REKOMENDASI HASIL UJI dan EVALUASI LAIK FUNGSI JALAN NASIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "REKOMENDASI HASIL UJI dan EVALUASI LAIK FUNGSI JALAN NASIONAL"

Transkripsi

1 HASIL UJI dan EVALUASI LAIK FUNGSI JALAN NASIONAL Tim Uji Laik Fungsi Jalan Nasional di Lingkungan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VII Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 110/KPTS/M/2012 Ketua : Ir. Selamat Rasidi, M.Sc. (merangkap anggota) (BBPJN VII, Ditjen Bina Marga) Sekretaris: H. Syahrilliansyah, ST, MT (merangkap anggota) (BBPJN VII, Ditjen Bina Marga) Anggota : 1. Ir. Bachtiar Pansuri, MAP (BBPJN VII, Ditjen. Bina Marga) 2. Juandra Hartono, ST (BBPJN VII, Ditjen. Bina Marga) 3. Yuda Franthio, ST (BBPJN VII, Ditjen. Bina Marga) 4. Kompol Prihartono, SH, MH (Kepolisian Daerah Kalsel) 5. Daryono Efendy (Dinas Perhubungan Kalsel) Nama Ruas: Pagatan - Batu Licin Nomor Ruas: (036)011 (KM KM dari Kota Banjarmasin) Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2012

2 Nomor :.../.../... Perihal : Rekomendasi hasil uji laik fungsi jalan nasional di Kalimantan Selatan Lamp. : 1 (satu) buku dokumen Kepada Yth. : Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum Jalan Pattimura No. 20 Kebayoran Baru-Jakarta Selatan Dengan hormat, Berdasarkan hasil Uji dan Evaluasi Laik Fungsi Jalan Nasional yang dilakukan oleh Tim Uji Laik Fungsi Jalan yang dibentuk berdasarkan Surat Keputusan Kementerian Pekerjaan Umum Nomor : 110/KPTS/M/2012 Tanggal 22 Mei 2012 tentang Pembentukan Tim Uji Laik Fungsi Jalan Nasional Di Lingkungan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN)-VII, dapat direkomendasikan bahwa ruas jalan : Nama ruas jalan : Pagatan - Batu Licin Km Km : KM KM (dari Kota Banjarmasin) Nomor ruas : (036) 011 Status jalan : Nasional Sistem jaringan jalan : Primer (P) Fungsi jalan : Kolektor Primer (KP) Kelas prasarana jalan : Jalan Sedang (JS) Kelas pengguna jalan : Kelas III Kategori laik fungsi : Laik Fungsi Bersyarat () Ruas jalan nasional Pagatan - Batu Licin dinyatakan laik untuk dioperasikan kepada umum bersamaan dengan perbaikan teknis dalam jangka waktu sesuai rekomendasi dari Tim Uji Laik Fungsi Jalan Nasional sebagaimana terlampir. Demikian hasil uji dan evaluasi laik fungsi ruas jalan nasional Pagatan - Batu Licin direkomendasikan untuk mendapatkan sertifikat laik fungsi jalan nasional. Terima kasih. Banjarmasin, Kepala BBPJN-VII Ir. Adriananda, M.Eng.Sc NIP:

3 BERITA ACARA UJI DAN EVALUASI LAIK FUNGSI JALAN NASIONAL SK Tim Uji Laik Fungsi Jalan Nasional di Lingkungan BBPJN-VII Nomor: 110/KPTS/M/2012 Tanggal: 22 Mei 2012 PENYELENGGARA JALAN : Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VII NAMA RUAS Pagatan - Batu Licin PANJANG RUAS 27,823 Km KM KM KM KM NOMOR RUAS (036)011 Dari Kota Banjarmasin KLASIFIKASI JALAN SISTEM JARINGAN PRIMER SEKUNDER STATUS FUNGSI KELAS PRASARANA NASIONAL PROVINSI KABUPATEN KOTA Desa ARTERI KOLEKTOR LOKAL LINGKUNGAN JALAN BEBAS HAMBATAN (JBH) JALAN RAYA (JR) JALAN SEDANG (JS) JALAN KECIL (JK) KELAS PENGGUNAAN KELAS I KELAS II KELAS III KELAS Khusus MEDAN JALAN DATAR BUKIT GUNUNG Kecepatan maksimal yang diizinkan : 80 km/jam Nomor segmen jalan KM - KM Status laik fungsi LHRt jalan smp/hari Teknis Administrasi Rekomendasi Pelebaran bahu jalan dan ambang pengaman jalan sesuai persyaratan dan kriteria teknis kebutuhan rumaja dan rumija. Perlu dukungan Pemda setempat untuk proses pengadaan lahan ambang pengaman, dan penertiban pemanfaatan ruang bagian jalan dari gangguan fungsi dan manfaat jalan. Batas waktu pemenuhan rekomendasi KM KM Pengadaan dan pemasangan perlengkapan jalan yang terkait langsung dengan pengguna jalan (marka jalan, rambu, zebra cross, jalur pendekat, tempat pemberhentian bus/ angkot) pada titik-titik KM yang diperlukan sesuai dengan standar teknis. Perlu dukungan Pemda setempat untuk proses pengadaan lahan tempat parkir dan pemberhantian bus/ angkot Pengadaan dan pemasangan perlengkapan jalan yang tidak terkait langsung dengan pengguna jalan (tempat istirahat, tempat parkir, patok 2015 Berita Acara Uji dan Evaluasi Laik Fungsi Jalan - 1

