Tata cara pengukuran laju infiltrasi tanah di lapangan menggunakan infiltrometer cincin ganda

dokumen-dokumen yang mirip
Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Tata cara analisis dan evaluasi data uji pemompaan dengan metode Papadopulos Cooper

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Cara uji kepadatan tanah di lapangan dengan cara selongsong

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji sifat tahan lekang batu

Cara uji daktilitas aspal

Cara uji berat jenis aspal keras

Cara uji geser langsung batu

Spesifikasi saluran air hujan pracetak berlubang untuk lingkungan permukiman

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

Cara uji kelarutan aspal

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Tata cara pengukuran tekanan air pori tanah dengan pisometer pipa terbuka Casagrande

sasi Nasional Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di komersialkan

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Tata cara pencatatan akuifer dengan metode logging geolistrik tahanan jenis short normal (SN) dan long normal (LN) dalam rangka eksplorasi air tanah

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

ZULISTIA Air dan air limbah Bagian 80: Cara uji warna secara spektrofotometri SNI :2011

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Metode uji penentuan kadar pasir dalam slari bentonit

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Cara uji pengukuran potensi keruntuhan tanah di laboratorium

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

Metode uji koefisien kelulusan air pada tanah gambut dengan tinggi tekan tetap

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Metode uji penentuan faktor-faktor susut tanah

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Metode uji densitas tanah di tempat (lapangan) dengan alat konus pasir

Cara uji penyulingan aspal cair

Hak Cipta Badan Standardisasi Nasional, Copy standar ini dibuat untuk penayangan di dan tidak untuk di komersialkan

Metode uji CBR laboratorium

Cara uji sifat dispersif tanah dengan alat pinhole

Tata cara analisis data pengujian surutan bertahap pada sumur uji atau sumur produksi dengan metode Hantush-Bierschenk

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Cara uji kuat lentur beton normal dengan dua titik pembebanan

Metode uji CBR laboratorium

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.)

Cara uji viskositas aspal pada temperatur tinggi dengan alat saybolt furol

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Tata cara pengambilan contoh uji campuran beraspal

BAB III METODE PENELITIAN

Tata cara pembuatan model fisik sungai dengan dasar tetap

Cara uji sifat dispersif tanah lempung dengan hidrometer ganda

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Perhitungan debit andalan sungai dengan kurva durasi debit

Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

Semen portland komposit

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling

Metode uji kuat geser langsung tanah tidak terkonsolidasi dan tidak terdrainase

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap

Bibit rumput laut kotoni (Eucheuma cottonii )

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. A. Lokasi penelitian

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

Cara uji bliding dari beton segar

SNI 2435:2008 Standar Nasional Indonesia

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No. 04/SE/M/2010. tentang

Tata cara pengambilan contoh muatan sedimen melayang di sungai dengan cara integrasi kedalaman berdasarkan pembagian debit

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik dengan tabung pitot

Rambu evakuasi tsunami

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT)

Analisis kadar abu contoh batubara

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

Cara uji slump beton SNI 1972:2008

Cara uji sifat hidraulik akuifer terkekang dan bebas dengan metode Jacob

Cara uji berat jenis dan penyerapan air agregat kasar

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di lingkungan Masjid Al-Wasi i Universitas Lampung

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan pondasi untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Cara uji berat isi beton ringan struktural

EFEKTIFITAS SUMUR RESAPAN DALAM MEMPERCEPAT PROSES LAJU INFILTRASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Cara uji berat jenis tanah

Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan tanah untuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan

Spesifikasi aspal keras berdasarkan kelas penetrasi

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PEMBUATAN DAN PERAWATAN BENDA UJI BETON DI LAPANGAN BAB I DESKRIPSI

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi

Cara uji keausan agregat dengan mesin abrasi Los Angeles

Udara ambien Bagian 10: Cara uji kadar karbon monoksida (CO) menggunakan metode Non Dispersive Infra Red (NDIR)

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

Cara uji abrasi beton di laboratorium

Transkripsi:

Badan Standardisasi Nasional SNI 7752:2012 Tata cara pengukuran laju infiltrasi tanah di lapangan menggunakan infiltrometer cincin ganda ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional

BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun serta dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp. +6221-5747043 Fax. +6221-5747045 Email: dokinfo@bsn.go.id www.bsn.go.id Diterbitkan di Jakarta

Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Persyaratan... 2 5 Prosedur pengukuran... 3 6 Laporan... 7 Lampiran A... 8 Lampiran B... 10 Bibliografi... 13 BSN 2012 i

Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) Tata cara pengukuran laju infiltrasi tanah di lapangan menggunakan infiltrometer cincin ganda ini termasuk dalam Gugus Kerja Hidrologi, Hidraulika, Lingkungan, Air Tanah, dan Air Baku pada Subpanitia Teknis 91-01-S1 Sumber Daya Air yang berada di bawah Panitia Teknik Konstruksi dan Bangunan. Penyusunan standar ini melalui proses pembahasan pada Gugus Kerja dan Konsensus yang dilaksanakan pada tanggal 26 September 2003 dan kembali dibahas pada bulan November 2011 di Bandung dengan melibatkan para narasumber dan pakar dari berbagai instansi terkait. Standar ini mengacu pada ASTM D 3385-88 : Standard test method for infiltration rate of soils in field using double ring infiltrometer, sebagai padanan yang menjadi acuan normatif. Standar ini menguraikan tata cara pengukuran laju infiltrasi air ke dalam tanah menggunakan infiltrometer cincin ganda. Tata cara pengukuran ini dapat dilakukan pada permukaan tanah atau pada kedalaman tertentu dalam galian, lahan kosong atau tempat bervegetasi dan pada tanah yang memiliki koefisien permeabilitas (k) antara 10-6 m/s sampai dengan 10-2 m/s serta untuk mempelajari pembuangan limbah cair, evaluasi tanki septik, efisiensi drainase, kebutuhan irigasi, imbuhan air tanah, kebocoran saluran dan bendungan. BSN 2012 ii

Pendahuluan Pengukuran laju infiltrasi dapat dilakukan pada permukaan tanah, pada kedalaman tertentu, pada lahan kosong, atau pada lahan bervegetasi. Walaupun satuan infiltrasi serupa dengan konduktivitas hidraulik, terdapat perbedaan antara keduanya. Hal itu tidak bisa secara langsung dikaitkan kecuali jika kondisi batas hidraulik diketahui, seperti kemiringan hidraulik dan aliran air lateral atau jika dapat diperkirakan. Laju infiltrasi memiliki kegunaan seperti studi pembuangan limbah cair, evaluasi potensi lahan tanki septik, efisiensi pencucian dan drainase, kebutuhan irigasi, penyebaran air dan imbuhan air tanah, dan kebocoran saluran atau bendungan dan kegunaan lain. BSN 2012 iii

1 Ruang lingkup Tata cara pengukuran laju infiltrasi tanah di lapangan menggunakan infiltrometer cincin ganda Standar ini menguraikan tata cara pengukuran laju infiltrasi air ke dalam tanah menggunakan infiltrometer cincin ganda. Tata cara pengukuran ini dapat dilakukan: a) pada permukaan tanah, pada kedalaman tertentu dalam galian, pada lahan kosong atau pada tempat bervegetasi; b) pada tanah yang memiliki koefisien permeabilitas (k) antara 10-6 m/s sampai dengan 10-2 m/s; c) untuk mempelajari pembuangan limbah cair, evaluasi tanki septik, efisiensi drainase, kebutuhan irigasi, imbuhan air tanah, kebocoran saluran dan bendungan. 2 Acuan normatif ASTM D 3385-88, Standard test method for infiltration rate of soils in field using double ring infiltrometer. ASTM D 5093-90, Standard test method for field measurement of infiltration rate using a double-ring infiltrometer with a sealed-inner ring. 3 Istilah dan definisi 3.1 Tanah benda alam penutup sebagian permukaan bumi, berbentuk butiran halus sampai kasar dan merupakan media porus bagi peresapan air. 3.2 Infiltrasi proses masuknya air ke dalam tanah menembus permukaan tanah. 3.3 Laju Infiltrasi (f) kuantitas cairan yang memasuki material porus (m 3 ) per satuan luas (m 2 ) per satuan waktu (s) dan dinyatakan dalam satuan kecepatan (LT -1 ) yaitu m/s atau cm/jam. 3.4 Kapasitas Infiltrasi (f c ) laju infiltrasi maksimum yang dapat diserap tanah pada kondisi tertentu. 3.5 Infiltrometer alat pengukur infiltrasi. BSN 2012 1 dari 13

