BAB I PENDAHULUAN. sangat membutuhkan devisa untuk membiayai pembangunan Nasional. Amanat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 2007). Indonesia merupakan salah satu Negara kepulauan terbesar yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI KEBUTUHAN PENGEMBANGAN KOMPONEN WISATA DI PULAU RUPAT KABUPATEN BENGKALIS TUGAS AKHIR. Oleh : M. KUDRI L2D

PENDAHULUAN Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang begitu kaya, indah dan

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. ini menjadi agenda utama pemerintah Indonesia.

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Pembangunan pariwisata di Indonesia berdasarkan Undang Undang No. 10. Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mempunyai tujuan antara lain: (a)

I. PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu fenomena sosial, ekonomi, politik, budaya,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian dan pembangunan di Bali sejak tahun 1970-an. Oleh karena itu

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasikan sektor-sektor produktif lainnya (Pendit,

BAB I PENDAHULUAN. negara yang memiliki kawasan pesisir yang sangat luas, karena Indonesia

BAB VIII SIMPULAN DAN SARAN. Dari Penelitian Strategi pengembangan daya tarik wisata kawasan barat Pulau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENDAHULUAN Latar Belakang

dari laut serta karangnya sampai kepada keindahan panorama gunung yang masyarakat lokal sampai kepada tradisi adat istiadat masyarakat Bali.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia sebagai negara kepulauan mempunyai lebih dari pulau dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI

BAB II DISKIRPSI PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya banyak yang dihuni oleh manusia, salah satunya adalah Pulau Maratua

UPAYA PENGEMBANGAN EKOTURISME BERBASIS PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI KABUPATEN CILACAP

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

BAB VIII KESIMPULAN, SARAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. (1). Potensi sumberdaya di kawasan pesisir Taman Konservasi Laut Olele.

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

PENGARUH AKTIVITAS PARIWISATA TERHADAP KEBERLANJUTAN SUMBERDAYA WISATA PADA OBYEK WISATA PAI KOTA TEGAL TUGAS AKHIR

PENDAHULUAN Latar Belakang

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini terdapat empat komponen yaitu latar belakang yang berisi halhal

PROFILE PELABUHAN PARIWISATA TANAH AMPO

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. dari berbagai indikator, seperti sumbangan terhadap pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang terbentang antara

Holiday Resort, Senggigi-Lombok, 22 Mei 2017

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang diandalkan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

BAB I PENDAHULUAN. berkembang. Seperti halnya di Indonesia, sektor pariwisata diharapkan dapat

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

7. KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WISATA BAHARI DI KAWASAN PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pembangunan kepariwisataan

BAB I PENDAHULUAN. dan teknologi, sehingga keadaan ini menjadi perhatian besar dari para ahli dan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

UPAYA PENGEMBANGAN MINAPOLITAN KABUPATEN CILACAP MELALUI KONSEP BLUE ECONOMY

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi wisata baik dari segi sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. nusantara maupun wisatawan mancanegara. Hal ini dikarenakan. yang dapat dimanfaatkan sebagai kegiatan di bidang pariwisata.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar didunia. Memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditengarai terdapat pergeseran orientasi, dari mass tourism menuju ke alternative

