BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Undang-undang tentang kesehatan

dokumen-dokumen yang mirip
Kata Kunci: konsep sehat dan sakit, health seeking behavior, health system model. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. proses dan mekanisme pengambilan keputusan dalam pemilihan sektor-sektor pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Sakit merupakan kondisi yang tidak menyenangkan mengganggu aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. sosial, budaya, lingkungan, ekonomi serta politik. Pada kalangan masyarakat,

Culture and Treatment of Abnormal Behavior

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Dalam mencapai kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Undang-undang kesehatan No. 23

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara

mengadakan dan mengatur upaya pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kepuasan menurut Kamus Bahasa Indonesia (2005) adalah puas ; merasa

BAB I PENDAHULUAN. menerima pengakuan ini adalah Imhotep dari Mesir yang jauh lebih tua

BAB I PENDAHULUAN. pemecahannya harus secara multi disiplin. Oleh sebab itu, kesehatan

I. PENDAHULUAN. semakin terbuka lebar kebebasan untuk memilih aneka jenis dan kualitas barang

PERILAKU BUDAYA KESEHATAN DAN PARADIGMA KEPERAWATAN TRANSKULTURAL OLEH : M. ASKAR, S.KEP,NS.,M.KES

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kongres World Health Organization (WHO) tentang pengobatan tradisional

PERILAKU MENCARI BANTUAN

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. hingga saat ini adalah permasalahan kesehatan (Human Healt). Nampaknya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak

BAB I PENDAHULUAN. produktif secara sosial dan ekonomi. Masyarakat berperan serta, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi terganggu akibat aktivitas yang tidak seimbang. Pola makan yang salah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang sering terlupakan namun sebenarnya sangatlah

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya mampu mengatasi setiap masalah kesehatan, terlebih dengan. semakin beranekaragamnya penyakit dan faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG. Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia dan seluruh

Kuesioner Penelitian. Gambaran Perilaku Pencarian Pengobatan Pada. Masyarakat Dusun V Desa Patumbak. Kabupaten Deli Serdang.

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN KONSEP DIRI PADA WANITA PEKERJA SEKSUAL YANG MENGALAMI PENYAKIT MENULAR SEKSUAL

KONSEP SEHAT SAKIT. Disampaikan Pada Perkuliahan Konsep Dasar Keperawatan II Program Studi Ilmu Keperawatan FIKES UMM Semester Ganjil 2010/2011

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan sektor jasa yang begitu cepat diantaranya dipicu oleh berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berbeda jauh dengan konsep penyembuhan secara modern.

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan tradisional yang berbeda-beda. Di Indonesia masih banyak jenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah proses komunikasi interprofesional dan pembuatan keputusan yang

BAB I PENDAHULUAN. serta memberikan kepuasan bagi pasien selaku pengguna jasa kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan. yang diawali oleh penginderaan, yaitu proses diterimanya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan nomor 23 tahun 1992 tentang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PHARMACEUTICAL CARE. DALAM PRAKTEK PROFESI KEFARMASIAN di KOMUNITAS

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan. Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga sektor yang saling terkait

BAB I PENDAHULUAN. efektif, konsep diri yang positif dan kestabilan emosional (Videbeck, 2011).

yang dirasakan individu terhadap pengobatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pembangunan (UU Kesehatan No36 Tahun 2009 Pasal 138)

BAB 1 PENDAHULUAN. dukun paraji. Saat ini, dukun bayi sebagian besar ditemukan di desa-desa. Peran

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2015 GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. penderita kanker serviks baru di dunia dengan angka kematian karena kanker ini. sebanyak jiwa per tahun (Emilia, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kegiatan sehari-hari. Kesehatan telah menjadi suatu kajian ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus merupakan penyakit kronis yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Upaya pembangunan keluarga sejahtera dan pemberdayaan bidan tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan obat didefinisikan oleh World Health Organization (WHO)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengalaman masa lalu, pendidikan, situasi psikis waktu itu, pengaruh