4 Nomor segmen jalan KM - KM Status laik fungsi LHRt jalan smp/hari Teknis Administrasi Rekomendasi pengarah, patok kilometer, patok hektometer, patok rumija, patok batas seksi) pada titik-titik KM yang diperlukan sesuai dengan standar teknis. Perlu dukungan Pemda setempat untuk proses pengadaan lahan tempat istirahat dan parkir. Batas waktu pemenuhan rekomendasi pengadaan fasilitas alat-alat untuk pemeliharaan jembatan 2016 Pemeliharaan rutin marka jalan, pulau jalan, median jalan, bahu jalan, saluran tepi jalan, jembatan, lampu penerangan jalan, perkerasan jalan, dan perlengkapan jalan eksisting agar tetap sesuai dengan standar teknis. Setiap tahun Melengkapi dokumen administrasi jalan yang belum tersedia Detail rekomendasi dapat dilihat pada lampiran hasil dan analisis uji laik fungsi jalan segmen 1 2 KM KM Pelebaran bahu jalan dan ambang pengaman jalan sesuai persyaratan dan kriteria teknis kebutuhan rumaja dan rumija. Perlu dukungan Pemda setempat untuk proses pengadaan lahan ambang pengaman, dan penertiban pemanfaatan ruang bagian jalan dari gangguan fungsi dan manfaat jalan Pengadaan dan pemasangan perlengkapan jalan yang terkait langsung dengan pengguna jalan (marka jalan, rambu, zebra cross, jalur pendekat, tempat pemberhentian bus/ angkot) pada titik-titik KM yang 2015 Berita Acara Uji dan Evaluasi Laik Fungsi Jalan - 2

5 Nomor segmen jalan KM - KM Status laik fungsi LHRt jalan smp/hari Teknis Administrasi Rekomendasi diperlukan sesuai dengan standar teknis. Perlu dukungan Pemda setempat untuk proses pengadaan lahan tempat parkir dan pemberhantian bus/ angkot. Batas waktu pemenuhan rekomendasi Pengadaan dan pemasangan perlengkapan jalan yang tidak terkait langsung dengan pengguna jalan (tempat istirahat, tempat parkir, patok pengarah, patok kilometer, patok hektometer, patok rumija, patok batas seksi) pada titik-titik KM yang diperlukan sesuai dengan standar teknis. Perlu dukungan Pemda setempat untuk proses pengadaan lahan tempat istirahat dan parkir Pemeliharaan rutin marka jalan, pulau jalan, median jalan, bahu jalan, saluran tepi jalan, jembatan, lampu penerangan jalan, perkerasan jalan, dan perlengkapan jalan eksisting agar tetap sesuai dengan standar teknis. Setiap tahun Melengkapi dokumen administrasi jalan yang belum tersedia Detail rekomendasi dapat dilihat pada lampiran hasil dan analisis uji laik fungsi jalan segmen 2 Berita Acara Uji dan Evaluasi Laik Fungsi Jalan - 3

6 Catatan: adalah laik untuk dioperasikan kepada umum bersamaan dengan perbaikan teknis dalam jangka waktu sesuai rekomendasi dari Tim Uji Laik Fungsi Jalan Nasional sebagaimana terlampir Banjarmasin, Ketua, Ir. Selamat Rasidi, M.Sc Sekretaris, Anggota Tim Uji Laik Fungsi Jalan Nasional H. Syahrilliansyah, ST, MT No. Nama lengkap Jabatan Unsur yang diwakili Tanda Tangan 1. Ir. Selamat Rasidi, M.Sc 2. H. Syahrilliansyah, ST, MT Ketua merangkap anggota Sekretaris merangkap anggota BBPJN-VII, Ditjen. Bina Marga BBPJN-VII, Ditjen. Bina Marga 3. Ir. Bachtiar Pansuri, MAP Anggota BBPJN-VII, Ditjen. Bina Marga 4. Juandra Hartono, ST Anggota BBPJN-VII, Ditjen Bina Marga 5. Yuda Franthio, ST Anggota BBPJN-VII, Ditjen Bina Marga 6. Kompol Prihartono, SH, MH Anggota Kepolisian Daerah Kalsel 7. Daryono Efendy Anggota Dinas Perhubungan Kalsel Berita Acara Uji dan Evaluasi Laik Fungsi Jalan - 4

