STUDI EKSPERIMENTAL SIFAT-SIFAT MEKANIK BETON NORMAL DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI AGREGAT KASAR

dokumen-dokumen yang mirip
PEMANFAATAN LIMBAH KERAMIK SEBAGAI AGREGAT KASAR DALAM ADUKAN BETON

HUBUNGAN KUAT TEKAN BETON DENGAN JEDA WAKTU PENGECORAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMAKAIAN VARIASI BAHAN TAMBAH LARUTAN GULA DAN VARIASI ABU ARANG BRIKET PADA KUAT TEKAN BETON MUTU TINGGI

PENGARUH BAHAN TAMBAHAN PLASTICIZER TERHADAP SLUMP DAN KUAT TEKAN BETON Rika Sylviana

BAB V HASIL PEMBAHASAN

Analisis Pemakaian Abu Vulkanik Gunung Merapi untuk Mengurangi Pemakaian Semen pada Campuran Beton Mutu Kelas II

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH TERAK SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN DAN BERAT JENIS PADA BETON NORMAL

BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang

STUDI KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON DENGAN AGREGAT HALUS COPPER SLAG

III. METODOLOGI PENELITIAN. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Semen yang digunakan pada penelitian ini ialah semen PCC merek

STUDI PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI SEBAGAI PENGISI DALAM PEMBUATAN BETON

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil pengujian, analisis data, dan. pembahasan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Bahan atau Material Penelitian

PEMANFAATAN FOAM AGENT DAN MATERIAL LOKAL DALAM PEMBUATAN BATA RINGAN

STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PENGGUNAAN PASIR DARI BEBERAPA DAERAH TERHADAP KUAT TEKAN BETON. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB 3 LANDASAN TEORI

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

PEMANFAATAN SERBUK KACA SEBAGAI SUBSTITUSI PARSIAL SEMEN PADA CAMPURAN BETON DITINJAU DARI KEKUATAN TEKAN DAN KEKUATAN TARIK BELAH BETON

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan Susun

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

PENGARUH KUAT TEKAN BETON DENGAN PENAMBAHAN SIKAMENT NN

PENGARUH PENAMBAHAN WATERGLASS PADA SIFAT MEKANIK BETON. Oleh: Anita Setyowati Srie Gunarti, Subari, Guntur Alam ABSTRAK

KAJIAN KUAT TEKAN BETON UMUR 90 HARI MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND DAN SEMEN PORTLAND POZOLAND. Oleh: F. Eddy Poerwodihardjo

TINJAUAN KUAT TEKAN, KUAT TARIK BELAH DAN KUAT LENTUR BETON MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR UNTUK PERKERASAN KAKU (RIGID PAVEMENT)

STUDI EKSPERIMEN KUAT TEKAN BETON BERDASARKAN URUTAN PENCAMPURAN MATERIAL PENYUSUN BETON DENGAN ADUKAN MANUAL. Abstract:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

KAJIAN OPTIMASI KUAT TEKAN BETON DENGAN SIMULASI GRADASI UKURAN BUTIR AGREGAT KASAR. Oleh : Garnasih Tunjung Arum

BAB I PENDAHULUAN. dipakai dalam pembangunan. Akibat besarnya penggunaan beton, sementara material

Jurnal Rancang Bangun 3(1)

PEMANFAATAN LUMPUR LAPINDO SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR BETON

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pemeriksaan Bahan

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

TEKNIKA VOL.3 NO.1 APRIL_

DEGRADASI MEKANIK BETON NORMAL PASCA BAKAR

PERKUATAN KOLOM BETON BERTULANG DENGAN GLASS FIBER JACKET UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS BEBAN AKSIAL (034S)

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Glenium ACE %, 0,5%, 1%, 1,5% dan penambahan fly ash 20%,

KUAT TEKAN BETON DENGAN VARIASI AGREGAT YANG BERASAL DARI BEBERAPA TEMPAT DI SULAWESI UTARA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

