BAB I PENDAHULUAN. muka bumi, serta pendukung dan pemegang kebudayaan. Sebagai manusia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. kekuatan untuk membantu dan mengantarkan peserta didik menuju cita-cita yang. prestasi siswa didik sesuai dengan yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini menangani secara

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa yang diatur dengan undang-undang.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. utama memiliki peranan yang penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. dari yang diharapkan. Banyak siswa yang mempunyai perilaku menyimpang,

BAB I PENDAHULUAN. untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. sangat komplek, dimulai dari sistem pendidikan yang berubah-ubah ketika

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pribadi maupun bagian dari masyarakat serta memiliki nilai-nilai moral

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadilah ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. melatih. Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai. keterampilan-keterampilan pada siswa. 1

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia tersebut maka

BAB I PENDAHULUAN. dan kontrol dalam kehidupan. Hal inilah yang membedakan manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian dan kemampuan menuju kedewasaan serta pembentukan manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1, pasal 1, butir 1 yang menyatakan bahwa : belajar dan proses pembelajaran agar paeserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dapat menghadapi segala tantangan yang akan timbul, lebih-lebih dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh pendidik. kedewasaan dan bertanggung jawab atas segala perbuatannya.

BAB I PENDAHULUAN. kondisi sosial kultural masyarakat Indonesia( Hamalik, 2001: 1)

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Agama RI, Modul Bahan Ajar Pendidikan Dan Pelatihan Profesi Guru (PLPG) Guru Kelas RA, Jakarta, 2014, hlm. 112.

BAB I PENDAHULUAN. Allah swt Berfirman. dalam surat Al-Mujadallah ayat 11.

BAB I PENDAHULUAN. agar manusia senantiasa melaksanakan perintah-nya dan menjauhi larangan-

BAB I PENDAHULUAN. dan perkembangan bangsa. Pendidikan Agama Islam akan mengenalkan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. Undang No. 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3 sebagai berikut. Hal ini sejalan pula dengan Hadist Rasulullah SAW dari Abu Hurairah r.a.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan menciptakan suasana kondusif yang mendorong siswa untuk melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. dasar. Di tingkat ini, dasar-dasar ilmu pengetahuan, watak, kepribadian, moral,

BAB I PENDAHULUAN. PT. Refika Aditama, Bandung, 2012, hlm Suharsimi Arikunto, Pengelolaan Kelas dan Siswa Sebuah Pendekatan Evaluatif, PT.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang ditopang oleh empat

BAB I PENDAHULUAN. Di antara berbagai program kegiatan pembangunan nasional, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh pendidikan formal informal dan non-formal. Penerapan

BAB I PENDAHULUAN. situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. 1. sangat penting artinya dalam proses pendidikan, karena dia yang bertanggung

BAB IV ANALISIS. selama manusia ada, maka selama itu pula persoalan pendidikan ditelaah dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. diantara ajaran tersebut adalah mewajibkan kepada umatnya untuk melaksanakan

BAB I LATAR BELAKANG. kehidupan manusia, baik terhadap aktivitas jasmaniahnya, pikiran-pikirannya,

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya suatu tujuan Pendidikan Nasional. bersaing dan menyesuaikan diri dengan perubahan zaman tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. 2005, Hlm, 28

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem pendidikan Nasional Bab

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional disebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. sampai mencapai kedewasaan masing-masing adalah pendidikan. Pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Cipta, 1992), hlm Sriyono, Teknik Belajar Mengajar Dalam CBSA, (Jakarta: Rineka

BAB 1 PENDAHULUAN. (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995), hlm M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. Maju tidaknya peradaban manusia, tidak terlepas dari eksistensi pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. alam. Pedoman dalam mengajarkan ajarannya yaitu berupa Al-Qur an. Al-

BAB I PENDAHULUAN. pelajaran Pendidikan Agama Islam yang mempelajari tentang Fiqih ibadah,

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, 2011, hlm Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, PT Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm5

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan itu bersifat abstrak sampai pada rumusan-rumusan yang dibentuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam al-qur an dan al-sunah ke dalam diri manusia. Proses tersebut tidak

BAB V PEMBAHASAN. A. Kemampuan Membaca Al Qur an Siswa di MAN se-kabupaten Blitar

BAB I PENDAHULUAN. ini. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia memerlukan pendidikan. Akan

BAB I PENDAHULUAN. berkenaan dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotornya.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan keterampilan yang berguna dalam menjalani hidup.

