BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasar Modal didefinisikan sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (atau sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta (Husnan, 2006: 3). Pasar modal berfungsi sebagai lembaga perantara (intermediaries). Fungsi ini menunjukkan peran penting pasar modal dalam menunjang perekonomian karena pasar modal dapat menghubungkan pihak yang membutuhkan dana dengan pihak yang mempunyai kelebihan dana (Tandelilin, 2010: 26). Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, pasar modal Indonesia diakui mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Salah satu peran pasar modal dalam pembangunan ekonomi nasional adalah sebagai sumber pembiayaan eksternal bagi perusahaan. Perusahaan yang membutuhkan dana dapat menjual surat berharganya di pasar modal (Hartono, 2014: 33). Salah satu jenis sekuritas yang diperjualbelikan di pasar modal adalah saham. Saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan. Pemegang saham selanjutnya secara periodik akan mendapatkan hak pembagian keuntungan, yaitu dividen. Pengumuman dividen mengandung suatu informasi yang berguna bagi kepentingan para pemegang saham. Informasi merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam perdagangan 1
di pasar modal. Suatu informasi yang dianggap penting dan relevan dapat membuat pasar bereaksi yang pada umumnya akan ditunjukkan dengan perubahan harga sekuritas di pasar modal. Hubungan antara harga sekuritas dan informasi merupakan kunci utama untuk mengukur pasar yang efisien (Hartono, 2014: 586). Kebijakan dividen menjadi subjek penting dalam keuangan perusahaan karena dividen adalah pengeluaran kas utama bagi banyak perusahaan (Ross et al, 2007: 425). Sebuah perusahaan tentu ingin memberikan tingkat pengembalian sebanyak yang mereka bisa kepada para pemegang saham, yaitu dengan pembayaran dividen. Kebijakan dividen berkaitan dengan penggunaan laba perusahaan. Kebijakan ini mengacu pada dua hal, yaitu apakah laba perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan sebagai laba ditahan guna untuk pembiayaan investasi di masa mendatang. Berdasarkan pernyataan tersebut, dividen menjadi suatu hal yang harus dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan. Menurut Lintner (1956), manajer akan melakukan pembayaran dividen ketika mereka yakin bahwa laba perusahaan stabil. Kebijakan dividen berpengaruh terhadap aliran dana, struktur finansial, likuiditas perusahaan dan perilaku pemegang saham. Para pemegang saham akan memberikan reaksi yang beragam atas pengumuman dividen yang dilakukan oleh emiten karena masing-masing pemegang saham memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Pemegang saham dapat memberikan respon yang positif 2
maupun negatif atas pengumuman dividen tergantung pada pertimbangan mereka. Setiap negara memiliki ketentuan mengenai prosedur pembagian dividen oleh suatu perusahaan. Umumnya, pengumuman pembagian dividen oleh perusahaan-perusahaan di Amerika diputuskan oleh dewan direksi (Brealey dan Myers, 2003: 425). Pengumuman dividen tersebut akan memberikan suatu efek kejutan bagi para pemegang saham dan mengundang pasar untuk bereaksi. Ketentuan ini berbeda dengan prosedur pembagian dividen di Indonesia. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas Pasal 71 ayat (1) yang menyatakan bahwa: Berdasarkan keputusan RUPS dapat ditetapkan sebagian atau seluruh laba bersih digunakan untuk pembagian dividen kepada pemegang saham, cadangan, dan/atau pembagian lain seperti tansiem (tantieme) untuk anggota Direksi dan Dewan Komisaris, serta bonus untuk karyawan. Pernyataan Undang-Undang tersebut dengan jelas memaparkan bahwa pembagian dividen di Indonesia ditentukan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Setiap pemegang saham memiliki suara sesuai dengan saham yang dimiliki. Hal ini menunjukkan bahwa pengumuman dividen di Indonesia tidak memiliki surprise (kejutan) yang banyak sehingga reaksi pasar di Indonesia tidak sekuat di Amerika. Pengambilan keputusan dividen melalui RUPS diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih banyak kepada pemegang saham sebagai pemodal tentang penggunaan laba perusahaan. Oleh sebab itu, apabila perusahaan mengumumkan perubahan dividen dikarenakan adanya peningkatan investasi yang menguntungkan, 3
