Pengaruh Konseling Farmasis terhadap Kepatuhan dan Kontrol Hipertensi Pasien Prolanis di Klinik Mitra Husada Kendal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH KEPATUHAN DAN POLA PENGOBATAN TERHADAP HASIL TERAPI PASIEN HIPERTENSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Saftia Aryzki* dan Alfian R. Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin Jl. Flamboyan III/7B Kayu Tangi Banjarmasin 70123

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

PERBANDINGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DAN TEKANAN DARAH ANTARA PENGGUNAAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DAN APLIKASI DIGITAL PILLBOX REMINDER

PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI

BAB 1 PENDAHULUAN. tahunnya. World Health Organization (WHO) memperkirakan. mendatang diperkirakan sekitar 29% warga dunia menderita

HUBUNGAN KEPATUHAN MINUM OBAT DENGAN TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jumpai. Peningkatan tekanan arteri dapat mengakibatkan perubahan patologis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stroke menjadi masalah kesehatan yang perlu mendapat perhatian khusus.

BAB III METODE PENELITIAN. group design with pretest posttest. Penelitian ini dilakukan untuk melihat

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan dengan memberikan pretest (sebelum perlakuan) dan. penelitian kuasi eksperimental dengan metode non-randomized

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

Pengaruh Konseling Apoteker Terhadap Hasil Terapi Pasien Hipertensi di Poliklinik Penyakit Dalam RSUD Kraton Kabupaten Pekalongan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan terutama di bidang kesehatan,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INTISARI. Kata Kunci : Hipertensi, Pelayanan Komunikasi, Informasi Dan Edukasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI TENTANG OBAT GOLONGAN ACE INHIBITOR DENGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM PELAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI DI RSUP PROF DR

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. darah, hal ini dapat terjadi akibat jantung kekurangan darah atau adanya

Hasil Guna Edukasi Diabetes Menggunakan Telemedicine terhadap Kepatuhan Minum Obat Diabetisi Tipe 2

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. setelah stroke dan tuberkulosis dan dikategorikan sebagai the silent disease

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN KEPATUHAN PASIEN DALAM MENGKONSUMSI OBAT CAPTOPRIL TERHADAP TEKANAN DARAH PADA PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

INTISARI. Mahrita Sauriah 1 ; Yugo Susanto 2 ; Dita Ayulia 3

INTISARI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PERILAKU PENGOBATAN DENGAN TEKANAN DARAH PASIEN HIPERTENSI DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUD DR.

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

INTISARI PENGARUH LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RSUD

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

PENGARUH PEMBERIAN GARAM SODIUM RENDAH TERHADAP PENURUNAN TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI BLUD RUMAH SAKIT UMUM PROF.DR.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

PERUBAHAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT PASEIN DM TIPE 2 SETELAH PEMBERIAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DI PUSKESMAS MELATI KABUPATEN KAPUAS

BAB I PENDAHULUAN. Prevention (CDC) memperkirakan jumlah penderita hipertensi terus

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

PENGARUH KONSELING APOTEKER TERHADAP TINGKAT KEPATUHAN DAN HASIL TERAPI PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM

PENDAHULUAN Hipertensi merupakan penyakit sistem kardiovaskuler yang umum terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara individu, pada usia diatas 55 tahun terjadi proses penuaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Susanty Wahyu Nanurlaili, I Wayan Sudhana Program Studi Pendidikan Dokter Universitas Udayana, Denpasar, Bali.

PENERAPAN PELAYANAN KEFARMASIAN RESIDENSIAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI KOTA CILACAP

KAJIAN PENGGUNAAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI PUSKESMAS TEMINDUNG SAMARINDA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan metode cross sectional. Pengambilan data dari

DIABETES MELITUS (TIPE 2) PADA USIA PRODUKTIF DAN FAKTOR-FAKTOR RESIKO YANG MEMPENGARUHINYA (STUDI KASUS DI RSUD Dr. SOEROTO KABUPATEN NGAWI)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Keberhasilan pembangunan adalah cita-cita suatu bangsa yang terlihat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. baik di negara berkembang maupun di negara maju. Penyakit asma termasuk lima

B A B I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif yang berkembang pesat saat ini salah satunya