BAB I. Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan. Kegiatan tersebut. diselenggarakan pada semua satuan dan jenjang pendidikan yang meliputi wajib

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan dinamika peradaban yang dinamis.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Matematika juga berkembang di bidang ilmu yang lain, seperti Kimia, Fisika, saat ini dengan penerapan konsep matematika tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Al-Quran adalah kitab suci yang merupakan sumber utama dan utama

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengamalkan dan menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. 1

BAB I PENDAHULUAN. memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan menghayati tujuan, yang pada

Rajawali Pers, 2009), hlm Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam dengan Pendekatan Multidisipliner, (Jakarta:

BAB I PENDAHULUAN. secara sistematis dan terencana dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut Wardiman Djoyonegoro, sedikitnya terdapat tiga syarat utama

BAB I PENDAHULUAN. Guru adalah satu komponen manusiawi dalam proses belajar mengajar,

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan pada dasarnya. tidak hanya menyampaikan dan memberi hafalan. Pendidikan yang ideal

BAB I PENDAHULUAN. manusia itulah menjadi sasaran hidup manusia yang pencapaiannya sangat tergantung

BAB I PENDAHULUAN. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang termulia dan sempurna. Ia

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. 1. dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai problematika remaja yang terjadi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. selesai sampai kapanpun, sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini, karena

A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No.20 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan mandiri.

BAB I PENDAHULUAN. Selain ayat al-qur an juga terdapat sunnah Rasulallah SAW yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, PT Remaja Rosdakarya : Bandung, 2008, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. Suwarto, Pengembangan Tes Diagnosis dalam Pembelajaran, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2013, hal. 3-4.

BAB I PENDAHULUAN. tertentu saja, melainkan seluruh individu yang mengaku dirinya muslim. 1

BAB I PENDAHULUAN. Islam adalah diajarkannya cara menulis Al-Quran dan Hadits. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Penegasan Judul

IPTEK, DAN SENI DALAM ISLAM 1. Konsep Ipteks Dalam Islam a. Pengetahuan dan ilmu pengetahuan Pengetahuan : segala sesuatu yang diketahui manusia

BAB I PENDAHULUAN. pada masa Rasululah, hingga masa sekarang. memahami dan dapat mengamalkan isi dari Al Quran. Sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan agama Islam bertugas mempertahankan, menanamkan, dan

BAB I PENDAHULUAN. 1 Tatang, Ilmu Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 2012), hlm Ibid., hlm

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks dan. melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Oleh karena itu untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal, nonformal, dan informal di sekolah, dan luar sekolah yang

BAB I PENDAHULUAN. Rukun Islam adalah pokok-pokok utama ajaran islam. Kita semua sebagai

BAB I PENDAHULUAN. istilah tersebut adalah pendidikan dan pengajaran. Pengajaran merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah dan Pengesahan Judul. ini didasari oleh pandangan al-qur an dalam surah Al-Mujadalah, ayat 11:

BAB I PENDAHULUAN. negara. 1 Di atas sudah jelas bahwa pendidikan hendaknya direncanakan agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman kualitas hidup serta cara berpikir seseorang akan jauh lebih

BAB I PENDAHULUAN. ada perantaraan pendidikan agar perkembangannya sempurna sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. sangat dianjurkan pelaksanaannya oleh Allah SWT. Islam juga memerintah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang sempurna. Kesempurnaan ini karena akal yang dimiliki manusia untuk dapat menggunakan akal dengan baik perlu adanya ilmu. Ilmu dapat melalui pendididikan selain itu, menuntut ilmu merupakan perintah agama. Dengan ilmu manusia akan dapat menjadi khalifah. Manusia yang dilahirkan dengan membawa potensi dapat dididik dan mendidik sehingga mampu menjadi khalifah di muka bumi, serta pendukung dan pemegang kebudayaan. Sebagai manusia yang bergama islam hendaklah dapat mengerti akan pendidikan agama islam. Adapun maksud Pendidikan Agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyikapi peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani ajaran agama islam. 1. Pernyataan tersebut sejalan dengan pendapat Zakiyah Daradjat sebagai berikut: Pendidikan Agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup 2. Lembaga pendidikan merupakan salah satu wadah bagi anak untuk belajar. Melalui belajar, seorang anak akan dapat memperoleh pengetahuan, mengembangkan berbagai kemampuan dan keterampilan. 1 Abdul Majid, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi ( Bandung: Rosdakarya, 2004), h 130. 2 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h 86-87. 1