3.6 Infiltrometer cincin ganda infiltrometer yang terdiri atas dua tabung dengan diameter berbeda dan dipasang sepusat. 3.7 Tabung mariotte tabung transparan berskala untuk mengukur volume. 4 Persyaratan 4.1 Peralatan dan perlengkapan Peralatan dan perlengkapan yang digunakan harus memenuhi persyaratan berikut: a) dua buah cincin silinder infiltrometer dengan tinggi 500 mm, diameter cincin dalam 300 mm dan diameter cincin luar antara 450 mm sampai dengan 600 mm, terbuat dari besi, baja atau logam campuran setebal 3 mm dengan ujung bawah diruncingkan. Konstruksi dan skema pemasangan cincin infiltrometer dapat dilihat pada Gambar A.1 dan Gambar A.2 Lampiran A; b) penampang cincin infiltrometer harus dikontrol sebelum dan sesudah digunakan; c) piringan tutup penahan pukulan terbuat dari logam dengan ketebalan 10 mm dan diameter antara 620 mm sampai dengan 650 mm; d) alat pemukul berupa palu seberat 5 kg; e) alat pengontrol dan acuan tinggi muka air berupa jarum lengkung atau jarum panjang berujung runcing; f) mistar logam atau plastik dengan skala terkecil 1 mm, atau taraf meter dengan skala terkecil 0,1 mm; g) gelas ukur 500 cm 3 atau 1000 cm 3 dengan skala terkecil 10 cm 3 dan gelas ukur 100 cm 3 dengan skala terkecil 1 cm 3 ; h) penahan percikan berupa lembar karet atau plastik; i) wadah persediaan air berupa drum atau ember besar; j) sumber air; k) pengukur waktu berupa jam atau stopwatch; l) buku catatan dan formulir pengukuran; m) sekop atau linggis untuk mencabut cincin infiltrometer dari tanah. BSN 2012 2 dari 13

4.2 Pengukuran Persyaratan pengukuran adalah sebagai berikut. a) Lokasi harus dapat dicapai untuk mengangkut peralatan dan perlengkapan. Luas lahan yang diperlukan paling sedikit 2 m kali 2 m; b) Tanah memiliki koefisien permeabilitas (k) antara 10-6 m/s sampai dengan 10-2 m/s; c) Titik pengukuran harus datar; d) Tidak boleh terjadi retakan tanah pada saat menancapkan cincin infiltrometer. Jika tanah kering dan kaku harus dibasahi sedikit pada saat menancapkan cincin infiltrometer. 4.3 Kalibrasi Kalibrasi harus dilakukan terhadap peralatan sebelum dan sesudah pengukuran, serta kalibrasi hasil pengukuran. 5 Prosedur pengukuran Prosedur pengukuran mengikuti langkah-langkah yang digambarkan pada Gambar A.3. 5.1 Kalibrasi 5.1.1 Kontrol peralatan Prosedur kontrol peralatan adalah sebagai berikut. a) Periksa bentuk dan ukuran cincin infiltrometer. Jika berubah bentuk, penampang harus diperbaiki dengan cara memukul secukupnya sampai pada bentuk lingkaran seperti semula. b) Periksa ujung jarum penanda muka air. Jika tidak runcing, runcingkan dengan cara mengasah, memukul, atau cara lainnya. c) Periksa gelas ukur, tabung mariotte dan mistar. Jika sudah tidak terbaca, skala ukuran diperbaiki agar dapat dibaca. Jika perbaikan sudah tidak mungkin dilakukan, peralatan harus diganti. 5.1.2 Kalibrasi hasil pengukuran Prosedur kalibrasi hasil pengukuran adalah sebagai berikut. a) Plot nilai kapasitas infiltrasi dalam kertas grafik selama dilaksanakan pengukuran. Jika kurva belum mendatar atau nilai kapasitas infiltrasi belum mencapai kisaran konstan, pengukuran belum dinyatakan selesai. b) Bandingkan antara kurva kapasitas infiltrasi dari cincin dalam dan bidang antarcincin. Jika kurva dari cincin dalam di atas kurva antarcincin, artinya terjadi kebocoran dari cincin dalam ke bidang antarcincin. Ulangi pengukuran pada lokasi yang sama, tetapi pindah titik. Jika kurva cincin dalam berada di bawah, hasil pengukuran sudah baik BSN 2012 3 dari 13

