BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai dengan donimasi mesin sebagai alat produksi. Revolusi ini melahirkan industri dan kapitalisme modern, dimana uang memegang peranan yang sangat penting. Revolusi memberikan dampak yang besar bagi masyarakat, sosial, dan lingkungan. Selain peningkatan mutu dan kualitas hidup masyarakat, industri juga melahirkan kaum buruh dan kerusakan lingkungan seperti polusi udara, limbah pabrik dan eksploitasi hasil alam yang berlebihan. Akuntansi pun mengalami perkembangan pesat dengan hadirnya revolusi industri. Pelaporan akuntansi digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal. Berpihaknya perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan melakukan eksploitasi sumber-sumber alam dan masyarakat sosial secara tidak terkendali sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan alam dan pada akhirnya mengganggu kehidupan manusia. Para pemilik modal, yang hanya berorientasi pada laba material, telah merusak keseimbangan kehidupan dengan cara menstimulasi pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki manusia secara berlebihan yang tidak memberi kontribusi bagi peningkatan kemakmuran mereka tetapi justru menjadikan mereka mengalami penurunan kondisi sosial (Anggraini, 2006). 1
2 Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya kini sudah tidak dapat diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan untuk meningkatkan perhatiannya kepada lingkungan sosial. Perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan, konsumen, masyarakat dan lingkungannya. Kesadaran masyarakat akan peran perusahaan dalam lingkungan sosial pun semakin meningkat. Masyarakat membutuhkan informasi mengenai sejauh mana perusahaan telah melaksanakan aktivitas sosialnya untuk memastikan bahwa hakhak mereka telah terpenuhi. Pusat perhatian pada akuntansi konvensional adalah stakeholders dan bondholders, sedangkan pihak lain diabaikan. Akuntansi konvensional pun menuai berbagai kritikan, karena dianggap belum mampu mengakomodir kepentingan masyarakat secara luas, sehingga pada akhirnya menghadirkan konsep akuntansi yang dikenal sebagai Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial (Anggraini, 2006). Informasi tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan dapat digambarkan sebagai ketersediaan informasi keuangan dan non keuangan yang berkaitan dengan interaksi perusahaan dengan lingkungan. Tanggung jawab sosial dan lingkungan merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap stakeholders atas berbagai aktivitas perusahaan. Isu ekonomi, kemanusiaan, dan lingkungan menjadi bagian dari tanggung jawab perusahaan karena ketiga hal tersebut sangat berkaitan dengan aktivitas perusahaan (Pradipta
3 dan Purwaningsih, 2012). Definisi secara luas yang ditulis sebuah organiasi dunia World Bisnis Council for Sustainable Development (WBCD) yang menyatakan bahwa CSR merupakan suatu komitmen berkelanjutan oleh dunia usaha untuk bertindak etis dan memberikan kontribusi kepada pengembangan ekonomi dari komunitas setempat ataupun masyarakat luas, bersamaan dengan peningkatan taraf hidup pekerjanya beserta seluruh keluarga. Dunia bisnis saat ini menuntut perusahaan untuk mampu menyeimbangkan pencapaian kinerja ekonomi (profit), kinerja sosial (people), dan kinerja lingkungan (planet) atau disebut triple bottom-line performance. Orientasi praktik bisnis yang selama ini pada maksimalisasi laba perlu dikaji ulang. Orientasi mengejar laba semaksimal mungkin secara jangka pendek akan menunjukkan keberhasilan, namun untuk jangka panjang hal tersebut bisa menimbulkan masalah bagi perusahaan karena adanya resistensi dari masyarakat dan stakeholder lainnya (Pradipta dan Purwaningsing, 2012) Alasan perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi CSR secara sukarela telah diteliti. Diantaranya adalah untuk mentaati peraturan yang ada. Pemerintah melalui UU No. 40 2007 tentang Perseroan Terbatas mewajibkan perseroan yang bidang usahanya di bidang atau terkait dengan bidang sumber daya alam untuk melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Peraturan lain yang menyinggung CSR adalah UU no. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Dalam UU tersebut dinyatakan bahwa setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan.
4 Dalam proses perjalanan CSR banyak masalah yang dihadapinya, di antaranya adalah: 1. Program CSR belum tersosialisasikan dengan baik di masyarakat. 2. Masih terjadi perbedaan pandangan antara departemen hukum dan HAM dengan departemen perindustrian mengenai CSR dikalangan perusahaan dan Industri. 3. Belum adanya aturan yang jelas dalam pelaksanaan CSR dikalangan perusahaan. Bila dianalisis permasalahan di atas yang menyangkut belum tersosialisasikannya dengan baik program CSR di kalangan masyarakat. Hal ini menyebabkan program CSR belum bergulir sebagai mana mestinya, mengingat masyarakat belum mengerti apa itu program CSR. Apa saja yang dapat dilakukannya? Bagaimana dapat berkolaborasi dengan prosedur perusahaan?. Berbagai penelitian yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan menunjukkan adanya keanekaragaman hasil. Penelitian Sembiring (2005) menemukan bahwa ukuran perusahaan, profil dan ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan, namun tidak menemukan hubungan signifikan antara profitabilitas dan leverage dengan pengungkapan informasi sosial. Anggraini (2006) menemukan hubungan signifikan antara persentase kepemilikan manajemen dengan pengungkapan informasi sosial, namun tidak berhasil membuktikan pengaruh ukuran perusahaan, leverage dan profitabilitas terhadap kebijakan pengungkapan informasi sosial oleh perusahaan.
