane Hulu Kabupaten/Kota Luas Penduduk Kepadatan Kecamatan (km 2 ) (orang) (orang/ km 2 ) Kota Bogor Bogor Barat 52,3 16.182 309 Bogor Selatan 2.904,4 154.079 53 Bogor Tengah 76,6 20.213 264 Bogor Timur 16,1 8.797 546 Jumlah Kota Bogor 3.049,4 199.271 65 Kabupaten Bogor Caringin 7.679,3 95.528 127 Ciawi 3.193,4 45.620 14 Cigombong 4.576,0 62.766 13 Cijeruk 4.693,8 187.238 40 Ciomas 73,1 15.910 218 Cisarua 109,5 16.748 153 Tamansari 364,1 36.129 99 Jumlah Kabupaten Bogor 20.689,7 459.939 22 Jumlah Sub Das Cisadane Hulu 23.739,1 659.210 28 Sumber : Monografi Kecamatan (2007)

41 Pendidikan. Tingkat pendidikan masyarakat merupakan salah satu kunci keberhasilan pembangunan, khususnya dalam upaya penyerapan teknologi dan ilmu pengetahuan baru sehingga masyarakat dapat berkembang ke arah yang lebih baik. Tingkat pendidikan masyarakat di Sub DAS Cisadane Hulu sudah relatif baik, dapat dilihat dari adanya masyarakat yang berpendidikan akademi sampai dengan S-3 (Tabel 7). Hal ini diharapkan dapat mendukung adanya inovasi baru dalam penggunaan lahan berkelanjutan. Tabel 7. Tingkat Pendidikan Penduduk di Sub DAS Cisadane Hulu Tingkat Pendidikan Jumlah orang % Belum Sekolah 90.199 13,67 Tidak Tamat SD 137.685 20,89 Tamat SD 222.259 33,72 Tamat SLTP 104.079 15,79 Tamat SLTA 91.203 13,84 Tamat Akademi 8.397 1,27 Tamat S1-S3 5.847 0,83 Jumlah 659.210 100,00 Sumber : Diolah dari BPS (2003) dan Monografi Kecamatan (2007) Mata Pencaharian. Masyarakat di Sub DAS Cisadane Hulu tersebar dari wilayah perkotaan (hilir DAS) sampai pedesaan (hulu DAS) sehingga memiliki keragaman mata pencaharian yang tinggi. Dalam upaya penggunaan lahan berkelanjutan diperlukan adanya kerja sama antara masyarakat di hulu dan hilir DAS. Mata pencaharian masyarakat di Sub DAS Cisadane Hulu dapat dilihat pada Tabel 8. Dari masyarakat yang bergerak di bidang pertanian, terdapat 28.556 keluarga petani dan 2.572 diantaranya termasuk kategori petani gurem (BPS 2003)

42 Tabel 8. Mata Pencaharian Utama Penduduk di Sub DAS Cisadane Hulu Mata Pencaharian Jumlah Keluarga % Pertanian 42.678 51,97 Pertambangan dan Penggalian 504 0,61 Industri 8.252 10,05 Listrik dan Gas 60 0,07 Konstruksi 3.512 4,28 Perdagangan, hotel dan restoran 14.321 17,44 Angkutan 2.117 2,58 Lembaga keuangan lainnya 28 0,03 Jasa 9.218 11,22 Lain-lain 13.430 16,35 Jumlah 82.124 100,00 Sumber : BPS (2003) Lingkungan Sosial Ekonomi Kebijakan Pemerintah. Kebijakan pemerintah yang dituangkan dalam tujuan pengembangan wilayah Kabupaten Bogor (RTRW Kabupaten Bogor) berdasarkan pola dasar pembangunan daerah dan kondisi obyektif wilayah yang mendukung penggunaan lahan berkelanjutan antara lain : 1. Memantapkan fungsi lindung, terutama berkenaan dengan hutan lindung, sempadan sungai dan kawasan peresapan (recharge area) 2. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang wilayah, sesuai dengan potensi atau daya dukung, sehingga bentuk-bentuk kegiatan yang memanfaatkan ruang akan seimbang/sesuai dengan daya dukung ruang tersebut. Kabupaten Bogor yang posisinya di hulu dibandingkan dengan wilayah lain (Jabodetabek), maka fungsi lindung yang diemban oleh Kabupaten Bogor selain ditujukan untuk wilayahnya sendiri juga untuk wilayah lain yang ada di hilir. Arahan pengembangan struktur tata ruang, meliputi : 1. Memanfaatkan perkembangan di bagian wilayah tengah dengan pemantapan fungsi kota-kota yang menjadi pusat pelayanan dan pengintesifan produksi