I. PENDAHULUAN. bagi pendapatan suatu negara. Pada tahun 2007, menurut World Tourism

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 5 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tujuan utama pengembangan pariwisata sebagai industri, adalah untuk meningkatkan perolehan devisa. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang, sangat membutuhkan devisa untuk membiayai pembangunan Nasional. Amanat Pembukaan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 adalah meningkatan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Oleh karena itu sasaran pembangunan pariwisata pada dasarnya adalah untuk meningkatkan status pariwisata dari sub-sektor pembangunan menjadi sektor pembangunan andalan yang mampu menggiatkan perekonomian dan sektor-sektor lain yang terkait. Sebagai suatu industri jasa, pariwisata diharapkan dapat berfungsi sebagai agen dalam pembangunan (Yoeti, 2008 : 35) Perencanaan, pengembangan dan pemasaran suatu destinasi wisata memerlukan kerjasama dan koordinasi berbagai pihak: pejabat pemerintah, perencana fisik, arsitek, analis finansial, investor, pakar ekonomi, sosiolog, arkeolog, dan elemen yang terkait didalamnya. (Weaver dan Opperman, dalam Pitana, 2005: 44) Pembangunan kepariwisataan secara ekonomi menjanjikan kesejahteraan bagi masyarakat. Pengelolaan yang baik dan bersinergi dengan sektor lainnya diharapkan mampu memberikan manfaat kepada masyarakat secara luas, baik itu dalam pemerataan kesempatan kerja, pemanfaatan produk-produk pertanian lokal 1

2 serta pemanfatan potensi lokal yang lainnya. Pengembangan kawasan pariwisata tanpa melibatkan peran serta atau partisipasi masyarakat, maka pariwisata akan dinikmati oleh sebagian kecil golongan saja tanpa memperhatikan local genius yang lain, tentu pada akhirnya akan membawa dampak yang tidak baik dalam pembangunan pariwisata, bersifat kontradiktif dengan isu pembangunan yang berwawasan lingkungan dan pariwisata berkelanjutan (sustainable tourism). Pariwisata diharapkan mampu menjembatani kepentingan semua pihak, baik itu pelaku pariwisata itu sendiri, lingkungan serta budaya yang merupakan satu kesatuan yang utuh dari mata rantai pariwisata yang tidak dapat dipisahkan. Bali merupakan salah satu destinasi wisata di Indonesia yang sudah mendunia yang banyak dikunjungi oleh wisatawan mancanegara. Sebagai salah satu destinasi andalannya adalah seni, budaya dan khasanah baharinya yang eksotis. Perkembangan dan pertumbuhan pembangunan pariwisata wisata bahari di Bali, sudah banyak mengalami kemajuan seperti, aktivitas wisata bahari di Tanjung Benoa, Tulamben, Ponjok Batu, di sekitar Teluk Padang, dan Pulau Menjangan. Kegiatan tersebut telah memberikan manfaat secara sosial ekonomi kepada masyarakat, pengusaha dan pemerintah. Pembangunan pariwisata yang berlebihan juga memberikan dampak negatif terhadap lingkungan pesisir. Banyak sumber daya pesisir di Bali mengalami kerusakan seperti pada biota laut, dan keanekaragamnnya, serta banyaknya bangunan yang ada di pantai yang tidak mengindahkan sempadan pantai, sehingga kerusakan kian hari kian meningkat.

3 Selain kerusakan pada biota laut dan keanekaragaman hayatinya, kerusakan juga terjadi pada garis pantai. Garis pantai Bali yang saat ini terabrasi dengan laju 3,7 km pertahun dan 50-100 meter inland, pembuangan limbah ke pantai dan pembabatan hutan bakau. Hingga akhir tahun 2008 ini penambahan erosi mencapai 91.070 kilometer atau 20 persen dari total panjang pantai di Bali 436.500 kilometer. Kerusakan pesisir yang lain terjadi interusi air laut di sejumlah kawasan wisata sudah mencapai lebih dari enam meter dari pantai ke darat (www.kompas.co.id). Jika kerentanan-kerentanan ekologi ini terakumulasi maka akan dapat meledak menjadi bencana ekologi, sehingga kedepan diperlukan penataan yang lebih baik yang mengacu pada pariwisata berkelanjutan. Otonomi daerah, menjadikan pesatnya pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pembangunan yang tidak terkontrol dan mengabaikan peraturan akan membuat kondisi lingkungan fisik menjadi rusak, terkikisnya ruang terbuka hijau dan orientasi pembangunan yang salah sasaran. Pengembangan kawasan yang tidak berbasis kepada masyarakat lokal (community based tourism development) namun cendrung kepada investasi besar, menyebabkan palemahan (alam) Bali mengalami pergesaran dan terjadi distorsi. Hal ini terlihat dari semakin kritisnya lahan produktif, abrasi di sepanjang pantai, pencemaran sungai, hilangnya sempadan pantai dan jurang, serta pengembangan suatu kawasan pariwisata yang tidak terkontrol yang tidak memiliki Rencana Induk Kepariwisataan (RIK) yang jelas. (Gede Ardika,Bali Post, 29 Nopember 2008)

