PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki.

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

BAB III LANDASAN TEORI Penentuan Fasilitas Penyeberangan Tidak Sebidang

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

Spesifikasi geometri teluk bus

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB II KERANGKA TEORITIS. NO.: 011/T/Bt/1995 Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Spesifikasi bukaan pemisah jalur

Persyaratan Teknis jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

Perencanaan Geometrik Jalan

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

PERSYARATAN TEKNIS JALAN UNTUK RUAS JALAN DALAM SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER < < <

BAB III LANDASAN TEORI. diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2014 Tentang Angkutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Spesifikasi kereb beton untuk jalan

TATA CARA PERENCANAAN FASILITAS PEJALAN KAKI DI KAWASAN PERKOTAAN

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari :

Spesifikasi blok pemandu pada jalur pejalan kaki

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.4 Uji Laik Fungsi Jalan Teknis Geometrik Jalan Teknis Struktur Perkerasan Jalan Teknis Struktur Bangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Outline. Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri simpang

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN TUGAS AKHIR I - 1. D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

Kresnanto NC Janabadra

PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Konversi Satuan Mobil Penumpang

TATA CARA PERENCANAAN PEMISAH NO. 014/T/BNKT/1990

GAMBAR KONSTRUKSI JALAN

Perancangan Fasilitas Pejalan Kaki Pada Ruas Jalan Cihampelas Sta Sta Kota Bandung Untuk Masa Pelayanan Tahun 2017 BAB I PENDAHULUAN

Penempatan marka jalan

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN BERKESELAMATAN

Terdapat 3 (tiga) metode dalam memarkir kendaraan, diantaranya adalah:

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melewati suatu ruas jalan berhenti dalam waktu yang singkat maupun lama. Kemacetan

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

HASIL MONITORING DAN EVALUASI KONDISI JALAN KOTA DI KOTA PEKANBARU

BAB III METODELOGI PENELITIAN

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

TATA CARA PERENCANAAN PENGHENTIAN BUS NO. 015/T/BNKT/1990

yang mempunyai panjang kelandaian lebih dari 250 m yang sering dilalui kendaraan berat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 4 (Empat)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JALUR PEJALAN KAKI / PEDESTRIAN PADA JALAN UMUM

D4 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perhubungan Darat : SK.43/AJ 007/DRJD/97).

BAB III LANDASAN TEORI

Iin Irawati 1 dan Supoyo 2. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Semarang, Jl. Soekarno Hatta Tlogosari Semarang

PERANCANGAN GEOMETRIK JALAN MENGGUNAKAN SOFTWARE AUTODESK LAND DESKTOP 2006 Veronica Dwiandari S. NRP:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

ANALISIS LAIK FUNGSI JALAN ARTERI DI KOTA MAKASSAR. Kata kunci : transportasi, laik fungsi, standar teknis.

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

UU NO. 38 TAHU UN 2004 & PP No. 34 TA AHUN 2006 TENTANG JALAN DIREKTORAT BINA TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

PENATAAN ULANG TROTOAR TERHADAP KENYAMANAN PEJALAN KAKI (Studi Kasus Penggal Jalan Babarsari, Sleman, Yogyakarta)

REKOMENDASI HASIL UJI dan EVALUASI LAIK FUNGSI JALAN NASIONAL

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN IR. H. JUANDA, BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DIVISI 4 PELEBARAN PERKERASAN DAN BAHU JALAN SEKSI 4.1 PELEBARAN PERKERASAN UMUM PERSYARATAN

BAB III METODOLOGI Lokasi Studi

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

2 c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman Perencanaan, Pen

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 19/PRT/M/2011 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN

BAB III METODA PENELITIAN

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Iswanto (2006), Pedestrian berasal dari bahasa Yunani, dimana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Pd T Perambuan sementara untuk pekerjaan jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jalan. Ketika berkendara di dalam kota, orang dapat melihat bahwa kebanyakan

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

Transkripsi:

PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Trotoar DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN 1-27