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Menurut WHO pada tahun 2000 terjadi 52% kematian yang disebabkan oleh

GAMBARAN KUALITAS HIDUP PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang termasuk bidang Kesehatan yang semakin ketat. Untuk. mempertahankan eksistensinya, setiap organisasi pelayanan Kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemanfaatan pelayanan kesehatan secara umum bisa dikaitkan baik. di beberapa daerah yang mengalami kendala dalam

BAB I PENDAHULUAN. Antropologi secara harfiah dapat dikatakan sebagai suatu ilmu yang

Tugas Akhir Universitas Mercu Buana April 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. cepat, sehingga masyarakat dengan mudah memperoleh informasi yang diinginkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melalui upaya peningkatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif),

SITUASI KESEHATAN MASYARAKAT DI INDONESIA Oleh : Dewi Klarita Furtuna

BAB I PENDAHULUAN. apoteker Indonesia, masih belum dapat menerima jamu dan obat herbal terstandar

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Angka penderita kanker di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

Universitas Mercu Buana BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. tubuh) terhadap penyakit (Biddulph, 1999). Salah satu penyakit. yang umumnya diderita oleh bayi dan balita adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. timbulnya berbagai penyakit. Salah satu penyakit yang dapat terjadi yaitu diabetes

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat,

1 BAB I PENDAHULUAN. berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Menurut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dr. Moh. Danurwendo Sudomo, Sp.Ok

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan baik yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Rumah sakit merupakan suatu tempat untuk melakukan upaya peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. pengobat tradisional dukun atau tabib.masyarakat memiliki pandangan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

PANDUAN PROSES EVALUASI KINERJA STAF MEDIS RUMAH SAKIT UMUM AMINAH BLITAR TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya. (Pratiwi, 2011). Menurut Leininger (1984) manusia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi kesehatan menurut Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial untuk memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Undang-undang tentang kesehatan tahun 2009). Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia, sehat juga merupakan keadaan dari kondisi fisik yang baik, mental yang baik, dan juga kesejahteraan sosial, tidak hanya merupakan ketiadaan dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1948). Pengertian sakit adalah berasa tidak nyaman di tubuh atau bagian tubuh karena menderita sesuatu (demam, sakit perut, dan lain-lain). Sakit juga merupakan gangguan dalam fungsi normal individu sebagai totalitas, termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya (Parson, 1972). Sakit juga dapat disebabkan oleh beberapa hal, baik itu yang berasal dari gaya hidup yang kurang sehat, lingkungan yang tidak bersih, ataupun karena menurunnya metabolisme tubuh. Saat ini, berbagai fasilitas medis sudah semakin diperhatikan terkait dengan perkembangan penyakit yang berbeda di tiap tahunnya, pelayanan kesehatan sudah banyak disediakan dengan berbagai alat modern dalam menunjang pekerjaannya. Tidak lupa juga adanya tenaga profesional yang membantu dokter dalam pekerjaannya, pada umumnya tenaga profesional ini termasuk ke dalam tenaga kesehatan. Semakin majunya dunia kesehatan tidak berjalan beriringan dengan perilaku sehat dari masyarakat. Perilaku sehat pada dasarnya adalah respon seseorang terhadap stimulus 1