KAPASITAS LENTUR DAN TARIK BETON SERAT MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH FLY ASH

PENGARUH RECYCLING ASPAL SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT HALUS DAN SERAT BENDRAT PADA KUAT DESAK, PENETRASI DAN PERMEABILITAS BETON

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH UKURAN MAKSIMUM DAN NILAI KEKERASAN AGREGAT KASAR TERHADAP KUAT TEKAN BETON NORMAL

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN KOLOM BETON BERTULANG TERHADAP KUAT TEKAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. Berat Tertahan Komulatif (%) Berat Tertahan (Gram) (%)

TINJAUAN KUALITAS BATAKO DENGAN PEMAKAIAN BAHAN TAMBAH SERBUK HALUS EX COLD MILLING. Naskah Publikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

Berat Tertahan (gram)

STUDI EKSPERIMEN PENGARUH WAKTU PENUANGAN ADUKAN BETON READY MIX KE DALAM FORMWORK TERHADAP MUTU BETON NORMAL

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya dapat diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERENCANAAN PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ALTERNATIF PENGGUNAAN BATU KORAL UNTUK BETON DENGAN KUAT TEKAN fc 30 MPa

TINJAUAN KUAT TEKAN DAN KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG MENGGUNAKAN TRAS JATIYOSO SEBAGAI PENGGANTI PASIR. Naskah Publikasi

BAB III METODE PENELITIAN. dengan abu terbang dan superplasticizer. Variasi abu terbang yang digunakan

PENGARUH VARIASI CAMPURAN SERBUK ALUMINIUM DALAM PEMBUATAN BATA BETON RINGAN DENGAN BAHAN TAMBAH SERBUK GIPSUM NASKAH PUBLIKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. BAB III LANDASAN TEORI Beton Serat Beton Biasa Material Penyusun Beton A. Semen Portland

PENGARUH BENTUK AGREGAT TERHADAP KUAT DESAK BETON NON PASIR. Oleh : Novi Andhi Setyo Purwono & F. Eddy Poerwodihardjo. Intisari

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN

Pengaruh Variasi Jumlah Semen Dengan Faktor Air Yang Sama Terhadap Kuat Tekan Beton Normal. Oleh: Mulyati, ST., MT*, Aprino Maramis** Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENGGUNAAN PECAHAN BOTOL KACA SEBAGAI AGREGAT KASAR PADA CAMPURAN BETON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

4. Gelas ukur kapasitas maksimum 1000 ml dengan merk MC, untuk menakar volume air,

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dibidang konstruksi. Dalam bidang konstruksi, material konstruksi yang paling disukai dan

Vol.17 No.2. Agustus 2015 Jurnal Momentum ISSN : X

PEMANFAATAN FOAM AGENT DAN MATERIAL LOKAL DALAM PEMBUATAN BATA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN. bahan terpenting dalam pembuatan struktur bangunan modern, khususnya dalam

BAB IV METODE PENELITIAN

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

PENGGUNAAN PASIR SILIKA DAN PASIR LAUT SEBAGAI AGREGAT BETON The Use of Sea and Silica Sand for Concrete Aggregate

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu bahan material yang selalu hampir digunakan pada

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BETON RINGAN TEMPURUNG KELAPA. Noviyanthy Handayani Dosen Program Studi Teknik Sipil UM Palangkaraya ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. penyusunnya yang mudah di dapat, dan juga tahan lama. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis yang lebih ringan dari

Transkripsi:

