BAB I PENDAHULUAN. yang dianggap sulit, Anggell (Ulfarina,2011). Berbagai pendekatan,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. salah satunya karena materi fisika memiliki banyak rumus-rumus matematika

I. PENDAHULUAN. Karakteristik materi pembelajaran fisika yang abstrak, menuntut kemampuan

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. konsep fisika dan mampu menerjemaahkan representasi-representasi suatu konsep

I. PENDAHULUAN. siswa yang meliputi keterampilan berpikir generik sains, kegiatan

I. PENDAHULUAN. Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. 2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, obyektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerjasama dengan orang lain

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Hampir semua bidang pekerjaan di dunia telah dikendalikan

I. PENDAHULUAN. Setiap siswa mempunyai cara yang berbeda dalam mengkonstruksikan

BAB III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini, yaitu research and development atau penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pemecahan masalah. Roswati dalam Wisma (2008) mengemukakan bahwa,

BAB II KEMAMPUAN MULTIREPRESENTASI TERHADAP TES URAIAN PADA MATERI BUNYI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dari pelaksanaan pembelajaran yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. banyak dituntut dalam menghafal rumus rumus fisika dan menyelesaiakan soal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian manusia sangat bergantung pada pendidikan yang diperolehnya, baik dari lingkungan keluarga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, prosedur

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman mengajar, permasalahan seperti siswa jarang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penguasaan konsep siswa melalui Lembar Kerja Rumah (LKR) dan tes proses

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan informasi yang sangat pesat saat ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan sumber daya manusia. Manusia yang berkualitas memiliki

I. PENDAHULUAN. Proses pembelajaran merupakan inti dari proses pendidikan secara. keseluruhan. Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya, Best

Kata kunci : Multi representasi, kemampuan kognitif, kemampuan pemecahan masalah

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan mengacu kepada salah satu tujuan umum pendidikan, yaitu untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I Ketut Mahardika, Abdullah, Trapsilo Prihandono

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

DAFTAR ISI Sunariyo, 2012 Efektivitas Penggunaan Pendidikan Teknologi Dasar Pada Pembelajaran Listrik Dinamis Melalui Modeling Instruction

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan, yaitu research and development atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika di tingkat SMA diajarkan sebagai mata pelajaran

DAFTAR ISI. ABSTRAK...i KATA PENGANTAR...ii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL...v DAFTAR GAMBAR...vii

I. PENDAHULUAN. Fisika merupakan kajian untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana prosesproses

DAFTAR ISI. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis...

I. PENDAHULUAN. menguasai informasi dan pengetahuan. Dengan demikian diperlukan suatu. tersebut membutuhkan pemikiran yang kritis, sistematis, logis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banyak ahli mengemukakan bahwa pembelajaran merupakan implementasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu peristiwa yang diamati yang kemudian diuji kebenarannya

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dan pembelajaran merupakan konsep yang saling berkaitan.

BAB II KAJIAN TEORETIS. (2006:10) mengemukakan, Belajar matematika merupakan suatu perubahan. praktis bersikap positif, bertindak aktif dan kreatif.

siswa yang memilih menyukai pelajaran fisika, sedangkan 21 siswa lagi lebih memilih pelajaran lain seperti bahasa Indonesia dan olahraga, hal ini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Oleh : Indriyani Mustika 2 dan Ngurah Ayu Nyoman Murniati 3. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung. Pendidik dituntut mampu menguasai berbagai metode

STUDI KOMPARASI PRESTASI BELAJAR ANTARA SFE DAN MODEL KONVENSIONAL PADA KUBUS DAN BALOK SMP N 39 PURWOREJO

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada hakekatnya belajar merupakan interaksi antara peserta didik dengan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa suatu Negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan guru

PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS DAN MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah proses belajar

BAB I PENDAHULUAN. ilmu tentang pola dan hubungan, dan ilmu tentang cara berpikir untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dikemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Perangkat pembelajaran menggunakan pendekatan scientific dalam

ANALISIS MULTIMODAL REPRESENTASI MAHASISWA CALON GURU PADA PEMAHAMAN KONSEP LISTRIK DINAMIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengajaran untuk menyukseskan