7 Sketsa Ruas Jalan Pagatan - Batu Licin (036)011 dan Pembagian Segmen Sumber : Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 567/KPTS/M/2010 tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional Berita Acara Uji dan Evaluasi Laik Fungsi Jalan - 5

8 HASIL SURVAI DAN ANALISIS UJI LAIK FUNGSI JALAN PADA SEGMEN 1 NOMOR RUAS : (036)011

9 HASIL SURVAI DAN ANALISIS UJI LAIK FUNGSI JALAN PADA SEGMEN 1 PENYELENGGARA JALAN : Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VII NAMA RUAS Pagatan - Batu Licin PANJANG RUAS 27,823 KM NOMOR RUAS (036)011 Km Km KM KM SEGMEN Dari Kota Banjarmasin PANJANG SEGMEN SISTEM JARINGAN PRIMER SEKUNDER 24,587 KM (KM KM ) KLASIFIKASI JALAN STATUS FUNGSI KELAS PRASARANA NASIONAL PROVINSI KABUPATEN KOTA Desa ARTERI KOLEKTOR LOKAL LINGKUNGAN Kecepatan maksimal yang diizinkan : 80 km/jam JALAN BEBAS HAMBATAN (JBH) JALAN RAYA (JR) JALAN SEDANG (JS) JALAN KECIL (JK) KELAS PENGGUNAAN KELAS I KELAS II KELAS III KELAS Khusus MEDAN JALAN DATAR BUKIT GUNUNG SK Pembentukan Tim Uji Laik Fungsi Jalan Nasional Di Lingkungan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN)-VII, nomor: 110/KPTS/M/2012, Tanggal: 22 Mei 2012 Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 1

10 TABEL 1. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS GEOMETRIK JALAN (lanjutan) KELAIKAN TIAP A. POTONGAN MELINTANG BADAN JALAN 1.Lajur Lalu Lintas keberfungsian Arteri / Kolektor / Lokal / Lingkungan Primer / sekunder Kolektor primer - - Kesesuaian dengan lalu lintas yang harus dilayani (smp/hari) Kelas prasarana jalan LHRT JBH JR JS JK ,0% Jumlah lajur Lebar lajur jalan (m) Kelas prasarana jalan Lebar (m) JBH 3,5 JR 3,5 JS 3,5 3,05 12,85% Standar teknis 3,5 m Hasil yang terukur 3,05 m Kekurangan 0,45 m Penambahan lebar lajur lalulintas sesuai standar teknis 3,5 m dari hasil ukur 3,05 m JK 2,75 Kemiringan melintang (%) Kategori sub kelaikan komponen A.1 (lajur lalu lintas) 2 3% 2 0,0% 2.Bahu Lebar bahu (m) Sistem Jaringan jalan Primer Kelas prasarana jalan Lebar JBH 3,5 JR 2,0 JS 1,0 1,5 0,0% Standar teknis > 1 m Hasil yang terukur bahu 1,5 m Bahu jalan sesuai dengan standar teknis Posisi muka bahu terhadap muka jalan (cm) Sekunder 0,25 JK 1,0 Menerus dengan permukaan jalan 0 0,0% Pemeliharaan rutin bahu jalan secara rutin sesuai dengan standar teknis Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 2

11 TABEL 1. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS GEOMETRIK JALAN (lanjutan) Kemiringan melintang (%) KELAIKAN TIAP 6% 3 0,0% Kategori kelaikan sub komponen A.2. (bahu) 3.Median Lebar median (m) Tipe Datar (jarak 2 garis utuh) Lebar 0,18 ditinggikan 1,2 Tidak ada - Tidak diperlukan Pada segmen ini tidak diperlukan median diturunkan 9 Tipe median Datar / Ditinggikan / Diturunkan Tipe median Jenis perkerasan Perkerasan median Bukaan pada median 2 buah garis utuh Datar dengan marka serong didalamnya Material yang mampu Diturunkan meredam kecepatan Beton dengan rumput pada permukaannya Ditinggikan serta menggunakan kerb (tinggi 18 25cm) Lebar bukaan 7 m Jarak antar bukaan 400 m Kategori kelaikan sub komponen A.3. (median) - Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 3

