BAB I PENDAHULUAN. di wilayah Asia Timur dan kasus subprime mortgage di Amerika pada tahun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mungkin dihadapi. Penerapan sistem risk management merupakan tindakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. corporate governance dan budaya perusahaan terhadap corporate risk

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE

BAB I PENDAHULUAN. pengalihan risiko tersebut kepada pihak lain. terdiri dari pengungkapan kuantitatif dan kualitatif. Untuk pengungkapan

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan praktik akuntansi global menimbulkan adanya tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. corporate governance terhadap tingkat kepatuhan mandatory disclosure pada

BAB I PENDAHULUAN. bisnis menyebabkan semakin tingginya tantangan untuk mengelola risiko yang harus

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang mempengaruhi perekonomian menjadi tidak stabil. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. 2003) mengenai manipulasi laporan keuangan, serta sering terjadinya mogok kerja

BAB II LANDASAN TEORI Luas Pengungkapan dalam Laporan Tahunan. informasi keuangan dan bukan keuangan yang membantu stakeholders dalam

BAB I PENDAHULUAN. pemakai informasi lainnya, maka risk management disclosure haruslah

BAB 1 1. PENDAHULUAN. Pengungkapan sukarela corporate governance merupakan penyampaian informasi

BAB I PENDAHULUAN. keputusan ekonomi. SPAP seksi 341 menyatakan bahwa auditor bertanggung jawab

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat krisis tahun , perusahaan perusahaan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Bagi perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. sumber ekonomi menjadi barang dan jasa agar dapat dikonsumsi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari komponen corporate

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengungkapan informasi secara terbuka mengenai perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. interaksinya dengan para pemangku kepentingan (stakeholder) secara sukarela.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Umumnya dalam pengelolaan perusahaan, laporan keuangan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. manajemen dan auditor. Terkuaknya skandal Enron Corporation dan WorldCom

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan dari suatu perusahaan adalah mensejahterahkan kepentingan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. menilai kinerja perusahaan dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

BAB 1 PENDAHULUAN. penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk menyampaikan

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan negara terbesar yang digunakan untuk membiayai semua pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyesuaikan diri serta beradaptasi dalam menghadapi perubahan di

BAB I PENDAHULUAN. (principal) dan manajemen (agent). Kondisi ini menimbulkan potensi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. kinerja suatu perusahaan. Laporan keuangan merupakan informasi yang sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. karena perusahaan lebih terstruktur dan adanya pengawasan serta monitoring

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah keuangan merupakan salah satu masalah yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. digariskan. Audit internal modern menyediakan jasa- jasa yang mencakup

BAB I PENDAHULUAN. informasi yang memadai diberikan oleh perusahaan karena mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan bagi Manajer maupun Stakeholder. Sehingga pada

BAB I PENDAHULUAN. pemegang saham) sebagai prinsipal. Manajer sebagai agent memiliki asimetri

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA INDUSTRI PERBANKAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. return atas investasinya dengan benar. Corporate governance dapat

BAB I PENDAHULUAN. pada manajemen menjadi lebih besar sehingga menimbulkan konflik. pembentukan komite audit. Sesuai dengan peraturan BAPEPAM, Kep-

BAB 5 PENUTUP. corporate governance pada tingkat mandatory disclosure konvergensi IFRS.

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerintah yang digunakan sebagai dasar pertimbangan pengambilan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba dan implikasinya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 1995 mengenai

BAB I PENDAHULUAN. melakukan penawaran umum kepada publik atau go public diwajibkan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan perusahaan. Selain perusahaan, opini audit digunakan pihak luar

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan. Oleh karena itu, perusahaan-perusahaan di Indonesia dewasa ini mulai

BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Teori agensi menjelaskan tentang pemisahan kepentingan atau

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Industri yang bergerak di bidang keuangan (sektor perbankan),

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sangatlah penting bagi perusahaan publik. Hal ini dilakukan sebagai wujud

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan. Sedangkan laporan keuangan penting bagi para pihak eksternal

BAB I PENDAHULUAN. penting yang berkaitan dengan kondisi perusahaaan, keandalan dari informasi

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan suatu perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengelolaan perusahaan dilakukan oleh dua pihak berbeda, dalam hal ini pihak principal

BAB I PENDAHULUAN. semua pemangku kepentingan. Wallage (2000) berpendapat bahwa. faktor risiko utama yang dialami oleh perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dalam aktivitas bisnisnya tidak akan lepas dari risiko

BAB I PENDAHULUAN. dengan globalisasi memicu munculnya perusahaan dengan jenis dan

BAB I PENDAHULUAN. menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen atau pertanggungjawaban

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan penting dalam pendirian perusahaan adalah untuk meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keuangan seperti manajemen, investor, kreditor, pemerintah, dan lain-lain.