karena infiltrasi dari bidang antarcincin kemungkinan dapat lebih besar akibat aliran lateral. 5.2 Tempat pengukuran Prosedur penentuan tempat pengukuran adalah sebagai berikut. a) Tentukan rencana titik pengukuran dalam peta topografi. b) Jika pengukuran infiltrasi daerah penelitian dilakukan pada beberapa titik dengan variasi kondisi geologi, topografi, jenis tanah, dan penggunaan lahan, satuan lahan pengukuran dibuat dengan melakukan tumpang susun peta menurut variasi kondisi lahan. Pilih lokasi di lapangan yang mewakili satuan lahan yang dibuat pada keadaan permukaan yang datar dengan luas paling sedikit 2 m kali 2 m. c) Pengukuran dapat dilakukan pada permukaan tanah atau pada lubang galian jika nilai laju infiltrasi pada kedalaman lebih diinginkan daripada permukaan. d) Catat rincian lokasi pengukuran berupa nomor pengukuran, posisi dan elevasi dari peta topografi. e) Buat sketsa orientasi lokasi pengukuran. 5.3 Memasang cincin infiltrometer Skema cincin infiltrometer yang terpasang dapat dilihat pada Gambar A.2, dengan prosedur pemasangannya mengikuti langkah-langkah berikut. a) Letakkan salah satu cincin dengan ujung runcing di bagian bawah dan pastikan penampang cincin pada level datar. b) Pasang piringan tutup di atas cincin dan pastikan tepat di pusat cincin. Pukul tutup cincin dengan martil sampai kedalaman tertentu sehingga dapat mencegah kebocoran air ke luar cincin. Kedalaman sekitar 15 cm umumnya dianggap cukup atau sampai air tidak dapat bocor. Gunakan pukulan secukupnya untuk menghindari pecahnya permukaan tanah. Jika cincin sudah menancap, lepaskan piringan tutup. c) Letakkan cincin silinder lainnya secara tepat pada pusat yang sama dengan cincin pertama, kemudian lakukan seperti langkah b). d) Usahakan cincin silinder tetap tegak dengan level penampang datar. Jika setelah ditancapkan keadaan cincin miring, cincin yang telah terpasang cabut dari tanah. Pindahkan ke tempat sekitarnya dan ulangi langkah-langkah pemasangannya. e) Jika setelah ditancapkan cincin infiltrometer berubah bentuk, cabut cincin infiltrometer dari tanah, lakukan kalibrasi, dan ulangi langkah-langkah pemasangannya. f) Setelah pengukuran selesai keluarkan cincin dari tanah dengan memukul bagian samping secara perlahan dan menggali sekeliling cincin dengan sekop atau linggis. 5.4 Mempertahankan tinggi muka air Tinggi muka air pada cincin dalam dan bidang antarcincin harus dapat dipertahankan selama pengukuran dilakukan. Untuk mempertahankan tinggi muka air dilakukan cara-cara berikut. BSN 2012 4 dari 13

a) Pasang jarum berujung runcing sebagai penanda muka air yang dapat terlihat; b) Pasang peralatan sedemikian rupa sampai ketebalan air antara 2,5 cm sampai dengan 20 cm dan perlu ketebalan lebih tinggi pada tanah permeabilitas rendah. Tancapkan jarum di tengah cincin dalam dan bidang antarcincin. Pemasangan dibuat sedemikian rupa agar muka air di dalam cincin dalam dan bidang antarcincin memiliki tebal yang sama. c) Jika dilakukan pengukuran perubahan tinggi muka air, pasang mistar atau taraf meter satu buah di dinding dalam dan satu buah di dinding luar cincin dalam. Pemasangan sedemikian rupa agar memiliki acuan pengukuran yang sama. d) Jika dilakukan pengukuran perubahan volume dengan tabung mariotte, pasang satu tabung yang dihubungkan dengan cincin dalam dan satu tabung dihubungkan dengan bidang antara. Isi tabung sampai skala tertinggi. e) Pasang lembaran pencegah percikan tanah saat pertama air dicurahkan. f) Tuangkan air ke dalam cincin sampai muka air persis di ujung jarum. g) Jaga tinggi muka air pada kedua cincin agar tetap sama untuk menghindari aliran antar cincin. h) Pengisian air pertama ini tidak dicatat dalam formulir pengukuran. 5.5 Pengukuran Pengukuran infiltrasi dari infiltrometer cincin ganda dapat dilakukan dengan memilih salah satu cara berikut ini. 5.5.1 Pengukuran volume Pengukuran laju infiltrasi berdasarkan volume air dilakukan dengan mengukur volume air yang ditambahkan tiap selang waktu. Pengukuran volume dapat dilakukan menggunakan gelas ukur, tabung mariotte, atau silinder transparan berskala. Pengukuran laju infiltrasi berdasarkan volume air mengikuti langkah-langkah berikut. a) Catat posisi waktu pada saat mulai pengukuran pada t = 0, dan isikan pada kolom 1 formulir pengukuran infiltrasi cincin ganda (lihat Tabel B.2). b) Ukur volume air yang ditambahkan pada cincin dalam untuk menjaga tinggi muka air pada tiap selang waktu. Catat pada formulir pengukuran kolom ke 4. c) Ukur volume air yang ditambahkan pada ruang antarcincin untuk menjaga tinggi muka air pada tiap selang waktu. Catat pada formulir pengukuran kolom 5. d) Catat waktu sejak mulai pengukuran (t = 0) pada formulir pengukuran kolom 2, dan beda waktu antarpengukuran pada kolom 3. Selang waktu ditentukan, umumnya tiap 1 menit pada 10 menit pertama, tiap 2 menit pada menit ke 10 sampai dengan menit ke 30, tiap 5 menit sampai dengan 10 menit pada menit ke 30 sampai dengan menit ke 60. Selanjutnya, tiap 15 menit sampai dengan 30 menit sampai diperoleh laju yang relatif konstan. Selang waktu ditentukan juga berdasarkan laju infiltrasi yang terukur atau berdasarkan pengalaman lapangan pelaksana pengukuran. e) Bagian atas cincin ditutup untuk menghindari penguapan selama selang pengukuran. BSN 2012 5 dari 13