Kata kunci : pembelajaran aktif, pencocokan kartu indeks, hasil belajar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di jaman yang modern ini, pembelajaran pada umumnya menitikberatkan pada cara belajar siswa aktif.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum sains dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN PENILAIAN AUTENTIK GUNA MENGUKUR PENGETAHUAN DAN KREATIVITAS DALAM PEMBELAJARAN FISIKA PADA PESERTA DIDIK SMA NEGERI 6 PURWOREJO

I. PENDAHULUAN. Ilmu fisika mempelajari tentang gejala-gejala alam yang dapat dibuktikan

BAB I PENDAHULUAN. ilmu pengetahuan, baik itu ilmu eksak maupun ilmu non-eksak, mulai dari tingkat

KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS MENURUT TINGKAT KEMAMPUAN SISWA PADA MATERI SEGI EMPAT DI SMP

DAFTAR ISI ABSTRAK... KATA PENGANTAR DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL.. DAFTAR GAMBAR. DAFTAR LAMPIRAN.. A. Latar Belakang Masalah. 1

BAB IV HASIL PENELITIAN. Hasil penelitian dengan judul Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan observasi sekolah, Jumlah seluruh kelas VII di SMP Negeri 20

MENERAPKAN MODEL KONSTRUKTIVIS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA UMUM I MAHASISWA SEMESTER I JURUSAN FISIKA FMIPA UNIMED TA 2012/2013

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPA FISIKA BERORIENTASI KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DI SMPN 13 BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. menuntut adanya suatu strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan, yaitu research and development atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN TIPE LEARNING CYCLE MELALUI MODEL PENGAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Fisika memiliki tradisi panjang sebagai mata pelajaran sekolah dianggap sulit, Anggell (Ulfarina,2011). Berbagai pendekatan, strategi, dan metode pembelajaran digunakan guru untuk membantu siswa memahami konsep-konsep dan prinsip-prinsip fisika. Tetapi paradigma siswa menganggap sulit fisika membuat siswa sulit memahami konsep-konsep fisika. Sifatfisika menyebabkansulitantaralain : 1. Harlen (Mahardika, 2011) mengemukakan fisika merupakan ilmu berhakekat pada proses dan produk, artinya dalam belajar fisika tidak cukup hanya mempelajari produknya saja tetapi perlu menguasai proses memperoleh produk tersebut. 2. Produkfisikacenderungbersifatabstrakdandalambentukpengetahuanf isiksertalogikamatematik, jadibakatindividucukupberpengaruhdalampenguasaanya, Dahar (Mahardika,2011). Selainitujugaalasanlainnya membuatfisikadikatakansebagaipelajaran sulit Menurut Angell (Ulfarina,2011)karenafisikamenuntut siswa untukmenguasairepresentasi berbeda (grafik, konseptual, rumus, dan gambar/diagram) secarabersamaandanmengelolaperubahandiantararepresentasirepresentasiini.ituartinyasiswaharusmemilikikemampuanberpikir, 1

2 kemampuanbekerja, kemampuanbersikapilmiahdankemampuanmemecahkanmasalah, sehinggasiswadiharapkanmemilikiketerampilanuntukmerepresentasisuatui nformasidenganbanyakcara (Etkina, 2006). Berdasarkanhasilstudipendahuluan dilakukandi salahsatusekolahdi Kota Bandung, yaitudengan menggunakanangketresponssiswa, wawancaradengan guru,danpengamatansecaralangsung.ketika melakukan pengamatan secara langsung terlihat dalammenjawabpertanyaan diberikanoleh guru,siswacenderungberorientasipadajawabanakhirdantidakbegitumemper hatikan proses ataulangkahlangkahdalammenyelesaikanpertanyaantersebut. Menurut hasil wawancara dengan guru, rendahnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika disekolah tersebut bisa dilihat dari nilai siswa, yaitu20% berada diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), 80% siswa lainnya masih dibawah KKM. Kemudian para siswa dapat mengerjakan pertanyaan UTS/UAS apabila pertanyaan diberikan tidak jauh berbeda dengan contoh sudah diberikan oleh guru. Metode pembelajaran sering digunakan oleh guru adalah ceramah. Metode lain seperti eksperimen atau demonstrasi masih jarang dilakukan dikarenakan keterbatasan alat atau sarana di sekolah. Seringnya metode pembelajaran dengan menggunakan ceramah membuat siswa hanya fokus pada satu representasi saja, yaitu representasi verbal.

