I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian pada saat ini khususnya perkebunan lebih diarahkan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. untuk bisa menghasilkan kontribusi yang optimal. Indonesia, khususnya pengembangan agroindustri.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

I.PENDAHULUAN Selain sektor pajak, salah satu tulang punggung penerimaan negara

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. untuk mendatangkan hasil dalam bidang pertanian. tanaman yang diusahakan yaitu tanaman pangan, hortikultura dan tanaman

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah trofis dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyeti. Abstraksi

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertukaran barang dan jasa antara penduduk dari negara yang berbeda dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Keywords: Sistem Informasi Georafis, Pemetaan, Pabrik Sawit

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

I. PENDAFIULUAN. Tanaman kelapa sawit {Elaeis guineensis Jacq') merapakan tanaman

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. diarahkan pada berkembangnya pertanian yang maju, efisien dan tangguh.

BAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir, produk kelapa sawit merupakan produk perkebunan yang. hampir mencakup seluruh daerah tropis (RSPO, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya hubungan saling ketergantungan (interdependence) antara

PENDAHULUAN. Latar Belakang

ANALISIS DAYA SAING EKSPOR KOMODITI CRUDE PALM OIL (CPO) PROVINSI RIAU. Eriyati Rosyetti. Abstraksi

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat

BAB I PENDAHULUAN. (pendapatan) yang tinggi. Petani perlu memperhitungkan dengan analisis

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. yang berlimpah. Dimana sebagian besar penduduknya. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Hal ini sebenarnya tidak terlalu

PELUANG INVESTASI BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA. Makalah. Disusun Oleh : Imam Anggara

KELAPA SAWIT: PENGARUHNYA TERHADAP EKONOMI REGIONAL DAERAH RIAU. Abstrak

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Agribisnis kelapa sawit mempunyai peranan yang sangat besar dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

PENDAHULUAN. daratan menjadi objek dan terbukti penyerapan tenaga kerja yang sangat besar.

Hermanto (1993 ; 4), menyebutkan bahwa pembangunan pertanian termasuk didalamnya tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, perikanan, peternakan,

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana sektor pertanian merupakan

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

BAB I PENDAHULUAN. pada 2020 dan berdasarkan data forecasting World Bank diperlukan lahan seluas

BAB I PENDAHULUAN. Produksi Minyak Sawit Dunia, Gambar 1.1 Grafik Produksi Minyak Sawit Dunia, (FAO, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. sawit nasional karena kelapa sawit merupakan salah satu komoditas unggulan di Indonesia dan

BAB I. PENDAHULUAN. kerja seluas-luasnya sekaligus pemerataan pembangunan. Data kontribusi sub

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

Metodologi Pemeringkatan Perusahaan Kelapa Sawit

BAB I PENDAHULUAN. Setiap lingkungan dipermukaan bumi memiliki ciri fisik yang berbedabeda

Boks 1. DAMPAK PENGEMBANGAN KELAPA SAWIT DI JAMBI: PENDEKATAN INPUT-OUTPUT

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

I. PENDAHULUAN. devisa non migas, penyedia lapangan kerja, dan berkaitan langsung dengan

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RINGKASAN EKSEKUTIF. Tim Peneliti: Almasdi Syahza; Suwondo; Djaimi Bakce; Ferry HC Ernaputra; RM Riadi

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN. dengan baik bisa mendapatkan hasil yang sangat menguntungkan dari industri produk

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

I. PENDAHULUAN. usaha perkebunan mendukung kelestarian sumber daya alam dan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. penting dalam perekonomian nasional. Pada tahun 2012, sumbangan sektor

PENDAHULUAN. pertanian. Kenyataan yang terjadi bahwa sebagian besar penggunaan lahan di. menyangkut kesejahteraan bangsa (Dillon, 2004).