PENGARUH INTERVENSI SMS (SHORT MESSAGE SERVICE) TERHADAP KEPATUHAN PENGOBATAN DAN GAYA HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS DI RSUD DR. M.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Stroke atau cedera serebrovaskular adalah berhentinya suplai darah ke

BAB II METODE PENELITIAN

PENGARUH PENYULUHAN OBAT ANTIHIPERTENSI TERHADAP PENGETAHUAN PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS GUNUNG ANYAR SURABAYA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC-7)

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

INTISARI GAMBARAN KUALITAS HIDUP DAN KADAR GULA DARAH PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Rumah Sakit di Australia, sekitar 1 % dari seluruh pasien mengalami adverse

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah medication error tidak dapat dipisahkan dengan Drug

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

SKRIPSI NUR AMALIA ROSTIKARINA

AKSEPTABILITAS PELAYANAN RESIDENSIAL KEFARMASIAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II TANPA KOMPLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. irritabilitas, poliuria, polidipsi dan luka yang lama sembuh (Smeltzer & Bare,

BAB I PENDAHULUAN. sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah. penyakit gangguan hemodinamik dalam sistem kardiovaskuler

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB

Transkripsi:

Jurnal Farmasi Klinik Indonesia, Desember 2015 Vol. 4 No. 4, hlm 242 249 ISSN: 2252 6218 Artikel Penelitian Tersedia online pada: http://ijcp.or.id DOI: 10.15416/ijcp.2015.4.4.242 Pengaruh Konseling Farmasis terhadap Kepatuhan dan Kontrol Hipertensi Pasien Prolanis di Klinik Mitra Husada Kendal Melani Dewi, 1 Ika P. Sari, 1 Probosuseno 2 1 Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia 2 RSUP dr Sardjito, Yogyakarta, Indonesia Abstrak Kepatuhan dan penanganan intensif dalam mengontrol tekanan darah merupakan faktor penting dalam keberhasilan terapi hipertensi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh konseling oleh farmasis terhadap kepatuhan dan hubungan antara kepatuhan dan hasil terapi pasien hipertensi anggota program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) di Klinik Mitra Husada Kabupaten Kendal. Penelitian dilakukan pada November 2013 Januari 2014 melalui desain eksperimen semu (control group design with pretest posttest). Sebanyak 55 pasien dikelompokkan secara random menjadi kelompok yang memperoleh intervensi konseling (28 pasien) dan kelompok tanpa intervensi atau kontrol (27 pasien). Subjek penelitian diikuti selama dua bulan untuk mengamati tingkat kepatuhan minum obat dengan kuesioner MMAS dan penurunan tekanan darah sebelum dan sesudah konseling. Konseling oleh farmasis menyebabkan tingkat kepatuhan minum obat berubah signifikan pada pasien hipertensi, pasien hipertensi dengan DM, maupun pasien hipertensi dengan penyakit lain (p=0,015; 0,025; 0,009). Tingkat kepatuhan pasien kelompok kontrol sebelum dan setelah penelitian diketahui tidak signifikan (p 0,05). Pemberian konseling mampu menurunkan tekanan darah sistolik/diastolik sebesar 10,7/8,2 mmhg. Penurunan tekanan darah ini belum menunjukkan perbedaan yang bermakna jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Kata kunci: Hipertensi, kepatuhan minum obat, konseling farmasis, penurunan tekanan darah The Influence of the Pharmacists Counseling on Patient Adherence and Hypertension Control on Patient of Prolanis at Mitra Husada Clinics Abstract Patient adherence and intensive treatment in controlling blood pressure are important factors for achieving success therapy in hypertension. This study was conducted to determine the effect of pharmacist counseling on patient adherence and to determine the relationship of adherence and clinical outcomes of patients with hypertension who is joining chronic disease management program (PROLANIS) on Mitra Husada Clinics in Kendal.The study was conducted during November 2013 January 2014 using quasiexperimental design (pretest-posttest). Fifty five patients were randomly divided into the intervention group who received pharmacist counseling (28 patients) and control group (27 patients). The patients were followed for two months to observe the level of drug adherence using MMAS questionnaires and therapeutic outcomes (decreased blood pressure) before and after counseling. Pharmacist counseling caused a significant increase in the patient adherence on drug administration in intervention group (p<0.05) compared to control group. The reduction of systolic/diastolic blood pressure of hypertension patient in intervention group is higher than control group (SBP/DBP=10.7/8.2 mmhg). However, this reduction does not achieve a significant blood pressure reduction compared to control group. Keywords: Adherence of drug administration, blood pressure reduction, hypertension, pharmacist counseling Korespondensi: Dr. Ika Puspita Sari, M.Si., Apt., Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Indonesia, email: ika.puspitasari@gmail.com Naskah diterima: 6 April 2015, Diterima untuk diterbitkan: 13 Juli 2015, Diterbitkan: 1 Desember 2015 242