5 Penelitian yang dilakukan oleh Achmad (2007) dan Sembiring (2005) mendukung hubungan profitabilitas dengan pengungkapan CSR. Sedangkan penelitian yang dilakukan Kurnianingsih (2013) dan Purnasiwi (2011) melaporkan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan CSR. Ukuran dewan komisaris merupakan salah satu faktor yang juga cenderung mempengaruhi pengungkapan CSR. Pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan memiliki hasil yang beragam. Salah satu pendapat mengungkapkan semakin besar jumlah anggota dewan komisaris, maka akan semakin mudah untuk mengendalikan CEO sehingga pengawasan atas aktivitas yang dilakukannya akan semakin efektif. Dikaitkan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial, maka tekanan terhadap manajemen juga akan semakin besar untuk mengungkapkannya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan informasi sosial perusahaan (Sitepu dan Siregar, 2008). Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Febrianti (2008) dan Wulandari (2009) menunjukkan hasil yang sangat berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sitepu dan Siregar (2008). Mereka menyatakan bahwa variabel ukuran dewan komisaris tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Perusahaan yang memiliki banyak anggota untuk menjadi dewan komisaris dapat berakibat pada makin buruknya kinerja yang dimiliki perusahaan. Mereka akan mengalami kesulitan dalam menjalankan tugasnya, diantaranya kesulitan dalam berkomunikasi dan mengkoordinir kerja
6 dari masing-masing anggota dewan itu sendiri, serta kesulitan dalam mengambil keputusan yang berguna bagi perusahaan. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penelitian ini berjudul: Pengaruh Kinerja Keuangan pada Pengungkapan Corporate Social Responsibility Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2012-2014. Penelitian ini menggunakan sektor manufaktur disebabkan karena perusahaan manufaktur banyak menimbulkan efek lingkungan dalam proses produksinya seperti pencemaran limbah sehingga perusahaan perlu menerapkan CSR sebagai timbal balik kepada lingkungan disekitarnya. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Apakah size memiliki pengaruh terhadap pengungkapan CSR perusahaan? 2. Apakah profitabilitas memiliki pengaruh terhadap pengungkapan CSR perusahaan? 3. Apakah leverage memiliki pengaruh terhadap pengungkapan CSR perusahaan? 4. Apakah ukuran dewan komisaris memiliki pengaruh terhadap pengungkapan CSR perusahaan?
7 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk menguji bagaimana pengaruh size terhadap pengungkapan CSR perusahaan. 2. Untuk menguji bagaimana pengaruh profitabilitas terhadap pengungkapan CSR perusahaan. 3. Untuk menguji bagaimana pengaruh leverage terhadap pengungkapan CSR perusahaan. 4. Untuk menguji bagaimana pengaruh ukuran dewan komisaris terhadap pengungkapan CSR perusahaan. 1.4 Manfaat Penelitian Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Akademis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya pada bidang ilmu akuntansi. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Pihak Perusahaan/Manajemen
8 Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk pengambilan kebijakan oleh manajemen perusahaan mengenai pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan dalam laporan keuangan yang disajikan. b. Bagi Investor dan Calon Investor Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang laporan keuangan tahunan sehingga dijadikan sebagai acuan untuk pembuatan keputusan investasi. Penelitian ini diharapkan akan memberikan wacana baru dalam mempertimbangkan aspek-aspek yang perlu diperhitungkan dalam investasi yang tidak terpaku pada ukuran-ukuran moneter. c. Bagi Masyarakat Memberikan stimulus sebagai pengontrol atas perilaku-perilaku perusahaan. Selain itu, diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak-hak yang harus diperoleh. 1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian merupakan suatu pembatasan atas permasalahan, hal ini dimaksudkan untuk menghindari kerancuan dan arah pembahasan yang simpang siur, terlalu luas, dan tidak mengarah pada tujuan semula. Maka dalam pembahasan skripsi ini penulis mengamati: 1. Kinerja keuangan di perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2012-2014. 2. Pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada laporan tahunan dari perusahaan manufaktur. Hal-hal di luar lingkup penelitian di atas tidak termasuk dalam proses penelitian.