I. PENDAHULUAN konstribusi yang besar bagi devisa negara, khususnya karena pergeseran pangsa

II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tahun

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan, 2012 Gambar 1 Perkembangan dan produksi kelapa sawit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam perekonomian Indonesia. Bahkan komoditi teh juga menjadi

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Persebaran Lahan Produksi Kelapa Sawit di Indonesia Sumber : Badan Koordinasi dan Penanaman Modal

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia tidak lain terbentuk karena letak geografis yang strategis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kelapa sawit merupakan komoditas perdagangan global

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan pertanian pada saat ini khususnya perkebunan lebih diarahkan untuk menunjang program peningkatan memperoleh devisa melalui ekspor dan memenuhi kebutuhan dalam negeri. Selain itu juga berupaya untuk meningkatkan taraf hidup petani, memperluas lapangan kerja, dan kesempatan berusaha melalui peningkatan hasil-hasil produksi pertanian. Salah satu komoditi andalan di sektor perkebunan adalah tanaman kelapa sawit dan karet. Tanaman Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.j merupakan komoditas primadona perkebunan yang memegang peranan dalam usaha meningkatkan devisa negara dari sektor non migas. Hal ini disebabkan produk olahan kelapa sawit seperti minyak kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil atau CPO) dan minyak inti kelapa sawit mentah (Crude Palm Cemel Oil atau CPCO) mempunyai pangsa pasar yang sangat terbuka baik dalam negeri maupun untuk ekspor. Disamping itu, minyak kelapa sawit merupakan bahan baku utama minyak goring dan produk turunan lainnya yang banyak dipakai di seluruh dunia. Peiuang untuk pengembangan agribinis kelapa sawit masih cukup terbuka bagi Indonesia, terutama karena ketersediaan sumberdaya alam/lahan, tenaga kerja, teknologi maupun tenaga ahli. Dengan posisi sebagai produsen terbesar kedua saat ini dan menuju produsen utama di dunia pada masa depan, Indonesia perlu memanfaatkan peiuang i:ii dengan lebih baik, mulai dari perencanaan sampai dengan upaya menjaga agar tetap bertahan pada posisi menuju sebagai negara penghasil utama kelapa sawit di dunia. Disamping itu, tuntutan akan kesejahteraan

2 masyarakat secara berkeadilan perlu juga menjadi pertimbangan. Tugas ini tentu sangat berat, dan untuk itu perlu dilakukan upaya yang tepat untuk pengembangan agribinis kelapa sawit Indonesia. Provinsi Riau merupakan provinsi yang memiliki perkebunan kelapa sawit terluas di Indonesia. Sekitar 25,3 % dari luas total areal perkebunan kelapa sawit Indonesia terletak di Provinsi Riau. Berdasarkan data statistik (Riau Dalam Angka, 2005), luas lahan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau mencapai 8.646.191 ha, yang merupakan 17.19 % dari luas daratan Riau. Hal ini menggambarkan begitu pesatnya perkembangan perkebunan kelapa sawit di Provinsi Riau, sekaligus memberikan suatu gambaran bahwa perkebunan kelapa sawit sangat prospektif dan sangat diminati tidak saja oleh para investor, tetapi juga masyarakat. Tanaman perkebunan lain yang juga memiliki prospek cukup cerah adalah komoditi karet. Hal ini dapat dilihat dari pengkonversian tanaman karet menjadi kelapa sawit yang menyebabkan komoditi karet ini mengalami peningkatan harga. Selain itu, dengan pembukaan perkebunan karet, mampu menyerap tenaga kerja cukup banyak sehingga taraf hidup masyarakat dapat lebih ditingkatkan teaitama bagi petani karet. Harus diakui bahwa sejak diperkenalkan karet sintesis pada dekade 1950-an kebutuhan karet alam mengalami penurunan karena banyak fungsi karet alam yang tergantikan oleh karet sintiisis. Apalagi karet sintesis dapat diproduksi dalam jumlah sesuai dengan kebutuhan tanpa mempengaruhi harga. Namun, bagaimana pun keunggulan karet alam tetap belum bisa ditandingi oleh karet sintesis, terutama daya elastisitas dan plastisitasnya yang lebih bagus ( Setiawan, 2005).