Pendahuluan Hipertensi merupakan penyebab kematian 7,5 juta jiwa di seluruh dunia. Prevalensi hipertensi dilaporkan semakin meningkat berkisar antara 35 46% di negara berkembang maupun negara maju dan diprediksi akan semakin meningkat sebesar 60% pada tahun 2025. Peningkatan prevalensi tersebut akan berakibat pada resiko terjadinya stroke (60%) dan serangan jantung (50%). Angka kesakitan hipertensi di negara Amerika sebesar 27,8, sementara di Indonesia angka kematian yang disebabkan hipertensi dan penyakit jantung cukup tinggi, yaitu sekitar 28%. 1 Beberapa faktor yang dihubungkan dengan kejadian hipertensi berat yaitu usia lanjut, ras kulit hitam, dan komorbid. Usia dan ras kulit hitam berhubungan dengan buruknya kontrol tekanan darah. Seseorang dengan umur lebih dari 65 tahun dengan hipertensi mempunyai risiko yang lebih tinggi daripada umur yang lebih muda sehingga pengobatan dengan antihipertensi akan sangat bermanfaat. 2 Menurut data World Health Organization (WHO) dari sebanyak 50% pasien hipertensi di negara berkembang hanya sebesar 25% yang mendapat pengobatan dan hanya 12,5% yang diobati secara baik. Selain itu, terdapat sebanyak 50 70% pasien yang tidak patuh terhadap obat antihipertensi yang diresepkan. Kepatuhan rata-rata pasien pada pengobatan jangka panjang penyakit kronis di negara maju hanya sebesar 50%, sementara di negara berkembang kemungkinan jauh lebih rendah. Rendahnya kepatuhan pasien terhadap pengobatan hipertensi berpotensi menjadi penghalang dalam tercapainya tekanan darah yang terkontrol dan dapat pula dihubungkan dengan peningkatan pada biaya pengobatan atau rawat inap serta komplikasi penyakit jantung. 3 Healthy people for hypertension menganjurkan perlu adanya pendekatan yang lebih komprehensif dan intensif guna mencapai pengontrolan tekanan darah secara optimal. Diperlukan berbagai upaya dalam peningkatan kepatuhan pasien terhadap terapi obat demi mencapai target tekanan darah yang diinginkan. Sedikitnya 50% pasien yang diresepkan obat antihipertensi tidak meminum obat sesuai yang direkomendasikan. Strategi yang paling efektif adalah dengan kombinasi strategi seperti edukasi, modifikasi sikap, dan sistem yang mendukung. 4 Berdasarkan data kunjungan pasien RSUD dr. H. Soewondo Kabupaten Kendal pada tahun 2012, hipertensi menempati urutan pertama dalam sepuluh besar penyakit baik untuk rawat jalan maupun rawat inap. Jumlah kasus untuk rawat jalan sebesar 10.334 kasus dan rawat inap sebesar 1478 kasus. Saat ini di Kendal terdapat 26 dokter keluarga yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Kendal. Berdasarkan data dari Klinik Mitra Husada terdaftar 215 pasien PROLANIS dan terdapat 134 pasien dengan diagnosis hipertensi (62,3%). Konseling merupakan salah satu bagian tatalaksana terapi pasien hipertensi untuk mencapai tujuan terapi. Konseling sebagai bagian dari implementasi konsep asuhan kefarmasian (pharmaceutical care) bertujuan untuk memberikan tambahan pengetahuan tentang obat dan pengobatan dengan harapan dapat memberikan pemahaman pada pasien mengenai peranan obat pada penyembuhan penyakitnya. Konseling obat kepada pasien diharapkan memberikan perubahan perilaku guna meningkatkan kepatuhan penggunaan obat yang pada akhirnya meningkatkan keberhasilan terapi pasien. Penelitian yang pernah dilakukan selama ini di apotek dan rumah sakit, sementara di era BPJS terdapat klinik dokter keluarga yang mengelola pasien program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) belum pernah diteliti. Peserta PROLANIS biasanya adalah pasien yang teratur kontrol ke klinik dokter keluarga yang dipilih sendiri oleh pasien. Mengingat peserta PROLANIS berbeda dengan pasien lain 243

