HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA. Skripsi

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN ADVERSITY DENGAN KECEMASAN MENGHADAPI DUNIA KERJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. jumlah pengangguran di kalangan masyarakat. Pengangguran di Indonesia terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia usaha telah mencapai era globalisasi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. dapat menampung pencari kerja, akibatnya banyak rakyat Indonesia baik yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia hingga beberapa waktu mendatang. Data statistik pada Februari 2012 yaitu

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia yaitu tingginya tingkat pengangguran. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. orang tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja.

Skripsi. Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) Oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia akhir-akhir ini semakin kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. fantastis dan memiliki potensi yang strategis jika dipandang sebagai potensi

HUBUNGAN ANTARA KEMATANGAN VOKASIONAL DENGAN INTENSI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia memiliki hak untuk memilih jenis pekerjaan apa yang diinginkan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang dimilikinya. Dengan bekerja, individu dapat melayani kebutuhan masyarakat,

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat setiap orang berlomba-lomba

ADVERSITY QUOTIENT PADA MAHASISWA BERPRESTASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Asuransi untuk jaman sekarang sangat dibutuhkan oleh setiap perorangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang berkualitas agar perusahaan dapat bersaing dan

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah hal yang sangat mendasar untuk perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan Nasional merupakan pencerminan kehendak untuk

BAB I PENDAHULUAN. tidak sebanding dengan lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga membuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. baru dapat dikatakan bermanfaat apabila dapat dikelola oleh sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yaitu satu visi, satu identitas, satu komunitas dibuat sebuah upaya untuk merealisasikan

BAB I PENDAHULUAN. Riskha Mardiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. bidang apapun. Salah satunya dalam bidang perekonomian. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. terbatas. Suryana (2006 : 4) mengatakan secara makro, peran wirausaha adalah

BAB I PENDAHULUAN. sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan

BAB I PENDAHULUAN. Minat terhadap profesi wirausaha (entrepreneur) pada masyarakat Indonesia

ENTREPREUNERSHIP. KOESNOTO SOEPRANIANONDO FKH-Unair Surabaya. Editor : Kholid Fathoni, S.Kom., M.T.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang berkualitas, bukan hanya kekayaan alam yang berlimpah. Sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. pengangguran. Menurut data yang diperoleh dari

BAB 1 PENDAHULUAN. mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda

BAB I PENDAHULUAN. berwirausaha dapat pula membukakan lapangan pekerjaan baru bagi orang-orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan (entrepreneurship)merupakan salah satu alternatif bagi

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang harus dilakukan. Salah satunya adalah bekerja. Bekerja adalah aktifitas yang

BAB 1 PENDAHULUAN. seiring dengan berjalannya waktu. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai seorang calon sarjana maupun sarjana, mahasiswa dituntut untuk

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. menentukan kelangsungan hidup dan perkembangan suatu bangsa. Kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan keahlian atau kompetensi tertentu yang harus dimiliki individu agar dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi yang terjadi saat ini menimbulkan persaingan

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA PADA SISWA SMK KASATRIAN SOLO SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI. Oleh : NIKI FEBRIANI F

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai Undang-Undang No. 20 tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 menyatakan. bahwa:

BAB I. Pendahuluan. pertumbuhan ekonomi pasca krisis tahun 1998 dimana saat itu banyak perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. bisnis baru yang bermunculan dengan berbagai inovasi dan variasi terbarunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. siswa agar memiliki kesiapan untuk memasuki dunia kerja. Para siswa SMK

BAB I PENDAHULUAN. salah satu subtansi yang diperhatikan, karena mahasiswa merupakan penerjemah

BAB II KAJIAN TEORETIK. lambang pengganti suatu aktifitas yang tampak secara fisik. Berpikir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak

BAB 6 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sumber daya manusia yang bermutu tinggi karena maju mundurnya sebuah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. wirausahawan menawarkan kesempatan kepada individu untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek kehidupan menjadi masalah nasional. Tidak hanya bidang sosial

BAB I PENDAHULUAN. negara-negara miskin dan negara baru berkembang, Indonesia sebagai negara