BAB 1 PENDAHULUAN. Awal munculnya konsep Corporate Governance ini karena adanya. bertanggung jawab. Masalah Corporate Governance ini semakin menjadi

BAB I PENDAHULUAN. pelaporan yang dapat memberikan informasi bagi pemakainya. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. kondisi yang semakin berubah. Perusahaan menyampaikan informasi melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Akuntansi menghasilkan laporan kegiatan ekonomi dari suatu entitas yaitu

BAB I PENDAHULUAN. sehingga mampu menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. independen mengalami peningkatan. Laporan keuangan merupakan salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. Didirikannya sebuah perusahaan memiliki tujuan yang jelas yang terdiri dari:

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini dunia usaha semakin berkembang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Lemahnya good corporate governance (GCG) yang ada di negara-negara di

BAB 1 PENDAHULUAN. Informasi merupakan hal penting dalam persaingan di dunia bisnis pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah berkembang dengan pesat dan persaingan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. Perencanan yang baik perlu adanya tata kelola yang baik di dalam suatu sektor

BAB I PENDAHULUAN. manajer (agen). Manajemen ditunjuk sebagai pengelola perusahaan oleh pihak

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi atas hasil yang diperoleh dari seluruh aktivitas perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pengungkapan risiko perusahaan menjadi perhatian penting bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan menyusun dan menerbitkan laporan keuangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. diumumkan di bursa. Peraturan ini tertera dalam Peraturan Bursa No. I-E tahun

BAB I PENDAHULUAN. transparan. Oleh karena itu, baik perusahaan publik maupun tertutup harus memandang good

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan pasar modal di Indonesia pada masa

BAB I PENDAHULUAN. ini tidak dapat dipungkiri lagi, dalam tatanan ekonomi global tuntutan terciptanya

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal) dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kegagalan penerapan Good Corporate Governance (Daniri, 2005). Menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang setelah munculnya PSAK No.19 (Revisi 2000) tentang aset

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan perusahaan (Yustini dan Cholis, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. Teori kontrakting atau bisa disebut juga teori keagenan (agency

BAB I PENDAHULUAN. ukur bagi investor untuk menilai suatu perusahaan (Irwan, 2013). Pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan pada masa tertentu. Laporan keuangan menggambarkan situasi

BAB I PENDAHULUAN. kinerja dan posisi keuangan suatu perusahaan. Pihak-pihak yang bersangkutan,

BAB 1 PENDAHULUAN. melakukan perluasan usaha agar dapat terus bertahan dan bersaing. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Kinerja keuangan perusahaan merupakan hasil dari banyak keputusan yang

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan membuat perusahaan-perusahaan melakukan perluasan

BAB I PENDAHULUAN. Dipercepatnya program AEC (Asean Economic Community) yang awal

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, untuk penilaian (judgement) dan pengambilan keputusan oleh pemakai

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemikiran mengenai corporate governance berkembang dengan bertumpu pada teori

