BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. proses dan mekanisme pengambilan keputusan dalam pemilihan sektor-sektor pelayanan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Tinjauan Pustaka. proses dan mekanisme pengambilan keputusan dalam pemilihan sektor-sektor pelayanan"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Pengobatan Usada Sistem perawatan kesehatan dapat dipandang sebagai sistem kebudayaan karena merupakan suatu kesatuan hirarkis yang tidak bisa dipisahkan, yang menyangkut tentang proses dan mekanisme pengambilan keputusan dalam pemilihan sektor-sektor pelayanan kesehatan yang tersedia untuk menanggulangi berbagai penyakit. Menurut Kleinman (1980) masyarakat secara umum mengenal adanya tiga sektor pelayanan kesehatan yaitu : sektor rumah tangga atau home remedies, sektor kedukunan atau folk medical system, dan sektor profesional dan kosmopolitan atau professional and cosmopolite medical system. Ketiga sektor tersebut akan dijadikan sebagai alternatif pilihan bagi masyarakat ketika mengalami sakit. Secara komprehensif dapat dikatakan bahwa setiap masyarakat memiliki sistem kesehatannya sendiri. Begitu juga di Indonesia dengan berbagai suku bangsa yang ada tentu saja memiliki berbagai pendekatan yang berbeda terhadap penyakit pada masingmasing budaya. Suku Bali merupakan salah satu dari ratusan suku bangsa yang ada di Indonesia yang secara turun-temurun mengembangkan suatu sistem kesehatan tradisional yang disebut dengan pengobatan usada, dengan praktisinya yang disebut balian (Sukarma, 2013). Secara etimologi kata usada berasal dari kata ausadhi yang berarti tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat obat, atau dibuat dari tumbuh-tumbuhan (Nala, 1993). Usada adalah semua tata cara untuk menyembuhkan penyakit, cara pengobatan atau kuratif, pencegahan atau 12

2 13 pereventif, memprakirakan jenis penyakit atau diagnosis, perjalanan penyakit atau prognosis, maupun pemulihannya, termasuk pula pengobat atau balian, dan tata cara untuk membuat penyakit, menyebabkan orang lain sakit (Nala, 2006). Usada adalah ilmu pengobatan tradisional Bali yang sumber ajarannya berasal dari lontar-lontar. Lontar-lontar yang menyangkut sistem pengobatan di Bali dapat dibagi menjadi dua, yaitu lontar tutur atau tattwa yang berisi tentang ajaran gaib atau wijaksara dan lontar usada yang berisi tentang ajaran pengobatan, jenis penyakit dan tumbuhan yang digunakan (Nala, 1993). Di dalam lontar usada terdapat naskah yang memuat bahan obatobatan yang berasal dari tumbuhan yaitu Lontar Usada Taru Pramana. Taru Pramana memiliki arti: pramana yang berarti tumbuhan, dan taru yang berarti khasiat, dengan kata lain taru pramana memiliki arti tumbuhan yang berkhasiat (Suryadarma, 2005). a. Etiologi Sehat-Sakit pada Suku Bali Menurut Suryadarma (2005) dalam konteks sistem medis suku Bali atau usada, seseorang bisa dikatakan sehat apabila adanya keseimbangan pada lima unsur alam yang dikenal dengan panca maha bhuta yang ada di lingkungannya. Lima unsur alam tersebut antara lain air atau apah, tanah atau pertiwi, angin atau bayu, api atau teja, dan eter atau akasa. Alam semesta sebagai kesatuan kehidupan terwujud dalam dua kosmos, yaitu makrokosmos dan mikrokosmos. Makrokosmos merupakan suatu wadah keseimbangan dunia yang amat besar dan tak terhingga, dengan Tuhan sebagai pusat keseimbangannya. Sedangkan mikrokosmos adalah manusia yang merupakan replika dari makrokosmos yang memiliki berbagai keterbatasan. Masyarakat Bali mempercayai bahwa manusia akan terhindar dari hal-hal buruk yang bisa berupa penyakit apabila adanya keseimbangan dan keharmonisan antara manusia, alam, dan Tuhan. Prinsip keharmonisan ini disebut sebagai Tri Hita Karana,

3 14 yaitu tiga penyebab utama kebahagiaan dan keselarasan hidup manusia. Prinsip hubungan keharmonisan dan keseimbangan kosmos ini yang dipercaya oleh masyarakat Bali sebagai konsep dasar dalam mencegah dan menanggulangi penyakit (Sukarma, 2013). Menurut Sukarma (2013) pengobatan usada di Bali yang didasarkan pada pengobatan Ayurveda dan naskah-naskah pengobatan kuno yang ada di Bali, bahwa berfungsinya sistem organisme yang berada di dalam tubuh manusia dikendalikan oleh tiga unsur humoral yaitu unsur udara atau vatta, api atau pitta, dan air atau kapha. Ketiga unsur tersebut dalam pengobatan Ayurveda disebut sebagai Tridosha. Konsepsi tentang tridosha yang kemudian dijadikan sebagai pedoman oleh balian dalam memberikan diagnosis terkait dengan penyakit yang dibawa oleh pasien. Masyarakat di Bali mempercayai bahwa kondisi sehat dan sakit dipengaruhi oleh keseimbangan dari lima unsur alam, dan adanya kepercayaan terhadap konsep tri hita karanan, yang dipercaya oleh masayarakat di Bali sebagai konsep dasar dalam menanggulangi penyakit. b. Penggolongan Penyakit pada Suku Bali Nala (2006) mengatakan bahwa menurut lontar usada, penyakit ada tiga jenis, yakni penyakit panes atau panas, nyem atau dingin, dan sebaa atau panas-dingin. Penyakitpenyakit tersebut digolongkan berdasarkan kepada konsep kepercayaan terhadap wujud Tuhan sebagai Brahma, Wisnu, dan Iswara. Brahma dipandang sebagai wujud api yang menyebabkan panes; Wisnu yang menciptakan nyem; dan Iswara yang mencipakan sebaa (Nala, 2006). Menurut Nala (2006) di dalam kitab suci Veda Smerti agama Hindu Ayurveda, disebutkan bahwa penyakit atau wyadhi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi tiga

4 15 yaitu: Adhyatmika yaitu penyakit yang penyebabnya berasal dari dalam diri sendiri yang bisa disebabkan oleh faktor keturunan atau adibala prawrta, dari sejak dalam kandungan atau janmabala prawarta, dan adanya ketidakseimbangan pada unsur tri dosha yang lebih dikenal dengan istilah doshabala prawrta, yang terdiri dari; Adhidaiwika yaitu penyakit yang diakibatkan oleh pengaruh di luar tubuhnya yang bisa disebabkan oleh pengaruh perubahan musim atau kalabala prawrta, gangguan supranatural atau daiwabala prawrta, gangguan natural atau swabhawa bala prawrta; Adhibautika yaitu penyakit yang diakibatkan oleh benda tajam seperti diakibatkan oleh benda tajam atau sastrakrta, dan luka yang diakibatkan oleh gigitan binatang atau wyalakrta. Penyebab penyakit dipengaruhi oleh tiga hal yang masing-masing penyebab dipercaya oleh masyarakat di Bali dipengaruhi oleh konsep kepercayaan terhadap tiga wujud Tuhan. Faktor lainnya juga terdapat dalam pembentukan penyakit pada kepercayaan masyarakat Bali, bisa disebabkan oleh dari dalam diri sendiri, disebabkan oleh pengaruh dari luar tubuhnya, dan diakibatkan oleh benda-benda tajam. c. Pengobat pada Pengobatan Usada Pada suku Bali pengobat pada pengobatan usada dikenal sebagai balian. Menurut Nala (2000) balian dapat dibedakan berdasarkan kekuatan, tujuan, dan cara memperoleh keahliannya. Berdasarkan kekuatannya balian dibagi menjadi tiga yaitu Balian Lanang bersifat maskulin, sifat kejantanan, Balian Wadon yang bersifat feminim, sifat kebetinaan, dan Balian Kedi yang bersifat netral, sifat kebancian. Sifat kejantanan dan kebetinaan dikaitkan dengan kekuatan yang digunakan dalam pengobatan, kejantanan dengan menggunakan kekuatan positif dan kebetinaan dengan menggunakan kekuatan negatif. Sifat kebancian merupakan ketiadaan dari balian dalam menggunakan kekuatan positif maupun negatif, tetapi berkekuatan netral.