2 Oleh karena itu, pengajaran di sekolah adalah salah satu usaha yang bersifat sadar, bertujuan, sistematis dan terarah pada perubahan tingkah laku atau sikap. Perubahan tingkah laku itu dapat terjadi, manakala proses pengajaran diimplementasikan di sekolah. Dalam hal ini bisa dikaitkan dengan tujuan agama islam. Agama Islam sebagai pedoman hidup kaum muslim tentunya tidak hanya mengatur hubungan hamba dengan Tuhannya saja, tetapi juga menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia, diantaranya adalah pendidikan. Zakiyah Daradjat mengatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah usaha berupa bimbingan dan asuhan terhadap anak didik agar kelak setelah selesai pendidikannya dapat memahami dan mengamalkan ajaran agama Islam serta menjadikannya sebagai way of life. Zuhairini dan Abdul Ghafir menyimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah meningkatkan taraf kehidupan manusia melalui seluruh aspek yang ada sehingga sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan dengan proses tahap demi tahap. 3 Jadi, pada dasarnya, pendidikan agama Islam menginginkan peserta didik yang memiliki fondasi keimanan dan ketakwaan yang kuat terhadap Allah, karena iman merupakan potensi rohani yang harus diaktualisasikan dalam bentuk amal saleh, sehingga menghasilkan prestasi yang disebut takwa. Tujuan Pendidikan dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan dan 3 Zuhairini dan Abdul Ghafir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam(Malang : UM Press, 2004), h. 8-9.

3 berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, terampil serta mandiri. Jika kita mengamati pendidikan kita yang sekarang ini, maka kita akan mendapatkan suatu kenyataan bahwa Pendidikan Agama Islam ternyata masih jauh dari apa yang kita harapkan, walaupun telah berbagai cara yang telah dilakukan dalam meningkatkan hasil belajar Pendidikan Agama Islam. Pada dasarnya, keberhasilan Pendidikan Agama Islam dapat terwujud apabila seluruh aspek yang berhubungan langsung dengan pendidikan dapat bekerjasama dan saling membantu dari berbagai pihak antara lain pihak sekolah dengan orang tua siswa, lembaga dengan masyarakat dan lain sebagainya demi meningkatkan hasil belajar pendidikan Agama Islam. Adapun mata pelajaran Agama Islam itu dapat dibagi menjadi lingkup Al-Qur an dan Al-Hadis, Keimanan, Akhlak, Fiqh, dan Sejarah Islam sehingga dapat dikatakan bahwa ruang lingkup Pendidikan Agama Islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (hablun minallah wa hablun minannas). Jadi pendidikan agama Islam merupakan usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam rangka mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran Islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

4 Tahapan pendidikan Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju pada tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai-nilai ajaran agama Islam, dalam arti menghayati dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait erat dengan kognisi, dalam arti bahwa penghayatan dan keyakinan siswa akan kokoh manakala didasari oleh seperangkat pengetahun dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai-nilai ajaran Islam. Melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam yang telah diinternalisasikan dalam dirinya (tahap psikomotorik). Dengan demikian akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia. Begitu hebatnya pendidikan agama Islam dalam rangka menyiapkan peserta didiknya yang memiliki kecakapan seperti yang disebutkan di atas, maka, mata pelajaran pendidikan agama di sekolah sejak dulu hingga sekarang tetap memperoleh tempat dan perhatian dari pemerintah. 4 Pada dasarnya kegiatan ekstra-kurikuler dalam dunia sekolah ditujukan untuk menggali dan memotivasi siswa dalam bidang tertentu. Karena itu, aktivitas kegiatan ekstra-kurikuler harus disesuaikan dengan 4 Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam: Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum, hingga Redifinisi Islamisasi Pengetahuan (Bandung: Nuansa Cendikia, 2003), h 78.