12 TABEL 1. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS GEOMETRIK JALAN (lanjutan) 4.Selokan Samping Lebar/dimensi selokan samping Bentuk selokan samping Fungsi mengalirkan air Dapat menampung air hujan (100%) Trapesium / segitiga / segiempat / setengah lingkaran KELAIKAN TIAP 100% 0,0% Segiempat 0,0% Tidak tersumbat (100%) 80% 20% Standar teknis : fungsi mengalirkan air selokan samping tidak tersumbat Kategori kelaikan sub komponen A.4. (selokan samping) Pemeliharaan rutin selokan agar tidak tersumbat sampah atau rumput yang tumbuh dibadan selokan 5.Ambang Pengaman Lebar ambang pengaman (m) Pengamanan konstruksi jalan 1 m 0 100% Ada (100%) ada% 0,0% Standar teknis : Ambang pengaman 1 m Hasil Ukur : 0 m Kekurangan 1 m Kategori kelaikan sub komponen A.5.(ambang pengaman) Pembebasan lahan untuk ambang pengaman 1 m sesuai dengan standar teknis Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 4

13 TABEL 1. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS GEOMETRIK JALAN (lanjutan) KELAIKAN TIAP 6.Alat-alat Pengaman Lalu Lintas Rel pengaman Kebutuhan perlu - Ketersediaan (%) Ada 0,0% Kondisi (%) Baik (100%) 100% 0,0% Jarak dari marka tepi jalan (m) Tinggi dari muka tanah (m) Jarak antar tiang vertikal (m) 0,6 0,6 0,0% 0,7 0,7 0,0% 4 1,5 0,0% Kebutuhan Perlu - Ketersediaan (%) Ada 0,0% Alat-alat pengaman lalu lintas sesuai dengan standar teknis Penghalang beton Kondisi (%) Baik (100%) 100% 0,0% Jarak dari marka tepi jalan (m) Tinggi dari muka tanah (m) 0,6 0,6 0,0% 0,85 0,85 0,0% Mutu beton (K) ,0% Kategori kelaikan sub komponen A.6.(alat-alat pengaman lalulintas) Kategori kelaikan komponen A. (POTONGAN MELINTANG JALAN) Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 5

14 TABEL 1. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS GEOMETRIK JALAN (lanjutan) KELAIKAN TIAP B ALINEMEN HORISONTAL 1.Bagian Lurus Panjang bagian jalan yang lurus (m) Jarak pandang (m) Lingkungan sekitar jalan JPH JPM Antar kota Dalam kota Antar kota Dalam kota Tabel A 400 0,0% Pemukiman / komersial / akses terbatas Tabel B Tabel C Tabel D Tabel E ,0% Pemukiman - Alinemen Horisontal bagian lurus sesuai dengan standar teknis Kategori kelaikan sub komponen B.1. (bagian lurus) 2.Bagian Tikungan Radius tikungan (m) Tabel F 210 0,0% Superelevasi (%) Antar kota Dalam kota ,0% Jarak pandang (m) JPH JPM Antar kota Dalam kota Antar kota Dalam kota Tabel B Tabel C Tabel D Tabel E 120 0,0% 550 0,0% Alinemen Horisontal bagian tikungan sesuai dengan standar teknis Kategori kelaikan sub komponen B.2. (bagian tikungan) Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 6

15 TABEL 1. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS GEOMETRIK JALAN (lanjutan) 3.Persimpangan Sebidang Arteri Primer JBH JR JS JK Tidak ada persimpangan 1 tiap jarak 3 km 1 tiap jarak 3 km Tidak diatur KELAIKAN TIAP JBH Tidak ada persimpangan Jumlah persimpangan Arteri Sekunder JR JS JK 1 tiap jarak 2 km 1 tiap jarak 2 km Tidak diatur Tidak ada - Tidak diperlukan Pada segmen ini tidak terdapat persimpangan sebidang Kolektor JBH JR JS JK Tidak ada persimpangan 1 tiap jarak 0,5 km 1 tiap jarak 0,5 km Tidak diatur Cara akses ke Menggunakan APILL / melalui bukaan pada jalan utama jalur samping ke jalur utama Kategori kelaikan sub komponen B.3. (persimpangan sebidang) - 4.Akses Persil Banyaknya akses persil Arteri Kolektor JBH JR JS JK JBH JR JS Tidak ada 1 tiap jarak 1 km 1 tiap jarak 1 km Tidak diatur Tidak ada 1 tiap jarak 0,5 km 1 tiap jarak 0,5 km 1 0,0% Standar teknis akses ke jalan utama melalui bukaan pada jalur pendekat menuju ke jalur utama Hasil teramati, menggunakan bukaan jalur samping sesuai dengan standar teknis Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 7