2 yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Simons Morton et al., 1965). Dasar orang berperilaku sendiri ditentukan oleh nilai, sikap, dan pendidikan atau pengetahuan (Notoadmojo, 2005). Masyarakat sering kali enggan untuk pergi ke rumah sakit yang umumnya disebabkan karena biaya pengobatan di rumah sakit yang terbilang cukup tinggi bagi masyarakat dengan tingkat perekonomian menengah kebawah. Terdapat dua jenis pengobatan yang sering digunakan oleh masyarakat antara lain pengobatan modern, dan pengobatan tradisional. Pengobatan modern adalah pengobatan yang berkembang saat ini, yakni dengan metode medis dan kedokteran, pengobatan modern dilakukan dengan cara-cara ilmiah atau telah diujicobakan dengan penelitian dan dipertanggungjawabkan hasilnya, dan pengobatan tradisional menurut WHO (2000) adalah jumlah total pengetahuan, keterampilan, dan praktek-praktek yang berdasarkan teori-teori, keyakinan, dan pengalaman masyarakat yang mempunyai adat dan budaya yang berbeda, baik dijelaskan atau tidak, digunakan dalam pemeliharaan kesehatan serta dalam pencegahan, diagnosa, perbaikan atau pengobatan penyakit secara fisik dan juga mental. Pengobatan tradisional memiliki keuntungan yakni dari segi biaya yang lebih murah jika dibandingkan dengan pengobatan modern, sedangkan kelemahannya adalah pengobatan tradisional ini tidak pernah melalui uji ilmiah sehingga kelayakan dari pengobatan tradisional ini masih sering dipertanyakan. Bahkan pada beberapa kasus, penggunaan pengobatan tradisional mengakibatkan keterlambatan penanganan pengobatan medis sehingga membuat penyakit yang diderita menjadi semakin parah. Menurut Asimo (1995), pengobatan tradisional dibagi menjadi dua bagian yaitu cara penyembuhan tradisional atau traditional healing yang terdiri dari pijatan, kompres, akupuntur dan sebagainya, serta obat tradisional atau traditional drugs yaitu menggunakan

3 bahan-bahan yang telah tersedia dari alam sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit. Obat tradisional terbagi menjadi tiga bagian. Obat yang pertama merupakan obat yang berasal dari sumber nabati yang diambil dari bagian-bagian tumbuhan seperti buah, daun, kulit batang dan sebagainya, yang kedua adalah yang bersumber dari hewani seperti bagian kelenjar-kelenjar, tulang-tulang maupun dagingnya dan yang ketiga adalah berasal dari sumber mineral atau garam-garam yang bisa didapatkan dari mata air yang dikeluarkan dari tanah. Masyarakat akan menentukan arah berobat atau melakukan pengobatan, baik itu ke pengobatan tradisional maupun modern, namun pada dasarnya budaya juga mengambil peran yang penting dalam pembentukan perilaku dan kepercayaan ini, seperti penelitian yang dilakukan oleh Quah dan Bishop (1996). Quah dan Bishop (1996) melakukan penelitian terhadap warga Cina asli dengan Cina-Amerika terkait dengan persepsi terhadap kesehatan, warga asli Cina menganggap bahwa penyakit muncul akibat adanya ketidakseimbangan dalam tubuh, hal ini sama dengan budaya di Cina yang menganggap bahwa seseorang dikatakan sehat apabila memiliki keseimbangan antara Yin dan Yang, sedangkan warga Cina-Amerika mengatakan bahwa suatu penyakit muncul diakibatkan oleh virus-virus, sehingga warga Cina asli akan memilih berobat ke pengobatan tradisional Cina sedangkan warga Cina-Amerika akan lebih memilih untuk berobat ke tenaga kesehatan (Matsumoto & Juang, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Quah dan Bishop (1996) juga memiliki kemiripan terhadap kehidupan tradisional masyarakat di Indonesia. Hal ini cukup terlihat pada masyarakat yang berdomisili di Bali yang menggunakan kedua teknik pengobatan yaitu pengobatan modern dan pengobatan tradisional, seperti yang dikatakan Asimo (1995) bahwa pengobatan tradisional merupakan pengobatan alternatif yang digunakan masyarakat apabila pengobatan konvensional tidak memberikan hasil yang memuaskan.

