Sehingga dalam kaitan dengan kinerja pegawai, mahsun (2013:25), menjelaskan kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian

dokumen-dokumen yang mirip
Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru bagi proses pembangunan daerah di Indonesia. Di dalam melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ada. Salah satu unsur yang terpenting dalam organisasi adalah pengaruh dari

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan bergulirnya era reformasi, maka tuntutan akan. membutuhkan adanya kepastian dalam menerima pelayanan, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. maupun kinerja organisasi secara keseluruhan. Satu hal yang harus diperhatikan

I. PENDAHULUAN. yang terdapat dalam organisasi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas yang dihasilkan dari suatu sistem informasi. Informasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan pesatnya perkembangan zaman dan semakin kompleksnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana diatur dalam. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai pengganti Undang-

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. Dunia telah memasuki era perubahan dan transformasi yang sangat cepat.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Pengantar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan

BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

BAB I PENDAHULUAN. bidang agar good governance yang dicita-citakan dapat tercapai. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya manusia merupakan aspek terpenting dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PROFIL INSPEKTORAT KOTA SERANG

BAB I PENDAHULUAN. dan pembangunan nasional sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat mengatur dan mengelola sumber daya produktif, serta melayani,

I. PENDAHULUAN. Paradigma lama tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan berbangsa dan bernegara telah mendorong pemerintah. baik pusat maupun daerah untuk lebih bersungguh-sungguh

BAB I PENDAHULUAN. organisasi perusahaan. Sumber daya manusia merupakan asset utama bagi

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 10 TAHUN 2005 TENTANG

14. LAPORAN KINERJA TAHUN 2016 (RINGKASAN)

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah yang dikelola dan diatur dengan baik akan menjadi pemerintahan

BAB 1 PENDAHULUAN. harus bisa menyediakan public goods and services dalam memenuhi hak setiap

RKPD Kabupaten OKU Selatan Tahun 2016 Halaman I. 1

BAB I PE NDAH ULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari tingkat pusat hingga tingkat daerah. memberikan sumbangan yang optimal bagi perusahaan. Dan salah satu faktor

5. LAPORAN KINERJA TAHUN 2014 (RINGKASAN)

KOTA BANDUNG DOKUMEN RENCANA KINERJA TAHUNAN BAPPEDA KOTA BANDUNG TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi pada hakikatnya merupakan upaya untuk melakukan

I. PENDAHULUAN. Paradigma lama tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersifat

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan-perubahan yang terus. menerus ke arah yang dikehendaki. Menurut Rogers dikutif Zulkarimen

BAB I PENDAHULUAN. seberapa besar tingkat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan dengan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. Daerah, penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh daerah otonom sesuai dengan

Kegiatan perencanaan dan penganggaran Pemerintah Daerah yang diatur

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini Negara Indonesia sedang berada dalam sistem pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya yang merupakan ciri khas organisasi

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu SDM harus dibina dengan baik agar terjadi peningkatan efesiensi,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam suatu instansi pemerintah, pemimpin yaitu seseorang yang. mempengaruhi para bawahannya untuk melakukan pekerjaan.

GUBERNUR GORONTALO PERATURAN GUBERNUR GORONTALO NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

sehingga benar-benar dapat diwujudkan tata kepemerintahan yang baik (Good governance)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. Mewujudkan Pemerintahan yang baik ( Good Governance) diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi jabatan dalam penyelenggaraan negara dan pembangunan. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan program dan. kebijakan yang ditetapkan. (BPPK Depkeu, 2014 )

RENCANA KERJA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB I PENDAHULUAN. Kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu tujuan didirikannya Negara adalah untuk memberikan

PENGARUH KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DAN KOMUNIKASI TERHADAP PRODUKTIFITAS KERJA PEGAWAI PADA KANTOR CAMAT GATAK KABUPATEN SUKOHARJO TESIS

PERENCANAAN ANGGARAN BERDASARKAN ANGGARAN BERBASIS KINERJA DALAM UPAYA MENINGKATKAN PENCAPAIAN KINERJA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan yang sudah ditentukan. Saat ini good governance sangat ramai. yang dipimpin oleh seorang atasan terhadap pegawai-pegawainya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengendalian intern merupakan salah satu alat bagi manajemen