16 TABEL 1. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS GEOMETRIK JALAN (lanjutan) KELAIKAN TIAP JK Tidak diatur Akses ke jalan utama per km Melalui bukaan pada jalur samping ke jalur utama Bukaan jalur samping 0,0% Primer Terbuka untuk kendaraan bus umum, angkutan barang berat Bentuk akses Arteri kolektor sekunder Primer sekunder Terbuka untuk kendaraan bus pelayanan kota, angkutan barang ringan Terbuka untuk kendaraan bus umum, angkutan barang berat Tertutup untuk kendaraan angkutan barang berat Terbuka untuk kendaraan bus umum, angkutan barang berat 0,0% Kategori kelaikan sub komponen B.4. (akses persil) Kategori kelaikan komponen B. (ALINEMEN HORISONTAL) C ALINEMEN VERTIKAL 1.Bagian lurus Kelandaian memanjang Jarak pandang (m) Lingkungan sekitar jalan JPH JPM Kategori kelaikan sub komponen C.1. (bagian lurus) Tabel G (dengan panjang max. Tabel H) Antar kota Dalam kota Antar kota Dalam kota Pemukiman / komersial / akses terbatas Tabel B Tabel C Tabel D Tabel E 250 0,0% 120 0,0% 550 0,0% komersial - - Alinemen vertikala pada bagian lurus sesuai dengan standar teknis Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 8

17 TABEL 1. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS GEOMETRIK JALAN (lanjutan) 2.Lajur Pendakian Kebutuhan keberadaannya Lebar dan panjang lajur jalan (m) Taper masuk dan keluar Menampung kendaraan yang lebih lambat Tidak ada - Lebar (m) JBH 3,5 JR 3,5 JS 3,5 JK 2,75 30 m sebelum taper Panjang masuk, 50 m setelah taper keluar KELAIKAN TIAP Tidak diperlukan 45 m Kategori kelaikan sub komponen C.2. (lajur pendakian) - - Pada segmen ini tidak terdapat Alinemen vertikal lajur pendakian 3.Lengkung Vertikal Ketajaman lengkungan (m) Lengkung cembung Lengkung cekung % LT Jarak pandang Arah jalan dibalik lengkungan Kombinasi lengkung vertikal dan horisontal JPH JPM Antar kota Dalam kota Antar kota Dalam kota Tabel B Tabel C Tabel D Tabel E Tikungan tajam pada lengkung vertikal harus dihindarkan 2 lengkung vertikal pada 1 lengkung horisontal harus dihindarkan Lengkungan vertikal sebaiknya berhimpit dengan lengkung horizontal tikungan tajam pada lengkung harus dihindarkan lengkung vertikal cekung pada jalan lurus panjang harus dihindarkan 2 lengkung vertikal pada 1 lengkung horisontal harus dihindarkan Tikungan tajam pada lengkung vertikal harus dihindarkan tikungan tajam pada lengkung harus dihindarkan 0,0% Pada segmen ini lengkung vertikal laik dengan standar di turunkan Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 9

18 TABEL 1. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS GEOMETRIK JALAN (lanjutan) tikungan tajam pada 2 bagian jalan lurus dan panjang harus dihindarkan KELAIKAN TIAP Kategori kelaikan sub komponen C.3. (lengkung vertikal) Kategori kelaikan komponen C. (ALINEMEN VERTIKAL) D 1.Posisi kurva vertikal jalan pada bagian jalan yang lurus KOORDINASI ALINEMEN HORIZONTAL DAN VERTIKAL Overlaping kurva vertikal pada jalan yang lurus serta menanjak / menurun Overlaping kurva vertikal pada bagian menikung menanjak / menikung menurun Tidak ada (100%) Tidak ada 0,0% Tidak ada (100%) Tidak ada 0,0% LT Pada segmen ini tidak terdapat Alinemen vertikal pada bagian lurus sesuai dengan standar teknis Kategori kelaikan sub komponen D.1. (Posisi kurva vertikal jalan pada bagian jalan yang lurus) Kategori kelaikan komponen D. (KOORDINASI ALINEMEN HORISONTAL DAN VERTIKAL) PENETAPAN KELAIKAN TEKNIS GEOMETRIK JALAN Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 10

19 TABEL 2. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS STRUKTUR PERKERASAN JALAN (lanjutan) A.Jenis Perkerasan Jalan Kesesuaian struktur perkerasan jalan dengan lalu lintas yang dilayani, kelas fungsi jalan, dan kelas penggunaan jalan Kategori kelaikan komponen A. (JENIS PERKERASAN JALAN) KELAIKAN TIAP Sesuai (100%) 100% 0,0% Struktur perkerasan jalan sesuai dengan standar teknis B. Kondisi Perkerasan Jalan Kerataan jalan, IRI (m/km) Kedalaman lubang (cm) Intensitas lubang (m 2 /km) Lebar retak Intensitas retak (m 2 /km) Kedalaman alur (cm) Intensitas alur (m 2 /km) Tekstur perkerasan Aspal yang meleleh < 8 0 0,0% < 5 0 0,0% < ,0% Jenis retak Buaya / melintang / memanjang / tidak beraturan / rambut / tepi / blok Permukaan jalan rata, tanpa ada perubahan bentuk (100%) Permukaan jalan tidak lunak dan lengket (100%) Tidak ada 0,0% < ,0% < 3 0 0,0% < ,0% 100% 0,0% 100% 0,0% Kondisi perkerasan jalan sesuai dengan standar teknis Kategori kelaikan komponen B. (KONDISI PERKERASAN JALAN) Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 11