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Standar pelaporan akuntansi di dunia terus mengalami perkembangan. Hal ini sejalan dengan terungkapnya kasus-kasus keuangan perusahaan besar dan kasus-kasus yang menyebabkan terjadinya krisis keuangan. Kasus keuangan perusahaan besar terjadi pada perusahaan Enron, Worldcom dan Xerox pada tahun 2002 dan kasus perusahaan Parmalat pada tahun 2003. Sedangkan, kasus yang menyebabkan krisis keuangan terjadi pada tahun 1997 di wilayah Asia Timur dan kasus subprime mortgage di Amerika pada tahun 2008. Kasus-kasus diatas muncul dikarenakan oleh tata kelola perusahaan (corporate governance) yang buruk dan rendahnya transparansi pelaporan keuangan. Atas kasus-kasus diatas, perusahaan dituntut untuk lebih transparan dalam mengungkapkan informasi yang dimilikinya, tidak hanya terbatas pada informasi keuangan, melainkan juga informasi non-keuangan, dalam hal ini contohnya adalah risiko perusahaan. Pentingnya pengungkapan risiko perusahaan (corporate risk disclosure-crd) membuat badan pengatur di Indonesia mengeluarkan peraturan yang mensyaratkan adanya pengungkapan informasi tentang risiko dalam laporan tahunan perusahaan. PSAK No. 60 (Revisi 2010) tentang Instrumen Keuangan: Pengungkapan, menjelaskan bahwa perusahaan harus mengungkapkan informasi yang dapat digunakan oleh pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi jenis dan tingkat risiko instrumen keuangan. 1

2 Peraturan lain yaitu Keputusan Ketua Bapepam LK Nomor: Kep-431/BL/2012 tentang Kewajiban Penyampaian Laporan Tahunan bagi Emiten atau Perusahaan Publik. Peraturan tersebut menjelaskan bahwa perusahaan diharuskan untuk menyajikan penjelasan mengenai risiko-risiko yang dihadapi perusahaan dan upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengelola risiko tersebut. Selain itu, Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/14/PBI/2012 tentang Transparansi dan Publikasi Laporan mengharuskan Bank untuk menyusun laporan tahunan yang setidaknya mencakup jenis risiko dan potensi kerugian yang dihadapi Bank dan praktik manajemen risiko yang diterapkan oleh Bank. Berdasarkan ketiga peraturan di atas, perusahaan keuangan memiliki ketentuan yang lebih ketat dibandingkan dengan perusahaan non-keuangan dalam hal praktik pengungkapan risiko. Bagi perusahaan keuangan, selain harus memenuhi ketentuan PSAK No. 60 dan Keputusan Ketua Bapepam LK Nomor: Kep-431/BL/2012, perusahaan keuangan juga harus memenuhi ketentuan minimum pengungkapan yang tertera dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/14/PBI/2012. Selain itu, perusahaan keuangan diwajibkan mengungkapkan keberadaan komite manajemen risiko, sedangkan bagi perusahaan non-keuangan, pengungkapan keberadaan komite manajemen risiko masih berupa himbauan. Kelonggaran ketentuan pengungkapan risiko pada perusahaan non keuangan menjadikan perusahaan non keuangan cenderung akan menyajikan informasi risiko secara umum dan kurang terperinci.

3 Praktik pengungkapan risiko sangat dianjurkan dalam islam. Hal ini sesuai dengan Al-Qur an surah Asy-Syu ara ayat 183 yang berbunyi: م ف س د ين ا ١٨٣ ا ا ا ف اٱ ل رض اا ا ء ه ماو لات عث وا أ شي ا ا ٱنل اسا ت بخ سوا ا و لا Artinya: Dan janganlah kamu merugikan manusia dengan mengurangi hakhaknya dan janganlah kamu merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan. Ayat Al-Qur an diatas menjelaskan bahwa sesama manusia tidak boleh saling mengurangi hak-hak satu sama lain dan tidak diperbolehkan untuk melakukan kegiatan yang menyebabkan kerusakan di bumi. Apabila dikaitkan dengan CRD, risiko merupakan bahaya, prospek, ancaman atau kerugian yang telah, sedang, maupun akan dihadapi oleh perusahaan. Principal (investor) sebagai pihak yang memberikan wewenang kepada agent (manajemen) untuk mengelola perusahaan memiliki hak untuk mengetahui berbagai macam risiko yang mengancam keberhasilan perusahaan. Sehingga, agar tidak mengurangi hak-hak para principal, maka praktik pengungkapan risiko menjadi penting untuk dilakukan. Saat ini, CRD telah menjadi bagian yang melengkapi pengungkapan bisnis, karena adanya CRD dapat memberikan transparansi yang tinggi yang dapat meningkatkan rasa percaya diri investor (Linsley dan Shrives, 2006). Adanya peningkatan transparansi merupakan salah satu prinsip dari tata kelola perusahaan (corporate governance). Corporate governance merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi, pertumbuhan ekonomi, dan kepercayaan investor (OECD, 2004). Corporate governance melibatkan