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. suatu fenomena di Indonesia. Tuntutan demokrasi ini menyebabkan aspek

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Konsep otonomi daerah dan pemerintahan yang bersih, termasuk juga konsep

I. PENDAHULUAN. terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas

INSPEKTORAT SEKRETARIAT KABINET REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintahan Daerah, Pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan

Governance), baik dari tahap perencanaan, pelaksanaan maupun pada tahap BAB I PENDAHULUAN

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN

BAB II PERENCANAAN KINERJA. mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. dan Reformasi Birokrasi Nomor 29 Tahun 2010 tentang Pedoman

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya terpenting suatu organisasi adalah sumber daya manusia, orangorang

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. yang telah di amandemen menjadi Undang-Undang No. 32 dan No. 33 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Wujud otonomi daerah yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. di segala bidang. Kenyataan tersebut menuntut profesionalisme sumber daya

VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

STANDAR EVALUASI DAN PELAPORAN

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya

RENCANA KERJA (RENJA) BADAN PERPUSTAKAAN DAN KEARSIPAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan kondisi sosial, ekonomi dan politik yang begitu cepat menuntut perlunya sistem perencanaan pembangunan yang komprehensif dan berkualitas serta desentralisasi, dan partisipasi masyarakat yang pada akhirnya dapat menjamin pemanfaatan dan pengalokasian sumber dana pembangunan yang semakin terbatas menjadi lebih efisien dan efektif serta berkelanjutan. Dalam era otonomi yang berorientasi pada kemandirian dan sejalan dengan tuntutan untuk meningkatan kualitas penyelenggara perencanaan pembangunan tersebut, pemerintah menetapkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah maka azas-azas transparansi dan akuntabel, dengan melibatkan partisapasi pemangku kepentingan dalam proses perencanaan pembangunan harus menjadi dasar utama dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan daerah. Dalam hal ini Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten Flores Timur lah yang mempunyai tugas pokok dalam hal merencanakan kegiatan perencanaan pembangunan yang berlandaskan pada prinsip good governance dan clean government, dalam melaksanakan tugasnya sebagai salah satu lembaga teknis daerah yang berkaitan dengan pembangunan, Bappeda Kabupaten Flores Timur harus memperhatikan segala unsur penunjang, dalam hal ini unsur penunjang yang berkaitan dengan peningkatan kinerja pegawai. Sebagai aparat pemerintah yang bertugas sebagai aparatur perencana, para pegawai dituntut untuk bekerja secara baik, teliti dan memperhatikan azas-azas yang berkaitan dengan transparansi dan akuntabel, hal ini dikarenakan jika para pegawai berkerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku maka dengan sendirinya kinerja dari pegawai bersangkutan akan mengalami kemajuan. Selain itu dalam menunjang kinerja para pegawai perlu juga memperhatikan unsur-unsur pendukung lainnya seperti kepemimpinan, budaya organisasi dan motivasi kerja, jika ketiga unsur ini berjalan dengan baik maka akan menunjang kinerja pegawai, khususnya para pegawai pada Bappeda Kabupaten Flores Timur.