5 16 Nala (2000) mengatakan berdasarkan tujuannya balian dibagi menjadi dua, yaitu yang memiliki tujuan baik dan tujuan buruk. Balian Panengen, adalah dukun yang beraliran kanan atau white magic, pengobatannya ditujukan untuk kebaikan, menyembuhkan orang sakit, bertujuan untuk kemanusiaan yang dikenal dengan istilah dharma. Balian Pangiwa, adalah dukun yang beraliran kiri atau black magic, yang tujuannya membuat orang agar jatuh sakit, atau bertujuan membencanai orang lain atau adharma. Berdasarkan pada cara memperoleh keahliannya, Nala (2000) mengatakan balian dibedakan menjadi tiga yaitu balian kapican, katakson, dan usada. Balian kapican mendapatkan keahlianya karena memperoleh suatu pica yaitu benda keramat, sesuatu yang bertuah dan berkhasiat. Balian katakson mendapatkan keahliannya karena kemasukan taksu, roh atau kekuatan gaib yang memberikan kecerdasaran dan mukjizat ke dalam dirinya. Balian usada merupakan balian yang memperoleh keahliannya karena belajar atau melalui proses yang disebut aguru waktera yaitu penyucian diri, seperti proses seseorang akan menjadi pendeta. Penggolongan balian pada masyarakat di Bali, dapat dibedakan berdasarkan kekuatan yang dimiliki oleh masing-masing balian, tujuan dari ilmu yang digunakan, dan cara yang dilakukan untuk memperoleh keahlian sebagai balian. 2. Etnomedisin Segala bentuk pengobatan yang berasal dari masyarakat pribumi, yang terlihat tidak wajar bagi masyarakat Barat, adalah suatu hal yang wajar apabila dikaitkan dengan kepercayaan serta kebudayaan pada masyarakat tersebut (Rivers, 1924). Pengobatan ini pada awalnya disebut sebagai pengobatan primitif karena meskipun terlihat wajar jika

6 17 dikaitkan dengan kebudayaan masyarakatnya, namun tidak bersifat ilmiah dan penjelasannya juga sangat tidak masuk akal. Berdasarkan hal ini, banyak yang mengatakan, dalam komunitas masyarakat yang menggunakan pengobatan primitif terdapat suatu ikatan antara pengobatan, magis, dan agama (Foster & Anderson, 2011). Didasari pada pengobatan-pengobatan primitif tersebut, munculah penelitian-penelitian yang disebut sebagai etnomedisin yang berfokus kepada pengobatan-pengobatan non-barat. Etnomedisin atau ethnomedicine merupakan cabang ilmu dari antropologi kesehatan yang mempelajari pengobatan-pengobatan medis non-barat atau dalam kata lain etnomedisin membahas tentang pengobatan-pengobatan tradisional dengan berdasar kepada budaya-budaya tertentu (Foster & Anderson, 2011). Menurut Foster dan Anderson (2011) terdapat dua kerangka sistem medis yang dikenal pada pengobatan etnomedisin, yaitu sistem medis personalistik yang merupakan suatu sistem yang menyebutkan bahwa penyakit disebabkan oleh intervensi dari luar tubuh yang bisa disebabkan oleh makhluk supranatural yang berupa makhluk bukan manusia maupun manusia, dan sistem naturalistik yang mendasarkan terhadap adanya keseimbangan terhadap unsur-unsur yang berada di dalam tubuh seperti panas, dingin, cairan di dalam tubuh yaitu humor dan dosha, atau yin dan yang yang berada dalam keadaan seimbang. a. Penyebab Sakit pada Sistem Medis Personalistik dan Naturalistik Beberapa penelitian terkait dengan sistem medis personalistik pernah dilakukan sebelumnya. Seperti yang dilakukan oleh Glick terhadap penduduk Gimi di dataran tinggi Nugini. Seperti yang dikatakan Glick (dalam Foster & Anderson, 2011) penyakit disebabkan oleh agen-agen yang dengan berbagai cara menggunakan kekuatan dengan

7 18 tujuan untuk membuat sakit pada korban-korbannya. Agen-agen tersebut dapat berupa makhluk manusia, manusia super atau bukan manusia. Peran dari adanya agen juga diperlihatkan di kalangan orang Abron di Pantai Gading. Kepercayaan yang muncul pada masyarakat Abron adalah seseorang dapat terkena penyakit yang diakibatkan dari adanya intervensi yang berasal dari luar tubuh namun bukan dari virus tetapi berasal dari kekuatan-kekuatan tertentu yang tidak bisa dikendalikan. Seperti yang dikatakan Alland (dalam Foster & Anderson, 2011) tentang teori orang Abron mengenai penyakit yaitu meliputi sejumlah agen yang dapat bertanggungjawab atas suatu kondisi khusus, yang saling berhubungan dengan peristiwa munculnya suatu penyakit tertentu. Agen-agen tersebut dapat melintasi alam supranatural. Penyebab dari munculnya penyakit berdasarkan pandangan sistem medis personalistik adalah pengaruh dari agen-agen tertentu yang mempengaruhi kondisi kesehatan tubuh. Berbeda dengan sistem personalitik yang lebih menekankan pada peran agen dalam penyebaran penyakit, sistem naturalistik lebih menekankan kepada peran dari keseimbangan yang ada di dalam tubuh yang langsung berkaitan dengan kesehatan seperti panas, dan dingin, cairan di dalam tubuh yaitu humor dan dosha, maupun yin dan yang (Foster & Anderson, 2011), apabila unsur-unsur yang terdapat di dalam tubuh seimbang maka akan terciptanya keadaan sehat, sedangkan apabila tidak seimbang maka dapat memunculkan penyakit. Teori keseimbangan mengenai kesehatan telah berkembang di masa Yunani kuno, hal itu dibuktikan melalui teori yang disampaikan oleh Hippocrates, yang mengatakan bahwa tubuh manusia terdiri dari darah, lendir, empedu hitam atau yang disebut melankoli, dan empedu kuning, pada pengobatan etnomedisin hal ini disebut sebagai

8 19 patologi humoral (Foster & Anderson, 2011). Unsur-unsur inilah yang membentuk tubuh manusia dan menyebabkan tubuh merasa sakit atau sehat. Perbedaan mendasar antara sistem pengobatan personalistik dan sistem naturalistik terletak kepada penyebab munculnya penyakit. Pada sistem personalistik lebih menekankan kepada peran dari agen penyebab penyakit, sedangkan pada sistem naturalistik lebih menekankan kepada keadaan keseimbangan di dalam tubuh yang bisa menimbulkan penyakit. b. Metode Penyembuhan Menurut Foster dan Anderson (2011) sistem medis non-barat yakni sistem medis personalistik dan sistem medis naturalistik memberikan berbagai pendekatan yang berbeda terkait dengan pengaruh serta tenaga medis yang berperan di dalamnya. Pada tatanan sistem medis personalistik membutuhkan jenis penyembuh tertentu untuk menyembuhkan penyakit yang dihadapi, tujuan dari penyembuh pada sistem medis personalistik tidak hanya menyembuhkan penyakit tersebut namun juga mencari orang yang mengakibatkan atau yang mengirim penyakit tersebut atau disebut sebagai agen. Penyembuh pada sistem medis personalistik dapat berupa dukun atau shaman dengan menggunakan teknik yakni berupa penggunaan ilmu-ilmu sihir tertentu, sehingga yang diutamakan pada sistem medis personalistik adalah agen dari penyebab penyakitnya dan pengobatan diberikan setelah adanya diagnosis terhadap agen dari penyebab penyakitnya. Pada sistem medis naturalistik penyembuh yang digunakan adalah tabib atau ahli ramuan yang mengetahui tentang obat-obatan dan pengobatan lainnya yang dapat membantu menyeimbangkan keseimbangan di dalam tubuh (Foster & Anderson, 2011).

9 20 Teknik pengobatan yang digunakan dapat berbeda tergantung dari budayanya, seperti teknik pengobatan Ayurveda. Ayurveda merupakan pengobatan tradisional yang berasal dari India, kata Ayurveda berasal dari ayur yang berarti kehidupan, dan veda yang berarti pengetahuan, yang berarti Ayurveda merupakan pengetahuan dari kehidupan (Wang, 2013). Ajaran Ayurveda mengatakan bahwa perlu adanya keseimbangan di dalam dosha. Dosha terdiri dari vata yaitu ruang, dan udara, pitta yaitu api, dan air, kapha yaitu air, dan tanah. Berdasarkan ajaran Ayurveda yang cara yang dapat dilakukan untuk menyeimbangkan dosha adalah dengan membatasi pola makan, seperti mengkonsumsi makanan yang manis, hambar, dan asin bisa mengurangi vita, mengkonsumsi makanan yang manis, pahit bisa menurunkan pitta, dan mengkonsumsi makanan yang pedas, dan pahit bisa menurunkan kapha (Wang, 2013). Pada sistem medis naturalistik menggunakan penyembuh yaitu berupa tabib, jika dikaitkan dengan kehidupan masyarakat Bali penyembuh ini lebih dikenal dengan sebutan balian dan teknik pengobatannya dikenal dengan pengobatan usada, sedangkan pada sistem pengobatan personalistik, pengobat yang digunakan disebut dengan shaman atau dukun. 3. Konsep Sehat dan Sakit Sehat merupakan keadaan dari ketiadaan tanda-tanda tubuh yang tidak berfungsi secara umumnya, atau tanda-tanda subjektif dari suatu penyakit atau cidera, seperti rasa sakit atau mual (Kazarian & Evans, 2011). Antonovsky (dalam Sarafino dan Smith, 2011) seorang sosiolog kesehatan mengatakan bahwa selama ada nafas kehidupan di dalam tubuh, maka dapat dikatakan sehat.