maka menjadi peluang bagi farmasis untuk berperan dalam program tersebut dalam bentuk pemberian konseling farmasis. Oleh karena itu dirasa perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh konseling farmasis terhadap tingkat kepatuhan minum obat dan hasil terapi hipertensi pada pasien yang menjadi anggota PROLANIS yang berobat di klinik dokter keluarga Mitra Husada. Metode Penelitian ini dilakukan dari November 2013 sampai dengan Januari 2014 dengan pengambilan data secara prospektif. Pasien dikelompokkan secara random menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang memperoleh intervensi berupa konseling dari farmasis dan kelompok tanpa intervensi (kontrol) yang diikuti selama dua bulan untuk mengamati tingkat kepatuhan dan hasil terapi (penurunan tekanan darah) pada pasien hipertensi anggota PROLANIS. Pengukuran tingkat kepatuhan pasien dan hasil terapi dilakukan sebelum dan sesudah intervensi. Hal ini bertujuan untuk membandingkan efektivitas dari pemberian konseling dibandingkan dengan kelompok kontrol. Penelitian ini dilakukan melalui eksperimen semu dengan desain control group design with pretest posttest di klinik dokter keluarga Mitra Husada Kaliwungu Kendal. Konseling kepada pasien merupakan variabel bebas yang diukur untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kepatuhan dan hasil terapi yang merupakan variabel tergantung. Selanjutnya kepatuhan merupakan variabel bebas untuk diketahui pengaruhnya terhadap hasil terapi berupa penurunan tekanan darah yang merupakan variabel tergantung. Variabel antara dalam penelitian ini antara lain umur, jenis kelamin, tingkat pengetahuan, indeks masa tubuh, status merokok, dislipidemia, DM, gaya hidup, jenis antihipertensi, lama penyakit, gejala atau keluhan yang dirasakan pasien, serta diskusi dengan dokter. Variabel kendali dalam penelitian ini adalah petugas yang mengukur tekanan darah yaitu seorang perawat dengan menggunakan alat ukur tensimeter sphygmomanometer yang telah dikalibrasi, kuesioner MMAS yang telah tervalidasi 5, serta bahan konseling berupa materi konseling hipertensi tingkat dasar, dan pengobatan yang diterbitkan oleh BPJS yang telah mengalami modifikasi oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien hipertensi yang telah terdaftar sebagai anggota program pengelolaan penyakit kronis (PROLANIS) dokter keluarga. Kriteria inklusi yaitu pasien yang telah terdiagnosis oleh dokter menderita hipertensi tingkat 1 maupun hipertensi tingkat 2 dengan atau tanpa Diabetes Mellitus (DM) dengan nilai gula darah puasa (GDP) 126 mg/dl atau gula darah sewaktu (GDS) 200 mg/dl dan/ atau dislipidemia dengan nilai kolesterol total 200 mg/dl, tanpa penyakit penyerta lainnya, tekanan darah pasien tanpa DM dan atau dislipidemia 140/90 mmhg, dan pasien dengan DM dan atau dislipidemia 130/80 mmhg setidaknya tercatat selama minimal 1 bulan, menjalani pengobatan hipertensi minimal tiga bulan, belum pernah diberikan konseling secara sistematis oleh farmasis/ peneliti dan bersedia mengikuti penelitian dengan menandatangani informed consent. Kriteria eksklusi yaitu pasien pikun, hamil, atau mengundurkan diri selama mengikuti penelitian. Data karakteristik subjek penelitian serta pengaruh dari kepatuhan terhadap penurunan tekanan darah dianalisis dengan student t-test. Data tingkat kepatuhan minum obat sebelum dan setelah konseling dianalisis dengan uji Wilcoxon. Semua uji statistik dilakukan pada taraf kepercayaan 95%. Hasil Pada penelitian ini melibatkan 55 orang subjek 244