diharapkan akan mempengaruhi ekspektasi pemegang saham sebagai pemodal. Dengan demikian, pengumuman kenaikan dan penurunan dividen di Indonesia diharapkan dapat mendukung Teori Dividen Residual (Rasyad, 2016). Menurut Signaling Theory yang dikembangkan oleh Bhattacharya (1979), informasi yang terkandung dalam pengumuman dividen sangat berarti bagi pemegang saham sehingga dapat mempengaruhi return saham. Pengumuman dividen dapat dikatakan sebagai suatu sinyal mengenai prospek perusahaan yang bersangkutan di masa mendatang. Pengumuman kenaikan dividen oleh suatu perusahaan akan mengundang reaksi positif dari para pemegang saham. Hal ini menjadi suatu good news bagi para pemegang saham karena merupakan ciri bahwa prospek perusahaan baik di masa mendatang. Sebaliknya, pengumuman penurunan dividen menjadi suatu bad news bagi para pemegang saham. Hal ini menjadi suatu ciri bahwa prospek perusahaan tidak begitu baik di masa mendatang dan oleh karena itu, pemegang saham akan memberikan reaksi negatif. Pengumuman dividen tidak hanya bisa dikaitkan dengan prospek perusahaan namun bisa dikaitkan dengan kesempatan investasi yang dimiliki oleh perusahaan yang bersangkutan. Hal ini sesuai dengan Residual Theory, yaitu teori yang mengeksplorasi hubungan penting antara investasi perusahaan dan kebijakan pembayaran dividennya (Ghosh dan Wooldridge, 1989). Weston dan Brigham (1979) menyatakan teori residual dari kebijakan pembayaran dividen menyiratkan bahwa dividen akan dibayarkan setelah 4
peluang investasi internal yang telah habis. Apabila terdapat kelebihan dana setelah semua investasi yang dapat menambah nilai pasar perusahaan telah diterima, maka dengan kelebihan dana tersebutlah baru perusahaan akan membayarkan dividen. Secara sederhana, teori ini menjelaskan bahwa perusahaan dengan peluang investasi yang baik sekarang dan di masa mendatang akan menggunakan sebagian besar dari pendapatan yang mereka peroleh untuk suatu bisnis atau meminjam di pasar modal dalam rangka mempertahankan struktur modal yang optimal. Oleh karena pendapatan perusahaan digunakan untuk kegiatan investasi, maka dividen yang dibayarkan relatif sedikit karena merupakan sebagian kecil dari pendapatan perusahaan. Di sisi lain, perusahaan yang tidak memiliki kesempatan investasi di masa mendatang akan membayarkan dividen dengan jumlah yang relatif besar (Langsen, 1988). Apabila dikaitkan dengan Residual Theory, maka pengumuman pembagian dividen yang relatif kecil justru akan membuat pasar bereaksi positif. Hal ini menandakan bahwa perusahaan memiliki kesempatan investasi di masa mendatang. Sebaliknya, apabila perusahaan mengumumkan untuk membagikan dividen dalam jumlah yang relatif besar, pemegang saham akan beranggapan bahwa perusahaan tidak memiliki kesempatan investasi di masa mendatang dan akan memberikan reaksi negatif. Beberapa penelitian menunjukkan hasil yang sesuai dengan teori ini, diantaranya adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Sularso (2003), yaitu harga saham bereaksi negatif terhadap informasi pengumuman dividen naik dan 5
sebaliknya harga saham bereaksi positif terhadap informasi pengumuman dividen turun. Higgins (1972) menemukan bahwa dividen bervariasi positif dengan pendapatan tetapi negatif dengan investasi. Dhrymez dan Kurtz (1967) menemukan bahwa keinginan perusahaan untuk mempertahankan dividen yang stabil dapat menghambat investasi dengan mengurangi dana internal yang tersedia untuk belanja modal. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan investasi memiliki pengaruh atas dividen. Investasi yang besar akan mengurangi jumlah pembayaran dividen (Elston, 1996). Hal ini menjadi sangat menarik karena dividen tidak hanya berperan sebagai sinyal prospek perusahaan, namun juga sebagai akibat tersedianya kesempatan investasi perusahaan di masa mendatang dan membuat pemegang saham memberikan reaksi yang berbeda-beda. Merupakan suatu hal yang penting bagaimana pasar bereaksi terhadap suatu informasi untuk mencapai harga keseimbangan yang baru. Apabila pasar bereaksi dengan cepat dan akurat untuk mencapai harga keseimbangan yang baru yang sepenuhnya mencerminkan informasi yang tersedia, maka kondisi pasar ini dikatakan pasar yang efisien. Menurut Fama (1970) suatu pasar sekuritas dikatakan efisien jika harga sekuritas mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia. Pengumuman dividen dianggap memiliki kandungan informasi apabila pasar bereaksi pada saat pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Menurut Hartono (2014: 624) reaksi pasar ditunjukkan dengan perubahan harga atau dengan menggunakan return sebagai nilai perubahan 6
harga atau dengan menggunakan abnormal return. Jika menggunakan abnormal return, maka suatu pengumuman yang memiliki kandungan informasi akan memberikan abnormal return, sebaliknya jika tidak mengandung informasi tidak akan memberikan abnormal return. Penelitian mengenai kandungan informasi dividen sudah banyak dilakukan, namun penelitian-penelitian tersebut menunjukkan hasil yang tidak konsisten. Penelitian yang dilakukan oleh Vieira (2011) menemukan bahwa terjadi reaksi harga saham positif terhadap peningkatan dividen di Pasar UK dan reaksi harga saham negatif terhadap penurunan dividen di pasar Prancis. Mirdah dan Solikhin (2009) juga menguji kandungan informasi dari pengumuman dividen. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa selama periode peristiwa terjadi abnormal return positif dan negatif artinya pengumuman dividen mengandung informasi bagi pemegang saham yang ditunjukkan dengan adanya abnormal return yang signifikan pada periode jendela. Hasil penelitian yang serupa dinyatakan oleh Al-Shattarat et al. (2012), bahwa pasar bereaksi positif terhadap pengumuman kenaikan dividen. Abnormal return positif ditunjukkan terhadap pengumuman kenaikan dividen merupakan hasil penelitian Faloye dan Oluwole (2014). Best dan Best (2001) menyatakan bahwa pasar memberikan reaksi positif terhadap pengumuman kenaikan dividen dan reaksi negatif terhadap pengumuman penurunan dividen. Banyak penelitian yang telah membuktikan bahwa pengumuman dividen memiliki kandungan informasi yang membuat pemegang saham 7
bereaksi. Di sisi lain, terdapat beberapa penelitian yang menguji kandungan informasi dividen, namun menemukan hasil bahwa dividen tidak mengandung informasi bagi pemegang saham sehingga pasar tidak bereaksi secara signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni dan Sukartha (2013) menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat reaksi pasar positif pada perusahaan yang membagikan dividen meningkat dan tidak terdapat reaksi pasar negatif pada perusahaan yang membagikan dividen menurun. Penelitian serupa yang dilakukan oleh Amah dan Nuraina (2012) dimana penelitian ini menguji pengaruh pengumuman dividen terhadap reaksi pasar dan memperoleh hasil bahwa pengumuman dividen tidak memiliki pengaruh terhadap return saham. Peningkatan pembayaran dividen bisa disebabkan karena manajemen percaya bahwa ditahun-tahun depan profitabilitas perusahaan akan membaik sehingga pasar merespon positif (signaling theory). Tetapi peningkatan pembayaran dividen juga bisa disebabkan karena perusahaan tidak mempunyai kesempatan investasi yang menguntungkan sehingga pasar merespon negatif (residual theory). Apabila sampel penelitian yang dipilih terdiri dari dua kelompok tersebut, maka hasil rata-rata abnormal return bisa cenderung mendekati nol, sehingga tidak signifikan. Argumentasi yang sama berlaku untuk penurunan pembayaran dividen. Karena di Indonesia keputusan dividen diambil oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), maka teori signaling mungkin tidak kuat pengaruhnya. Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, peneliti bermaksud untuk menguji kembali 8