20 TABEL 2. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS STRUKTUR PERKERASAN JALAN (lanjutan) C. Kekuatan Konstruksi Jalan Butuh/tidak pemeriksaan lebih lanjut (lendutan, jenis, perkerasan, dll) Kekuatan konstruksi Drainase permukaan perkerasan jalan Bahan perkerasan Kategori kelaikan komponen C. (KEKUATAN KONSTRUKSI) KELAIKAN TIAP Tidak butuh (100%) 100% 0,0% Kuat (100%) 100% 0,0% Dapat menampung air hujan (100%) 100% 0,0% Perkerasan lentur / kaku lentur - - PENETAPAN KELAIKAN TEKNIS STRUKTUR PERKERASAN JALAN Kekuatan konstruksi jalan sesuai dengan standar teknis Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 12

21 TABEL 3. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS STRUKTUR BANGUNAN PELENGKAP JALAN (lanjutan) A. Jembatan, Lintas Atas, Lintas Bawah Jalur lalulintas (m) Kelas prasarana jalan Lebar (m) JBH 3,5 JR 3,5 JS 3,5 JK 2,75 KELAIKAN TIAP 3 14,28 LT standar teknis lebar lajur : 3,5 m hasil terukur dilapangan : 3 m kekurangan lebar lajur : 0,5 m Jalur pejalan kaki (m) Pada jembatan/terowongan > 1m Pada perumahan > 1,5m Pada perkantoran /industri /sekolah /terminal /busstop /pertokoan /perbelanjaan > 2m 0,5 66,67% lebar lajur menjadi laik dengan syarat diturunkan karena berdampak lingkungan/anggaran yang terlalu besar pembuatan jalur pejalan kaki mnjadi 1,5 sesuai dengan standar teknis pengadaan fasilitas alatalat pemeliharaan jembatan Konstruksi jembatan Kerusakan jembatan (%) Tegangan izin akibat pembebanan (sesuai DED 100%) 100% 0,0% Lendutan izin lentur (sesuai DED 100%) 100% 0,0% Penurunan izin struktur (abutmen/pilar) 100% 0,0% (sesuai DED 100%) Lebar retak izin beton (0,1 0,2 mm) 0 0,0% Getaran izin struktur (sesuai DED 100%) 100% 0,0% Ketahanan izin struktur terhadap angin dan gempa (sesuai DED 100%) 100% 0,0% Tidak ada penurunan mutu atau retak (100%) Tidak ada perubahan bentuk/penggembungan (100%) Batubata Tidak ada pecah/hilangnya material (100%) Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 13

22 TABEL 3. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS STRUKTUR BANGUNAN PELENGKAP JALAN (lanjutan) Fasilitas untuk pemeliharaan Beton KELAIKAN TIAP Tidak ada kerontokan, keropos, berongga, mutu jelek (100%) tidak ada keretakan (100%) tidak ada karat pada tulangan baja(100%) tidak ada aus/pelapukan beton (100%) tidak ada pecah/hilangnya material (100%) tidak ada penyimpangan terhadap lendutan izin (100%) Tidak ada penurunan mutu cat (100%) 100% 0,0% Tidak ada karat/korosi (100%) 100% 0,0% Tidak ada perubahan bentuk (100%) 100% 0,0% Tidak ada keretakan (100%) 100% 0,0% Tidak ada elemen rusak/hilang (100%) 100% 0,0% Tidak ada elemen yang salah (100%) 100% 0,0% Tidak ada kabel yang aus/terurai (100%) 100% 0,0% Tidak ada ikatan/sambungan longgar (100%) 100% 0,0% Tidak ada pembusukan, pelapukan, bengkok, cacat (100%) Tidak ada pecah/hilangnya elemen (100%) Tidak ada penyusutan (100%) Tidak ada penurunan mutu pelapis permukaan (100%) Tidak ada elemen yang longgar (100%) Tersedia unit mobil pemeliharaan (100%) 0,0% 100% Tersedia sumber daya listrik (100%) 0,0% 100% Tersedia kelengkapan kerja (100%) 0,0% 100% Tersedia unit alat pemeliharaan (100%) 0,0% 100% Tersedianya unit pengecatan (100%) 0,0% 100% Tersedianya unit alat control (100%) 0,0% 100% Tersedianya alat bantu kerja (100%) 0,0% 100% Tersedianya tanda pengaman kerja (100%) 0,0% 100% Tersedia alat penggantung (100%) 0,0% 100% Baja kayu Kategori kelaikan komponen A. (JEMBATAN, LINTAS ATAS, LINTAS BAWAH) Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 14