IRRA MAYASARI F

BAB I PENDAHULUAN. atau perusahaan dapat melakukan berbagai kegiatan bisnis, operasi fungsi-fungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lutma Ranta Allolinggi, 2013

BAB 3 METODE PENELITIAN

PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN, SEGMENTASI PASAR DAN MODAL USAHA TERHADAP LABA USAHA INDUSTRI KERAJINAN MEUBEL DI SAMBI BOYOLALI

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurursan Pendidikan Akuntansi

TINGKAT ADVERSITY QUOTIENT ATLET DIY M. Yunus Sb, BM Wara K. dkk

BAB I PENDAHULUAN. secara sepihak, dan berdampak pada meningkatknya pengangguran terdidik,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi, berbagai sektor kehidupan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa jumlah pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. berbeda (create new and different) melalui berfikir kreatif dan bertindak inovatif

BAB I PENDAHULUAN. rahasia lagi bahwa tanpa krisis keuangan global (global financial crisis), global (Sumber : Kompas, Kamis, 11 Desember 2008).

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kewirausahaan adalah kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Adapun alasan atau faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk

Sartika, namun dengan kuatnya iklim yang terdapat di lingkungan SD Dewi Sartika,

MINAT BERWIRAUSAHA LULUSAN SMA/SMK/MA DITINJAU DARI PELUANG USAHA DAN LINGKUNGAN KELUARGA DI KELURAHAN MLESE KECAMATAN CEPER KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupan, manusia memerlukan berbagai jenis dan macam

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 13,86% pada Agustus 2010, yang juga meningkat dua kali lipat dari

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional dari negara-negara di dunia. Untuk mengimbangi tantangan

Menumbuhkan dan Mengembangkan Jiwa Wirausaha Mahasiswa

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB I. Pendahuluan. mendapatkan pekerjaan, sehingga hal tersebut memberi kesempatan mereka yang tidak

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dari kesadaran manusia akan pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA ADVERSITY INTELLIGENCE DENGAN MOTIVASI BERWIRAUSAHA PADA MAHASISWA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Oleh : DIANITA WAHYU S. F100 040 259 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Krisis ekonomi yang terjadi di Indonesia banyak menimbulkan pengangguran, keadaan ini diperparah karena kurangnya kemampuan untuk membuka lahan usaha baru yang lebih prospektif. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan dengan membuka peluang usaha baru yaitu berwirausaha. Dalam hal ini berwirausaha dapat diartikan sebagai kamampuan melihat dan menilai peluang bisnis serta mengoptimalkan sumber daya dan berani dalam mengambil resiko. Mahasiswa dapat bekerja keras dan berani mengambil resiko misalnya saat memutuskan sesuatu untuk kegiatan, mengadakan seminar, memutuskan untuk mendirikan suatu unit kegiatan tertentu menjadi peluang keberhasilan dalam mencapai suatu tujuan. Sehingga bisa menjadi modal dasar yang dapat digunakan untuk berwirausaha serta dapat mendorong tumbuhnya motivasi berwirausaha. Disamping itu motivasi merupakan hal yang tidak kalah penting dalam menumbuhkan jiwa wirausaha karena sebagian besar wirausaha dimotivasi oleh keinginan untuk menentukan nasibnya sendiri yaitu dengan berusaha seoptimal mungkin mencapai sebuah tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Motivasi untuk mahasiswa dalam berwirausaha sangatlah penting dengan menyediakan wadah yang memberikan kesempatan memulai usaha sejak masih kuliah, dengan harapan setelah lulus akan melanjutkan usaha yang sudah dirintis. Disamping memiliki motivasi, mahasiswa perlu mempunyai adversity intelligence yaitu kemampuan mengubah hambatan menjadi peluang keberhasilan yang dapat