mengenai reaksi pasar terhadap pengumuman dividen. Penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Wahyuni dan Sukartha (2013) yang menunjukkan hasil bahwa tidak terdapat reaksi pasar positif (negatif) pada perusahaan yang membagikan dividen meningkat (menurun) dengan memperbaiki kriteria pemilihan sampel dan menekankan pada pengujian teori residual. 1.2 Rumusan Masalah Melihat karakteristik keputusan pembagian dividen di Indonesia yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), artinya keputusan untuk membagikan dividen adalah keputusan para pemegang saham itu sendiri. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini menguji residual theory, Sesuai dengan residual teori, keputusan pembagian dividen merupakan akibat dari ketersediaan kesempatan investasi di masa mendatang. Apabila perusahaan mengumumkan kenaikan dividen, berarti perusahaan tidak memiliki kesempatan investasi di tahun depan dan pasar akan memberikan reaksi yang negatif. Apabila perusahaan mengumumkan penurunan dividen, hal ini justru akan direspon positif oleh pasar. Karena hal itu berarti perusahaan memiliki kesempatan investasi di masa mendatang. 1.3 Pertanyaan Penelitian 1. Apakah pasar bereaksi negatif terhadap pengumuman kenaikan dividen? 2. Apakah pasar bereaksi positif terhadap pengumuman penurunan dividen? 9
1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk menguji reaksi pasar terhadap pengumuman kenaikan dividen. 2. Untuk menguji reaksi pasar terhadap pengumuman penurunan dividen. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Bagi akademisi, hasil penelitian ini dapat memperkaya penelitian studi peristiwa mengenai reaksi pasar terhadap pengumuman dividen. 2. Bagi emiten, hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan berkaitan dengan kebijakan dividen yang dilakukan. 3. Bagi pemegang saham, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan investasi, khususnya saham dengan melihat fundamental perusahaan melalui perubahan pengumuman dividen. 1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Penelitian 1. Peristiwa yang menjadi fokus penelitian ini adalah peristiwa internal ekonomi, yaitu pengumuman dividen yang dilakukan oleh beberapa emiten pada periode tertentu dan tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). 2. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan pengumuman dividen selama periode pengamatan, yaitu tahun 2013-2014. Pemilihan sampel tersebut menggunakan metode purposive sampling, yaitu sampel yang dipilih secara cermat sesuai rancangan penelitian dengan dasar pertimbangan dan kriteria tertentu. 10
3. Faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham seperti bunga simpanan (bebas risiko), pajak dan kondisi perekonomian serta faktorfaktor lain diabaikan. 1.7 Sistematika Penulisan Hasil penelitian ini akan dilaporkan dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Dalam bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan batasan penelitian serta sistematika penulisan. Bab II Landasan Teori Dalam bab ini akan dibahas serangkaian teori-teori dasar dan tinjauan pustaka, diantaranya mengenai Pasar Modal yang Efisien, Studi Peristiwa, Abnormal return, Teori Kebijakan Dividen, Residual Theory serta membahas studi-studi terdahulu dan hipotesis. Bab III Metode Penelitian Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pendekatan penelitian, populasi dan sampel, definisi operasional variabel, pengumpulan dan pengolahan data serta langkah-langkah pengolahan data. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Dalam bab ini akan dibahas mengenai hasil analisis data dan pembahasan reaksi pasar terhadap pengumuman kenaikan dan penurunan dividen 11
Bab V Simpulan dan Saran Bagian ini merupakan bagian terakhir dalam laporan hasil penelitian yang berisi kesimpulan, implikasi teoritis dan implikasi manajerial, keterbatasan penelitian dan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya dan untuk pengembangan pasar modal di Indonesia. 12