23 TABEL 3. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS STRUKTUR BANGUNAN PELENGKAP JALAN (lanjutan) B. Ponton Fungsi Konstruksi ponton Kerusakan ponton Dapat digunakan untuk menyeberangi perairan Tidak ada - KELAIKAN TIAP Tidak diperlukan Papan ponton, drum kosong/ban karet Tidak rusak (100%) Pada segmen ini tidak diperlukan ponton Kategori kelaikan komponen B. (PONTON) - C. Goronggorong Jumlah perkilometer Fungsi menyalurkan air Datar Pegunungan > 100 m >200 m Tidak ada - Tidak diperlukan Tidak tersumbat (100%) Kerusakan Tidak ada (100%) Pada segmen ini tidak diperlukan gorong-gorong Kategori kelaikan komponen C. (GORONG-GORONG) - D. Tempat Parkir Posisinya thd jalur lalu lintas Ketergangguan arus lalu lintas akibat aktivitas parkir (%) Lebar lajur lalu lintas (m) Kategori kelaikan komponen D. (TEMPAT PARKIR) Tidak ada (100%) 0,0% 100% Tidak ada (100%) 50% 50% Kelas prasarana jalan Lebar (m) JBH 3,5 JR 3,5 JS 3,5 JK 2,75 3,05 12,85% Pembebasan lahan sebagai tempat khusus untuk parkir disertai marka dan rambu parkir Pemasangan ramburambu dilarang parkir di tempat-tempat yang berbahaya untuk parkir Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 15

24 TABEL 3. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS STRUKTUR BANGUNAN PELENGKAP JALAN (lanjutan) E. Tembok Penahan Tanah Kestabilan konstruksi Kerusakan / erosi / longsor KELAIKAN TIAP Stabil (100%) ada 0,0% Tidak ada (100%) 100% 0,0% Saluran air Dapat menampung air hujan (100%) 100% 0,0% Kategori kelaikan komponen E. (TEMBOK PENAHAN TANAH) Tembok penahan tanah sesuai standar teknis Pemeliharaan rutin tembok penahan tanah (perawatan dan perbaikan) sesuai dengan standar teknis F. Saluran Tepi Jalan Dimensi dan bentuk saluran Kemiringan ke arah aliran Bahan dinding saluran Tertutup/terbuka sesuai lingkungan Dapat menampung air hujan (100%) 80% 20% Tanah 0-5 % Kerikil 5-7,5 % 4% 0,0% Pasangan batu 7,5 % Tanah / Pasangan batu / beton Tanah - - Sesuai (100%) 100% 0,0% Standar teknis: saluran tepi jalan dapat menampung air hujan Hasil teramati: saluran tepi jalan hanya mampu menampung 80% air hujan Kategori kelaikan komponen F. (SALURAN TEPI JALAN) Pemeliharaan rutin saluran tepi jalan (pembersihan, perawatan dan perbaikan) sesuai dengan standar teknis PENETAPAN KELAIKAN TEKNIS STRUKTUR BANGUNAN PELENGKAP JALAN Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 16

25 TABEL 4. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS PEMANFAATAN RUANG BAGIAN-BAGIAN JALAN (lanjutan) A.Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) Lebar dan tinggi (m) Pemanfaatan Rumaja Keselamatan lalu lintas JBH 42,5 m untuk lebar jalur lalulintas = 2 x 14m 35,5 m untuk lebar jalur lalulintas = 2 x 11 m 28,5 m untuk lebar jalur 2 x 7 m 38,5 m untuk lebar jalur lalulintas = 2 x 14 m 31,0 m untuk lebar jalur lalulintas JR = 2 x 11 m 24 m untuk lebar jalur lalulintas = 2 x 7 m JS 13 m untuk lebar jalur lalulintas 7 m 8,5 m untuk lebar jalur lalulintas 5,5m JK 5,5 m untuk lebar jalur lalulintas 2,5m Tinggi > 5m untuk semua kelas DI LAPANGAN KELAIKAN TIAP 11 15,38% Bebas (100%) 50% 50% Aman (100%) 80% 20% Standar teknis 13 m Hasil yang terukur 11 m Kekurangan 2 m Pembebasan lahan agar rumaja sesuai dengan standar teknis Kategori kelaikan komponen A. (RUANG MANFAAT JALAN) B. Ruang Milik Jalan (Rumija) Lebar (m) Pemanfaatan Rumija Keberadaan dan Tempat utilitas Antar kota JBH >30 JR >25 JS >15 JK ,66% Bebas bangunan (100%) 50% 50% Keberadaan utilitas Khusus menara SUTET 3,4 m di luar rumija (dibawah / diatas) 4 0,0% 4 m diluar rumija dan ruwasja Standar teknis 15 m Hasil yang terukur 11 m Kekurangan 4 m Pembebasan lahan rumija agar sesuai dengan standar teknis Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 17