4 Kabupaten Klungkung, terdiri dari empat kecamatan. Tiga kecamatan berada di daratan (Klungkung, Banjarangkan dan Dawan), sedangkan satu kecamatan Nusa Penida berada di kepulauan yang terdiri dari Pulau Nusa Penida, Pulau Lembongan dan Pulau Nusa Ceningan. Wilayah kepulauan ini berpotensi dikembangkan sebagai objek wisata bahari. Potensi pariwisata utama yang dimiliki kawasan Nusa Penida adalah wisata bahari. Sumber daya atau potensi wisata yang dimiliki di kawasan pesisir Pulau Nusa Lembongan adalah sebagai berikut : (1) panorama alam pantai yang menawan dengan hamparan pasir putih, ombak yang baik untuk para peselancar; (2) khasanah dan keunikan alam bawah laut; (3) hutan bakau (mangrove),; (4) karang pantai (clift ) di pesisir barat Nusa Lembongan (dream beach)); (5) hamparan budi daya rumput laut; (6) kehidupan komunitas nelayan; (7) fasilitas akomodasi, dan fasilitas lain di kawasan Nusa Lembongan. Pengembangan suatu destinasi yang disampaikan oleh Bagus Sudibia seorang praktisi pariwisata pada suatu kesempatan di Nusa Penida, dimana mengharapkan pengembangan pariwisata di kawasan tiga Nusa, berbasis masyarakat, serta menggandeng masyarakat untuk menentukan investasi, seperti apa yang dibutuhkan untuk menunjang penggalian potensi yang ada tersebut, yang tak kalah juga penting adalah pembentukan suatu badan otorita yang menangani kepariwisataan tersebut. (Bali Post, 1 Desember 2008). Nusa Lembongan sebagai destinasi pariwisata yang sedang berkembang, disukai oleh wisatawan asing sebagai tempat untuk berwisata bahari dan aktivitas menyelam (diving). Potensi yang dimiliki oleh Nusa Lembongan dalam

5 pengembangannya didukung dengan program pengembangan yang terarah, seperti kesiapan sumber daya manusia (SDM), infrastruktur, regulasi dan pengawasan. Pengembangan kepariwisataan seharusnya didahului dengan perencanaan induk kepariwisataan yang mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) (I Gede Ardika dalam penyuluhan Sadar wisata di Desa Lembongan, (Bali Post, 29 Nopember 2008). Berdasarkan pengamatan di lapangan, pembangunan infrastruktur yang sudah dibangun pemerintah seperti prasarana jalan yang menghubungkan daya tarik wisata yang satu dengan yang lainnya belum memadai (badan jalan lebar 3 meter), belum adanya penataan drainase (saluran tinja), belum adanya trotoar (pejalan kaki) di sepanjang jalan yang menunju pusat aktivitas pariwisata, transportasi darat yang masih menggunakan mobil bak terbuka untuk mengangkut wisatawan yang mengelilingi daya tarik wisata, begitupula dengan fasilitas perhubungan laut di Nusa Lembongan. Penyediaan sarana transportasi laut berperan dalam mempercepat akses menunju kawasan dimana belum terjadwalnya transportasi secara reguler (regular time schedule), dimana sekarang ini masih mengandalkan perahu tradisional dengan daya angkut terbatas. Kualitas dan kuantitas fasilitas keselamatan penumpang, life guard, polisi pariwisata dan perangkatnya masih sangat minim. Fasilitas telekomunikasi dan informasi seperti pusat pusat informasi, internet, telepon dan fasilitas lain belum memadai. Begitupula dengan fasilitas sanitasi seperti drainase, tempat pembuangan sampah, toilet dan fasilitas lainnya. Dengan demikian