3 Pada tahun mendatang, kebutuhan karet sintesis diproyeksikan semakin berkurang dan sebaliknya karet alam semakin bertambah. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kesadaran terhadap kelestarian lingkungan dan penggunaan bahanbahan sintesis berpotensi merusak lingkungan hams dibatasi. FaktOr lain yang menyebabkan penggunaan karet sintesis semakin berkurang adalah karena jumlah ladang minyak bumi dan batu bara yang mempakan bahan baku karet sintesis juga semakin berkurang (Setiawan, 2005). Menurut Setiawan, berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Frieg Universileit, Belanda, pada tahun 2020 mendatang kebutuhan karet dunia mencapai lebih dari 25 juta ton dan 13,472 juta ton diantaranya karet alam. Padahal, kemampuan negara-negara produsen karet alam untuk memenuhinya hanya sekitar 7,8 juta ton, sehingga masih mengalami kekurangan permintaan sebesar 5,654 juta ton (Setiawan, 2005). Dengan demikian, hal ini merupakan suatu peiuang yang sangat baik bagi Indonesia, dan Riau pada kliususnya, untuk mengembangkan dan meningkatkan produksi tanaman karet dengan memanfaatkan potensi lahan yang ada. Dalam membudidayakan suatu komoditas, langkah awal dalam usaha meningkatkan produksi dan kualitas komoditas tersebut adalah mengetahui tingkat kesesuaian lahan areal perkebunan yang akan dikembangkan. Pengelolaan wilayah yang baik sangat memerlukan ketersediaan sumberdaya alam dan informasi pendukung lainnya serta implementasi pengelolaan wilayah berupa perencanaan penggunaan lahan. Untuk kepentingan perencanaan pembangunan pertanian, sebagai contoh, maka informasi mengenai kesesuaian lahan sangat diperlukan oleh berbagai inslansi yang bergerak di bidang perencanaan pembangunan pertanian,

4 baik di tingkat provinsi maupun kabupaten. Pembangunan perkebunan kelapa sawit maupun karet di daerah Riau sampai saat ini umumnya masih mengkaji dari segi ekonomi saja tanpa memperhitungkan faktor karakteristik lahan atau kajian agronomis yang mempengaruhi ekonomi tersebut. Sektor pertanian maupun perkebunan yang tangguh dan lestari akan terwujud jika didukung oleh sistem perencanaan yang akurat dan terukur. Karena semua itu merupakan faktor yang mempengaruhi pembangunan yang berkelanjutan, termasuk faktor pendukung dan pembatas, dipikirkan sejak awal dan dituangkan dalam sebuah informasi berupa database dan peta pembangunan pertanian, serta perkebunan. Lahan yang luas dan subur dengan kualitas sumberdaya manusia yang berpikiran maju merupakan faktor pendukung utama. Namun demikian, dengan kondisi lahan yang terbatas dan kemampuan lahan tidak merata, maka pengembangan pertanian, dan perkebunan yang berkelanjutan harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan. Tidak semua lahan cocok untuk pengembangan suatu komoditi, karena dipengaruhi oleh faktor-faktor alam, seperti: iklim, topografi, hidrologi dan sifat fisik tanah. Keberhasilan usahatani sangat tergantung dengan terpeniihinya persyaratan minimum yang dibutuhkan oleh komoditi yang ditanam. Meskipun demikian, beberapa kendala alam yang menyangkut kondisi tanah, dapat diperbaiki oleh manusia, misalnya dengan jalan pengairan, pengundakan, pembajakan dalam, atau pemupukan. Disamping kendala fisik tanah, kerapkali juga terjadi kendala sosial, ekonomi atau politik di dalam produksi pertanian.