4 Seperti yang dikatakan oleh Subandi, dan Utami (1996) bahwa adanya proses evaluasi setelah penggunaan pengobatan dari professional maupun non-profesional. Hal ini mengakibatkan tidak jarang masyarakat akan beralih ke pengobatan alternatif ketika pengobatan modern memberikan hasil yang kurang memuaskan, dan begitu juga sebaliknya. Perilaku menentukan arah pengobatan dikenal dengan istilah health seeking behavior, Notoadmojo (2014) mengatakan bahwa ketika seseorang mengalami sakit maka akan memunculkan beberapa respon yaitu tidak bertindak, tindakan mengobati diri sendiri, mencari pengobatan tradisional, dan mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern. Notoadmojo (2014) menambahkan bahwa setiap elemen masyarakat memiliki konsep sehat dan sakit yang berbeda-beda sehingga akan mempengaruhi health seeking behavior ketika mengalami kondisi sakit, sehingga persepsi masyarakat terhadap sehat dan juga sakit memiliki hubungan yang erat terhadap health seeking behavior. Pada budaya di Bali pengobatan tradisional ini disebut dengan pengobatan usada sedangkan seseorang yang memiliki kemampuan untuk melakukan pengobatan usada disebut dengan balian. Secara etimologi kata usada berasal dari kata ausadhi yang berarti tumbuh-tumbuhan yang mengandung khasiat obat-obatan (Nala, 1992). Usada adalah ilmu pengobatan tradisional Bali yang dikenalkan oleh para leluhur dan merupakan ilmu pengetahuan penyembuhan yang dijiwai oleh nilai-nilai agama Hindu (Sukantara, 1992). Menurut responden, balian merupakan seseorang yang memiliki kemampuan melebihi manusia pada umumnya, kemampuan ini bisa didapatkan ataupun diperoleh (Dewi, 2015), merupakan salah satu kutipan dari hasil wawancara terkait dengan balian. Responden mempercayai bahwa balian merupakan seseorang yang memiliki kemampuan untuk menyembuhkan orang lain dari penyakit yang bersifat medis maupun non medis.

5 Bidang medis sudah mengalami perkembangan yang sangat cepat dari segi diagnosis maupun dari sisi pengobatan, namun disaat bidang medis sudah mengalami kemajuan, banyak dari masyarakat masih cenderung menggunakan pengobatan usada. Meskipun hal ini tidak bisa dipukul rata kepada semua masyarakat di Bali, di beberapa daerah terutama perkotaan terlihat bahwa pengobatan usada merupakan pilihan alternatif ketika pengobatan secara modern atau medis tidak memberikan hasil yang baik dan memuaskan, seperti hasil wawancara yang telah dilakukan sebelumnya, Responden biasanya menyarankan orang yang dikenalnya untuk berobat ke medis atau non medis tergantung dari jenis penyakitnya, dan juga bisa menggunakan kedua jalur tersebut sekaligus (Asmara, 2015). Dewasa ini, walaupun ilmu dan teknologi kedokteran sudah mengalami kemajuan pesat, namun peran dan eksistensi pengobatan usada di Bali sebagai pengobatan alternatif masih cukup menonjol. Kondisi ini terjadi menurut berbagai kalangan karena pengobatan usada, disamping masih fungsional secara sosial dan lebih murah biayanya, juga cukup efektif untuk menyembuhkan jenis atau golongan penyakit tertentu (Sukarma, 2013). Berobat ke balian sudah menjadi kebiasaan, masyarakat akan cenderung pergi ke balian ketika mengalami sakit, latar belakang melakukan pengobatan usada adalah dikarenakan tidak adanya hasil terhadap pengobatan medis yang sudah dilakukan, faktor lainnya yang mempengaruhi adalah perbedaan biaya yang dikeluarkan dengan pengobatan modern. Hal ini sama seperti yang disampaikan oleh responden berdasarkan hasil dari wawancara yang dilakukan, Responden mengatakan bahwa dulu responden pernah mengalami sakit kepala yang tidak sembuh-sembuh selama beberapa hari. Respondenpun memutuskan untuk pergi ke dokter, namun sesampainya di rumah sakit dokter hanya mengatakan bahwa ini cuma sakit kepala biasa (Dewi, 2015). Hal seperti ini dianggap wajar apabila kebiasaan ini dilakukan disaat belum adanya kemajuan dalam dunia medis.