Daftar Isi Daftar Isi Daftar Tabel Daftar Gambar Prakata 1. Ruang Lingkup...5 2. Acuan Normatif...5 3. Istilah Dan Definisi...5 4. Ketentuan...7 4.1 Ketentuan Umum...7 4.1.1 Fungsi Trotoar...7 4.2 Ketentuan Teknis...7 4.2.1 Keperluan Trotoar...7 4.2.2 Penempatan Trotoar...7 4.2.3 Dimensi Trotoar...8 4.2.4 Perlengkapan Trotoar...9 4.2.5 Tipe Trotoar...10 4.2.6 Konstruksi Trotoar...14 4.2.7 Kemiringan Memanjang dan Melintang...16 4.2.8 Permukaan Trotoar...17 4.2.9 Pelandaian Trotoar...20 5. Prosedur Perencanaan...25 Lampiran A. (informatif) Daftar Nama dan Lembaga 1-27

Daftar Tabel Tabel 1 Nilai N...8 Tabel 2 Lebar Trotoar sesuai penggunaan lahan disekitarnya...8 2-27

Daftar Gambar Gambar 1 Ruang Bebas Trotoar...9 Gambar 2 Potongan melintang Trotoar pada Rumija yang cukup lebar...10 Gambar 3 Trotoar pada Rumija yang dibatasi Lereng...11 Gambar 4 Trotoar pada Rumija yang dibatasi Sandaran Jembatan...11 Gambar 5 Trotoar dengan Rumija dibatasi bangunan/pertokoan...12 Gambar 6 Trotoar di dalam Terowongan...12 Gambar 7 Trotoar di depan tempat Pemberhentian Bis/Angkot...13 Gambar 8 Trotoar di belakang tempat Pemberhentian Bis/Angkot...13 Gambar 9 Konstruksi Trotoar Blok Terkunci...14 Gambar 10 Konstruksi Trotoar Beton...14 Gambar 11 Konstruksi Trotoar Permukaan Aspal...15 Gambar 12 Kemiringan Memanjang Trotoar dan Penyediaan Landasan Rata...16 Gambar 13 Tekstur Bulat Ubin Peringatan...17 Gambar 14 Tekstur Garis Ubin Pengarah...17 Gambar 15 Penempatan Ubin Pemandu Pada Trotoar (Simpang Empat)...18 Gambar 16 Penempatan Ubin Pemandu Pada Trotoar (Simpang Tiga)...18 Gambar 17 Penempatan Ubin Pemandu Pada Belokan Trotoar...18 Gambar 18 Penempatan Ubin Pemandu Pada Pelandaian Trotoar Menuju Zebracross..18 Gambar 19 Denah Penempatan Ubin Pemandu...19 Gambar 20 Trotoar di Persimpangan dan di tempat-tempat lain yang memerlukan... pelandaian...20 Gambar 21 Detail konstruksi Pelandaian trotoar berjalur hijau atau berjalur fasilitas pada pertemuan dengan tempat penyeberangan pejalan kaki...21 Gambar 22 Detail Konstruksi Pelandaian trotoar tanpa jalur fasilitas pada pertemuan dengan tempat penyeberangan pejalan kaki. Konstruksi ini dipakai pada kerb yang tinggi....21 Gambar 23 Detail Konstruksi Pelandaian trotoar pada pertemuan dengan jalan masuk dari tempat penyeberangan pejalan kaki...22 Gambar 24 Pelandaian Pada Sudut Jalan...22 Gambar 25 Pelandaian pada Sudut Jalan dengan Pemakaian Tekstur Bulat Ubin Peringatan...23 Gambar 26 Detail pelandaian pada jalan masuk (untuk kendaraan) ke persil yang berpotongan dengan Trotoar...24 3-27

PRAKATA Pedoman Perencanaan Trotoar ini merupakan acuan baku baik untuk perencanaan teknis, pelaksanaan pembangunan, maupun untuk pengawasan pembuatan Trotoar. Draft ini diajukan sebagai revisi terhadap Spesifikasi yang diterbitkan tahun 1990 dengan judul dan nomor: Spesifikasi Trotoar SK SNI S-03-1990-1. Secara umum Pedoman ini membahas : 1) penyesuaian dengan istilah dan substansi dalam Undang-undang no.38/2004 tentang Jalan, 2) mengacu kepada cara penulisan yang berlaku, dan 3) detail gambar teknik. Pedoman ini melengkasi Pedoman Teknik tentang Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan antar Kota, Tata Cara Perencanaan Geometrik Jalan Perkotaan, spesifikasi kerb, dan Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). 4-27