penelitian. Sebanyak 28 pasien memenuhi kriteria inklusi yang memperoleh intervensi berupa konseling dari farmasis/peneliti dan sebanyak 27 pasien tanpa diberikan konseling oleh farmasis/peneliti. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode total sampling, yaitu peneliti mengambil seluruh subjek penelitian berdasarkan pertimbangan kriteria inklusi dan kriteria eksklusi penelitian ini. Penentuan subjek penelitian dilakukan secara random, yakni subjek yang memenuhi kriteria penelitian dibagi menjadi 2 kelompok. Pasien diminta mengambil undian yang berisi tulisan kelompok kontrol atau kelompok intervensi. Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 1. Karakteristik responden yang meliputi status sosial dan status kesehatan bersifat homogen antara kedua kelompok (p>0,05), kecuali pada gejala atau keluhan pasien terdapat perbedaan akan tetapi gejala yang dirasakan oleh pasien pada dua kelompok hampir sama berkisar pada sedikit gejala hingga sedang. Perbedaan tingkat kepatuhan minum obat pada pasien sebelum dengan setelah konseling yang telah diberikan oleh farmasis dianalisis dengan menggunakan uji Wilcoxon (Tabel 2). Pada kelompok kontrol terjadi perubahan tingkat kepatuhan minum obat pada penderita HT+DM (p<0,05). Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat kepatuhan minum obat sebelum dengan setelah mendapatkan konseling pada kelompok intervensi pada semua kategori penderita hipertensi (p<0,05). Tabel 1 Karakteristik Subjek Penelitian di Klinik Mitra Husada Kendal Karakteristik Responden Kontrol N(%) Intervensi N(%) Nilai-p Komorbid HT 8 (29,63%) 9 (32,14%) HT+DM 10 (37,04%) 9 (32,14%) 0,930 HT+Lainnya 9 (33,33%) 10 (35,71%) IMT Lebih 2 (7,41%) 0 (0,0%) Normal 17 (62,96%) 20 (71,43%) 0,329 Kurang 8 (29,63%) 8 (28,57%) Pendidikan SMP 13 (48,15%) 12 (42,86%) SMA D3 7 (25,93%) 14 0,077 S1 7 (25,93%) 2 (7,14%) Jenis Kelamin Laki-laki 13 (48,15%) 12 (42,86%) 0,694 Perempuan 14 (51,85%) 16 (57,14%) Usia <65 tahun 18 (66,67%) 16 (57,14%) 0,467 65 tahun 9 (33,33%) 12 (42,86%) Olah raga Tidak 12 (44,44%) 17 (60,71%) 0,227 Ya 15 (55,56%) 11 (39,26%) Alkohol Tidak 26 (96,30%) 28 (100,0%) 0,304 Ya 1 (3,70%) 0 (0,0%) Rokok Tidak Merokok 23 (85,19%) 25 (89,26%) 0,648 Perokok 4 (14,81%) 3 (10,71%) Stres Sangat Sering 1 (3,70%) 3 (10,71%) Sering 6 (22,22%) 3 (10,71%) Kadang 2 (7,41%) 7 (25,0%) 0,125 Jarang 10 (37,04%) 12 (42,86%) Tidak Pernah 8 (29,63%) 3 (10,71%) Garam Tidak Berlebihan 19 (70,37%) 17 (60,71%) 0,452 Berlebihan 8 (29,63%) 11 (39,29%) Insomnia Sangat Sering 1 (3,70%) 1 (3,57%) Sering 8 (29,63%) 4 (14,29%) Kadang 1 (3,70%) 7 (25,0%) 0,209 Jarang 6 (22,22%) 6 (21,43%) Tidak Pernah 11 (40,74%) 10 (35,71%) Obat Tunggal 20 (74,07%) 20 (71,43%) 0,826 Kombinasi 7 (25,93%) 8 (28,57%) Diskusi dengan Tidak sama sekali 5 (18,5%) 6 (21,4%) 0,799 dokter Tidak selalu 8 (29,6%) 10 (35,7%) Tiap berkunjung 14 (51,9%) 12 (42,9%) Gejala yang Sedikit 16 (59,3%) 9 (32,1%) 0,038 dirasakan Sedang 11 (40,7%) 15 (53,6%) Banyak 0 (0,0%) 4 (14,3%) Lama didiagnosis 3 6 bulan 4 (14,8%) 3 (10,7%) 0,207 7 12 bulan 0 (0,0%) 3 (10,7%) >1 tahun 23 (85,2%) 22 (78,6%) 245