STUDI EKSPERIMENTAL SIFAT-SIFAT MEKANIK BETON NORMAL DENGAN MENGGUNAKAN VARIASI AGREGAT KASAR Mujahidin 1) Antonius 2) Prabowo Setiyawan 3) Email : jayytrii@gmail.com Program Studi Magister Teknik Sipil, Program Pascasarjana, Universitas Islam Sultan Agung Jl. Raya Kaligawe Km.4, Semarang, 50112 1,2,3) ABSTRAK Beton terdiri dari 4 komponen dasar pembentuk beton yaitu campuran antara semen, agregat kasar, agregat halus dan air. Untuk mengetahui dan mempelajari perilaku masing-masing bahan penyusun beton tersebut memerlukan pengetahuan bagaimana karakteristik bahan yang akan dibuat sebagai penyusun beton tersebut. Dalam penelitian ini ingin mengetahui sifat-sifat mekanik beton normal dengan menggunakan mix design beberapa jenis agregat kasar. Analisis data yang kami gunakan adalah analisa data secara kualitatif yaitu dengan menginterpretasi tabel-tabel, grafik-grafik, atau angka-angka yang ada kemudian melakukan uraian dan penafsiran. Dalam penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 108 dengan menggunakan mutu beton K-250, dibuat 2 kelompok dan 5 jenis mix design sehingga dari hasil pengelompokkan tersebut dapat dengan mudah dibuat analsis hasilnya. Dari hasil penelitian benda uji beton mutu K-250 dapat disimpulkan bahwa agregat kasar yang ukuran gradasinya 1-2 mempunyai sifat-sifat mekanik yang hasil yang lebih baik daripada agregat kasar yang ukuran gradasinya 2-3 baik pada kuat tekan beton, modulus of rupture dan modulus elastisitas. Hasil benda uji beton berdasarkan sifat-sifat mekanik beton dapat disimpulkan bahwa: Sampel F (25% kricak manual + 75% kricak pecah mesin) dengan agregat kasar ukuran 1-2 menghasilkan kuat tekan beton paling tinggi sebesar 276,66 Kg/cm 2 dari standar rencana beton yang dibuat K. 250 Kg/cm 2. Sampel F (25% kricak manual + 75% kricak pecah mesin) dengan agregat kasar ukuran 1-2 menghasilkan modulus of rupture paling tinggi sebesar 15,91 Kg/cm 2. Sampel F (25% kricak manual + 75% kricak pecah mesin) dengan agregat kasar ukuran 1-2 menghasilkan modulus elastisitas paling tinggi sebesar 15.944,80 Mpa. Kata kunci: Beton, benda uji, sifat-sifat mekanik beton normal 320