f) Hitung nilai f dari data volume air yang ditambahkan pada cincin infiltrometer tiap selang waktu pengukuran menjadi laju infiltrasi dengan persamaan. é DVc ù f = ê ú 60... (1) ë(a c Dt) û dengan: f adalah laju infiltrasi (cm/jam) DV c adalah volume air yang ditambahkan pada cincin infiltrometer untuk menjaga muka air konstan tiap selang waktu (cm 3 ) A c adalah luas bidang cincin dalam atau bidang antarcincin (cm 2 ) Dt adalah selang waktu pengukuran (menit) g) Catat hasil penghitungan laju infiltrasi dari cincin dalam pada formulir pengukuran kolom 8 dan laju infiltrasi dari ruang antarcincin pada formulir pengukuran kolom 9. h) Plot pada kertas grafik antara t dari formulir pengukuran kolom 2 sebagai sumbu x dan laju infiltrasi dari formulir pengukuran kolom 8 dan kolom 9 sebagai sumbu y. Contoh kurva pengukuran infiltrasi dapat dilihat pada Tabel B.2. 5.5.2 Pengukuran tinggi muka air Pengukuran laju infiltrasi berdasarkan perubahan tinggi muka air mengikuti langkah-langkah berikut. a) Catat posisi waktu pada saat mulai pengukuran pada t = 0, dan isikan pada kolom pertama formulir pengukuran infiltrasi cincin ganda (lihat Tabel B.2). b) Ukur perubahan tinggi muka air pada cincin dalam tiap selang waktu. Catat pada formulir pengukuran kolom ke 6. c) Ukur perubahan tinggi muka air pada ruang antarcincin tiap selang waktu. Catat pada formulir pengukuran kolom 7. d) Setelah perubahan tinggi muka air dicatat, tambahkan air sampai mencapai penanda tinggi muka air. e) Catat waktu sejak mulai pengukuran pada formulir pengukuran kolom 2, dan beda waktu antarpengukuran pada kolom 3. Selang waktu ditentukan, umumnya tiap 1 menit pada 10 menit pertama, tiap 2 menit pada menit ke 10 sampai dengan menit ke 30, tiap 5 menit sampai dengan 10 menit pada menit ke 30 sampai dengan menit ke 60, selanjutnya tiap 15 menit sampai 30 menit sampai diperoleh laju yang relatif konstan. Selang waktu ditentukan juga berdasarkan laju infiltrasi yang terukur atau berdasarkan pengalaman lapangan pelaksana pengukuran. f) Bagian atas cincin ditutup untuk menghindari penguapan selama selang pengukuran. g) Hitung nilai f dari data perubahan tinggi muka air tiap selang waktu pengukuran menjadi laju infiltrasi dengan persamaan. BSN 2012 6 dari 13