5 Oleh karena itu, salah satu kajian yang dapat dilakukan untuk mengevaluasi terhadap aspek agronomi dan aspek sosio-ekonomi yang penting adalah menentukan kriteria kesesuaian lahan untuk berbagai jenis komoditas pertanian yang akan dikembangkan. Kriteria kesesuaian lahan tersebut disusun agar dapat digunakan untuk memprediksi potensi lahan dari suatu wilayah terhadap komoditas tertentu. Caranya adalah mencocokkan kualitas dan sifat-sifat lahan wilayah tersebut dengan kriteria tingkat kesesuaian lahan yang disusun berdasarkan persyaratan tumbuh tanaman untuk komoditas yang diteliti. Provinsi Riau yang terdiri dari sebelas kabupaten dan kota, memiliki kondisi alam yang beragam. Keanekaragaman geografis dan topografi tersebut menyebabkan komoditas yang dikembangkan berbeda-beda di tiap daerah dan juga akan mempengaruhi produktivitas tanaman. Faktor pembatas yang umum dijumpai adalah kurangnya informasi dan data yang akurat tentang kondisi sumber daya alam, dimana data dan informasi merupakan instrument yang sangat penting dalam perencanaan pembangunan. Penggunaan dan pemanfaatan sumber daya lahan yang optimal sesuai dengan daya dukung yang dimilikinya akan dapat dilakukan apabila tersedia informasi dan data yang akurat mengenai kesesuaian lahan di masingmasing wilayah yang bersangkutan. Penggunaan teknologi berbasis komputer untuk mendukung perencanaan tersebut rnutlak diperlukan untuk menganalisis, memanipulasi dan menyajikan informasi dalam bentuk tabel dan keaiangan yang bersifat geografis multidimensi, Karena sclama ini, informasi data yang disediakan kebanyakan hanya berupa data tabcl, grafik, ataupun laporan. Salah satu teknologi yang memiliki kemampuan dalam melakukan analisis data, memberikan gambaran, penjelasan dan perkiraan

6 dari suatu kondisi faktual yang bereferensi geografis tersebut adalah Sistem Infonnasi Geografis (SIG). Dari sekian banyak sistem informasi, Sistem Infonnasi Geografis merupakan salah satu model sistem informasi yang berkembang saat ini dan banyak digunakan untuk membuat berbagai keputusan, perencanaan, dan analisis, Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan Teknologi informasi yang menggabungkan unsur peta dan atributnya. SIG adalah suatu teknologi yang menjadi alat bantu dalam menyimpan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan kembali kondisi-kondisi alam dengan bantuan data atribut dan data spasial (grafls/peta) (Prahasta, 2001). SIG dapat diterapkan dalam berbagai bidang kehidupan. Aplikasi SIG di bidang sumber daya alam salah satunya digunakan untuk menentukan kesesuaian lahan pertanian. SIG dapat menemukan lokasi yang memenuhi beberapa syarat sekaligus (Prahasta, 2001). Sebagai contoh, SIG dapat menentukan lokasi yang sesuai untuk pengembangan komoditas pertanian dengan beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Mengingai Laiiaman perkebunan memiliki arti penting bagi pembangunan pertanian khususnya kelapa sawit dan karet yang saat ini sedang digalakkan pengembangannya, maka untuk mendapatkan model, informasi dan gambaran keruangan tentang komoditas yang cocok di Provinsi Riau secara cepat akurat dan terinlegrasi, perlu dilakukan kegiatan Perancangan Visualisasi Web untuk Kesesuaian Lahan khususnya Perkebunan Kelapa sawit dan Karet dengan menggunakan metode Sistem Informasi Geografis (SIG).