PERENCANAAN TROTOAR 1. Ruang Lingkup Pedoman Perencanaan Trotoar ini dimaksudkan sebagai pegangan bagi perencanaan teknis, pelaksana, dan pengawas lapangan dalam menentukan dimensi, bentuk, bahan, dan kemiringan yang diperlukan trotoar. 2. Acuan Normatif Spesifikasi Trotoar, SK SNI S-03-1990-1 A Policy on Geometric Design of Highway and Streets, AASHTO, 2001 Manual Kapasitas Jalan Indonesia (DitJen Bina Marga, 1997) Tata Cara Perencanaan Jalan Antar Kota (DitJen Bina Marga, 1997) Tata Cara Perencanaan Jalan Perkotaan (DitJen Bina Marga, 2001) Spesifikasi Kurb Beton, SNI 03-2442-1991 Spesifikasi Latasir, SNI 03-6749-2002 Spesifikasi Beton Struktural, SNI 03-6880-2002 Persyaratan Aksesibilitas pada Bangunan Gedung dan Lingkungan, KepMen PU No.468, 1998 Petunjuk Perencanaan Trotoar, No.007/T/BNKT/1990 3. Istilah Dan Definisi 3.1 Badan Jalan adalah bagian jalan yang meliputi seluruh jalur lalu lintas, median, dan bahu jalan. 3.2 Jalur Lalu-lintas adalah bagian daerah manfaat jalan yang direncanakan khusus untuk lintasan kendaraan bermotor (beroda 4 atau lebih). 3.3 Kerb adalah pembatas antara sisi perkerasan jalan dengan lajur pejalan kaki. 5-27

3.4 Pembina Jalan adalah institusi yang bertanggung jawab atas kegiatan penyusunan pedoman dan standar teknis, pelayanan, pemberdayaan sumber daya manusia, serta penelitian dan pengembangan dalam bidang jalan; 3.5 Pelandaian adalah perubahan kelandaian trotoar pada perpotongan dengan jalur penyeberang pejalan kaki (zebra cross), baik di persimpangan maupun di ruas jalan, dan jalan masuk ke persil. Pelandaian berupa muka perkerasan yang menghubungkan dua muka perkerasan yang berbeda. 3.6 Rumaja (Ruang manfaat jalan) adalah bagian ruang jalan yang meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya. 3.7 Rumija (Ruang milik jalan) adalah bagian ruang jalan yang meliputi ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan. 3.8 Ruwasja (Ruang pengawasan jalan) adalah bagian ruang jalan yang merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan. 3.9 Trotoar adalah jalur pejalan kaki yang sejajar dan bersebelahan dengan jalur lalu-lintas yang diperkeras dengan konstruksi perkerasan dari: 1) blok terkunci, atau 2) beton, atau 3) aspal. 3.10 Kemiringan Memanjang adalah kemiringan yang diukur sejajar dengan arah perjalanan, yang dihitung dengan membagi perubahan elevasi vertikal dengan jarak horisontalnya 3.11 Kemiringan Melintang adalah kemiringan yang diukur tegak lurus dengan arah perjalanan 3.12 Landasan Rata adalah bagian datar yang harus disediakan pada trotoar pada jarak tertentu bila kemiringan memanjang trotoar cukup besar 6-27