édhc ù f = ê 60 t ú... (2) ë D û dengan: f adalah laju infiltrasi (cm/jam), Dh c adalah perubahan tinggi muka air tiap selang waktu (cm), Dt adalah selang waktu pengukuran (menit) h) Catat hasil penghitungan laju infiltrasi dari cincin dalam pada formulir pengukuran kolom 8 dan laju infiltrasi dari ruang antar cincin pada formulir pengukuran kolom 9. i) Untuk mengetahui nilai kapasitas infiltrasi dalam satuan m/s, nilai f yang diperoleh dari persamaan (1) dan (2) dikalikan nilai konversi sebagai berikut. é 1 ù f = ê 36 ú ë û -4 ( m / s) 10 f(cm / jam)... (3) j) Plot pada kertas grafik antara t dari formulir pengukuran kolom 2 sebagai sumbu x dan laju infiltrasi dari formulir pengukuran kolom 8 dan kolom 9 sebagai sumbu y. Contoh kurva pengukuran infiltrasi dapat dilihat pada Tabel B.2 6 Laporan Laporan meliputi: a) lokasi pengukuran; b) tanggal pengukuran, jam mulai dan selesainya pengukuran; c) kondisi cuaca dari mulai sampai dengan selesainya pengukuran; d) nama pelaksana pengukuran; e) uraian tempat pengukuran, antara lain posisi, elevasi, permukaan lahan, penggunaan lahan, kemiringan regional, dan sketsa orientasi; f) luas bidang cincin dalam dan luas bidang antarcincin; g) tinggi muka air dalam cincin; h) catatan pengukuran volume air atau perubahan tinggi muka air tiap selang waktu, laju infiltrasi menurut waktu, diperlihatkan pada Tabel B.2; i) tinggi muka air tanah dan deskripsi tanah jika tersedia; j) plot pada kertas grafik antara laju infiltrasi dengan waktu. BSN 2012 7 dari 13

Tampak samping Tampak samping 5 Lampiran A Gambar Keterangan: 1 adalah pusat cincin 2 adalah penguat cincin dari logam yang dilas Gambar A.1 Keterangan gambar: 1. Cincin dalam 2. Cincin luar 3. Jarum penanda muka air 4. Taraf meter 5. Tabung mariotte berskala 6. Muka tanah Gambar A.2 Tampak 1 3 4 30-60 cm Konstruksi cincin infiltrometer 2 Tampak atas Skema pemasangan infiltrometer cincin ganda 6 5 4 1 2 3 BSN 2012 8 dari 13

Gambar A.3 perbaiki tidak tidak M ulai Tentukan titik pengukuran Periksa peralatan keadaan baik Pasang cincin pemasangan benar pasang jarum tuangkan air sampai ujung jarum t=0 ya ya ukur dan catat perubahan volume atau tinggi muka air Hitung dan plot nilai fc fc konstan ya bandingkan kurva fc cincin dalam dengan kurva fc antar cincin fc dalam < fc antara ya bongkar cincin Selesai tidak pindah titik bongkar cincin Diagram alir pengukuran infiltrasi dengan infiltrometer cincin ganda BSN 2012 9 dari 13

Tabel B.1 Lampiran B Tabel Formulir isian pengukuran infiltrasi dengan infiltrometer cincin ganda No. Titik :. No. Lembar :. Tanggal Pengukuran :. Pelaksana pengukuran : Lokasi : Kondisi lahan :. Penggunaan lahan :. Lain-lain :. (a) Luas bidang cincin dalam = (b) Luas bidang antara =. t Dt DV (cm 3 ) Dh (cm) f c (cm/jam) f c (m/s) Keterangan Jam mnt mnt dalam antara dalam antara dalam antara dalam antara (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)= (9)= (10)= (11)= (12) * * ** ** Keterangan : T = Lamanya waktu sejak dimulai pengukuran (menit) Dt = Beda waktu antara dua pengukuran berurutan(menit) DV = volume air yang ditambahkan tiap Dt (cm 3 ) Dh = tinggi muka air yang meresap (cm) f c = kapasitas infiltrasi * gunakan persamaan 1 atau persamaan 2. ** gunakan persamaan 3. BSN 2012 10 dari 13