1. PENDAHULUAN Beton terdiri dari 4 (empat) komponen dasar pembentuk beton yaitu campuran antara semen, agregat kasar (kerikil/split), agregat halus (pasir) dan air. Bisa juga ditambahkan dengan additive sebagai bahan tambahan yang berupa cairan kimia.. Bahan bahan tersebut dicampur dengan perbandingan tertentu dan kemudian diaduk sampai kental, setelah itu dituangkan dalam cetakan sesuai keperluan, selanjutnya campuran beton tersebut dibiarkan mengering dan mengeras seperti batu untuk mendapatkan kekuatan sesuai yang telah di rencanakan dengan campuran yang telah ditentukan. Agregat kasar biasanya mempunyai ukuran 5-70 mm. Agregat kasar dibedakan atas 2 (dua) macam, yaitu kerikil (dari batuan alam) dan kricak (dari batuan alam yang dipecah). Menurut asalnya krikil dapat dibedakan atas; krikil galian, krikil sungai dan krikil pantai. Krikil galian biasanya mengandung zat-zat seperti tanah liat, debu, pasir dan zat-zat organik. Krikil sungai dan krikil pantai biasanya bebas dari zat-zat yang tercampur, permukaannya licin dan bentuknya lebih bulat. Butir-butir krikil alam yang kasar akan menjamin pengikatan adukan lebih baik. Batu pecah (kricak) adalah agregat kasar yang diperoleh dari batu alam yang dipecah. Pemecahan batu biasanya dilakukan dengan mesin pemecah batu (Jaw breaker/ crusher) atau dengan pemecah manual atau konvensional. Kabupaten Tegal merupakan salah satu daerah yang banyak menghasilkan bahan-bahan untuk campuran beton, terutama batubatuan krikil karena secara geografis kabupaten Tegal terletak disebelah barat gunung Slamet. Kabupaten Tegal juga banyak pegunungan-pegunungan kecil yang mengandung batuan serta mempunyai sungai yang cukup luas sebagai penghasil pasir dan batu kali. Oleh karena itu, kami bermaksud mengadakan penelitian untuk mengetahui kualitas sifatsifat mekanik beton dengan menggunakan jenis-jenis agregat kasar baik itu kerikil, kricak pecah manual dan kricak pecah mesin yang ada di Kabupaten Tegal dengan Judul Studi Eksperimental Sifat-Sifat Mekanik Beton Normal Dengan Menggunakan Variasi Agregat Kasar. 2. BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah semen, pasir, kerikil, dan air, yang memenuhi standar sesuai yang telah lazim didalam bidang ilmu tekni sipil. Untuk mengetahui pemenuhan standar dilakukan test dengan menggunakan alat yang terdapat di Laboratorium Teknik Sipil Universitas Semarang, dengan mengikuti prosedur pemeriksaan, serta kriteria menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) dan American Standard for Testing Materials (ASTM) yang terkait pada: pengujian pasir, pengujian kerikil, pengujian adonan beton, dan pengujian benda uji kuat tekan beton, modulus of rupture dan modulus elastisitas. Variasi agregat kasar yang kami gunakan dalam penelitian ini adalah agregat kasar jenis kerikil, kricak pecah manual dan kricak pecah mesin yang didatangkan dari Kabupaten Tegal. Metoda penelitian yang dilaksanakan adalah metoda eksperimen. Pengujian yang dilakukan terhadap agregat halus adalah pengujian kadar air, kadar lumpur, analisa saringan, berat jenis (bulk specific gravity), peresapan (water absorption), berat isi. 321

Sedangkan terhadap agregat kasar pengujian yang dilakukan adalah pengujian kadar air, kadar lumpur, analisa saringan, berat jenis, peresapan dan berat isi. Langkah selanjutnya adalah pembuatan adonan beton yang dibuat dengan menggunakan bahan semen dan agregat yang telah diuji diatas. Untuk bahan semen tidak dilakukan pengujian khusus. Pencetak benda uji beton yang berbentuk silinder diameter 150 cm, tinggi 300 cm dan pencetak benda uji beton yang berbentuk kotak atau balok ukuran 150 x 150 x 600 mm. Benda uji yang di buat dalam penelitian ini adalah sebanyak 108 dengan menggunakan mutu beton K-250. Rincian rencana campuran beton (mix design) uji beton ini sebagai berikut pada tabel 2.2: Keterangan: A = 50% Kerikil + 50% Kricak pecah manual B = 25% Kerikil + 75% Kricak pecah manual C = 50% Kerikil + 50% Kricak pecah mesin D = 25% Kerikil + 75% Kricak pecah mesin E = 50% Kricak pecah manual + 50% Kricak pecah mesin F = 25% Kricak pecah manual + 75% Kricak pecah mesin 1 HASIL PENELITIAN a. Uji Kuat Tekan Beton Tabel 2.1. Jenis Pengujian dan Bentuk Benda Uji Benda Uji Jenis Pengujian Bentuk Ukuran a. Agregat Kasar Ukuran 1-2 Umur beton Kuat tekan (fc") Silinder 15 x 30 7 dan 14 hari Modulus of rupture Balok 15 x 15 x 60 7 dan 14 hari Modulus elastisitas Silinder 15 x 30 7 dan 14 hari b. Agregat Kasar Ukuran 2-3 Kuat tekan beton (fc") Silinder 15 x 30 7 dan 14 hari Modulus of rupture Balok 15 x 15 x 60 7 dan 14 hari Modulus elastisitas Silinder 15 x 30 7 dan 14 hari Tabel 2.2. : Mix Design Penelitian Jenis Pengujian Jenis Mix Design A B C D E F Jumlah a. Agregat Kasar Ukuran 1-2 Kuat tekan (fc") 3 3 3 3 3 3 18 Modulus of rupture 3 3 3 3 3 3 18 Modulus elastisitas 3 3 3 3 3 3 18 b. Agregat Kasar Ukuran 2-3 Kuat tekan (fc") 3 3 3 3 3 3 18 Modulus of rupture 3 3 3 3 3 3 18 Modulus elastisitas 3 3 3 3 3 3 18 Total 108 322