Sehingga dalam kaitan dengan kinerja pegawai, mahsun (2013:25), menjelaskan kinerja (performance) merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam perencanaan strategis dari organisasi tersebut. Anwar Prabu Mangkunegara (2000:19) mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil kerja secara kuantitas atau kualitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diembannya. Vareiabel-variabel yang mempengaruhi kinerja diantaranya adalah kepemimpinan. Kepemimpinan adalah proses dimana seseorang dapat menjadi pemimpin melalui aktivitas yang terus menerus, sehingga dapat mempengaruhi yang dipimpinnya dalam rangka untuk mencapai tujuan organisasi atau perusahaan (Ida Ayu dan Agus S 2008). Komponen penting yang mempengaruhi kinerja dari sebuah organisasi adalah kepemimpinan, budaya organisasi dan motivasi kerja. Kepemimpinan yang kondusif, budaya organisasi yang juga merupakan budaya kerja akan memberikan motivasi dan disiplin kerja pegawai. Kemudian pegawai akan memberikan kontribusi lebih baik pada organisasi. Pada akhirnya akan berdampak pada kinerja pegawai. Hubungan antara kepemimpinan, budaya organisasi dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai, dimana kinerja merupakan salah satu kunci keberhasilan yang akan berpengaruh pada kualitas dari sebuah pekerjaan. Salah satu elemen yang bernilai penting yang mempunyai hubungan dengan kinerja pegawai selain kepemimpinan adalah budaya organisasi. Budaya organisasi menjadi sangat penting dalam menghubungkan organisasi dengan pegawai. Robbins (2008;54) mengatakan budaya organisasi mengandung arti sebuah sistem makna bersama yang dianut oleh para anggota yang membedakan suatu organisasi dengan organisasi-organisasi lainnya. Sistem makna bersama ini, ketika dicermati secara lebih saksama, adalah sekumpulan karakteristik kunci yang dijunjung tinggi oleh organisasi. Menurut Purnomo Budi Setiyawan (2006;87) Budaya organisasi adalah suatu kebiasaan yang muncul di dalam organisasi dan pola kebiasaan serta terkait dengan pengaruhnya pada pencapaian tujuan organisasi. Budaya organisasi yang positif dan tumbuh menjadi kuat akan mampu memacu organisasi kearah yang lebih baik. Sebaliknya, budaya kerja negatif akan memberi dampak negatif bagi organisasi.

Untuk melihat hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja pegawai, maka satu hal yang menjadi dasar penilaian dalam hal ini adalah dengan melihat sikap dan perilaku anggota organisasi tersebut. Reaksi emosional anggota organisasi atas suatu obyek banyak dipengaruhi oleh kepercayaan atau kebenaran yang menurut mereka benar dan dipercayai. Sikap sosial yang terbentuk dari interaksi sosial dan hubungan antar individu sebagai anggota kelompok sosial dan anggota organisasi turut menjadi dasar pembentukan yang ikut mempengaruhinya. Dari hal tersebut, tampak bahwa pengalaman pribadi, faktor emosi seseorang serta kebudayaan dimana individu tersebut bersosialisasi turut berpengaruh dalam pembentukan pola sikap dan nilai. Robbins (2008 : 103) mengatakan kultur organisasi atau budaya organisasi yang kuat akan lebih mempengaruhi pegawai dari pada kultur yang lemah. Jika kulturnya kuat dan mendorong standar etika yang tinggi, ia pasti akan berpengaruh kuat dan positif terhadap perilaku pegawai. Maka dari itu budaya organisasi perlu dipertahankan dan harus mengalami kemajuan dalam mempertahankan kelangsungan hidup. Robbins (2008:107) menambahkan ketika suatu budaya sudah terbentuk, dibutuhkan praktek-praktek didalam organisasi yang berfungsi untuk memeliharanya dengan cara membuat para pegawai memiliki pengalaman yang sama. Selain kepemimpinan dan budaya organisasi, elemen penting lainnya adalah motivasi kerja. Motivasi yang menjadi dasar utama bagi seseorang memasuki suatu organisasi adalah dalam rangka usaha orang yang bersangkutan memberikan hasil kepada organisasi sesuai dengan tujuan organisasi tersebut. Oleh karena itu, kunci keberhasilan seorang manajer/pimpinan dalam menggerakkan bawahannya terletak pada kemampuannya memahami teori motivasi, sehingga menjadi daya pendorong yang efektif dalam meningkatkan kinerja suatu organisasi. Motivasi adalah kekuatan yang dihasilkan dari keinginan seseorang untuk memuaskan dan memenuhi kebutuhannya, Handoko (2001;102) mendefinisikan motivasi sebagai keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan kegiatan tertentu guna mencapai tujuan organisasi, sementara Hasibuan (2007; 23), mengartikan motivasi adalah pemberian daya penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja sama, bekerja efektif, dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai keberhasilan.