4. Ketentuan 4.1 Ketentuan Umum 4.1.1 Fungsi Trotoar Fungsi utama Trotoar adalah memfasilitasi pejalan kaki berupa jalur yang diperkeras untuk melakukan perjalanannya dengan aman dan nyaman. Fungsi Trotoar lainnya antara lain: 1) meningkatkan kelancaran lalu-lintas baik lalu-lintas kendaraan maupun pejalan kaki; 2) memberikan ruang di bawah trotoar untuk menempatkan utilitas kelengkapan jalan seperti saluran air buangan muka jalan, penempatan rambu lalu-lintas, dan lain-lain. 4.2 Ketentuan Teknis 4.2.1 Keperluan Trotoar Suatu jalan memerlukan Trotoar apabila: 1) terdapat keperluan untuk menyalurkan pejalan kaki dengan lancar dan aman. Ketentuan untuk hal ini mengacu kepada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (DitJen Bina Marga, 1997) 2) terdapat tempat-tempat dimana jumlah lalu-lintas pejalan kaki cukup banyak, atau diperkirakan akan tumbuh menjadi banyak, ketentuan untuk hal ini mengacu kepada MKJI. Tempat-tempat tersebut antara lain: perumahan sekolah pertokoan dan pusat-pusat perbelanjaan terminal dan pemberhentian bis dan angkot pusat-pusat perkantoran pusat-pusat hiburan pusat-pusat kegiatan sosial daerah industri jembatan/terowongan. 4.2.2 Penempatan Trotoar Trotoar ditempatkan sejajar dengan lajur lalu-lintas dan terletak pada Rumaja. Pada tempattempat tertentu, Trotoar dapat juga tidak sejajar dengan lajur lalu-lintas misalnya karena topographinya atau pada pertemuan-pertemuan dengan fasilitas jalan yang lain. Trotoar dapat juga terletak di Rumija. 7-27

4.2.3 Dimensi Trotoar Kebutuhan lebar trotoar dihitung berdasarkan volume pejalan kaki rencana (V). Volume pejalan kaki rencana (V) adalah volume rata-rata per menit pada interval puncak. V dihitung berdasarkan survey penghitungan pejalan kaki yang dilakukan setiap interval 15 menit selama jam sibuk dalam satu hari untuk 2 (dua) arah. Lebar trotoar dapat dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut: W V = + N 35 (1) Dimana: W= Lebar trotoar (m) V = Volume pejalan kaki rencana/dua arah (orang/meter/menit) N = Lebar tambahan sesuai dengan keadaan setempat (m) Nilai N ditentukan dalam Tabel 1 berikut: Tabel 1 N (meter) 1,5 1,0 0,5 Nilai N Keadaan Jalan di daerah pasar Jalan di daerah perbelanjaan bukan pasar Jalan di daerah lain Lebar Trotoar juga dapat ditentukan berdasarkan Tabel 1. Tabel 2 Lebar Trotoar sesuai penggunaan lahan disekitarnya Penggunaan Lahan di sekitarnya perumahan sekolah pertokoan dan pusat-pusat perbelanjaan terminal dan pemberhentian bis/angkot pusat-pusat perkantoran pusat-pusat hiburan pusat-pusat kegiatan sosial daerah industri jembatan dan terowongan Lebar minimum mutlak, c (m) 1,20 1,50 2,00 1,50 1,50 2,00 1,50 2,00 1,20 Bila lebar trotoar yang diperoleh dari persamaan (1) lebih kecil dari lebar trotoar pada Tabel 2, maka yang digunakan adalah lebar trotoar pada Tabel 2. 8-27

4.2.4 Perlengkapan Trotoar Trotoar sebaiknya dilengkapi dengan beberapa hal: - Jalur fasilitas, yaitu jalur diantara Trotoar dengan bahu jalan. Jalur ini disiapkan untuk: 1) penempatan perlengkapan jalan seperti rambu-rambu lalu-lintas, tiang penerangan jalan, dan lain-lain, 2) memisahkan pergerakan arus lalu-lintas kendaraan dengan arus pejalan kaki; 3) memberikan ruang bebas bagi kendaraan parkir membuka pintunya. Jalur fasilitas dikecualikan pada kondisi ruang jalan terbatas, misalnya pada jembatan dan terowongan. - Ruang bebas Ruang bebas yang perlu disediakan pada trotoar adalah sebagai berikut: kebebasan vertikal sekurang-kurangnya 2,5m dari permukaan Trotoar kedalaman minimum 1,00m dari permukaan Trotoar kebebasan samping minimum (e) 0,30m Gambar 1 Ruang Bebas Trotoar 9-27