4 hubungan antara manajemen perusahaan, dewan, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya (OECD, 2015). Mekanisme corporate governance dipandang sebagai suatu mekanisme yang efektif untuk mengendalikan masalah keagenan dan memastikan bahwa manajer akan selalu bertindak demi kepentingan shareholders. Mekanisme corporate governance yang baik akan membuat akuntabilitas, transparansi akuntansi, dan praktik pengungkapan perusahaan semakin meningkat. Beberapa penelitian terdahulu telah menguji pengaruh mekanisme corporate governance terhadap CRD dengan hasil penelitian yang beragam. Hasil penelitian Probohudono et al. (2013) dan Abraham dan Cox (2007) menunjukkan bahwa proporsi komisaris independen (salah satu unsur mekanisme corporate governance) memiliki hubungan yang positif terhadap CRD. Keberadaan komisaris independen mampu mendorong manajemen untuk melakukan pengungkapan informasi yang lebih luas. Proporsi komisaris independen yang tinggi dapat berpotensi meningkatkan pengungkapan informasi seputar risiko yang berhubungan dengan tanggungjawab sosial dan ekonomi perusahaan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Suhardjanto et al. (2012) dan Dominguez dan Gamez (2014) yang menyatakan bahwa proporsi komisaris independen tidak berpengaruh terhadap CRD. Selain proporsi komisaris independen, beberapa penelitian juga menguji pengaruh frekuensi rapat komite audit dan kepemilikan institusional terhadap CRD. Al-Maghzom et al. (2016) menyatakan bahwa frekuensi rapat komite audit berpengaruh positif terhadap CRD. Semakin banyak rapat yang

5 dilakukan oleh komite audit dapat mengarahkan perusahaan untuk lebih patuh terhadap tanggungjawab dan pemantauan atas pelaporan keuangan. Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian Ruwita dan Harto (2013) yang menunjukkan bahwa frekuensi rapat komite audit berpengaruh negatif terhadap CRD. Di sisi lain, hasil penelitian Suhardjanto et al. (2012) menunjukkan bahwa frekuensi rapat komite audit tidak berpengaruh terhadap CRD. Penelitian Anggani et al. (2016) menguji pengaruh kepemilikan institusional terhadap pengungkapan sukarela perusahaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap pengungkapan sukarela. Sedangkan hasil penelitian Ntim et al. (2013) yang menguji pengaruh kepemilikan institusional terhadap CRD menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh negatif terhadap CRD. Hasil kedua penelitian tersebut bertentangan dengan penelitian Elzahar dan Hussainey (2012) yang menunjukkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap CRD. Selain berhubungan dengan mekanisme corporate governance, CRD juga dapat dipengaruhi oleh budaya perusahaan. Budaya merupakan sekumpulan nilai yang dapat dijadikan sebagai acuan oleh individu dalam menjalankan tugas dan kewajiban di dalam perusahaan. Cameron dan Quinn (1999) telah mengembangkan kerangka pemikiran budaya organisasi (perusahaan) yang dikenal sebagai Competing Values Framework. Kerangka pemikiran tersebut mengacu pada bagian yang menjadi fokus perusahaan,

6 internal atau eksternal, fleksibel atau individual, stabilitas atau pengendalian. Cameron dan Quinn (1999) membagi budaya perusahaan menjadi empat kelompok yaitu budaya clan, adhocracy, market dan hierarchy. Perusahaan dengan budaya clan memusatkan perhatiannya pada pemeliharaan lingkungan internal perusahaan dan sumber daya manusia. Sedangkan perusahaan dengan budaya adhocracy cenderung lebih memusatkan perhatiannya pada posisi perusahaan dalam lingkungan eksternal dengan tingkat fleksibilitas dan individualitas yang tinggi. Disisi lain, perusahaan dengan tipe budaya market cenderung lebih memperhatikan lingkungan eksternal perusahaan yang membutuhkan stabilitas serta pengendalian. Sedangkan perusahaan dengan tipe budaya hierarchy cenderung lebih memperhatikan lingkungan internal perusahaan yang membutuhkan stabilitas serta pengendalian. ElKelish dan Hassan (2014) melakukan penelitian yang menghubungkan tingkat CRD dengan budaya perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Uni Emirat Arab. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa budaya hierarchy berpengaruh positif terhadap CRD sedangkan ketiga budaya lainnya tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap CRD. Salah satu alasan yang melatarbelakangi hasil penelitian tersebut adalah bahwa Uni Emirat Arab merupakan negara dengan sistem common law, yang mana budaya perusahaan tidak memiliki pengaruh besar terhadap pengungkapan perusahaan. Penelitian Jaggi dan Low (2000) telah