10 21 Konsep dari sehat dan sakit juga telah mengalami banyak perkembangan dari tahun ke tahun, pada budaya-budaya awal mempercayai bahwa penyakit secara mental dan fisik disebabkan oleh kekuatan-kekuatan mistis seperti serangan iblis (Stone, 1979). Hippocrates, atau yang lebih dikenal sebagai Bapak Kedokteran memperkenalkan hummoral theory of illness, yang di dalamnya mengatakan bahwa tubuh manusia terdiri dari empat cairan yang disebut dengan humor, ketika humor dalam keadaan seimbang maka individu masih dalam keadaan sehat, sedangkan penyakit terlihat ketika humor dalam keadaan tidak seimbang (Stone, 1979). Sarafino dan Smith (2011) mengatakan bahwa kondisi sehat dan juga sakit dari seseorang bisa dipengaruhi oleh penyakit yang diturunkan dari keluarga, pengaruh dari pola pikir yang mempengaruhi gaya hidup, serta kondisi lingkungan yang menjadi model gaya hidup dari seseorang, sehingga aspek yang mempengaruhi konsep sehat dan sakit adalah biological atau biologis, psychological atau psikologis, dan social atau sosial, yang lebih dikenal dengan biopsychosicial perspective. Sarafino dan Smith (2011) mengatakan faktor-faktor yang berpengaruh antara lain : a. Pola dari biological factor atau faktor biologis Sarafino dan Smith (2011) mengatakan bahwa faktor-faktor secara biologis terdiri dari material-material genetis dan proses-proses yang mewarisi karakteristik dari orangtua yang di dalamnya juga termasuk fungsi dan struktur dari kondisi fisiologis seseorang. Tubuh dibuat dari susunan yang sangat besar yang membentuk suatu sistem, seperti organ-organ, tulang-tulang, dan berbagai jaringan yang terdiri dari sel, molekul, dan atom. Efesiensi, efektifitas, dan fungsi dari kesehatan tergantung dari bagaimana komponen tersebut saling bekerja dan berinteraksi satu dengan yang lainnya.

11 22 Faktor biologis merupakan faktor yang lebih banyak dipengaruhi oleh kondisi fisiologis dari seseorang, yang bisa saja sedang dialami maupun diturunkan secara herediter dari orangtua. b. Pola dari psychological factor atau faktor psikologis Menurut Sarafino dan Smith (2011), perilaku dan proses mental merupakan fokus dari psikologi dan menghasilkan kognisi, emosi, dan motivasi. Kognisi merupakan aktifitas mental yang mencakup cara menerima, belajar, mengingat, berpikir, menginterpretasi, mempercayai, dan cara penyelesaian masalah. Kognisi secara langsung memberikan dampak terhadap konsep sehat dan sakit apabila dikaitkan dengan gaya hidup individu, seperti contohnya seseorang yang memiliki riwayat penyakit maag dan kemudian penyakit tersebut datang kemudian menghilang dengan tiba-tiba, maka individu tersebut tidak akan mencari perawatan kesehatan karena penyakit maagnya sudah menghilang (Sarafino & Smith, 2011). Sarafino dan Smith (2011) mengatakan emosi merupakan perasaan subjektif yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pikiran, perilaku, dan kondisi psikologis. Emosi ada yang berupa positif seperti bahagia, dan juga negatif seperti perasaan marah. Emosi sangat berkaitan dengan konsep sehat dan juga sakit, seperti contohnya seseorang yang memiliki emosi positif akan lebih terhindar dari berbagai penyakit dan lebih sering untuk menjaga kesehatan serta lebih cepat pulih dari penyakitnya dibandingkan dengan yang memiliki emosi negatif. Sarafino dan Smith (2011) mengatakan bahwa emosi juga sangat penting untuk menentukan arah pengobatan, seperti contoh seseorang yang memiliki rasa takut terhadap dokter akan menghindari perawatan kesehatan yang sebenarnya dibutuhkan.

12 23 Menurut Sarafino dan Smith (2011) motivasi adalah proses individu yang mengarahkan masing-masing dari individu tersebut untuk memulai suatu aktifitas, menentukan arahnya, dan bertekun di aktifitas tersebut. Seperti contoh orang tua yang berhenti merokok karena ingin menjaga kesehatan dari anak-anaknya, ataupun seseorang yang ingin terlihat dan merasa lebih sehat akan mengambil serta mengikuti beberapa program-program pelatihan, menentukan target dari hasil latihan, dan melakukan aktifitasnya secara teratur. Ketiga hal yang mempengaruhi psikologis yaitu kognisi, emosi, dan motivasi saling berkolaborasi dan membentuk kondisi psikologis individu yang mempengaruhi pemahaman terhadap konsep sehat dan juga sakit. Kondisi psikologis dari individu juga kemudian bisa mempengaruhi aktifitas yang dilakukan untuk mencegah munculnya penyakit dan menjaga kondisi sehat. Menurut Herndon dan Wandersman (dalam Sarafino & Smith, 2011), terdapat tiga tahapan pencegahan yang dapat dilakukan, yaitu dengan primary, secondary, dan tertiary prevention. Primary prevention dapat berupa tindakan yang dilakukan untuk menghindari munculnya suatu penyakit, secondary prevention merupakan kecenderungan untuk melakukan identifikasi terhadap suatu penyakit dan kemudian melakukan penyembuhan terhadap penyakit tersebut sebelum terlambat. Tertiary prevention merupakan peningkatan dari secondary prevention, tertiary prevention biasanya dilakukan apabila suatu penyakit sudah mencapai tahap yang cukup parah, sehingga perlu penanganan yang lebih mendalam terhadap penyakit tersebut. c. Pola dari social factor atau faktor sosial Sarafino dan Smith (2011) mengatakan bahwa manusia hidup di dunia sosial, menjalin hubungan dengan banyak indvidu, berinteraksi dan mempengaruhi satu dengan

13 24 yang lainnya. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pandangan masing-masing invidu adalah society (masyarakat), community (komunitas), dan family (keluarga). Masyarakat seringkali mempengaruhi pandangan kesehatan dari individu dengan menanamkan nilai-nilai dari budaya. Media juga merupakan salah satu alat dalam menyampaikan nilai-nilai kesehatan baik yang berupa hal positif maupun negative (Sarafino & Smith, 2011). Sarafino dan Smith (2011) mengatakan bahwa komunitas juga merupakan faktor yang berpengaruh dalam kondisi sehat dari seseorang. Individu akan mempelajari perilaku sehat dari komunitas yang diikuti, seperti misalnya di dalam komunitas tersebut sangat mengutamakan postur dan bentuk tubuh, sehingga memiliki aktifitas kesehatan seperti mengikuti berbagai kegiatan olahraga, dan secara langsung individu akan mempelajari dan turut terjun ke dalam aktifitas tersebut, dan faktor yang terakhir adalah faktor keluarga. Seorang individu tumbuh dan berkembang di dalam keluarga sejak dari masa kanakkanak, sehingga keluarga merupakan pemberi pengaruh yang paling kuat dalam tumbuh dan kembangnya (Murphy & Bennet, 2004). Anak-anak mempelajari banyak perilaku kesehatan dari orangtua, sehingga keluarga bisa menjadi media yang baik untuk memperkenalkan perilaku kesehatan yang positif maupun negatif. Faktor sociocultural juga mengambil peran yang penting dalam konsep sehat dan sakit, perbedaan sejarah dan budaya tersebut dapat terlihat dalam pendapat masyarakatnya terhadap penyebab munculnya suatu penyakit (Sarafino & Smith, 2011). Agama merupakan salah satu aspek dari budaya. Sarafino dan Smith (2011) juga mengatakan banyak agama yang menyertakan belief yang berhubungan dengan konsep