dipergunakan untuk melepaskan diri dari semua hambatan. Sehingga mahasiswa yang mempunyai adversity intelligence yang baik atau tinggi lebih mampu meningkatkan motivasi dalam berwirausaha sehingga dapat menjalankan wirausaha dengan baik dan diharapkan dapat mengurangi tingkat pengangguran terdidik. Sedangkan mahasiswa yang mempunyai adversity intelligence rendah menyebabkan mereka tidak mampu mengadapi rintangan yang ada sebab mereka memiliki rasa ragu-ragu dan takut gagal. Menurut Djati Sutomo (2008). Tinggi rendahnya AQ dipengaruhi oleh beberapa faktor yang disingkat CORE yaitu Control (kendali), Origin and Ownership (asal usul dan pengakuan), Reach (jangkauan), Endurance (daya tahan). Banyak kegagalan yang diderita oleh wirausahawan, angka-angka tentang kegagalan menunjukkan hal yang mencengangkan, 1 dari 5 pembisnis pernah mengalami kegagalan namun yang menarik 60% wirausahawan yang gagal ternyata tidak menyerah, mereka bangkit dengan mencoba bisnis yang sama. Decak kagum dari masyarakat tentang suksesnya seorang wirausahawan diraih dengan susah payah setelah melewati berbagai kegagalan. Sebagai contoh yaitu Syammahfuz Chazali, mahasiswa Universitas Gadjah Mada yang berhasil memulai usaha gerabah terbuat dari kotoran sapi yang dimulai dari penelitian bersama rekan satu fakultas sehingga akhirnya kini produk tersebut dapat diolah sampai dieksport ke luar negeri, selain itu Syam juga berhasil mengembangkan bercocok tanam jamur yang kini jamur tersebut diolah menjadi bahan dasar burger dan telah membuka usaha di Jogja dan ada cabang di kota Solo. Dia tangguh mengontrol respon dengan menganggap penolakan dari pelanggan sebagai sebuah tantangan yang harus dihadapi dengan senyuman, bukan sebagai hinaan atau kenistaan. Sehingga dapat mendorong tumbuhnya motivasi dalam berwirausaha.

Berwirausaha merupakan trobosan guna menanggulangi pengangguran terdidik. Mulai tahun 2009, dukungan kegiatan kemahasiswaan menyediakan pendidikan kewirausahaan kepada mahasiswa yang punya motivasi untuk berwirausaha. Program pendidikan kewirausahaan ini masuk dalam daftar isian pelaksanaan anggaran masingmasing perguruan tinggi, sekitar 70% dari dana yang diterima setiap perguruan tinggi dipakai untuk mendukung mahasiswa dalam menjalankan bisnis, menurut Ciputra (2008). Mahasiswa diharapkan bisa membuka peluang usaha baru sehingga dapat mengurangi angka pengangguran terdidik. Berdasarkan data dari Lukman Santoso AZ (2008) pengangguran terdidik di DIY baik dari PTN maupun PTS menurut Sosiolog Universitas Gadjah Mada Ari Sudjito, sedikitnya 21.000 lulusan S1 dan 2.663 sarjana S2 dari perguruan tinggi negeri dan swasta (PTN dan PTS) di DIY menganggur. Semakin banyaknya pengangguran tersebut dinilai sebagai bentuk kegagalan dunia pendidikan dalam menghasilkan kuwalitas lulusan. Banyaknya pengangguran di DIY karena tidak adanya sinergi positif antara sistem pendidikan dan lapangan kerja. PTN dan PTS punya orientasi sendiri, sementara dunia kerja punya orientasi sendiri makanya banyak yang menganggur. Selain belum adanya sinergi positif antara perguruan tinggi dengan dunia kerja, meningkatnya standar kemampuan yang dituntut oleh sektor swasta kepada calon tenaga kerja juga menjadi penyebab bertambahnya pengangguran. Menurut data dari BPS tentang angka pengangguran dari tahun 2006 sampai 2009 mengalami peningkatan. Bulan Agustus ( 2006 ) terjadi peningkatan yakni dari 182.629 jiwa menjadi 226.261 jiwa sedangkan program diploma berjumlah 224.964 jiwa, pada bulan Februari ( 2007 ) pengangguran tercatat sebesar 409.890 jiwa sedangkan program diploma sebesar 330.316 jiwa. Sedangkan pada tahun 2008 tercatat lulusan SMA