7 membuktikan bahwa nilai budaya pada negara common law memiliki pengaruh yang tidak signifikan terhadap pengungkapan perusahaan. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian ElKelish dan Hassan (2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya yaitu adanya penambahan variabel mekanisme corporate governance. Hal ini disebabkan karena hasil penelitian sebelumnya menunjukkan adanya ketidakkonsistenan. Perbedaan selanjutnya yaitu terdapat pada sampel penelitian. Adanya perbedaan karakteristik negara yang mana Uni Emirat Arab merupakan negara dengan sistem common law sedangkan Indonesia merupakan negara dengan sistem civil law. Hasil penelitian Jaggi dan Low (2000) menunjukkan bahwa nilai budaya pada negara civil law berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan perusahaan. Selain itu, hal menarik dalam penelitian ini adalah bahwa penelitian ini juga menguji dampak CRD terhadap firm value dan market value yang pada penelitian sebelumnya belum dilakukan. Berdasarkan perbedaan diatas, peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Mekanisme Corporate Governance dan Budaya Perusahaan terhadap Corporate Risk Disclosure serta Dampaknya pada Firm Value dan Market Value (Studi Empiris pada Perusahaan Non-Keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2015).

8 B. Batasan Masalah Penelitian Penelitian ini menguji pengaruh mekanisme corporate governance terhadap CRD dimana mekanisme corporate governance hanya melihat dari faktor proporsi komisaris independen, frekuensi rapat komite audit, dan kepemilikan institusional. Selain itu, penelitian ini juga menguji pengaruh budaya perusahaan terhadap CRD dimana budaya perusahaan hanya melihat dari faktor budaya clan, budaya adhocracy, budaya market, dan budaya hierarchy. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah proporsi komisaris independen berpengaruh positif terhadap corporate risk disclosure? 2. Apakah frekuensi rapat komite audit berpengaruh positif terhadap corporate risk disclosure? 3. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap corporate risk disclosure? 4. Apakah budaya clan berpengaruh negatif terhadap corporate risk disclosure? 5. Apakah budaya adhocracy berpengaruh negatif terhadap corporate risk disclosure?

9 6. Apakah budaya market berpengaruh positif terhadap corporate risk disclosure? 7. Apakah budaya hierarchy berpengaruh positif terhadap corporate risk disclosure? 8. Apakah corporate risk disclosure memiliki dampak yang positif terhadap firm value? 9. Apakah corporate risk disclosure memiliki dampak yang positif terhadap market value? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: 1. Menguji dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh positif proporsi komisaris independen terhadap corporate risk disclosure. 2. Menguji dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh positif frekuensi rapat komite audit terhadap corporate risk disclosure. 3. Menguji dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh positif kepemilikan institusional terhadap corporate risk disclosure. 4. Menguji dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh negatif budaya clan terhadap corporate risk disclosure. 5. Menguji dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh negatif budaya adhocracy terhadap corporate risk disclosure.

10 6. Menguji dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh positif budaya market terhadap corporate risk disclosure. 7. Menguji dan memperoleh bukti empiris tentang pengaruh positif budaya hierarchy terhadap corporate risk disclosure. 8. Menguji dan memperoleh bukti empiris tentang dampak positif corporate risk disclosure terhadap firm value. 9. Menguji dan memperoleh bukti empiris tentang dampak positif corporate risk disclosure terhadap market value. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pemahaman lebih tentang pentingnya corporate risk disclosure dalam laporan tahunan. b. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran dan informasi tentang praktik corporate risk disclosure pada perusahaan non keuangan di Indonesia. 2. Manfaat Teoritis a. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan bukti empiris mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat corporate risk disclosure. b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian-penelitian selanjutnya dengan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi corporate risk disclosure dan

11 dampak corporate risk disclosure terhadap firm value dan market value.