14 25 sehat dan sakit, ada yang berupa penolakan terhadap perawatan medis namun juga ada belief yang mengajarkan gaya hidup sehat. Matsumoto dan Juang (2008) juga mengatakan bahwa budaya dapat mempengaruhi kesehatan dari berbagai sisi. Budaya yang telah terenkulturasi dapat menciptakan belief atau kepercayaan yang mempengaruhi sikap terhadap kesehatan dan perawatan, hal-hal yang menyebabkan sehat dan sakit, ketersediaan dari pelayanan kesehatan, health seeking behavior, dan berbagai aspek-aspek yang lainnya. Beberapa aspek dan juga faktor yang telah dipaparkan juga berpengaruh terhadap health seeking behavior pada suatu daerah atau masyarakat, seperti misalnya penelitan yang dilakukan oleh Chibwana, Mathanga, Chinkumba, dan Jobiba (2009) tentang pengaruh sosiokultural terhadap health seeking behavior untuk demam pada anak yang berusia dibawah lima tahun di daerah Mwanza-Neno, Malawi. Hasil dari penelitian tersebut adalah bahwa adanya kepercayaan baik dari wanita maupun pria bahwa anak kecil yang mengalami demam disebabkan oleh alat genital dari ibu yang melahirkan, sehingga muncul suatu pemahaman bahwa demam anak-anak hanya bisa disembuhkan dengan melakukan pengobatan tradisional terhadap ibu dari anak tersebut, bukan langsung kepada anaknya, yang mengakibatkan terjadinya keterlambatan pengobatan. Dari hal tersebut terlihat bahwa sosial dan juga budaya berpengaruh dalam pemahaman masyarakat terkait dengan konsep sehat dan sakit. Hal ini sejalan seperti yang disampaikan oleh Foster dan Anderson (2011) yang mengatakan bahwa setiap kebudayaan memiliki pandangan yang berbeda terhadap penyakit, dalam pengertian penyakit merupakan pengakuan bahwa seseorang itu tidak bisa menjalankan peran normalnya secara wajar, dan harus dilakukan sesuatu pada situasi tersebut.

15 26 4. Health seeking behavior Menurut Notoadmojo (2014) perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang atau organisme terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Perilaku kesehatan tersebut mencakup perilaku seseorang terhadap sakit dan penyakit yang di dalamnya berhubungan dengan health seeking behavior, yaitu perilaku untuk melakukan atau mencari pengobatan. Notoadmojo (2014) mengatakan bahwa ketika seseorang diserang penyakit dan merasakan sakit, maka akan timbul berbagai macam perilaku dan usaha, antara lain: a. Tidak bertindak atau no action. Notoadmojo (2014) mengatakan bahwa alasan dari tidak bertindak adalah karena adanya kepentingan lain yang harus dilakukan, masyarakat juga mempercayai bahwa penyakit tersebut akan hilang dengan sendirinya. b. Bertindak mengobati diri sendiri atau self treatment. Notoadmojo (2014) mengatakan bahwa orang yang masyarakat yang melakukan pengobatan sendiri sudah merasa bahwa pengalaman terkait dengan usaha pengobatan sendiri sudah mendapatkan kesembuhan. c. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas alternatif atau traditional remedy. Notoadmojo (2014) mengatakan bahwa untuk masyarakat pedesaan khususnya, pengobatan tradisional masih menduduki tempat teratas dibanding dengan pengobatan-pengobatan yang lain. d. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan modern yang telah disediakan pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta, termasuk mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh dokter (private medicine).

16 27 Dalam mencari kesehatan, masyarakat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yang memunculkan health seeking behavior. Menurut Green (dalam Notoadmojo, 2014) menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: 1. Faktor predisposisi atau Predisposing factors Termasuk di dalamnya adalah pengetahuan yaitu knowledge, sikap atau attitude terhadap kesehatan. Adapun bagian-bagian dari faktor predisposisi adalah sebagai berikut: a. Pengetahuan atau knowledge Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (Notoadmojo, 2014). Sehingga pengetahuan awal dari masyarakat akan mengarahkannya kepada jenis pengobatan yang akan digunakan. b. Sikap atau attitude Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Soetarno (1994) mengatakan bahwa sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu. 2. Faktor pendukung atau enabling factors Notoadmojo (2014) mengatakan bahwa faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan pada masyarakat. Ketersediaan sarana dan

17 28 prasarana atau fasilitas kesehatan akan menentukan masyarakat dalam menentukan arah pengobatan yang akan dilakukan. 3. Faktor pendorong atau reinforcing factors Notoadmojo (2014) mengatakan bahwa faktor pendorong mencakup sikap dan perilaku petugas kesehatan, atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Masyarakat memberikan pandangan serta tanggapannya terhadap suatu pengobatan, baik dari sisi pengobatan maupun petugas pengobatannya. Anderson (dalam Notoadmojo, 2014) mengatakan salah satu model penggunaan pelayanan kesehatan adalah model sistem kesehatan atau health system model dalam menentukan arah pengobatan yang digambarkan melalui tiga kategori utama dalam pelayanan kesehatan, adapun kategori tersebut antara lain: 1. Karakteristik predisposisi atau predisposing characteristic Anderson (dalam Notoadmojo, 2014) mengatakan bahwa karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan karena adanya ciri-ciri individu, yang digolongkan ke dalam tiga kelompok sebagai berikut: a. Ciri-ciri demografi, seperti jenis kelamin dan juga umur. b. Struktur sosial, seperti tingkat pendidikan, pekerjaan, kesukuan atau ras, dan sebagainya. c. Manfaat-manfaat kesehatan atau kepercayaan, seperti keyakinan bahwa pelayanan kesehatan dapat menolong proses penyembuhan penyakit.

18 29 2. Karakteristik pendukung atau enabling characteristic Anderson (dalam Notoadmojo, 2014) mengatakan karakteristik ini mencerminkan bahwa meskipun individu memiliki predisposisi untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan namun beberapa faktor harus tersedia untuk menunjang pelaksanaan untuk memunculkan predisposisi tersebut seperti faktor kemampuan seperti penghasilan, akses, keadaan ekonomi dan dari komunitas seperti fasilitas pelayanan kesehatan. 3. Karakeristik kebutuhan atau need characteristic Anderson (dalam Notoadmojo, 2014) mengatakan faktor predisposisi dan faktor yang memungkinkan untuk mencari pengobatan dapat terwujud di dalam tindakan apabila itu dirasakan sebagai kebutuhan. Dengan kata lain kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan. Health seeking behavior diawali dengan adanya bentuk perilaku kesehatan, yang menurut Green (dalam Notoadmojo, 2014) dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor predisposisi, pendukung, dan juga pendorong. Perilaku kesehatan yang dibentuk, akan mempengaruhi perilaku dalam mencari layanan kesehatan (health system model), yang oleh Anderson (dalam Notoadmojo, 2014) dikategorikan di dalam tiga karekteristik yaitu karakteristik predisposisi, pendukung, dan kebutuhan. 5. Urolithiasis (kencing batu) Menurut Chang (2009) urolithiasis atau yang lebih dikenal dengan kencing batu adalah penyakit yang didalamnya terdapat material keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih, saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah

19 30 (buli-buli dan uretra) yang dapat menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih, dan infeksi. Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urine, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi, dan keadaan lain yang belum terungkap atau idiopatik. Purnomo (2011) mengatakan bahwa secara epidemologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang, yaitu : a. Faktor intrinsik, yang terdiri dari herediter atau keturunan, umur yaitu paling sering didapatkan pada usia 30 sampai dengan 50 tahun, dan jenis kelamin. b. Faktor entrinsik, yang terdiri dari faktor geografi, iklim, temperatur, asupan air, dan pekerjaan. Purnomo (2011) mengatakan bahwa batu saluran kemih terbentuk karena adanya pengendapan yang diakibatkan oleh supersaturasi air kemih dengan garam-garam, produk yang memiliki tingkat kelarutan yang lebih tinggi dibandingkan titik endapan, maka akan mengakibatkan supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya akan terbentuk batu. Penanganan yang dapat dilakukan terhadap individu dengan batu saluran kemih adalah sebagai berikut: a. Medikamentosa Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu yang berukuran lebih kecil yaitu dengan diameter 5mm, karena diharapkan batu dapat keluar tanpa intervensi medis (Tjokonegoro & Utama, 2003). Sloane (2003) menambahkan pemberian analgesic

20 31 atau pembiusan dapat diberikan untuk meredakan nyeri dan mengusahakan agar batu dapat keluar sendiri secara spontan. b. ESWL (Extracorporeal Shockwave Lithotripsy) ESWL merupakan tindakan non-invansif dan tanpa pembiusan, pada tindakan ini digunakan gelombang kejut eksternal yang dialirkan melalui tubuh untuk memecah batu (Purnomo, 2011). c. Endourologi Purnomo (2011) mengatakan bahwa endourologi merupakan tindakan invansif minimal untuk mengeluarkan batu pada saluran kemih yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. d. Tindakan operasi Tjokronegoro dan Utama (2003) mengatakan tindakan bedah atau operasi dilakukan apabila batu tidak merespon terhadap penanganan yang lainnya, hal ini dilakukan apabila batu yang berada di dalam saluran kemih secara spontan tidak dapat dikeluarkan, sehingga dilakukan tindakan operasi.