4.2.5 Tipe Trotoar 1) Trotoar pada Rumija yang cukup lebar Trotoar yang terletak pada Rumija yang cukup lebar memungkinkan untuk dengan semua elemen trotoar. dilengkapi Gambar 2 Potongan melintang Trotoar pada Rumija yang cukup lebar Keterangan Gambar: Saluran samping (a), besarnya ditentukan sesuai kebutuhan, mengacu kepada SNI No 03-3424-1994 tentang perencanaan Drainase Permukaan Jalan Bagian dari Rumija (b), yang lebarnya bervariasi, dapat dipakai sebagai: jalur hijau, lahan cadangan bagi perlebaran jalan, atau keperluan lainnya. Trotoar (c), lebarnya ditentukan sesuai kebutuhan (Tabel 1). Permukaan dimiringkan 2-4% untuk menyalurkan air dari permukaan perkerasan Trotoar. Jalur fasilitas (d) dapat juga dipakai sebagai jalur hijau dan jalur yang memisahkan arus lalu-lintas dan arus pejalan kaki Kebebasan samping bagi jalur pejalan kaki minimum (e), 0,30m Kebebasan jalur lalu-lintas minimum (f), 0,60m. 10-27

2) Trotoar pada Rumija yang terbatas Trotoar yang terletak pada Rumija yang terbatas (Pada lereng, jembatan, bangunan pertokoan, dan terowongan), sekurang-kurangnya dilengkapi dengan beberapa elemen penting dari trotoar. Gambar 3 Trotoar pada Rumija yang dibatasi Lereng Keterangan Gambar: Lebar trotoar (c) ditentukan sesuai kebutuhan (Tabel 1). Permukaan dimiringkan 2-4% untuk menyalurkan air dari permukaan perkerasan Trotoar. Gambar 4 Trotoar pada Rumija yang dibatasi Sandaran Jembatan Keterangan Gambar: Lebar trotoar (c) ditentukan sesuai kebutuhan (Tabel 1). Permukaan dimiringkan 2-4% untuk menyalurkan air dari permukaan perkerasan Trotoar 11-27

Gambar 5 Trotoar dengan Rumija dibatasi bangunan/pertokoan Keterangan Gambar:. Ruang bebas samping trotoar tidak kurang dari 0,30 m Trotoar (c), lebarnya ditentukan sesuai kebutuhan (Tabel 1). Permukaan dimiringkan 2-4% untuk menyalurkan air dari permukaan perkerasan Trotoar. Kebebasan jalur lalu-lintas minimum 0,60m. Gambar 6 Trotoar di dalam Terowongan Keterangan Gambar: Lebar trotoar (C) ditentukan sesuai kebutuhan (Tabel 1). Permukaan trotoar dimiringkan 2-4% untuk menyalurkan air dari permukaan perkerasan Trotoar. 12-27

3) Trotoar pada pemberhentian Bis/Angkot Trotoar pada pemberhentian bis/angkot dibedakan menjadi 2(dua) yakni: di depan pemberhentian bis/angkot di belakang pemberhentian bis/angkot. Gambar 7 Trotoar di depan tempat Pemberhentian Bis/Angkot Keterangan Gambar: Lebar trotoar (C) ditentukan sesuai kebutuhan (Tabel 1). Permukaan dimiringkan 2-4% untuk menyalurkan air dari permukaan perkerasan Trotoar. Gambar 8 Keterangan Gambar: Trotoar di belakang tempat Pemberhentian Bis/Angkot Lebar trotoar (C) ditentukan sesuai kebutuhan (Tabel 1). Permukaan dimiringkan 2-4% untuk menyalurkan air dari permukaan perkerasan Trotoar. Kebebasan samping bagi jalur pejalan kaki minimum (e), 0,30m 13-27