43 2. Membatasi perkembangan dibagian wilayah hulu, karena itu tidak dikembangkan simpul atau pusat pelayanan. Bagian wilayah ini dilayani oleh simpul-simpul atau pusat di bagian wilayah tengah. Arahan fungsi dan pemanfaatan ruang (Lampiran 5), dibagi dalam 3 (tiga) klasifikasi, yaitu : 1. Wilayah dominasi fungsi lindung, merupakan komplek ekologi hulu dan dalam wilayah ini masih dimungkinkan adanya fungsi budidaya, namun dibatasi agar dominasi fungsi lindung dapat dipertahankan dan dimantapkan. Pengembangan prasarana wilayah, yaitu jalan raya relatif terbatas. 2. Wilayah intensifikasi (peningkatan pengembangan), komplek ekologi hulu sampai hilir merupakan wilayah pelayanan kepada wilayah secara keseluruhan, serta mendukung langsung kegiatan utama produksi wilayah yaitu perkebunan dan pertanian tanaman pangan. 3. Wilayah ekstensifikasi (pengembangan baru), komplek ekologi tengah dan hilir merupakan pengembangan dari kegiatan pada sumbu wilayah, terutama kegiatan perkebunan, tanaman pangan, palawija dan hortikultura. Sejalan dengan upaya pengembangan Kabupaten Bogor, kebijakan Dinas Pertanian dan Kehutanan antara lain : 1. Peningkatan produksi dan produktivitas komoditas unggulan padi, palawija, hortikultura, perkebunan dan kehutanan untuk perbaikan pendapatan petani serta penyediaan bahan baku industri (ketahanan pangan) 2. Peningkatan pertumbuhan vegetasi dan bangunan konservasi untuk mengurangi/menahan laju erosi dan sedimentasi pada lahan kritis serta meningkatkan kapasitas air tanah (revegetasi)

44 3. Peningkatan penguasaan jaringan informasi dan inovasi teknologi pertanian dan kehutanan (IPTEK on dan off farm) 4. Peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan kelembagaan pertanian yang berorientasi agribisnis (SDM) 5. Peningkatan usaha tani pertanian dan kehutanan dengan memenuhi kebutuhan infrastruktur serta akses pemasaran komoditas pertanian dan kehutanan (sapras). Kelembagaan Pertanian. Kelembagaan pertanian di Sub DAS Cisadane Hulu meliputi kelembagaan formal pemerintah yang diemban oleh Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Bogor dan UPTD dibawahnya, Dinas Perikanan dan Peternakan Kabupaten Bogor serta Dinas Agroindustri Kota Bogor. Lembaga non formal meliputi kelompok tani dan LSM yang bergerak dibidang pertanian. Kelompok tani yang berorientasi pada agribisnis terdiri dari kelompok usaha pelayanan jasa alat dan mesin pertanian (alsintan) (UPJA) 1 kelompok, P4S (Pusat pelatihan pertanian dan pedesaan swadaya) 5 kelompok, kelompok tani pertanian organik 4 kelompok, penangkar benih 15 kelompok tani dan 19 perusahaan, kelompok tani yang sudah menjalin kemitraan dengan pihak ketiga sebanyak 14 kelompok dan kelompok pengelolaan hutan bersama masyarakat (PHBM) 1 kelompok (Distanhut 2006). Infrastruktur Ekonomi dan Pertanian Infrastruktur ekonomi dan pertanian di Sub DAS Cisadane Hulu yang menunjang kegiatan ekonomi dan pertanian cukup tersedia, meliputi jalan beraspal sepanjang 257,63 km, jalan kerikil 145,17 km dan jalan tanah 60,35 km

45 yang kondisinya cukup memadai, selain itu juga telah tersedia 4 kios sarana produksi pertanian (tidak termasuk kota Bogor). Untuk menunjang pengolahan hasil pertanian dan perkebunan di Sub DAS Cisadane Hulu tersedia unit pengolahan hasil pala 4 lokasi dan teh 3 lokasi. Selain itu juga terdapat kelompok pengolah hasil pertanian seperti kripik, rangginan, manisan pala, malaka, sirup markisa, sirup nenas, dodol, tahu, tempe, instan herbal, dapros, slodok dan kutu mayang. Dalam rangka mendukung pengolahan padi, di Sub DAS cisadane hulu telah ada 41 perusahaan penggilingan padi. (Distanhut 2006). Hasil pertanian dan perkebunan dapat di pasarkan di 11 buah pasar tradisional di Sub DAS Cisadane Hulu dan supermarket yang telah ada di Kota Bogor. Sarana dan Prasarana Lain. Sarana pendidikan formal yang ada yaitu 282 gedung SD/MI, 71 gedung SLTP/Tsanawiyah, 39 gedung SLTA/Aliyah, 5 Akademi/Perguruan Tinggi baik negri maupun swasta.untuk menunjang proses pendidikan non formal berupa kegiatan penyuluhan kepada masyarakat di Sub DAS Cisadane hulu, dilayani oleh 3 (tiga) UPTD penyuluhan pertanian dan kehutanan yaitu UPTD Dramaga, Ciawi dan Caringin. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang pertanian, kehutanan, peternakan dan perikanan telah tersedia 2 lembaga penelitian/pelatihan yaitu Balai Besar Diklat Agribisnis Pertanian dan Keswa (Kecamatan Caringin) dan Balai Penelitian Ternak (Kecamatan Ciawi). Sarana kesehatan berupa 168 buah posyandu, 22 buah puskesmas, 20 buah klinik/balai pengobatan dan 1 buah rumah sakit.