21 Evaluasi 32 B. Perspektif Teoretis Konsep Sehat & Sakit Pada Individu Sakit Health Seeking Behavior Pengobatan Tradisional Modern Etnomedisin Medis usada Rumah sakit/dokter Obat herbal Balian Operasi Terapi Obat Sehat Gambar 1. Perspektif Teoretis Kondisi sehat-sakit merupakan suatu hal yang saling terkait di dalam kehidupan manusia. Setiap orang pasti pernah berada di dalam kondisi sehat maupun sakit. Menurut Parson (1972) sakit adalah gangguan dalam fungsi normal individu sebagai

22 33 totalitas,termasuk keadaan organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya, sehingga sakit akan terjadi apabila adanya disfungsi pada individu tersebut. Disfungsi merupakan kondisi dari adanya ketidakseimbangan dalam tubuh sehingga mengakibatkan terganggunya kondisi kesehatan. Kondisi sehat dan sakit individu dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, baik yang berasal dari dalam diri maupun yang berasal dari luar diri individu. Kondisi ini juga akan menciptakan suatu konsep yang mempengaruhi persepsi individu terhadap sehat dan juga sakit, konsep ini dikenal sebagai konsep sehat dan sakit. Konsep sehat dan sakit masing-masing orang akan mempengaruhi bagaimana orang tersebut memandang kondisi tubuhnya saat ini, baik dari kesehatan maupun kelemahan tubuh yang dialami. Konsep sehat dan sakit tidak semata-mata terbentuk begitu saja, hal tersebut juga didasari oleh faktor-faktor lain yang saling berpengaruh satu dengan yang lainnya. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain faktor biologis, faktor psikologis, dan faktor sosial dan juga budaya. Faktor biologis membantu seseorang untuk mengetahui kondisi tubuh saat ini, faktor biologis berhubungan dengan kondisi biologis dari seseorang, baik itu kondisi sehat maupun kondisi sakitnya, faktor biologis tersebut membantu seseorang untuk mendefinisikan kondisi sehat dan sakit, hal ini juga berkaitan dengan suatu riwayat penyakit yang pernah dialami oleh seseorang. Faktor psikologis merupakan faktor dari dalam diri seseorang yang akan mempengaruhi kondisi sehat dan juga sakitnya, faktor psikologis ini juga dipengaruhi oleh tiga kondisi, yaitu kognisi dari individu, emosi, dan juga motivasi. Kognisi merupakan bagaimana cara seseorang mempersepsikan, mempelajari, menginterprestasikan kondisi yang sedang dialami saat ini. Faktor emosi adalah faktor yang mempengaruhi individu

23 34 dalam menentukan arah kesehatan, seperti misalnya seseorang yang pernah mengalami kejadian buruk saat melakukan pengobatan ke dokter, seperti takut terhadap jarum suntik, maka akan memilih pengobatan lainnya ketika mengalami sakit. Motivasi adalah hal yang mempengaruhi individu untuk melakukan suatu kegiatan tertentu, baik untuk menjaga kesehatan ataupun agar terhindar dari penyakit, dan menyembuhkan sakit tertentu. Faktor berikutnya adalah sosial dan juga budaya. Faktor sosial ini dapat dipengaruhi oleh lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat secara tidak langsung dapat mempengaruhi pembentukan persepsi dari individu, persepsi terhadap kondisi kesehatan saat ini. Selain hal tersebut, kondisi sosial juga dipengaruhi oleh budaya tempat seseorang tinggal atau biasa melakukan aktifitas, budaya dipengaruhi juga oleh faktor agama, agama merupakan salah satu faktor yang bisa menciptakan belief di dalam suatu tatanan masyarakat, yang kemudian menjadi suatu kebudayaan yang dilakukan oleh masyarakat tersebut. Ketiga faktor tersebut, faktor biologis, psikologis, dan sosialbudaya kemudian akan memepengaruhi seseorang dalam mempertimbangkan pengobatan yang akan dilakukan untuk menyembuhkan penyakitnya. Konsep sehat dan sakit tersebut akan membentuk seseorang dalam menentukan arah pengobatan yang mengarahkan kepada pengobatan tradisional ataupun pengobatan modern. Pada saat seseorang dalam kondisi sakit, konsep sehat dan sakit akan mempengaruhi orang tersebut untuk melakukan pengobatan terhadap kondisi sakit, hal inilah yang dinamakan sebagai health seeking behavior. Jenis pengobatan yang biasanya digunakan oleh seseorang ketika mengalami sakit ada dua macam yaitu pengobatan tradisional dan pengobatan modern. Pengobatan tradisional mengarah kepada pengobatan etnomedisin, dengan memanfaatkan tumbuh-tumbuhan yang ada di alam, pada masyarakat di Bali

24 35 pengobatan ini lebih dikenal dengan istilah usada, pengobatan yang dilakukan dapat berupa pengobatan secara herbal, ataupun melalui pengobatnya yang bernama balian. Sistem pengobatan modern terdiri dari pengobatan medis, pengobatan medis tersebut biasanya ditemukan pada rumah sakit ataupun tempat praktek pribadi yang dibuka oleh dokter. Jenis pengobatan yang dilakukan pada pengobatan medis dapat berupa terapi, pengobatan dengan menggunakan jenis-jenis obat tertentu, dan juga biasanya melakukan operasi untuk beberapa penyakit dalam. Masing-masing dari pengobatan tersebut tentu memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Beberapa orang memilih untuk menggunakan salah satu dari pengobatan tersebut, ataupun keduanya, hal ini bisa didasarkan kepada hasil yang diterima, adanya proses evaluasi terhadap hasil pengobatan tersebut kemudian akan memungkinkan penggunaan pengobatan yang sama ketika mengalami sakit, baik itu pengobatan medis maupun usada. C. Pertanyaan Utama Penelitian Pada latar belakang dari penelitian telah dijelaskan bahwa seseorang memilih pengobatan alternatif apabila pengobatan konvensional atau di bidang medis dinilai tidak memuaskan (Asimo, 1995), namun hal ini tidak bisa dijadikan patokan bahwa hanya karena ketidakpuasan dari pengobatan konvesional yang menyebabkan masyarakat beralih kepada pengobatan alternatif. Faktor budaya dan juga faktor lingkungan mengambil peran yang penting dalam mempengaruhi masyarakat ketika akan menggunakan jalur pengobatan tertentu, dan health seeking behavior terutama pada masyarakat suku Bali. Berdasarkan permasalahan tersebut, untuk mengetahui health seeking behavior pada masyarakat, maka permasalahan penelitian dapat dirumuskan dalam grand question yaitu

25 36 Bagaimana konsep sehat dan sakit secara langsung dapat membentuk health seeking behavior dalam menentukan arah pengobatan?

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Undang-undang tentang kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi (Undang-undang tentang kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Definisi kesehatan menurut Undang-Undang nomor 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial untuk memungkinkan setiap orang

Lebih terperinci

Kata Kunci: konsep sehat dan sakit, health seeking behavior, health system model. Abstract

Kata Kunci: konsep sehat dan sakit, health seeking behavior, health system model. Abstract Jurnal Psikologi Udayana 2017, Vol.4, No.2, 263-276 Program Studi Psikologi, Fakultas Psikologi, Universitas Udayana ISSN: 2354 5607 KONSEP SEHAT DAN SAKIT PADA INDIVIDU DENGAN UROLITHIASIS (KENCING BATU)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan sesuatu yang sangat kompleks, bila dilihat secara keseluruhan akan menyebabkan terjadinya perbedaan-perbedaan persepsi tentang kesehatan tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap orang dalam kesibukan dan aktivitas yang terus dijalani, tidak menyadari bahwa tubuhnya terus berinteraksi dengan sesama lingkungan, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.