4.2.6 Konstruksi Trotoar Pada umumnya konstruksi trotoar terdiri dari: 1) Blok terkunci, 2) Beton, dan 3) Perkerasan beraspal. Spesifiksi masing-masing tipe dapat dlihat pada Gambar 9, Gambar 10, dan Gambar 11 berikut: 1) Blok terkunci Spesifikasi trotoar dengan konstruksi blok terkunci adalah sebagai berikut: Gambar 9 Konstruksi Trotoar Blok Terkunci Keterangan Gambar: Dimensi dan bahan kerb trotoar (a) mengacu pada SNI 03-2442-1991 mengenai Spesifikasi Kerb Beton Blok terkunci mengacu pada SNI 03-2403-1991 mengenai Tata Cara Pemasangan Blok beton terkunci untuk permukaan jalan Lebar trotoar (C) ditentukan sesuai kebutuhan (Tabel 1). Permukaan dimiringkan 2-4% untuk menyalurkan air dari permukaan perkerasan Trotoar. Jalur fasilitas dapat juga dipakai sebagai jalur hijau dan jalur yang memisahkan arus lalulintas dan arus pejalan kaki 2) Beton Spesifikasi trotoar dengan konstruksi beton adalah sebagai berikut: 0,08 0,15 Gambar 10 Konstruksi Trotoar Beton 14-27

Keterangan Dimensi dan bahan kerb trotoar mengacu pada SNI 03-2442-1991 mengenai Spesifikasi Kerb Beton. Mutu beton trotoar minimal K 175, mengacu pada SNI 03-6880-2002 mengenai Spesifikasi Beton Struktural Lebar trotoar (C) ditentukan sesuai kebutuhan (Tabel 1). Permukaan dimiringkan 2-4% untuk menyalurkan air dari permukaan perkerasan Trotoar. Jalur fasilitas dapat juga dipakai sebagai jalur hijau dan jalur yang memisahkan arus lalulintas dan arus pejalan kaki 3) Perkerasan Beraspal. Spesifikasi trotoar dengan konstruksi perkerasan beraspal adalah sebagai berikut: Gambar 11 Konstruksi Trotoar Permukaan Aspal Keterangan: Dimensi dan bahan kerb trotoar mengacu pada SNI 03-2442-1991 mengenai Spesifikasi Kerb Beton LATASIR (Lapisan Aspal Tipis Pasir) mengacu pada SNI 03-6794-2002 mengenai Spesifikasi LATASIR Lebar trotoar (C) ditentukan sesuai kebutuhan (Tabel 1). Permukaan dimiringkan 2-4% untuk menyalurkan air dari permukaan perkerasan Trotoar Jalur fasilitas dapat juga dipakai sebagai jalur hijau. 15-27

4.2.7 Kemiringan Memanjang dan Melintang a. Kemiringan memanjang Kemiringan memanjang trotoar idealnya tidak melebihi 7% dan disediakan landasan rata setiap jarak 9,00 m dengan panjang minimal 1,20m. Landasan Rata Permukaan Kemiringan Memanjang Peninggian Landasan Rata Panjang Proyeksi Horisontal Gambar 12 Kemiringan Memanjang Trotoar dan Penyediaan Landasan Rata b. Kemiringan Melintang Kemiringan melintang trotoar yang direkomendasikan adalah 2-4% (dapat dilihat pada Gambar 2 s/d Gambar 8). 16-27

4.2.8 Permukaan Trotoar Permukaan trotoar, khususnya untuk para pengguna yang mengalami gangguan penglihatan atau tunanetra, harus stabil, kuat, tahan cuaca, dan tidak licin. Selain itu perlu ditambahkan informasi khusus pada permukaan trotoar. Beberapa tipe informasi yang dapat diakses ya ng ditambahkan ke lingkungan trotoar adalah: 1. Permukaan ubin yang timbul, berfungsi sebagai peringatan. Tekstur ubin peringatan (bulat) memberi peringatan terhadap adanya perubahan situasi di sekitarnya/warning. Gambar 13 Tekstur Bulat Ubin Peringatan 2. Permukaan ubin yang timbul, yang digunakan untuk menentukan arah. Tekstur ubin pengarah bermotif garis-garis menunjukkan arah perjalanan. Gambar 14 Tekstur Garis Ubin Pengarah 3. Material yang memiliki perbedaan bunyi/suara yang menyolok 4. Alur 5. Perbedaan warna yang kontras untuk pedestrian dengan kemampuan melihat yang rendah 17-27