Kuat Tekan 300 280 260 240 220 200 Grafik Kuat Tekan Perbandingan Agregat Kasar Ukuran 1-2 dan Ukuran 2-3 254.13 270.22 273.44 238.05 238.05 238.05 244.27 241.27 231.62 231.47 A(1/2) A(2/3) B(1/2) B(2/3) C(1/2) C(2/3) D(1/2) D(2/3) 273.22 276.66 E(1/2) E(2/3) F(1/2) F(2/3) Ukuran 1-2 Gambar 3.1. Perbandingan Pengujian Hasil Kuat Tekan Beton antara Agregat Kasar ukuran 1-2 dan 2-3. Dari gambar 3.1.diatas dapat diketahui bahwa agregat kasar ukuran gradasinya 1-2 mempunyai hasil yang lebih baik daripada agregat kasar ukuran gradasinya 2-3. Hasil uji kuat tekan beton dengan ukuran silinder 15x30 cm, dimana pada ukuran agregat 1-2 dengan type F benda uji silinder nomor 3 dengan nilai tertinggi 276,66 Kg/cm2 dan ukuran agregat 2-3 dengan nilai tertinggi 273,44 pada type F benda uji silinder nomor 2. b. Modulus of Rupture Berdasarkan hasil pengujian modulus of rupture, terlihat bahwa dengan penambahan persentase agregat kasar batu pecah mesin berpengaruh terhadap nilai modulus of rupture. Peningkatan nilai modulus of rupture paling tinggi terjadi pada sampel F dengan gradasi 1-2 yaitu sebesar 1,56 ft Mpa atau 15,91 Kg/cm2. Peningkatan ini terjadi akibat batu pecah mesin rekatan yang baik dengan beton. Modulus of Rupture 2 1.5 1 0.5 0 Grafik Perbandingan Modulus of Rupture Agregat Kasar ukuran 1-2 dan ukuran 2-3 A (1/2) A(2/3) 1.25 1.30 1.37 0.99 0.94 1.01 0.99 1.11 1.13 1.25 B (1/2) B(2/3) C (1/2) C(2/3) D (1/2) D(2/3) E (1/2) F (1/2) E(2/3) F(2/3) Gambar 3.2. Perbandingan hasil Pengujian modulus of rupture antara agregat kasar ukuran 1-2 dan ukuran 2-3 Dari gambar atau grafik diatas dapat diketahui bahwa agregat kasar ukuran gradasinya 1-2 mempunyai hasil yang lebih baik daripada agregat kasar ukuran gradasinya 2-3. Hasil uji modulus of rupture, dimana pada ukuran agregat 1-2 dengan type F benda uji balok 15x15x60 cm dengan nilai tertinggi 15,91 Kg/cm2 dibanding ukuran agregat 2-3 dengan nilai tertinggi 14,48 pada type F. 1.51 1.39 Ukuran 1-2 Ukuran 2-3 323