menyumbang angka yang paling besar sekitar sebanyak 3.369.959 juta jiwa diikuti pengangguran SD sebanyak 2.179. 792 juta jiwa, SMP sebanyak 2.166.619 juta jiwa, diploma/akademi sebanyak 519.867 jiwa dan universitas sebanyak 626.202 jiwa. Begitu pula data pada bulan Februari 2009 ada peningkatan pengangguran tercatat sebanyak 9.258.964 juta jiwa dari total angkatan kerja sekitar 113.744.408 juta jiwa, dari jumlah 9,39 juta jiwa penganggur tersebut sebagian besar ada didesa jika dilihat dari latar belakang pendidikan SD kebawah sebanyak 2.508.253 juta jiwa, SLTP sebanyak 2.094.378 juta jiwa, SMA sebanyak 2.341.592 juta jiwa, SMK sebanyak 1.415.696 juta jiwa, sedangkan diploma sampai sarjana sebanyak 891.638 jiwa. Merupakan suatu presentase peningkatan pengangguran terdidik yang sangat tinggi di Indonesia, jumlah ini diprediksi semakin meningkat apabila tidak segera diatasi, sementara itu perusahaanperusahaan semakin selektif dalam menerima karyawan. Semua ini menuntut individu untuk bisa pandai-pandai mengatur strategi, mencari gagasan dan bersikap mandiri untuk menyiasatinya. Dari fenomena yang ada tentang kenaikan jumlah pengangguran terdidik maka semakin menunjukkan pentingnya penerapan adversity intelligence dan motivasi dalam berwirausaha. Diharapkan mahasiswa mempunyai adversity intelligence yang baik atau tinggi, sehingga lebih mampu meningkatkan motivasi dalam berwirausaha sehingga dapat menjalankan wirausaha dengan baik dan diharapkan dapat mengurangi tingkat pengangguran terdidik. Penelitian mengenai adversity intelligence dengan motivasi berwirausaha pada mahasiswa menarik untuk dilakukan mengingat pada masa sekarang semakin banyak pengangguran terdidik. Adapun subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa teknik

jurusan industri dan mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta. Melihat pada kemauan mahasiswa fakultas teknik jurusan industri dan mesin dalam mengolah kemampuan di bidang kewirausahaan sangatlah besar dikarenakan biaya yang dibutuhkan dalam proses perkuliahan yang tinggi mendorong mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, namun waktu yang mereka miliki untuk kuliah semakin berkurang karena sibuk dalam urusan berwirausaha dan juga adversity intelligence yang mereka miliki masih belum begitu tinggi sehingga banyak yang mengalami kegagalan dan berhenti di tengah jalan. Saat ini dan juga kedepan adversity intelligence akan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan motivasi berwirausaha sehingga pengangguran terdidik dapat teratasi. Dengan semakin bertambahnya beban dalam kuliah dan berwirausaha, banyak diantara mahasiswa yang akhirnya berhenti dalam proses kuliah. Berdasarkan uraian-uraian di atas maka rumusan masalah penelitian ini yaitu: apakah ada hubungan antara adversity intelligence dengan motivasi berwirausaha pada mahasiswa? untuk menjawab pertanyaan tersebut maka penulis melakukan penelitian dengan judul Hubungan Antara Adversity Intelligence dengan Motivasi Berwirausaha pada Mahasiswa. B. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hubungan adversity intelligence dengan motivasi berwirausaha. 2. Untuk mengetahui sumbangan efektif adversity intelligence terhadap motivasi berwirausaha. 3. Untuk mengetahui tingkat adversity intelligence dan tingkat motivasi berwirausaha.

C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Fakultas Sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan ataupun langkah-langkah untuk meningkatkan kuwalitas SDM mahasiswa. 2. Bagi Subjek Penelitian Diharapkan meningkatkan adversity intelligence yang masih tergolong sedang, dengan cara belajar dalam mengendalikan permasalahan yang dihadapi, bertanggung jawab dan berani mengambil risiko. 3. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan menyempurnakan hasil penelitian ini dengan cara menambah variabelvariabel lain yang belum diungkap misalnya kondisi sosial ekonomi, jenis kelamin, usia, lingkungan, sifat kepribadian, lingkungan bisnis, lapangan pekerjaan dan dukungan sosial.