6 fenomena tersebut diharapkan sebagai barometer dalam menentukan arah pengembangan di Nusa Lembongan. Pembangunan pariwisata yang komprehensif dan berkelanjutan diharapkan dapat memberikan kontribusi yang nyata bagi pelaku usaha pariwisata, masyarakat lokal, serta pemerintah sebagai pemegang kebijakan. Disamping itu pelibatan masyarakat dalam pengembangan, merupakan bagian dari pariwisata berkelanjutan dan berbasis pada masyarakat. Sebagai kawasan pariwisata (berdasarkan Perda Provinsi Bali No.3 tahun 2005 dan Keputusan Gubernur nomor 528/1993), kebijakan pengembangan pariwisata di Nusa Lembongan selama ini masih tumpang tindih, dilain pihak kewenangan pengembangan dan pengelolaan wisata tirta berada di Pemerintah Provinsi Bali. Disisi lain tanggungjawab kawasan ditangani oleh Pemerintah Kabupaten Klungkung. Selama ini pendapatan atau retribusi dari usaha tirta sebagian besar masuk ke kas provinsi (RDTR Kabupaten Klungkung,laporan 2006). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa bentuk pengembangan daya tarik wisata bahari di Nusa Lembongan? 2. Apa peran stakeholders dalam pengembangan daya tarik wisata bahari di Nusa Lembongan? 3. Bagaimana manfaat pengembangan daya tarik wisata bahari di Nusa Lembongan bagi masyarakat, dunia usaha dan pemerintah?

7 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian tentang pengembangan daya tarik wisata bahari di Nusa Lembongan, kabupaten Klungkung bertujuan sebagai berikut : 1.3.1.Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mengkaji pengembangan yang ideal pada daya tarik wisata bahari di Nusa Lembongan. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui bentuk pengembangan daya tarik wisata bahari di Nusa Lembongan. 2. Untuk mengetahui peran stakeholders dalam pengembangan daya tarik wisata bahari di Nusa Lembongan. 3. Untuk mengetahui manfaat pengembangan daya tarik wisata bahari di Nusa Lembongan bagi masyarakat, dunia usaha dan pemerintah. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil Penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1.4.1. Manfaat Akademik 1. Menghasilkan pengetahuan yang berorientasi membangun dan mengembangkan konsep wisata bahari secara utuh. 2. Mengantisipasi dan meminimalisasi dampak negatif yang diakibatkan dari kesalahan perencanaan, khususnya perencanaan kawasana pesisir sebagai daya tarik wisata bahari, dan memfokuskan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat.

8 3. Pengetahuan yang dihasilkan dalam penelitian dengan judul Pengembangan Daya Tarik Wisata Bahari Secara Berkelanjutan di Nusa Lembongan Kabupaten Klungkung ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi pelaksanaan penelitian dalam usaha pengembangan ilmu pengetahuan bidang kajian pariwisata. 1.4.2. Manfaat Praktis 1. Hasil penelitian ini akan menunjukkan eksistensi potensi produk wisata (wisata bahari) di kawasan Nusa Lembongan, yang perlu diupayakan konservasi wilayah pesisir dan lingkungannya, pemetaan zonasi kawasan serta dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kawasan Nusa Lembongan. 2. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat untuk pelestarian lingkungan di kawasan Nusa Lembongan umumnya, khususnya di daya tarik wisata bahari. 3. Dapat membangkitkan keterlibatan stakeholders, sehingga mempunyai keinginan untuk berperan dalam pengembangan daya tarik wisata bahari di Nusa Lembongan. 4. Bagi Pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran untuk pengembangan daya tarik wisata bahari di Nusa Lembongan. 5. Bagi Dunia usaha, hasil penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi dalam pengembangan daya tarik wisata bahari di Nusa Lembongan.

9