Berdasarkan uraian tersebut, motivasi mempunyai hubungan dengan kinerja pegawai yang berdampak pada peningkatan kualitas pelayanan. Dengan diberikannya motivasi kepada pegawai diantaranya dengan pemberian imbalan yang sesuai, adanya penghargaan atas prestasi dari pimpinan, lingkungan kerja yang memadai maka harapan dan kebutuhan pegawai akan tercapai. Dengan demikian, diharapkan dapat memberikan keberhasilan kerja kepada organisasi. Dalam implementasi pelaksanaan Undang-Undang 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diwaijibkan kepada daerah untuk dapat menyusunkan rencana pembangunannya sendiri dimana rencana pembangunan tersebut menjadi acauan bagi pemerintah daerah untuk menyusun sasaran pembangunan yang akan dicapai dalam 5 (lima) tahun lewat Program dan Kegiatan yang akan dikerjakan oleh satuan kerja perangkat daerah. Proses perencanaan pembangunan di tingkat Daerah di laksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (UU Nomor 32 Tahun 2004 pasal 150 Ayat 2) yang secara lanjut dijabarkan dalam Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, sehingga peran Bappeda menjadi penting dan strategis. Dalam hal ini Bappeda merupakan fasilitator dan koordinator dari pelaku pembangunan dan pemegang kepentingan melalui suatu mekanisme yang kita sebut Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) baik dari tingkat desa sampai dengan kabupaten. Hasil maupun kesepakatan yang dicapai dalam Musrenbang tentunya akan menjadi acuan program kegiatan pembangunan daerah yang akan dilaksanakan. Merumuskan sebuah perencanaan pembangunan bukanlah suatu perkerjaan yang mudah, namun sebaliknya merupakan suatu pekerjaan yang sangat sulit. Oleh sebab itu dibutuhkan tenaga dan pikiran yang benar-benar mampu dan sesuai dengan tugas dan wewenang yang menjadi tanggung jawabnya. Orang-orang yang mempunyai kemampuan kerja dan tanggung jawab akan mempunyai pengaruh yang positif terhadap pelaksanaan tugas-tugas. Bappeda Kabupaten Flores Timur sebagai salah satu lembaga instansi pemerintah daerah yang mempunyai berbagai tugas pokok dalam pelaksanaan pembangunan daerah. Berdasarkan studi awal yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 13 Oktober s/d 02 November 2014 di Bappeda Kabupaten Flores Timur, terdapat gejala atau fenomena yang cukup berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada Bappeda Kabupaten Flores Timur yaitu :

1. Pimpinan dalam memberi arahan kurang direspon oleh bawahan dalam melaksanakan pekerjaan. 2. Pegawai sering bolos kerja pada jam kerja untuk urusan pribadi. 3. Kesadaran dari pegawai untuk bekerja secara maksimal masih kurang kecuali diberi arahan secara tegas oleh pimpinan. Dari uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Hubungan Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja Dengan Kinerja Pegawai pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Flores Timur B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah gambaran keadaan masing-masing varaiabel-variabel yaitu kepemimpinan, budaya organisasi, motivasi kerja dan kinerja pegawai pada Bappeda Kabupaten Flores Timur? 2. Apakah variabel bebas yaitu kepemimpinan, budaya organisasi dan motivasi kerja mempunyai hubungan yang signifikan dengan kinerja pegawai pada Bappeda Kabupaten Flores Timur? C. TUJUAN DAN KEGUNAAN. 1. Tujuan Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui gambaran keadaan dari masing-masing variabel yaitu kepemimpinan, budaya organisasi, motivasi kerja dan kinerja pegawai pada Bappeda Kabupaten Flores Timur. 2. Untuk mengetahui bagaimana variabel-variabel bebas yaitu kepemimpinan, budaya organisasi dan motivasi kerja berhubungan secara signifikan dengan variabel terikat yaitu kinerja pegawai pada Bappeda Kabupaten Flores Timur.

2. Kegunaan Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Sebagai bahan referensi untuk peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian ini. b. Sebagai bahan informasi kepada pimpinan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Flores Timur.