Lebih terperinci

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin

TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2. By: Syariffudin TEORI PENYEBAB PENYAKIT 2 By: Syariffudin Definisi Teori Penyebab Penyakit Teori penyebab penyakit memiliki pengertian sebuah teori yang mempelajari gejala-gejala timbulnya penyakit karena adanya ketidakseimbangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keberuntungan tersendiri bagi masyarakat lokalnya. Tanah yang subur

I. PENDAHULUAN. keberuntungan tersendiri bagi masyarakat lokalnya. Tanah yang subur 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia memberikan sebuah keberuntungan tersendiri bagi masyarakat lokalnya. Tanah yang subur memberikan kehidupan dengan

Lebih terperinci

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003):

Perilaku kesehatan pada garis besarnya dikelompokkan menjadi 2 yakni (Notoatmodjo, 2003): 2.3 macam-macam perilaku kesehatan Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis besar bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi kesehatan di Indonesia mengalami perkembangan yang sangat berarti dalam beberapa dekade terakhir. Perkembangan ini memperlihatkan dampak dari ekspansi penyediaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Kata manfaat diartikan sebagai guna; faedah; untung, sedangkan pemanfaatan adalah proses; cara; perbuatan memanfaatkan. Dan pelayanan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial dan makhluk biologis senantiasa menjalankan dan mempertahankan kehidupannya. Dalam menjalankan serta mempertahankan kehidupannya, manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara berkembang masih merasakan tantangan berat di dalam pembangunan kesehatan yaitu jumlah penduduk yang besar dengan pertumbuhan yang

Lebih terperinci

KONSEP SEHAT DAN SAKIT PADA INDIVIDU DENGAN UROLITHIASIS (KENCING BATU) DI KABUPATEN KLUNGKUNG, BALI

KONSEP SEHAT DAN SAKIT PADA INDIVIDU DENGAN UROLITHIASIS (KENCING BATU) DI KABUPATEN KLUNGKUNG, BALI KONSEP SEHAT DAN SAKIT PADA INDIVIDU DENGAN UROLITHIASIS (KENCING BATU) DI KABUPATEN KLUNGKUNG, BALI SKRIPSI Diajukan kepada Program Studi Psikologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menjalani aktivitas sehari-hari, individu membutuhkan keadaan fisik yang baik dan sehat. Bila keadaan fisik tersebut baik dan sehat, maka individu dapat

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perilaku Dilihat dari aspek biologisnya, perilaku merupakan sesuatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Pada hakikatnya kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begel, desa merupakan tempat pemukiman para petani, sebenarnya, faktor

BAB I PENDAHULUAN. Begel, desa merupakan tempat pemukiman para petani, sebenarnya, faktor BAB I PENDAHULUAN I. A. LATAR BELAKANG MASALAH Desa secara umum lebih sering dikaitkan dengan pertanian. Menurut Egon.E. Begel, desa merupakan tempat pemukiman para petani, sebenarnya, faktor pertanian

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Konsep Perilaku Kesehatan 2.1.1. Batasan Perilaku Menurut Notoatmodjo (2005) perilaku dapat ditafsirkan sebagai kegiatan atau aktivitas organisme atau makhluk hidup yang bersangkutan.

Lebih terperinci

PENGANTAR PSIKOLOGI KESEHATAN

PENGANTAR PSIKOLOGI KESEHATAN PENGANTAR PSIKOLOGI KESEHATAN Ade Heryana Dosen Prodi Kesmas FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta Email: heryana@esaunggul.ac.id PENDAHULUAN Hampir setiap hari kita membaca headline berita tentang kesehatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Undang-undang kesehatan No. 23

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan aktivitasnya sehari-hari. Undang-undang kesehatan No. 23 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hal yang sangat penting bagi semua manusia karena tanpa kesehatan yang baik, maka setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penderita stroke di Indonesia kini kian meningkat dari tahun ke tahun. Saat ini di Indonesia penyakit stroke merupakan penyebab kematian ketiga setelah penyakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hingga saat ini adalah permasalahan kesehatan (Human Healt). Nampaknya

BAB I PENDAHULUAN. hingga saat ini adalah permasalahan kesehatan (Human Healt). Nampaknya 6 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu permasalahan kependudukan terbesar yang dihadapi pemerintah hingga saat ini adalah permasalahan kesehatan (Human Healt). Nampaknya permasalahan

Lebih terperinci

ANTROPOLOGI KESEHATAN

ANTROPOLOGI KESEHATAN ANTROPOLOGI KESEHATAN Astri Safariah PENDAHULUAN BUDAYA MANUSIA KESEHATAN 1 KONSEP UMUM ANTROPOLOGI Antropologi adalah suatu studi ilmu yang mempelajari tentangmanusiabaikdari segi budaya, perilaku, keanekaragaman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengobat tradisional dukun atau tabib.masyarakat memiliki pandangan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. pengobat tradisional dukun atau tabib.masyarakat memiliki pandangan terhadap 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia melakukan berbagai cara untuk mendapatkan tubuh yang sehat, baik secara modern maupun tradisional. Pengobatan dan penyembuhan suatu jenis penyakit yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka penderita kanker di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. Angka penderita kanker di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka penderita kanker di Indonesia terus meningkat setiap tahunnya. Data Departemen Kesehatan Depkes (2015), menyatakanbahwapenyakit kanker merupakan salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. HIPERTENSI 1. Pengertian Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang tetap di atas batas normal. Seseorang dianggap terkena darah tinggi bila angka tekanan darahnya menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Dalam mencapai kualitas hidup

BAB I PENDAHULUAN. derajat kesehatan yang setinggi tingginya. Dalam mencapai kualitas hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional merupakan pembangunan manusia dan seluruh masyarakat Indonesia. Berbagai program pembangunan yang diselengarakan oleh pemerintah selama ini, pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis.

BAB I PENDAHULUAN. Definisi sehat sendiri ada beberapa macam. Menurut World Health. produktif secara sosial dan ekonomis. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan dambaan setiap manusia. Kesehatan menjadi syarat utama agar individu bisa mengoptimalkan potensi-potensi yang dimilikinya. Kesehatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku 2.1.1 Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai negara berkembang, Indonesia mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, terutama di beberapa daerah tertentu. Pertumbuhan ini juga diikuti dengan perubahan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Persepsi Mengenai PHBS 2.1.1. Pengertian Persepsi Individu satu dengan yang lainnya, tentu memiliki perbedaan dalam melihat serta memaknai sesuatu yang dilihatnya. Perbedaan

Lebih terperinci

Paket 7 PERAN PSIKOLOGI DALAM MENGEVALUASI ETIOLOGI SUATU PENYAKIT

Paket 7 PERAN PSIKOLOGI DALAM MENGEVALUASI ETIOLOGI SUATU PENYAKIT Paket 7 PERAN PSIKOLOGI DALAM MENGEVALUASI ETIOLOGI SUATU PENYAKIT Pendahuluan Psikologi kesehatan sebagai pengetahuan social-psychological dapat mengubah pola health behavior dan mengurangi pengaruh dari

Lebih terperinci

Eksistensi Balian Usada Dalam Pengobatan Pada Masyarakat Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli

Eksistensi Balian Usada Dalam Pengobatan Pada Masyarakat Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli Eksistensi Balian Usada Dalam Pengobatan Pada Masyarakat Desa Tiga, Kecamatan Susut, Bangli I Gusti Bagus Arya Putra 1*, A. A. Ngr. Anom Kumbara 2, I Wayan Suwena 3 123 [Prodi Antropologi Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan merupakan sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan kepada

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan merupakan sebuah konsep yang digunakan dalam memberikan layanan kepada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem pelayanan kesehatan yang baik merupakan bagian penting dalam meningkatkan derajat kesehatan dan merupakan kebutuhan setiap orang. Pelayanan kesehatan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Feminine hygiene merupakan cara menjaga dan merawat kebersihan organ kewanitaan bagian luar. Salah satu cara membersihkannya adalah dengan membilas secara benar. Penggunaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Ensiklopedi Amerika mengartikan perilaku sebagai suatu aksireaksi organism terhadap lingkungannya. Perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada dua masalah, di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang belum

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Sarafino (2006), mendefinisikan treatment delay sebagai rentang waktu

BAB II LANDASAN TEORI. Sarafino (2006), mendefinisikan treatment delay sebagai rentang waktu BAB II LANDASAN TEORI II. A. TREATMENT DELAY II. A. 1. Pengertian Treatment Delay Sarafino (2006), mendefinisikan treatment delay sebagai rentang waktu yang berlalu antara ketika seorang individu pertama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku sehat. untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka (Taylor,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Perilaku sehat. untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka (Taylor, BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku sehat 1. Pengertian Perilaku sehat Perilaku sehat sebagai usaha atau tindakan yang dilakukan individu untuk meningkatkan atau mempertahankan kondisi kesehatan mereka

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai. dengan standart pelayanan Rumah Sakit.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Untuk menjalankan tugas sebagaimana dimaksud, Rumah Sakit mempunyai. dengan standart pelayanan Rumah Sakit. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Rumah Sakit Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna, yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada ginjal. dan uretra (urethrolithiasis) (Basuki, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan batu ini disebut urolitiasis, dan dapat terbentuk pada ginjal. dan uretra (urethrolithiasis) (Basuki, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batu saluran kemih (BSK) merupakan penyakit yang sering di Indonesia. BSK adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi yang terdapat dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berbeda jauh dengan konsep penyembuhan secara modern.