5 hobi serta kondisi siswa. Sedangkan tujuan kegiatan ekstra-kurikuler adalah untuk membantu dan meningkatkan pengembangan wawasan anak didik khusus dalam bidang Pendidikan Agama Islam, kegiatan ekstrakurikuler juga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Sebagian pendidik barat memandang bahwa kegiatan ekstrakurikuler merupakan sarana langsung dalam proses belajar mengajar sehingga mereka memasukkannya dalam materi kurikulum yang akan diajarkan. Biasanya, kegiatan ekstra-kurikuler disusun bersamaan dengan penyusunan kisi-kisi kurikulum dan materi pelajaran. Itu artinya, kegiatan tersebut merupakan bagian dari pelajaran sekolah dan kelulusan siswa pun dipengaruhi oleh aktivitasnya dalam kegiatan ekstra-kurikuler tersebut 5. Adapun kegiatan pola kurikuler itu sebagaimana yang disarankan oleh kurikulum yang disempurnakan ialah 1. Kegiatan intrakuriluler adalah kegiatan yang dilakukan disekolah yang penjatahan waktunya telah ditetapkan dalam struktur program dan dimaksudkan untuk mencapai tujuan minimal dalam masing-masing mata pelajaran. 2. Kegiatan kokukikuler adalah kegiatan di luar jam pelajaran biasa (termasuk waktu libur) yang dilakukan disekolah ataupun di luar sekolah dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan siswa mengenai hubungan antara berbagai jenis pengetahuan, 5 Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam Di Rumah, Sekolah Dan Masyarakat (Jakarta: Gema Insani Press, 1995), h 187.

6 menyalurkan bakat minat, serta melengkapi upaya pembinaan menusia seutuhnya. 3. Kegiatan ekstra-kulikuler adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran (tatap muka) baik dilaksanakan disekolah maupun diluar sekolah dengan maksud untuk lebih memperkaya dan memperluas wawasan pengetahuan dan kemampuan yang telah dimilikinya dari berbagai bidang studi. 6 Munculnya ekstra-kulikuler seringkali berhubungan dengan adanya problematika di pendidikan formal berhubungan dengan problem PAI yakni kurangnya jam pelajaran. Akan tetapi, realita tersebut seringkali bukan merupakan suatu masalah. Hal tersebut dikarenakan sebagian besar sekolah di Indonesia masih lebih banyak memberikan ilmu-ilmu keagamaan dari pada ilmu-ilmu umum, namun terjadilah perubahan setelah keluarnya Surat Keputusan Bersama Tiga Mentri (SKB 3 Menteri) yaitu Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri. Maka seluruh madrasah mengubah semua kurikulumnya menjadi 70% bidang studi umum dan 30% bidang studi agama. Hal tersebut berlaku bagi madrasah yang dikelola oleh Departemen Agama dalam hal ini madrasah negeri sedangkan madrasah yang dikelola oleh swasta ada beberapa variasi yakni 60% bidang studi agama dan 40% bidang studi umum. Tujuan peningkatan mutu pendidikan pada madrasah 6 Drs.Muh.Uzer Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar (Bandung: PT REMAJA ROSDAKRYA, 1993), h 15-22

7 adalah agar mata pelajaran umum dari madrasah mencapai tingkat yang sama dengan mata pelajaran umum di sekolah umum yang setingkat 7. Umumnya kegiatan ekstra kurikuler di madrasah bertujuan untuk mengembangkan Pendidikan Agama Islam yang sudah ada. Dengan pengembangan tersebut maka diharapkan siswa dapat meningkatkan pengetahuan serta pengamalannya terhadap ajaran agama islam yang semakin merosot belakangan ini. Oleh karena itu, pelaksanaan kegiatan ekstra-kurikuler sangat penting untuk terus dilakukan agar proses kegiatan belajar mengajar khususnya Pendidikan Agama Islam tidak terhambat oleh kekurangan jam pelajaran seperti yang selama ini kita ketahui. Kegiatan ekstra-kurikuler tidak dapat terlaksana apabila tidak dilakukan dengan sungguh-sungguh serta tidak adanya kedisiplinan dalam hal penerapannya. Kepala sekolah serta guru Pendidikan Agama Islam sangat berperan dalam hal menentukan kegiatan yang akan diprogram menjadi kegiatan ekstra-kurikuler. Al-Qur an sebagai salah satu unsur ruang lingkup atau materi pendidikan agama Islam sangat urgen dalam kehidupan sehari-hari. Artinya bahwa, keimanan yang dianut oleh seseorang yang kemudian akan melahirkan sebuah tata nilai (seperti dalam hal ibadah, muamalah, dan akhlak) adalah bersumber dari al-qur an dan al-hadits. Tata nilai itu kemudian melembaga dalam suatu masyarakat dan pada gilirannya akan membentuk sebuah kebudayaan dan peradaban (tarikh). Oleh karena itu, 2005), h 91. 7 Ridlwan Nasir, Mencari Tipologi Format Pendidikan Ideal (Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