3 Sedangkan representasi lainnya tidak dilatihkan oleh guru pada saat pembelajaran. Respon siswa dari 36 siswa hanya 13 orang menyukai fisika, sedangkan lainnya kadang kadang bahkan tidak suka akan fisika. Hal ini pun bisa diakibatkan paradigma siswa menganggap fisika sebagai pelajaran sulit. Angket disebar kesemua siswa dikelas tersebut menyatakan, siswa sering kali lupa rumus ketika kesulitan mengerjakan soal fisika, dan juga soal-soal nya kadang berbelit-belit. Berdasarkan data tersebutdiperlukanstrategikhusus agar siswadapatmemahamikonsep-konsepfisikadandapatmenyelesaikansoalsoalfisikadenganbaik pula.pemecahanmasalahmerupakanbagian integral daripembelajaranfisika,dan denganpemahaman baikterhadapkonsepkonsepdanprinsip-prinsipfisika, keterampilansiswadalammemecahkanmasalahmasalahfisikaakansemakinbaik. Untukmemahamikonsep- konsepfisikasiswaperluterampildalammerepresentasikankonsep- konseptersebutdalambanyakcara. Kemampuanrepresentasi baikakanmempermudahsiswadalammenyelesaikanmasalah-masalahfisika dihadapi. Keterampilan siswa menggunakan representasi adalah hal penting untuk diketahui, karena dapat menjadi evaluasi terhadap kinerja guru dan juga ketika membuat pertanyaan UTS/UAS. Dari hasil evaluasi tersebut seorang guru dapat merencanakan pertanyaan-pertanyaan

4 tepat. Seorang guru dapat membuat pertanyaan-pertanyaan lebih bervariasi untuk menggali pemahaman siswa. Soal-soal diberikankepadasiswalebihbanyakdenganmenggunakanmatematik.hasilny amemangsiswacenderungmudahdalammenyelesaikansoal berhubungandenganpersamaanpersamaanmatematiksehinggasiswaterjebakpadakebiasaanmenghafalrumus -rumusfisikadaripadamemahamimaknanyasecarafisis.menurutdabutar (soesanto,2009),seseorang membacateks disertaigambar, aktivitas dilakukannyaadalahmemilihinformasi relevandariteks, membentukrepresentasiproporsionalberdasarkantekstersebut, dankemudianmengorganisasiinformasi verbal diperolehkedalam mental model verbal. Waldrip(Soesanto, 2009) menyatakan bahwa pemberiansoalsoallatihanatauujiandantugas tergolongsulitdapatmeningkatkankemampuanrepresentasisiswa, karenadalamsoal tergolongsulittersebutsiswadituntutuntukmengerahkansemuakemampuan dimilikinya, sehinggasiswadapatmenyelesaikansoalsoalfisikadengansukses, sehinggahasilbelajarsiswadapatmengalamipeningkatan.dalamhalkemampu anpenyelesaiansoal-soalfisikamenurut Novak (Wanhar, 2000), menyatakanbahwapenyelesaiansoal-

5 soalfisikapentinguntukmenuntunsiswasepertipengetahuan abstrak.semakinmengertipengetahuan abstrakdanketerkaitannya,siswaakanmampuberpikirdanmenyelesaikansoal soalfisikadalamwaktu relatifsingkat. Olehkarenanyadalampenyelesaiansoal soal guru memberikeleluasaanberpikirbagisiswaseluas luasnyadanmengarahkansiswa agar dapatmenyelesaikansoal-soalfisika dengan berbagai representasi. Penggunaan representasi pada fisika dapat dilakukan dalam dua bentuk, yaitu dalam proses belajar mengajar dan dalam proses evaluasi. Dalam proses evaluasi dapat digunakan tes tujuannya untuk mengetahui kemampuan memecahkan masalah. Agar siswa dapat mengemukakan pendapat nya secara rinci, sehingga digunakan tes uraian. Berdasarkanuraian diatasmakapenelitibermaksuduntukmengajukanpenelitianuntukmeningkatk anhasilbelajarsiswa berjudul AnalisisKemampuanRepresentasiSiswadalamMemecahkanMasal ahtes Uraian Bebas dan Tes Uraian TerstrukturPadaMateriKelistrikan. B. RumusanMasalah Berdasarkanlatarbelakang dikemukan diatas, maka menjadirumusanmasalah hendakdibahasadalah