BAB I PENDAHULUAN. tradisional yang berbeda jauh dengan konsep penyembuhan secara modern. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usaha-usaha perlindungan diri dan penyembuhan penyakit sudah diupayakan sejak dulu kala. Salah satu pengetahuan mendasar manusia dan masyarakat saat itu mencegah dan

Lebih terperinci

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved

Kanker Prostat. Prostate Cancer / Indonesian Copyright 2017 Hospital Authority. All rights reserved Kanker Prostat Kanker prostat merupakan tumor ganas yang paling umum ditemukan pada populasi pria di Amerika Serikat, dan juga merupakan kanker pembunuh ke-5 populasi pria di Hong Kong. Jumlah pasien telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi

BAB I PENDAHULUAN. operasi/pembedahan (misalnya takut sakit waktu operasi, takut terjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kecemasan merupakan istilah yang menggambarkan keadaan khawatir dalam kehidupan sehari-hari (Dalami, 2005). Kecemasan dapat ditimbulkan dari peristiwa sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha menghindari diri dengan cara menyembuhkan suatu jenis penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. dengan usaha menghindari diri dengan cara menyembuhkan suatu jenis penyakit. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia disamping pangan, pemukiman dan pendidikan, karena hanya dalam keadaan sehat manusia dapat hidup, tumbuh dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan. Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga sektor yang saling terkait

BAB 1 PENDAHULUAN. penyembuhan. Sumber pengobatan di dunia mencakup tiga sektor yang saling terkait BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar bagi setiap orang. Masalah kesehatan difokuskan pada penyakit yang diderita manusia untuk dilakukannya pengobatan dan penyembuhan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada disekitarnya. Demikian halnya dengan nenek moyang kita yang telah

BAB I PENDAHULUAN. ada disekitarnya. Demikian halnya dengan nenek moyang kita yang telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah peradaban bangsa-bangsa di dunia ini menunjukkan bahwa berbagai upaya yang dilakukan berbagai bangsa untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya pada

Lebih terperinci

PERILAKU MENCARI BANTUAN

PERILAKU MENCARI BANTUAN PERILAKU MENCARI BANTUAN Kasl dan Cobb (1966) membuat 3 tipe berbeda dari Perilaku Kesehatan Perilaku Kesehatan Perilaku Sakit Perilaku peran-sakit Perilaku Kesehatan Suatu aktivitas dilakukan oleh individu

Lebih terperinci

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN Ade Heryana Dosen Prodi Kesmas FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta Email: heryana@esaunggul.ac.id PENDAHULUAN Perilaku seseorang memberi dampak yang penting terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kandung kemih atau pada uretra disebut sebagai urolithiasis yang terbentuk

BAB I PENDAHULUAN. kandung kemih atau pada uretra disebut sebagai urolithiasis yang terbentuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembentukan batu pada sistem urinaria seperti pada ginjal, ureter, dan kandung kemih atau pada uretra disebut sebagai urolithiasis yang terbentuk dari kata ouron (urin)

Lebih terperinci

Culture and Treatment of Abnormal Behavior

Culture and Treatment of Abnormal Behavior Culture and Treatment of Abnormal Behavior OLEH: DR. ASIH MENANTI, MS Introduction: - Kebudayaan berperan penting dalam mendefinisikan abnormalitas. - Faktor budaya tersebut mempengaruhi kemampuan psikolog

Lebih terperinci

Konsep Sehat-Sakit Dalam Sosial Budaya. 3/23/2011 Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA

Konsep Sehat-Sakit Dalam Sosial Budaya. 3/23/2011 Fakultas Ilmu Keperawatan UNISSULA Konsep Sehat-Sakit Dalam Sosial Budaya Konsep Penyakit Masyarakat mendefinisikan penyakit dalam cara yang berbeda-beda. Gejala gejala yg dirasakan sebagai bukti adanya penyakit yg mungkin diabaikan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kegiatan sehari-hari. Kesehatan telah menjadi suatu kajian ilmu

BAB I PENDAHULUAN. mengganggu kegiatan sehari-hari. Kesehatan telah menjadi suatu kajian ilmu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia melakukan berbagai cara untuk mendapatkan tubuh yang sehat, baik secara modern maupun tradisional. Kesehatan merupakan kebutuhan mendasar bagi kehidupan

Lebih terperinci

Perspektif biopsikososial

Perspektif biopsikososial PSIKOLOGI SOSIAL DAN KESEHATAN Definisi SEHAT? Perspektif biomedis: objektif: tidak ada tanda-tanda bahwa tubuh tidak berfungsi dengan baik Subjektif: tidak ada simptom subjektif dari penyakit atau luka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya tidak hanya mampu menyelaraskan diri dengan alam dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dimilikinya tidak hanya mampu menyelaraskan diri dengan alam dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah salah satu pendukung kebudayaan, dengan kebudayaan yang dimilikinya tidak hanya mampu menyelaraskan diri dengan alam dan lingkungannya. Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki kebutuhan primer yang merupakan kebutuhan utama manusia yang harus dipenuhi. Salah satu kebutuhan utama manusia adalah kebutuhan untuk kesehatan. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau yang disebut Dengue

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau yang disebut Dengue BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau yang disebut Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan global pada decade terakhir dengan

Lebih terperinci

Eksistensi Dukun dalam Era Dokter Spesialis

Eksistensi Dukun dalam Era Dokter Spesialis Eksistensi Dukun dalam Era Dokter Spesialis Irfan Ardani Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Badan Litbang Kesehatan Kementerian Kesehatan, Jl. Indrapura No. 17 Surabaya 60176

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah

I. PENDAHULUAN. akan mencapai lebih dari 1,5 milyar orang (Ariani,2013). Hipertensi telah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit jantung dan pembuluh darah. Hipertensi merupakan faktor risiko ketiga terbesar yang menyebabkan kematian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pelayanan Kesehatan

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pelayanan Kesehatan BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Teori 2.1.1. Pengertian Pelayanan Kesehatan Pelayanan kesehatan merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, dalam hal ini untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terdiri dari Persepsi (perception), Respon terpimpin (Guided Respons), BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku 1. Pengertian perilaku Semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik dapat diamati secara langsung maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar. Dimana perilaku terdiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keperawatan secara holistik akan memandang masalah yang dihadapi pasien melalui berbagai aspek hidup yaitu biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Masalah yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome

BAB I PENDAHULUAN. Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut (Nugroho. T, 2010: 94) Aquired Immune Deficiency Syndrome adalah penyakit yang merupakan kumpulan gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh yang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan jenis penyakit yang paling

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan jenis penyakit yang paling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan jenis penyakit yang paling banyak mengakibatkan kematian mendadak. Menurut data WHO sampai dengan tahun 2008, PJK

Lebih terperinci

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN Ade Heryana Dosen Prodi Kesmas FIKES Universitas Esa Unggul Jakarta Email: heryana@esaunggul.ac.id PENDAHULUAN Perilaku seseorang memberi dampak yang penting terhadap

Lebih terperinci

Oleh: Aulia Ihsani

Oleh: Aulia Ihsani Makalah Pribadi Oleh: Aulia Ihsani 07120133 Pembimbing: dr. Yuniar Lestari, M.Kes dr. Rima Semiarty, MARS Rencana pembangunan jangka panjang bidang kesehatan RI tahun 2005 2025 atau Indonesia Sehat 2025

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. No.40 tahun 2004). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah tata cara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. No.40 tahun 2004). Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) adalah tata cara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) 2.1.1 Definisi JKN Asuransi sosial merupakan mekanisme pengumpulan iuran yang bersifat wajib dari peserta, guna memberikan perlindungan kepada

Lebih terperinci

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang:

Ruang Lingkup. Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang: Ruang Lingkup Penerapan konsep, teori dan metode sains dalam bidang kedokteran atau perawatan kesehatan. Bidang: Fisika medik, Kimia medik, Biologi medik, Fisika Medik Aplikasi konsep, prinsip, hukum-hukum,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mempertahankan volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh merupakan fungsi esensial untuk kesejahteraan, yang berarti keselamatan dari seluruh makhluk hidup.