8 kemampuan membaca, memahami, mengerti, dan sekaligus menghayati isi bacaan al-qur an, khususnya di sekolah umum, adalah sangat penting dalam meningkatkan hasil belajar pendidikan agama Islam. Sebab materi al-qur an berkaitan dengan materi PAI yang lain. Untuk mempelajari al-qur an itu sebenarnya bukan hal yang terlalu sulit, asal ada kemauan dan usaha mempelajarinya pasti akan mampu membaca dan memahami al-qur an dengan baik, Allah sudah menjamin kemudahannya bagi umat yang mau mempelajari al-qur an, firman Allah dalam Q.S. al-qomar: و ل ق د ي س ر ن ا الق ر آن ل لذ ك ر ف ه ل م ن م د ك ر ` Artinya: Dan sesungguhnya telah kami mudahkan al-qur an untuk pelajaran maka adakah orang yang mau mengambil pelajaran. (Q.S. al-qomar: 17). 8 Dari ayat tersebut di atas, dapat diambil kesimpulan, bahwa mempelajari al-qur an itu tidaklah terlalu sulit asal ada kemauan yang keras untuk mempelajari dan memahaminya sedikit demi sedikit, maka akhirnya nanti akan memperoleh kemampuan membaca al-qur an dengan baik, karena Allah menurunkan al-qur an sedikit demi sedikit dengan tujuan, agar mudah dipelajari, difahami dan diamalkan, bukan untuk mempersukar hidup manusia. 8 Depag RI, Al-Qur an dan Terjemahnya (Bandung: CV. Penerbit J-ART, 2004), h 530.

9 Qira at adalah jamak dari qiro ah yang berarti bacaan. Qira at merupakan cabang ilmu tersendiri dalam ulum al-qur an. Tidak banyak orang yang tertarik dengan ilmu qira at hal itu dikarenakan ilmu ini memang tidak berhubungan langsung dengan kehidupan dan muamalah manusia sehari-hari tidak seperti ilmu fiqih, hadis, dan tafsir. 9 Ilmu Qira at tidak mempelajari masalah-masalah yang berkaitan dengan halal-haram atau hukum-hukum tertentu. Namun, ilmu qira at mempelajari manhaj (cara, metode) masing-masing imam qurra sab ah atau asyaroh dalam membaca al-qur an. Untuk membaca al-qur an dalam satu qira at diperlukan penguasaan cara membaca al-qur an dan penguasaan dalam pengucapan lafadz-lafadz tertentu dalam al-qur an secara bersamaan. Karena jika hanya menguasai salah satunya saja kemudian membaca al- Qur an dengan Qira at tertentu akan kacau jadinya. Biasanya orang yang membaca dengan qira at syaratnya harus berguru langsung dengan syeikh qira at untuk menghindari terjadinya kesalahan. Hasil belajar adalah prestasi belajar yang dicapai siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar dengan membawa suatu perubahan dan pembentukan tingkah laku seseorang. Untuk menyatakan bahwa suatu proses belajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Namun untuk menyamakan persepsi sebaiknya kita berpedoman pada kurikulum yang berlaku saat ini yang telah disempurnakan, antara lain bahwa suatu proses belajar 117 9 Abduh Zulfidar Akaha, Al-Qur an dan Qira at, (Jakarta: Pustaka Al-Kautsar,1996), h