Tabel 2 Pengaruh Pemberian Konseling terhadap Tingkat Kepatuhan Pasien di Klinik Mitra Husada Kendal Kelompok MMAS pre MMAS post Nilai-p N % N % Kontrol HT Tinggi 0 0,00 0 0,00 Sedang 3 37,50 5 62,50 0,157 Rendah 5 62,50 3 37,50 HT+DM Tinggi 0 0,00 2 20,00 Sedang 3 30,00 5 50,00 0,014 Rendah 7 70,00 3 30,00 HT+Lainnya Tinggi 0 0,00 2 22,22 Sedang 3 33,33 2 22,22 0,083 Rendah 6 66,67 5 55,56 Intervensi HT Tinggi 1 11,11 4 44,44 Sedang 1 11,11 5 55,56 0,015 Rendah 7 77,78 0 0,00 HT+DM Tinggi 1 11,11 3 33,33 Sedang 2 22,22 3 33,33 0,025 Rendah 6 66,67 3 33,33 HT+Lainnya Tinggi 0 0,00 4 40,00 Sedang 1 10,00 4 40,00 0,009 Rendah 9 90,00 2 20,00 Keterangan: HT= penderita hipertensi; DM= penderita Diabetes Mellitus; Lainnya=penderita penyakit selain DM Tabel 3 menunjukkan bahwa walaupun penderita hipertensi pada kelompok intervensi memiliki tingkat kepatuhan minum obat yang lebih baik dibandingkan kelompok kontrol setelah mendapat konseling farmasis, namun perubahan tekanan darah baik sistolik maupun diastoliknya belum menunjukkan perbedaan yang bermakna. Pasien penderita hipertensi pada kelompok intervensi telah mengalami penurunan tekanan darah sistolik/diastolik sebesar 10,7±8,9/8,2±7,2 mmhg (p 0,05). Pembahasan Salah satu manfaat dari konseling adalah dapat meningkatkan kepatuhan pasien dalam penggunaan obat sehingga angka kematian dan kerugian (baik biaya maupun hilangnya produktivitas) dapat ditekan. 6 Hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh konseling Tabel 3 Hubungan Tingkat Kepatuhan Pasien terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Kelompok Intervensi Komorbid MMAS Sistolik Diastolik Nilai-p Turun Tetap/Naik Turun Tetap/Naik Nilai-p HT Sedang 4 0 (0,0%) 0,343 4 0 (0,0%) 0,343 (100,0%) (100,0%) Rendah 4 1 (20,0%) 4 1 (20,0%) (80,0%) (80,0%) HT+DM Tinggi 2 1 (33,3%) 1,000 1 2 (66,7%) 0,165 (66,7%) (33,3%) Sedang 2 1 (33,3%) 1 2 (66,7%) (66,7%) (33,3%) Rendah 2 1 (33,3%) 3 0 (0,0%) (66,7%) (100,0%) HT+Lainnya Tinggi 2 2 1,000 1 3 (75,0%) 0,732 (25,0%) Sedang 2 2 2 2 Rendah 1 1 1 1 Penurunan TD Sistolik * Diastolik* 10,7±8,9 mmhg 8,2 ±7,2 mmhg P=0,171 *Nilai dalam rata-rata±standar deviasi 3,1±2,4 mmhg 4,1±3,7 mmhg 246