c. Modulus Elastisitas Modulus elastisitas 20000 15000 10000 5000 0 Grafik Perbandingan Modulus Elastisitas Antara Agergat Kasar ukuran 1-2 dan ukuran 2-3 A(1/2) A(2/3) 15944,80 14566.8514842.44 10826.71 10104.93 11942.1913123.2914304.38 10761.0911312.2711942.1912808.33 B(1/2) B(2/3) C(1/2) C(2/3) D(1/2) D(2/3) E(1/2) E(2/3) F(1/2) F(2/3) Ukuran 1-2 Ukuran 2-3 Gambar 4.15. Perbandingan Hasil Pengujian modulus elastisitas antara agregat kasar ukuran 1-2 dan ukuran 2-3 Dari grafik modulus elastisitas dengan variasi agregat kasar batu pecah manual dan variasi agregat kasar batu pecah mesin menunjukan adanya peningkatan modulus elastisitas. Modulus elastisitas beton normal sangat dipengaruhi jenis agregat kasar yang digunakan.pada campurannya. Apabila batu pecah mesin yang ada pada beton bercampur merata. modulus elastisitas yang terbesar yaitu pada sampel F agregat kasar ukuran 1-2 sebesar 15.944,80 Mpa. 2 KESIMPULAN Kesimpulan dari penelitian ini sebagai berikut : Jenis agregat kasar yang paling tinggi mempengaruhi kuat tekan beton normal adalah pada sampel F (25% kricak manual + 75% kricak pecah mesin) dengan agregat kasar ukuran 1-2 yang menghasilkan kuat tekan beton paling tinggi sebesar 276,66 Kg/cm 2 dari standar rencana beton yang dibuat K. 250 Kg/cm 2. Jenis agregat kasar yang paling tinggi mempengaruhi modulus of rupture adalah pada sampel F (25% kricak manual + 75% kricak pecah mesin) dengan agregat kasar ukuran 1-2 yang menghasilkan modulus of rupture paling tinggi sebesar 15,91 Kg/cm 2. Jenis agregat kasar yang paling tinggi mempengaruhi modulus elastisitas adalah pada sampel F (25% kricak manual + 75% kricak pecah mesin) dengan agregat kasar ukuran 1-2 yang menghasilkan modulus elastisitas paling tinggi sebesar 15.944,80 Mpa. Selain itu dapat disimpulkan bahwa agregat kasar yang ukuran gradasinya 1-2 mempunyai hasil yang lebih baik daripada agregat kasar yang ukuran gradasinya 2-3 baik pada kuat tekan beton, modulus of rupture dan modulus elastisitas. 324

3 DAFTAR PUSTAKA Setiawan, Agus. (2012) Perancangan Struktur Beton Bertulang. (Jakarta : Erlangga). Wang, C.K., Salmon, C.G. (1993) Desain Beton Bertulang. (Jakarta : Erlangga). Nawy, E.G. (1990) Beton Bertulang Suatu Pendekatan Dasar. ((Bandung : PT. ERESCO). Purnawan, G. dkk. (2014) Studi Kuat Tekan, Kuat Tarik Belah, dan Modulus Elastisitas Beton Ringan Teknologi Foam Dengan Bahan Tambah Serat Polyester. (Surakarta : Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL). Dipohusodo, I. (1996) Struktur Beton Bertulang. (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama). Jurnal Teknik Sipil dan Perencanaan, Volume IV, Nomor 1, Januari 2002. Kusuma, G. (1994) Pedoman Pengerjaan Beton. (Jakarta : Erlangga). Mordock, I. J.K.M. Brook. (1986) Bahan dan Praktek Beton. (Jakarta : Erlangga). Nugraha, Paul dan Antoni. (2007) Teknologi Beton. (Yogyakarta: Andi offset). Ritonga, S.M. (1986) Bahan Bangunan. (Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum, LPMB). Tjokrodimuljo, K. (1996) Teknologi Beton. (Yogyakarta : PT. Nafiri). Tjokrodimulyo, K. (2004) Teknologi Beton. (Yogyakarta : Jurusan Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada) Sawekto, W. Rahmadiyanto, C. (2001) Teknologi Beton. (Yogyakarta : Kanisius) Hadi, Sutrisno. (2015) Statistik. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar) 325