6 : Bagaimanakahkemampuanrepresentasi siswadalam menjawabtes uraian bebas dan tes uraian terstruktur pada meteri kelistrikan? Untukmempermudahpengkajiansecarasistematisterhadappermasala han akanditeliti, makarumusanmasalahtersebutdirincisebagaiberikut : 1. Bagaimana perbandingan kemampuan representasi siswa dalam menjawab tes uraian terstruktur dan tes uraian bebas pada materi listrik? 2. Bagaimana tanggapan siswa terhadap soal uraian terstruktur dan soal uraian bebas? C. BatasanMasalah Untukmenghindarimeluasnyapermasalahan akandikajidalampenelitianini, makabatasan masalah pada penelitian ini adalah kemampuansiswadalammenyelesaikansoalsoalfisikadalamaspekkemampuan representasiverbal, matematis, gambar, dan grafik. D. TujuanPenelitian Adapuntujuandaripenelitianinisebagaiberikut : 1. Menganalisis perbandingan kemampuan representasi siswa pada tes uraian terstruktur dan tes uraian bebas pada materi listrik. 2. Mengetahui tanggapan siswa terhadap tes uraian terstruktur dan tes uraian bebas pada materi listrik.

7 E. ManfaatPenelitian Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan untuk memberi gambaran kemampuan representasi siswa dalam memecahkan masalah sehingga pada waktu mendatang dapat dikembangkan suatu strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan representasi, serta untuk mengetahui pengaruh jenis soal dengan kemampuan representasi siswa dalam menjawab soal sehingga penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh guru dalam kegiatan pembelajaran ketika memberikan soal latihan atau tes. F. DefinisiOperasional 1. Kemampuan Representasi Representasimerupakansesuatu mewakili, menggambarkanataumenyimbolkanobjekdan/atau proses. Kemampuanrepresentasiinidiukurmelaluites berbentukuraian, yaitu tes uraian terstruktur dan tes uraian bebasdenganpenilaian mengacupadarubrikmultiple waysuntukmengukurtingkatrepresentasisiswadalampenyelesaianmasala h dikembangkanolehrosengrant (2007), dengan skor dari 0-3.Dalam penelitian ini akan diukur yaitu jenis representasi berupa gambar, verbal, grafik dan matematik. 2. Tes Uraian Bebas

8 Bentuk soal uraian bebas pada prinsipnya sama dengan soal uraian terstruktur memiliki batasan dalam segi materi dan jawabannya namun berbeda dalam bentuk format soal yaitu soal uraian bebas tidak disertai subsoal dalam penyajiannya. Dalam penelitian ini akan diukur adalah tinggi rendah nya jenis representasi digunakan siswa dalam menjawab tes uraian bebas. Adapun alat untuk mengetahui nya yaitu dengan melalui tes dan menggunakan rubrik mutple ways. 3. Tes Uraian Terstruktur Menurut Nitko (Manurung, 2011) mengatakan bahwa Tes uraian terstruktur adalah cara penyusunan soal mengharuskan siswa membatasi isi dan bentuk jawaban.pada tes uraian terstruktur siswa diberi arahan pertanyaan. Dengan penstrukturan pertanyaan tes, maka batasan jawabannya pun sudah dapat ditetapkan terlebih dahulu pada waktu menyusun pertanyaannya. Tes ini digunakan untuk mengetahui kemampuan representasi siswa dalam menjawab soal. Jenis representasi akan diukur yaitu gambar, grafik, verbal dan matematik. Alat digunakan untuk mengetahui kemampuan representasi ini yaitu melalui tes dan dianalisis menggunakan rubrik multiple ways.