oleh farmasis terhadap kepatuhan minum obat pasien penderita hipertensi. Hal ini sejalan dengan penelitian sebelumnya, yaitu yang menunjukkan adanya peningkatan kepatuhan pada pasien hipertensi dalam penggunaan obat secara bermakna setelah mendapatkan konseling farmasis di RSUD Undata Palu. 7 Salah satu faktor yang kemungkinan berperan dalam kegagalan konseling pasien penderita hipertensi dengan komplikasi penyakit yang lain adalah ketidakpatuhan pasien terhadap pengobatan. Konseling farmasis merupakan faktor penting dalam upaya meningkatkan kepatuhan pasien dalam menggunakan obat. 8 Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan pasien pada pengobatan penyakit yang bersifat kronis pada umumnya rendah. Rendahnya kepatuhan pasien yang mungkin disebabkan oleh ketidaksengajaan (contoh karena aktivitas atau lupa dan sengaja tidak minum obat saat merasa bertambah parah atau membaik) menunjukkan sebagian besar pasien tidak patuh terhadap pengobatan hipertensi yang dijalani disebabkan pasien sering lupa meminum obat dan pemahaman pasien yang salah mengenai penyakit mereka sehingga pasien akan sengaja tidak meminum obat. Pasien yang tidak patuh dalam minum obat beranggapan bahwa setelah pasien meminum obat antihipertensi kemudian telah terjadi penurunan pada tekanan darah, pasien merasa penyakitnya telah sembuh dan tidak perlu meminum obat kembali. Selanjutnya pasien akan meminum obat kembali apabila timbul gejala-gejala kenaikan tekanan darah, misal adanya rasa sakit di bagian tengkuk atau merasa pusing. Ketidakpatuhan dalam mengonsumsi obat juga dapat disebabkan kurangnya pemahaman pasien tentang resiko yang akan terjadi apabila tekanan darah pasien tidak mencapai target yang ditetapkan. Kepatuhan pasien dapat juga berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pengobatan. Hasil terapi tidak akan mencapai tingkat yang optimal tanpa adanya kesadaran dari pasien untuk patuh terhadap pengobatannya bahkan dapat menyebabkan kegagalan terapi, serta menimbulkan komplikasi yang sangat merugikan bagi pasien. 9 Pengukuran tingkat kepatuhan penting dilakukan agar tercapai efektivitas dan efisiensi pengobatan, serta untuk monitoring keberhasilan pengobatan. Selain itu, tenaga kesehatan dapat melakukan evaluasi, rekomendasi alternatif pengobatan, dan perubahan dalam berkomunikasi untuk lebih meningkatkan kepatuhan pasien. Penelitian ini menghasilkan peningkatan kepatuhan minum obat pada pasien akan tetapi belum mampu menurunkan tekanan darah baik sistolik/diastolik secara bermakna. Hal ini bertentangan dengan hipotesis dan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa peningkatan kepatuhan minum obat akan dapat menurunkan tekanan darah pasien hipertensi secara bermakna. 7 Menurut Chobanian et al., (2003) terapi pada tekanan darah seharusnya dilakukan secara menyeluruh yang meliputi berhenti merokok, penurunan kadar lipid, pengurangan konsumsi garam, olahraga secara rutin, dan dapat menurunkan berat badan. 10 Penderita hipertensi dengan komplikasi penyakit yang lain pada penelitian ini sebagian besar belum melakukan diet dengan cara mengelola pola makan. Hanya sebagian kecil pasien yang masih rutin melakukan aktivitas fisik seperti jalan pagi. Hal ini mungkin dapat disebabkan masih kurangnya pemahaman pasien tentang pentingnya terapi nonfarmakologi. Terapi obat yang aman dan efektif akan tercapai apabila pasien diberi informasi yang tepat mengenai obat-obatan serta penggunaannya. Penelitian yang sebelumnya menunjukkan keberhasilan pengobatan pada penderita hipertensi dengan penyakit lainnya tidak hanya dipengaruhi oleh kepatuhan pasien akan tetapi juga oleh kualitas pelayanan kesehatan, sikap, dan keterampilan petugas, sikap, dan pola hidup pasien beserta keluarga. 11 Oleh karena itu, untuk menciptakan pengetahuan 247