Tabel B.2 Contoh hasil pengukuran dengan infiltrometer cincin ganda No. Titik : R-3 BPP No. Lembar : 1 Tanggal Pengukuran : 23 Juni 2003 Pelaksana pengukuran : Wawan Herawan dan Sunarto Lokasi : Komp. Ramayana (dekat no. rumah 86) Balikpapan, Kaltim Kondisi lahan : Punggungan bukit, tanah lempung pasiran, sedikit berbatu Penggunaan lahan : Rumput dan semak Lain-lain : Tanah dalam keadaan basah (21 Juni 2003 hujan) (a) Luas bidang cincin dalam = 706,9 cm 2 (b) Luas bidang antara = 855.0 cm 2 t Dt DV (cm 3 ) Dh (cm) f c (cm/jam) f c (m/s) Keterangan Jam mnt mnt dalam antara dalam antara dalam antara dalam antara (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) * * ** ** 7:00 0 cerah 7:10 10 10 353,5 435,0 0,50 0,51 3,00 3,05 8,33 x 10-6 8,47 x 10-6 7:20 20 10 297,0 356,3 0,42 0,42 2,52 2,50 7,00 x 10-6 6,94 x 10-6 7:30 30 10 268,5 322,0 0,38 0,38 2,28 2,26 6,33 x 10-6 6,28 x 10-6 7:40 40 10 254,5 310,8 0,36 0,36 2,16 2,18 6,00 x 10-6 6,06 x 10-6 7:50 50 10 247,3 299,3 0,35 0,35 2,00 2,10 5,56 x 10-6 5,83 x 10-6 8:00 60 10 223,5 275,0 0,32 0,32 1,90 1,93 5,28 x 10-6 5,36 x 10-6 8:10 70 10 212,0 263,6 0,30 0,31 1,80 1,85 5,00 x 10-6 5,14 x 10-6 8:22 82 12 249,5 311,3 0,35 0,36 1,76 1,82 4,89 x 10-6 5,06 x 10-6 8:30 90 8 164,0 198,3 0,23 0,23 1,74 1,74 4,83 x 10-6 4,83 x 10-6 mendung 8:45 105 15 302,0 263,3 0,43 0,43 1,71 1,70 4,75 x 10-6 4,72 x 10-6 9:00 120 15 297,0 361,3 0,42 0,43 1,68 1,69 4,67 x 10-6 4,69 x 10-6 cerah 9:15 135 15 297,0 359,0 0,42 0,42 1,68 1,68 4,67 x 10-6 4,67 x 10-6 9:30 150 15 295,0 357,0 0,42 0,42 1,67 1,67 4,64 x 10-6 4,64 x 10-6 9:45 165 15 295,0 357,0 0,42 0,42 1,67 1,67 4,64 x 10-6 4,64 x 10-6 10:00 180 15 293,0 357,0 0,41 0,42 1,66 1,67 4,61 x 10-6 4,64 x 10-6 10:30 210 30 585,3 714,0 0,83 0,84 1,66 1,67 4,61 x 10-6 4,64 x 10-6 cerah 11:00 Keterangan : T = Lamanya waktu sejak dimulai pengukuran (menit) Dt = Beda waktu antara dua pengukuran berurutan(menit) DV = volume air yang ditambahkan tiap Dt (cm 3 ) Dh = tinggi muka air yang meresap (cm) f c = kapasitas infiltrasi * gunakan persamaan 1 atau persamaan 2. ** gunakan persamaan 3. BSN 2012 11 dari 13

No. Titik : R-3 BPP No. Lembar : 2 Catatan : f c Cincin dalam Kapasitas infiltrasi mencapai konstan pada nilai f c bidang antara f c = 1.67 cm/jam atau f c = 4.61 x 10-6 m/s Dalam rentang pengukuran menggunakan infiltrometer cincin ganda, nilai kapasitas infiltrasi yang diperoleh sangat rendah, atau dengan kata lain tanah pada titik pengukuran relatif kedap air. BSN 2012 12 dari 13

Bibliografi Kirkby, M.J., 1971, Infiltration, Throughflow, and Overland Flow, Introduction to Physical Hydrology, Chorley, R.J. ed. Methuen & Co Ltd, Bungay Suffolk. Mutreja, K.N., 1986, Applied Hydrology., Tata McGraw-Hill Publishing Company Limited, New Delhi. Seyhan, E., 1995, Dasar-dasar hidrologi, Indonesian edition, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. van Beers, W.F.J., 1972, Soil and Soil Properties, ILRI Publication 16 Vol 1: Drainage Principles and Application, Wageningen the Netherlands. BSN 2012 13 dari 13