10 mengajar tentang suatu bahan pembelajaran dinyatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran khususnya dapat dicapai. Dari uraian di atas SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo adalah lembaga yang bernaung dibawah departemen pendidikan nasional, menggunakan kurikulum pendidikan nasional. Dengan demikian pelaksanaan sistem pengajarannya juga berorentasi pada garis-garis besar program pengajaran (GBPP) yang dikeluarkan oleh Dediknas, hanya saja perlu ditambahkan bahwa SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo berada di bawah pengolalaan Yayasan Pendidikan & Sosial Ma arif oleh karena itu, lembaga pendidikan ini disamping mengajarkan seluruh bidang studi yang digariskan oleh kurikulum pendidikan nasional juga menambahkan bidang-bidang studi agama islam. Sehingga SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo mempunyai perbedaan atau nilai lebih dibanding dengan sekolah-sekolah umum yang lain. Sebagai wujud penambahan bidang studi agama islam sekolah ini memodifikasi sedemikian rupa sehingga tidak mengurangi target kurikulum nasional sementara harus menambahkan bidang-bidang studi agama islam seperti Al-Qur an, Aqidah, Fiqih, Ski, Aswaja dan lain-lain. Dan di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo kegiatan ekstra kulikuler yaitu sepak bola, basket, volly ball, banjari, qiro ah, teater, musik (band), KIR (karya ilmiah remaja), PEC (pionor english comunity), PMR, pramuka, juranalistik, paskibra, radiktor mading, desaign grafik, tata boga, tata busana. Pelaksanaan kegiatan ekstra kurikuler sangat penting sekali

11 baik itu di sekolah umum ataupun dimadrasah. Sedangkan tujuan kegiatan ekstra-kurikuler adalah untuk membantu dan meningkatkan pengembangan wawasan anak didik khusus dalam bidang Pendidikan Agama Islam, kegiatan ekstra-kurikuler juga dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah. Dengan terus melakukan pengembangan kegiatan ekstra kurikuler yang khususnya ekstrakulikuler Qiro ah, maka diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam. Berdasarkan dari uraian diatas, penulis ingin mengadakan penelitian tentang kegiatan ekstra-kurikuler Qiro ah terhadap hasil belajar pendidikan agama Islam yang diterapkan di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo. Maka dari itu, penulis akan mengambil judul PENGARUH EKSTRAKULIKULER QIRO AH TERHADAP HASIL BELAJAR PAI DI SMA WACHID HASYIM 2 TAMAN SIDOARJO B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas penulis merumuskan permasalahan yaitu 1. Bagaimana penerapan pembelajaran ekstrakulikuler Qiro ah di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo? 2. Bagaimana hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo?

12 3. Bagaimana pengaruh ekstrakulikuler Qiro ah terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis bertujuan yaitu 1. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran ekstrakulikuler Qiro ah di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo. 2. Untuk mengetahui hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo. 3. Untuk mengetahui pengaruh ekstrakulikuler Qiro ah terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo. D. Kegunaan Penelitian 1. Bagi peneliti Agar mengetahui secara langsung dan mendalam tentang pengaruh ekstrakulikuler Qiro ah terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo. 2. Bagi lembaga yang diteliti Memberikan gambaran kepada Lembaga tentang pengaruh ekstrakulikuler Qiro ah terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo. 3. Dapat menambah khazanah pengetahuan dan memberi informasi pada orang tua wali dan masyarakat tentang pengaruh ekstrakulikuler

13 Qiro ah terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo. E. Penelitian Terdahulu Adalah penelitian yang judulnya terdapat kata yang sama dengan penelitiannya sebelumnya. Dalam hal ini peneliti menentukan hasil penelitian yang memiliki kedekatan pembahasan dengan penelitian ini yaitu Skripsi yang berjudul pengaruh kegiatan ekstra-kulikuler shalat dhuha terhadap kedisiplinan siswa di Mts Yatabu Surabaya di lakukan oleh Halimah tahun 2012 urutan 003 jurusan PAI. Dalam skripsi ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan metode pengumpulan data yaitu observasi, interview, angket dan dokumentasi dengan menggunakan teknik analisa data product moment. F. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian Sesuai judul di atas yaitu pengaruh ekstrakulikuler Qiro ah terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo. maka penelitian ini diadakan subyek ekstrakulikuler Qiro ah dan hasil belajar PAI. Dalam pembahasan ini ekstrakulikuler Qiro ah adalah kegiatan tambahan diluar yang berkaitan dengan meningkatkan hasil belajar pendidikan agama islam, berupa bacaan Al-Qur an, tajwid, hafalan dan keterkaitan dengan kualitas siswa yang mengikuti ekstrakulikuler Qiro ah.