6 Dalam konteks sistem medis suku Bali atau usada dan konsepsi balian tentang sehatsakit, bahwa orang bisa disebut sebagai manusia sehat apabila semua sistem dan unsur pembentuk tubuh atau panca maha bhuta yang terdiri dari : pertiwi atau tanah yang berarti segala sesuatu yang bisa disentuh, dirasakan, kokoh dan nata, apah atau air yang berarti kebalikan dari pertiwi yakni segala sesuatu yang lentur, mengalir, fleksibel, luwes, mendinginkan, dan tidak memiliki bentuk yang kokoh, teja atau api yang membawa dua hal yaitu panas dan cahaya, bayu atau angin yang berarti segala sesuatu yang melindungi atau melingkupi, dan akasa yang diartikan sebagai eter, dan unsur dalam tubuh yang dikenal dengan isitilah tri dosha, yaitu udara atau vatta, api atau pitta, dan air atau kapha berada dalam keadaan seimbang dan berfungsi dengan baik. Sebaliknya manusia akan sakit apabila unsur-unsur panca brahma sebagai kekuatan panas, dan unsur-unsur panca tirta sebagai kekuatan dingin saat bereaksi dengan udara, ada dalam keadaan tidak seimbang (Sukarma, 2013). Jika terjadi ketidakseimbangan pada unsur-unsur tersebut maka akan menimbulkan penyakit tertentu. Hal inilah yang mempengaruhi masyarakat Bali pergi ke balian untuk berobat yang didasari dengan kepercayaan terhadap ketidakseimbangan unsur-unsur tersebut yang mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit tertentu. Teknik dan cara pengobatan yang dilakukan oleh balian adalah dengan menggunakan pengobatan non-medis yakni melalui beberapa upacara adat, Balian memberikan tirta dan juga mantra kepada ayahnya. (Asmara, 2015) dan kemudian dilanjutkan dengan memberikan obat-obatan herbal. Sebagian besar dari pasien yang menggunakan pengobatan usada mengatakan bahwa penyakitnya dapat sembuh. Saat ini, berbagai fasilitas kedokteran medis sudah mengalami perkembangan yang pesat, berbagai obat bahkan untuk penyakit yang awalnya tidak terdeteksi dapat diberikan intervensi dengan cepat dan akurat, namun banyak dari masyarakat yang masih mempercayakan kondisi kesehatan terkait dengan penyakit-

7 penyakit tertentu yang diderita kepada pengobatan tradisional. Kepercayaan masyarakat dalam menggunakan pengobatan tradisional ini kemudian memunculkan keingintahuan yaitu untuk mengetahui konsep sehat dan sakit pada masyarakat yang kemudian mengarahkan health seeking beahavior terhadap pengobatan tradisional. B. Fokus Penelitian Adapun fokus penelitian pada penelitian ini adalah kaitan antara konsep sehat dan sakit terhadap health seeking behavior pada pengobatan tradisional Bali. C. Signifikansi dan Keunikan Penelitian Beberapa penelitian terkait dengan health seeking behavior dan pengobatan tradisional pernah dilakukan. Penelitian tersebut antara lain yang dilakukan oleh Shaikh, dan Hatcher (2004) tentang health seeking behavior and health service utilization in Pakistan, dengan hasil penelitian bahwa perilaku mencari kesehatan (health seeking behavior) dipengaruhi oleh faktor fisiologis, sosial-ekonomi, budaya, dan politik. Penggunaan dari pelayanan kesehatannya dipengaruhi oleh faktor sosial-demografi, struktur sosial, tingkat pendidikan, kepercayaan. Penelitian terkait dengan health seeking behavior, juga pernah dilakukan oleh Hariyanti, Harsono, dan Prabandari (2015) tentang Health seeking behavior pada pasien stroke, dengan menggunakan 101 pasien stroke di kecamatan Kepanjen. Penelitian ini menghasilkan bahwa health seeking behavior pada pasien stroke melewati tiga alur, yaitu langsung ke rumah sakit, ke rumah sakit setelah mendapatkan arahan, dan tidak pergi ke rumah sakit meski sudah mendapatkan arahan. Penelitian tentang health seeking behavior juga dilakukan oleh Muriithi (2013) untuk mengetahui determinan dari health seeking behavior di Nairobi Slum, Kenya. Hasil penelitian yang didapatkan adalah adanya faktor-faktor yang mempengaruhi health seeking behavior di dalam masyarakat, yaitu jarak dan kualitasi dari pelayanan kesehatan,