dan pemahaman pasien dalam penggunaan obat yang akan berdampak pada kepatuhan dalam pengobatan serta keberhasilan proses penyembuhan, maka perlu dilakukan adanya pelayanan informasi obat untuk pasien dan keluarga melalui konseling obat. 8,12 Faktor lainnya yaitu terkait seberapa lama pasien telah menderita hipertensi, ada tidaknya penyakit lain yang menyertai hipertensi, serta ada tidaknya komplikasi penyakit berat dapat berpengaruh pada penurunan tekanan darah. Penelitian ini memiliki keterbatasan berupa jumlah subjek yang sedikit serta variasi cukup besar antara individu yang menyebabkan pengaruh kepatuhan minum obat pasien hipertensi terhadap penurunan tekanan darah tidak signifikan. Simpulan Terdapat pengaruh konseling terhadap tingkat kepatuhan minum obat pasien hipertensi dan hipertensi dengan komorbid. Kepatuhan minum obat belum menyebabkan penurunan tekanan darah secara bermakna baik pada sistolik maupun diastolik. Ucapan Terima Kasih Terima kasih kami sampaikan kepada perawat dan dokter keluarga di Klinik Mitra Husada Kendal yang terlibat dalam penelitian ini. Daftar Pustaka 1. World Health Organization. Blood pressure prevalence [diakses pada 12 April 2015. Tersedia dari http://www. who.int/gho/ncd/risk_factors/blood_ pressure_prevalence_text/en/ 2. Mozaffarian D, Benjamin EJ, Go AS, Arnett DK, Blaha MJ, Cushman M, et al. Heart disease and stroke statistics-2015 update: a report from the American Heart Association. Circulation. 2015;131(4):e29 322. doi: 10.1161/ CIR.0000000000000152. 3. World Health Organization. Adherence to long-term therapies-evidence for action, 108th, Switzerland: WHO; 2003a. 4. World Health Organization. International society of hypertension writing group, Switzerland: World Health Organization-International Society of hypertension statement of Management of Hypertension; 2003b. 5. Morisky DE, Ang A Krousel-Wood MA, Ward H. Predictive validity if a medication adherence measure in an outpatient setting, J Health Syst Pharm. 2008;10(5):348 54. 6. Schnipper JL, Jennifer LK, Michael CC, Stephanie AW, Brandon AB, Emily T, et al. Role of pharmacist counseling in preventing adverse drug events after hospitalization. Arch Internal Med. 2006;166(5):565 71. doi:10.1001/ archinte.166.5.565 7. Faustine I. Evaluasi pengaruh konseling farmasis terhadap hasil terapi pasien hipertensi usia lanjut di poliklinik jantung RSUD Undata Palu Periode November- Desember 2011 [tesis]. UGM; 2012. 8. Vlasnik JJ, Aliotta SL, DeLor B. Evidence-based assessment and intervention strategies to increase adherence to prescribed medication plans. The Case Manager. 2005;16(2):55 9. doi:10.1016/j.casemgr.2005.01.010 9. Ghembaza MA, Senoussaoui Y, Tani MK, Meguenni K. Impact of patient knowledge of hypertension complications on adherence to antihypertensive therapy. Curr Hypertens Rev. 2014;10(1):41 8. doi 10.2174/15734021100114111116065 3 10. Chobanian AV, Bakris GL, Black HR, Cuhsman WC, Green L. National high blood pressure education program coordinating committee, the seventh 248

report of the joint national committee on prevention, detection, evaluation and treatment of high blood pressure. JAMA. 2003;42(6):1206 52.doi:10.1001/ jama.289.19.2560. 11. Hashmi SK, Afridi MB, Abbas K, Sajwani RA, Saleheen D, Frossard PM, et al. Factors associated with adherence to anti-hypertensive treatment in Pakistan. New Engl J Med. 2007;2(3):280 96. doi: 10.1371/journal.pone.0000280 12. Schnipper JL, Kirwin JL, Cotugno MC, Wahlstrom SA, Brown BA, Tarvin E, et al. Role of pharmacist counseling in preventing adverse drug events after hospitalization. Arch Intern Med. 2006;166(5):565 51.doi:10.1001/ archinte.166.5.565. 249