Susunan ubin pemandu (ubin peringatan dan pengarah), seyogyanya diletakkan pada beberapa lokasi di trotoar sebagai berikut: Gambar 15 Penempatan Ubin Pemandu Pada Trotoar (Simpang Empat) Gambar 16 Penempatan Ubin Pemandu Pada Trotoar (Simpang Tiga) Gambar 17 Penempatan Ubin Pemandu Pada Belokan Trotoar Gambar 18 Penempatan Ubin Pemandu Pada Pelandaian Trotoar Menuju Zebracross 18-27

Keterangan Ubin Pemandu: 1. Ubin Pengarah 2. Ubin Peringatan Gambar 19 Denah Penempatan Ubin Pemandu 19-27

4.2.9 Pelandaian Trotoar Pada tempat-tempat penyeberangan pejalan kaki, jalan masuk (akses) dengan atau tanpa jalur fasilitas perlu dibuat pelandaian. Pada Gambar dibawah ini, dibedakan pelandaian trotoar antara lain: A) pada penyeberangan zabra cross, dimana Trotoar dilengkapi jalur fasilitas B) pada penyeberangan zabra cross, dimana Trotoar tidak dilengkapi jalur fasilitas C) Pada penyeberangan zebra cross yang juga merupakan akses persil. Kostruksi pelandaian ini, dapat juga dipakai untuk akses persil saja. Fungsi pelandaian ini adalah: 1) untuk menfasilitasi perubahan tinggi secara baik, 2) untuk menfasilitasi pejalan kaki yang menggunakan kursi roda atau membawa tas besar pembawa barang beroda. Beberapa tempat yang memerlukan pelandaian dapat dilihat pada Gambar 20, Gambar 24, dan Gambar 25. Sementara detil pelandaian dapat dilihat pada Gambar 21, Gambar 22, Gambar 23, dan Gambar 26 Gambar 20 Trotoar di Persimpangan dan di tempat-tempat lain yang memerlukan pelandaian 20-27

A A A A Gambar 21 Detail konstruksi Pelandaian trotoar berjalur hijau atau berjalur fasilitas pada pertemuan dengan tempat penyeberangan pejalan kaki. B B B B Gambar 22 Detail Konstruksi Pelandaian trotoar tanpa jalur fasilitas pada pertemuan dengan tempat penyeberangan pejalan kaki. Konstruksi ini dipakai pada kerb yang tinggi. 21-27

C C C C Gambar 23 Detail Konstruksi Pelandaian trotoar pada pertemuan dengan jalan masuk dari tempat penyeberangan pejalan kaki. Gambar 24 Pelandaian Pada Sudut Jalan 22-27

Gambar 25 Pelandaian pada Sudut Jalan dengan Pemakaian Tekstur Bulat Ubin Peringatan 23-27

Gambar 26 Detail pelandaian pada jalan masuk (untuk kendaraan) ke persil yang berpotongan dengan Trotoar 24-27

5. Prosedur Perencanaan Tahapan yang harus dilakukan dalam perencanaan trotoar adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi jenis kawasan di lokasi mana trotoar akan dibangun. 2. Tentukan besarnya arus pejalan kaki dalam orang/menit/meter dalam satu lintasan, satu seksi yang mewakili ruas jalan. 3. Dengan menggunakan Persamaan (1), hitung lebar jalur pejalan kaki W dalam meter 4. Bila lebar trotoar yang diperoleh dari persamaan (1) lebih kecil dari lebar trotoar pada Tabel 1, maka yang digunakan adalah lebar trotoar pada Tabel 1. 5. Kalau ada fasilitas pelengkap, tetapkan penambahan lebar Jalur Pejalan Kaki. 25-27

LAMPIRAN A (Informatif) DAFTAR NAMA dan LEMBAGA 1) Pemrakarsa Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pekerjaan Umum. 2) Penyusun Hikmat Iskandar Yoggie Natalia Tanan N a m a Lembaga Puslitbang Jalan dan Jembatan Puslitbang Jalan dan Jembatan Puslitbang Jalan dan Jembatan 26-27