8 kepercayaan terhadap pelayanan kesehatan, informasi terhadap pelayanan kesehatan, peran gender, pendidikan, usia, dan pekerjaan. Penelitian tentang health seeking behavior pernah dilakukan oleh Ongunlesi, dan Ongunlesi (2012) dengan tujuan penelitian untuk mengetahui health seeking behavior pada bayi kuning yang baru saja dilahirkan di Sagamu, Nigeria. Penelitian ini menggunakan 182 responden penelitian, dengan hasil penelitian bahwa rendahnya tingkat pendidikan memiliki hubungan yang signifikan terhadap keterlambatan health care-seeking behavior, dan penggunaan dari obat-obatan tradisional bagi bayi kuning yang baru dilahirkan. Penelitian tentang health seeking behavior juga pernah dilakukan Gelaw, Biks, dan Alene (2014) untuk mengetahui health seeking behavior pada ibu yang tinggal di perkotaan dan di pedesaan, dengan melakukan wawancara terhadap 827 responden. Hasil penelitian yang didapatkan adalah status pernikahan, kondisi kesehatan, dan jenis kelamin dari anak merupakan hal yang berhubungan dengan health care seeking behavior yang dilakukan oleh ibu-ibu di perkotaan. Usia dari anak, usia dan pekerjaan dari ibu, tingkat pendidikan ayah, jenis penyakit merupakan faktor yang berhubungan dengan health care seeking behavior yang dilakukan oleh ibu-ibu di daerah pedesaan. Penelitian terkait health seeking behavior juga pernah dilakukan oleh Garces, Scarinci, dan Harrison (2006) dengan tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh dari faktor sosialbudaya terhadap kesehatan dan health care seeking pada para imigran Latin. Pengambilan data dilakukan terhadap 54 orang imigran dengan rentang usia 19 sampai dengan 62 tahun. Hasil penelitian yang didapatkan adalah adanya faktor-faktor yang mempengaruhi health seeking behavior yaitu adanya kepercayaan dan ketidakmampuan dalam mengontrol kesehatan, adanya faktorfaktor yang menghalangi dalam health seeking beahavior, seperti kesulitan dalam transportasi, kesulitan dalam mendapatkan asuransi kesehatan, kesulitan berkomunikasi