Lebih terperinci

TEORI FENOMENA ORGAN

TEORI FENOMENA ORGAN TEORI FENOMENA ORGAN By: Syariffudin Definisi Teori Fenomena Organ Yaitu sebuah teori untuk menilai fungsi organ organ dalam secara fisiologi maupun secara patalogis dengan didasarkan pada apa yang terlihat

Lebih terperinci

yang dirasakan individu terhadap pengobatan.

yang dirasakan individu terhadap pengobatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar dari setiap manusia untuk dapat hidup layak, produktif serta mampu bersaing untuk meningkatkan taraf hidupnya. Keadaan untuk hidup

Lebih terperinci

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis

Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Anjing Anda Demam, Malas Bergerak dan Cepat Haus? Waspadai Leptospirosis Leptospirosis adalah penyakit berbahaya yang diakibatkan oleh bakteri Leptospira interrogans sensu lato. Penyakit ini dapat menyerang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Garam Beryodium Garam beryodium adalah suatu inovasi yang ditawarkan kepada konsumen atau setiap keluarga untuk mencegah kekurangan yodium sebagai upaya jangka panjang (Depkes

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN KESEHATAN. secara nasional berdasarkan prinsip asuransi social dan prinsip ekuitas, dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN KESEHATAN. secara nasional berdasarkan prinsip asuransi social dan prinsip ekuitas, dengan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. BADAN PENYELENGGARA JAMINAN KESEHATAN 1) BPJS (Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan) Jaminan Ksehatan menurut Undang-Undang SJSN diselenggarakan secara nasional berdasarkan

Lebih terperinci

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) : KONSEP PERILAKU A. Pengertian Perilaku Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja,

Lebih terperinci

Bab II Landasan Teori

Bab II Landasan Teori Bab I PENDAHULUAN Latar Belakang Saat ini di Indonesia masih banyak yang belum mengenal Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL), sebagai salah satu terapi penyembuhan penyakit batu ginjal. ESWL sebenarnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam adalah kenaikan suhu diatas normal. bila diukur pada rectal lebih dari 37,8 C (100,4 F), diukur pada oral lebih dari 37,8 C, dan bila diukur melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata baik di pusat daerah,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pelayanan kesehatan yang bermutu adil dan merata baik di pusat daerah, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat serta memiliki akses terhadap pelayanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya mampu mengatasi setiap masalah kesehatan, terlebih dengan. semakin beranekaragamnya penyakit dan faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. sepenuhnya mampu mengatasi setiap masalah kesehatan, terlebih dengan. semakin beranekaragamnya penyakit dan faktor-faktor yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Patut diakui bahwa teknologi kedokteran yang ada saat ini belum sepenuhnya mampu mengatasi setiap masalah kesehatan, terlebih dengan semakin beranekaragamnya penyakit

Lebih terperinci

mengadakan dan mengatur upaya pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009).

mengadakan dan mengatur upaya pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2009). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa

BAB I PENDAHULUAN. Holmes dan Rahe tahun 1967 dengan menggunakan Live Event Scale atau biasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya menginginkan dirinya selalu dalam kondisi yang sehat, baik sehat secara fisik maupun secara psikis, karena hanya dalam kondisi yang sehatlah

Lebih terperinci

Prilaku Kesehatan Ada Dua Aspek utama; 1. Aspek Fisik 2. Aspek Non Fisik Aspek Fisik misalnya sarana kesehatan dan pengobat penyakit. Aspek non Fisik

Prilaku Kesehatan Ada Dua Aspek utama; 1. Aspek Fisik 2. Aspek Non Fisik Aspek Fisik misalnya sarana kesehatan dan pengobat penyakit. Aspek non Fisik PRILAKU SEHAT & SAKIT DI MASYARAKAT IRMA NURIYANTI, SKM, M.Kes Prilaku Kesehatan Ada Dua Aspek utama; 1. Aspek Fisik 2. Aspek Non Fisik Aspek Fisik misalnya sarana kesehatan dan pengobat penyakit. Aspek

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sampai saat ini, jumlah penderita kanker di Indonesia belum diketahui secara pasti, tetapi peningkatannya dari tahun ke tahun dapat dibuktikan sebagai salah satu penyebab

Lebih terperinci

PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU

PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU PROMOSI KESEHATAN DAN ILMU PERILAKU Anik Lestari, dr. M Kes Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran UNS Solo Pokok-pokok bahasan dalam perkuliahan Pengertian promosi kesehatan, pendidikan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Perilaku Kesehatan 1. Defenisi Perilaku Kesehatan Perilaku secara psikologi diartikan sebagai kecenderungan untuk merespon berbagai kondisi ataupun situasi (Azjen, 2005). Perilaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sakit merupakan kondisi yang tidak menyenangkan mengganggu aktifitas

BAB I PENDAHULUAN. Sakit merupakan kondisi yang tidak menyenangkan mengganggu aktifitas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization (WHO) yang dimaksud dengan sehat adalah suatu kondisi tubuh yang lengkap secara jasmani, mental, dan sosial, dan tidak hanya sekedar

Lebih terperinci

Health Belief Model pada Pasien Pengobatan Alternatif Supranatural dengan Bantuan Dukun

Health Belief Model pada Pasien Pengobatan Alternatif Supranatural dengan Bantuan Dukun Health Belief Model pada Pasien Pengobatan Alternatif Supranatural dengan Bantuan Dukun Syaikhul Fanani Triana Kesuma Dewi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya Abstract. This study aims to

Lebih terperinci

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari TUGAS PILIH SATU PERTANYAAN DIBAWAH INI DAN JAWAB SECARA RINCI JAWABAN HARUS 2 SPASI SEBANYAK 2000 KATA 1. Langkah awal dalam melakukan perubahan peri laku terkait gizi adalah membangkitkan motivasi. Bagaimana

Lebih terperinci

Pengantar Psikologi Abnormal

Pengantar Psikologi Abnormal Pengantar Psikologi Abnormal NORMAL (SEHAT) sesuai atau tidak menyimpang dengan kategori umum ABNORMAL (TIDAK SEHAT) tidak sesuai dengan kategori umum. PATOLOGIS (SAKIT) sudut pandang medis; melihat keadaan

Lebih terperinci

KONSEP SEHAT SAKIT. Dwi Fitriyanti

KONSEP SEHAT SAKIT. Dwi Fitriyanti KONSEP SEHAT SAKIT Dwi Fitriyanti Pengertian dan relevansinya bagi studi kesehatan Perilaku sehat, sakit dan peranan sakit Faktor2 Psiko-sosio-budaya pada perilaku kesehatan Perilaku preventif dan protektif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan

I. PENDAHULUAN. Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Etnis Bali memiliki kebudayaan dan kebiasaan yang unik, yang mana kebudayaan dan kebiasaan tersebut dapat dijadikan sebagai identitas atau jatidiri mereka. Kebudayaan yang

Lebih terperinci

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi Pengertian perilaku Menurut Green dan Kreuter (2000), perilaku merupakan hasil dari seluruh pengalaman serta interaksi manusia dengan

Lebih terperinci

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016

Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016 Tema Lomba Infografis Community TB HIV Care Aisyiyah 2016 TEMA 1 : Tuberkulosis (TB) A. Apa itu TB? TB atau Tuberkulosis adalah Penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium Tuberkulosis. Kuman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, Departemen Kesehatan pada periode 2005-2009 memprioritaskan pelayanan kesehatan ibu dan anak sebagai urutan pertama

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum

BAB 1 PENDAHULUAN. pencegahan IMS yang dilaksanakan di banyak negara, nampaknya belum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Insiden maupun prevalensi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antropologi kesehatan. Antropologi kesehatan mengkaji manusia dan prilaku seputar

BAB I PENDAHULUAN. antropologi kesehatan. Antropologi kesehatan mengkaji manusia dan prilaku seputar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan sebenarnya sudah menjadi suatu kajian ilmu bagi Antropologi, yakni antropologi kesehatan. Antropologi kesehatan mengkaji manusia dan prilaku seputar

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Perilaku Kesehatan Perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkunagan yang mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003). Oleh

Lebih terperinci

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9

Kanker Paru-Paru. (Terima kasih kepada Dr SH LO, Konsultan, Departemen Onkologi Klinis, Rumah Sakit Tuen Mun, Cluster Barat New Territories) 26/9 Kanker Paru-Paru Kanker paru-paru merupakan kanker pembunuh nomor satu di Hong Kong. Ada lebih dari 4.000 kasus baru kanker paru-paru dan sekitar 3.600 kematian yang diakibatkan oleh penyakit ini setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa kini banyak pola hidup yang kurang sehat di masyarakat sehingga menimbulkan beberapa macam penyakit dari mulai penyakit dengan kategori ringan sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini banyak bermunculan berbagai jenis penyakit yang tidak dapat disembuhkan, salah satu jenis penyakit tersebut adalah Diabetes Mellitus (DM). DM adalah

Lebih terperinci