14 G. Definisi Operasional Untuk memudahkan pemahaman pembaca dalam memahami judul skripsi ini, ada baiknya terlebih dahulu penulis jelaskan beberapa istilah yang terdapat dalam judul skripsi ini, yaitu: 1. Ekstrakulikuler menurut Dewa Ketut Sukardi adalah bahwa kegiatan ekstra kurikuler ialah suatu kegiatan yang dilakukan oleh para siswa diluar jam pelajaran biasa, termasuk pada saat liburan sekolah, yang bertujuan untuk memberikan pengkayaan kepada peserta didik dalam artian memperluas pengetahuan peserta didik dengan cara mengaitkan pelajaran yang satu dengan pelajaran yang lainnya. 10 2. Qiro ah menurut Ibnu Aljazari adalah ilmu tentang cara menyampaikan (mengucapkan) kalimat-kalimat Al-Qur an dan perbedaan-perbedaan yang dinisbatkan kepada orang yang menukilnya atau pendapat salah seorang imam dari para imam yang berbeda dengan yang lainnya, dalam hal pengucapan Al- Qur an serta sepakatnya riwayat-riwayat mengenainya. 11 3. Hasil belajar menurut Benjamin S.Bloom tiga ranah (domain) hasil belajar yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut A.J.Romizowski hasil belajar merupakan keluaran (output) dari suatu sistem pemrosesan masukan (input). Masukan dari sistem tersebut berupa bermacam-macam informasi sedangkan 10 Dewa Ketut Sukardi, Bimbingan Karir Di Sekolah-Sekolah (Jakarta: Galia Indonesia, 1987),h, 243. 11 Dr.Naqiyah Mukhtamar,M.Ag, Ulumul Qur an (Purwokerto:STAIN PRESS,2013), h 49

15 keluarannya adalah perbuatan atau kinerja (performent) (Abdurrahman,1999). Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif, afektif dan psikomotorik dari proses belajar yang dilakukan dalam waktu tertentu. 12 4. Pendidikan agama islam menurut Zakiyah Daradjat adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantias dapat memahami ajaran islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang pada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup. 13 Dapat disimpulkan dalam penelitian yang berjudul pengaruh ekstrakulikuler Qiro ah terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo. yang di maksud dengan ekstra-kulikuler Qiro ah dan hasil belajar PAI adalah kegiatan yang dilakukan di luar jam pelajaran yang mempelajari tentang cara menyampaikan (mengucapkan) kalimat-kalimat Al-Qur an yang pencapaiannya akan membantu proses pembelajaran PAI. 12 Drs.Asep Jihad,M.Pd dan Dr.Abdul Haris,M.Sc, Evaluasi Pembelajaran (Yogyakarta:Multi Pressindo,2012), h 1 13 Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam ( Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h 86-87.

16 H. Sistematika Pembahasan Dalam penelitian yang berjudul pengaruh ekstrakulikuler Qiro ah terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo. menggunakan sistematika pembahasan sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan, penjabarannya yaitu: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Penelitian terdahulu, Definisi Operasional, Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian, dan Sistematika Pembahasan. Bab II : Landasan teori, yaitu merupakan tinjauan tentang ekstra kulikuler, tinjauan tentang qiro ah, tinjauan tentang hasil belajar pai dan tinjauan tentang pengaruh ekstrakulikuler Qiro ah terhadap hasil belajar PAI di SMA Wachid Hasyim 2 Taman Sidoarjo Bab III : Metode penelitian, berisi tentang rancangan penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, jenis data dan sumber data, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. Bab IV : Laporan Penelitian, yang merupakan hasil penelitian dan terdiri dari gambaran umum objek penelitian, penyajian data, dan analisis data.

17 Bab V : Kesimpulan dan Saran, yang berisi tentang kesimpulan dari semua isi atau hasil penelitian, dan juga beberapa saran yang perlu penulis sampaikan kepada pihak yang terkait.