9 (bahasa), waktu yang sangat lama ketika mengantri di klinik kesehatan, dan kurangnya informasi serta pengetahuan dalam penggunaan pelayanan kesehatan. Penelitian terkait dengan health seeking behavior pernah dilakukan oleh Chibwana, Mathanga, Chikumba, dan Campbell (2009) dengan tujuan penelitian melihat pengaruh sosialbudaya terhadap keterlambatan pengobatan anak dengan demam di Mwanza, Malawi. Penelitian ini menggunakan 197 responden penelitian, dengan hasil penelitian bahwa sosialbudaya memberikan pengaruh negatif terhadap penanganan pada anak yang berusia dibawah lima tahun, kepercayaan terhadap munculnya penyakit mengakibatkan banyak masyarakat yang menggunakan pengobatan tradisional untuk mendapatkan kesembuhan. Penelitian tentang health seeking behavior, juga dilakukan oleh Dominic, Y.N., dan Nayak (2013) dengan tujuan penelitian untuk mengetahui health seeking behavior pada masyarakat dewasa di pedesaan Karnataka, India. Pengambilan data dilakukan terhadap 260 responden penelitian, dengan hasil penelitian 28,8% memiliki kecenderungan untuk menggunakan fasilitas kesehatan yang digunakan pemerintah, sedangankan 71,2% tidak menggunakan pelayanan kesehatan yang disediakan pemerintah, hal ini dipengaruhi oleh faktor demografi seperti usia, pendidikan, dan pendapatan keluarga. Penelitian tentang pengobatan tradisional juga pernah dilakukan oleh Dermawan (2013) dengan tujuan untuk mengetahui pandangan, dan harapan masyarakat terhadap profesi battra. Untuk mengetahui realitasi peran yang di jalankan oleh battra secara individu kepada masyarakat dan mengetahui kesesuaian atau ketidaksesuaian antara harapan dengan realitas berjalannya peran battra. Penelitin ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif, dengan hasil penelitian yang didapatkan adalah adanya pandangan serta tanggapan positif terhadap pengobatan tradisional battra, adanya kepuasan terhadap pengobatan yang dilakukan battra, harapan agar pengobatan medis dapat

10 mendukung peran battra melalui praktek pengobatan di pemukiman yang jauh dari puskesmas induk. Pada penelitian yang akan dilakukan terdapat beberapa perbedaan dengan penelitianpenelitian sebelumnya, pada penelitian yang dilakukan akan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian dengan menggunakan pendekatan case studi (studi kasus). Pengambilan data akan dilakukan di salah satu daerah yang berada di Propinsi Bali dengan menggunakan metode wawancara serta observasi, pembuatan fieldnote dan merekam wawancara sebagai sumber informasi tambahan. Dengan fokus penelitian pada konsep sehat dan sakit yang mengarah kepada health seeking behavior terhadap pengobatan tradisional yaitu pengobatan usada. Subjek yang akan digunakan merupakan subjek yang berdomisili di daerah Bali yang masih memegang teguh adat dan kebudayaan. D. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat bagaimana hubungan konsep sehat dan sakit yang mempengaruhi health seeking behavior dalam menentukan arah pengobatan. E. Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini ada dua, baik manfaat yang bersifat teoretis dan juga bersifat praktis. Adapun manfaat teoretis adalah sebagai berikut : 1. Untuk memberikan tambahan pengetahuan dalam perkembangan ilmu psikologi kesehatan terkait konsep sehat dan sakit yang berpengaruh kepada health seeking behavior.

11 2. Dapat menambah pengetahuan terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan dalam menentukan arah pengobatan, atau health seeking behavior. 3. Sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa terkait dengan konsep sehat dan sakit serta health seeking behavior pada ilmu psikologi kesehatan. 4. Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian berikutnya. Adapun manfaat praktisnya adalah sebagai berikut : 1. Membantu responden penelitian dalam menentukan pemilihan jenis pengobatan, yang bersifat tradisional maupun medis ketika mengalami kondisi sakit. 2. Memberikan masukan bagi responden penelitian untuk memahami kondisi sehat dan sakit dari responden, agar mampu dengan tepat menentukan arah pengobatan ketika mengalami kondisi sakit. 3. Memberikan saran kepada responden penelitian untuk lebih mengenal manfaatmanfaat pengobatan tradisional dan juga pengobatan medis, agar dapat melakukan tindakan yang tepat ketika mengalami sakit. 4. Sebagai studi lanjutan dalam pengembangan penelitian di bidang psikologi kesehatan.