7 1.2. Pernia.salahan Kesesuaiaan lahan merupakan salah satu faktor penting di dalam membudidayakan tanaman agar diperoleh produksi tanaman yang optimal yang secara langsung berpengaruh pada pendapatan petani. Dewasa ini, ada kecenderungan para petani berlomba-lomba mengkonversi lahannya untuk ditanam kelapa sawit, tanpa menyadari bahwa lahan tersebut mungkin akan lebih sesuai jika ditanam dengan tanaman perkebunan lain yang bukan kelapa sawit. Tanaman karet dan kelapa sawit untuk dapat tumbuh dan berproduksi memerlukan persyaratan iklim dan tanah tertentu. Untuk keperluan evaluasi lahan maka persyaratan tumbuh ini dijadikan dasar dalam rrienyusun kriteria tingkat kesesuaian lahan, dalam bentuk kualitas dan karakteristik lahan. Oleh karena itu, studi ini mencoba untuk memberikan informasi dalam menvisualisasikan kesesuaian lahan perkebunan kelapa sawit dan karet di Provinsi Riau berdasarkan data-data yang ada melalui Sistem Informasi Geografis (SIG). Untuk pengelolaan areal perkebunan yang sangat luas, sistem informasi geograti sangat rnembantu terutama dalam mendapatkan data lapangan secara lebih akural dan relatif cepal jika dibandingkan dengan cara konvensional. Digunakannya sistem informasi geografis, karena sistem ini memiliki kelebihan dibanding dengan metode konvensional. Sistem ini memberikan informasi unsur spasial berupa data keruangan atau geografis, pengembangan dan visualisasi memerlukan software komersial seperti Arcview, Maplnfo dan sebagainya. Perancangan visualisasi berbasis web (WebSlG) meyakinkan pengguna dalam memanfaatkan informasi yang akan ditampilkan secara interaktif tanpa harus direpotkan dengan menginstal dan memahami penggunaan software seperti

8 ArcView dan Maplnfo. Pengguna cukup menggunakan browser seperti Internet Explorer dan Mozilla agar dapat memanfaatkan informasi secara interaktif dan terintegrasi. Perancangan Visualisasi WebSIG untuk kesesuaian lahan perkebunan kelapa sawit dan karet menghasilkan peta berupa peta tematik dan peta interaktif kesesuaian lahan serta produksi untuk kelapa sawit dan karet yang dapat diakses via internet. Pengembangan SIG berbasis web (WebSIG) memungkinkan penggunaan sistem ini secara lebih efektif karena dapat menjangkau pengguna {user) yang lebih!uas. WebSIG bersifat on-line, dan merupakan suatu informasi geografis yg dapat diakses secara global oleh penggunanya. Dengan menggunakan media internet {website) pengguna dapat langsung mencari dan melihat informasi data spasial yang dibutuhkan, sistem ini dapat diakses dimana saja, kapan saja dan untuk siapa saja, sehingga infonnasi ini dapat memudahkan para pengguna termasuk petani dan semua pihak yang terkait dalam memperoleh informasi mengenai peta kesesuaian lahan kelapa sawit dan karet, melakukan analisis, mengambil suatu keputusan dan mendapat manfaat baik langsung maupun tidak langsung serta dapat memberi gambaran pengaruh produksi terhadap produktivitas dan pendapatan usahatani kelapa sawit maupun karet. 1.3. Tujuan dan Manfaat Penclitiaii Tujuan penulisan skripsi ini adalah untuk mengimplementasikan Sistem Informasi Geografis dalam menentukan dan menampilkan daerah yang memiliki potensi kesesuaian lahan untuk tanaman perkebunan kelapa sawit dan karet. Secara khusus dapat dirinci untuk:

9 a. Menentukan wilayah yang potensial untuk perkebunan kelapa sawit dan karet di Provinsi Riau dengan menvisualisasikan peta tematik kesesuaian lahan. b. Menentukan wilayah yang dapat dijadikan sentra produksi komoditas kelapa sawit dan karet di Provinsi Riau. c. Mengembangkan peta interaktif dengan Sistem Informasi Geografis berbasis Web (WebSIG) yang diaplikasikan di bidang perkebunan sebagai bagian dalam perencanaan wilayah dan pengambilan keputusan yang dapat diakses melalui via internet sehingga pengguna dapat mengaksesnya kapan saja dan dimana saja. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk : a. Memberikan informasi ben'pa visualisasi kesesuaiaan lahan perkebunan kelapa sawit dan karet di berbagai wilayah Provinsi Riau melalui peta SIG. b. Dapat dijadikan sebagai bahan kajian serta pertimbangan di dalam pengambilan keputusan untuk membudidayakan tanaman perkebunan dengan melihat data yang diwakili dalam peta kesesuaian lahan, baik bagi petani sebagai pelaku usaha, semua pihak yang terkait, maupun pemerintah daerah Riau selaku pembuat kebijakan terhadap pembangunan pertanian.