26 TABEL 4. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS PEMANFAATAN RUANG BAGIAN-BAGIAN JALAN (lanjutan) Dalam kota Diatas muka tanah Dibawah muka tanah 0,6 m dari luar bahu / perkerasan jalan 1,5 m dari luar bahu / perkerasan jalan DI LAPANGAN KELAIKAN TIAP Kategori kelaikan komponen B. (RUANG MILIK JALAN) C. Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) Lebar (m) Pemanfaatan ruwasja Penghalang pandangan pengemudi Primer Sekunder Arteri >15 >15 kolektor >10 >5 Lokal >7 >3 lingkungan >5 >2 >100 m kearah hilir dan jembatan hulu Tidak menghalangi pandangan pengemudi (100%) Kategori kelaikan komponen C. (RUANG PENGAWASAN JALAN) 11 0,0% % 20% Tidak ada (100%) 80% 20% PENETAPAN KELAIKAN TEKNIS STRUKTUR PEMANFAATAN RUANG BAGIAN- BAGIAN JALAN Standar teknis 10 m Hasil yang terukur 11 m Ruwasja sesuai dengan standar teknis penebangan pohon agar tidak menghalangi pandangan pengemudi Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 18

27 TABEL 5. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS PENYELENGGARAAN MANAJEMEN DAN REKAYASA LALULINTAS (lanjutan) A.Marka Marka pembagi jalur dan lajur, khususnya di tikungan Marka persimpanga n KELAIKAN TIAP Lebar garis 0,12 m dan Jelas (100%) 0,12 0,0% Garis pengarah, garis peringatan, garis stop, garis peringatan, zebra cross dan cevron terlihat jelas (100%) 50% 50% Zebra cross Jelas (100%) 50% 50% Standar teknis lebar marka jalan : 0,12 m Hasil yang terukur 0,12 m Kategori kelaikan komponen A. (MARKA) Perlu adanya pengecatan ulang dan pembuatan marka jalan dan zebra cross sesuai dengan standar teknis B. Rambu Keperluan manajemen lalu lintas Perlu/tidak perlu Perlu - - Ketepatan jenis rambu dan penempatannya Tepat (100%) 100% 0,0% Ketepatan pemasangan rambu-rambu lalu lintas sesuai dengan standar teknis Kategori kelaikan komponen B. (RAMBU) Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 19

28 TABEL 5. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS PENYELENGGARAAN MANAJEMEN DAN REKAYASA LALULINTAS (lanjutan) KELAIKAN TIAP C. Separator Keperluan manajemen lalu lintas Bukaan pada separator 1. Adanya dua jalur yang saling berbeda fungsi dalam satu arah 2. Adanya hambatan samping terhadap jalur utama 3. Dibutuhkan penempatan fasilitas pendukung lalu lintas Tidak ada - Tidak diperlukan Jarak antar bukaan:4m, lebar bukaan: 7m Pada segmen ini tidak diperlukan separator Kategori kelaikan komponen C. (SEPARATOR) - D. Pulau Jalan Keperluan manajemen lalu lintas Perlu/tidak perlu Tidak ada - Tidak diperlukan Warna kerb Terlihat pada malam hari (100%) Bentuk pulau jalan Marka Rambu pengarah Segitiga/persegi panjang dengan ujung pulau bulat Garis pengarah, garis peringatan, garis stop, garis peringatan, zebra cross dan cevron terlihat jelas (100%) Terdapat rambu pengarah dengan jarak antar rambu > 4m Pada segmen ini tidak diperlukan pulau jalan Kategori kelaikan komponen D. (PULAU JALAN) - Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 20

29 TABEL 5. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS PENYELENGGARAAN MANAJEMEN DAN REKAYASA LALULINTAS (lanjutan) E. Trotoar Keperluan manajemen lalu lintas Perkerasan dan kondisi trotoar Pemanfaatan oleh selain pejalan kaki Utilitas pada trotoar Sebagai fasilitas pejalan kaki Tidak ada - KELAIKAN TIAP Tidak diperlukan Baik (100%) Tidak ada (100%) Jarak terhadap tepi perkerasan 0,6 m Kategori kelaikan komponen E. (TROTOAR) - Pada segmen ini tidak diperlukan trotoar F. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) Keperluan manajemen lalu lintas Lampu pengatur Phase pengaturan Perlu/tidak perlu Tidak ada - Tidak diperlukan Jelas (100%) , 3, 4 fase Phase pejalan kaki Fasilitas bagi pe-nyandang cacat Ada (100%) Ada (100%) Pada segmen ini tidak diperlukan Alat Pemberi isyarat Lalu Lintas (APILL) Kategori kelaikan komponen F. (ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS) - Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 21

30 TABEL 5. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS PENYELENGGARAAN MANAJEMEN DAN REKAYASA LALULINTAS (lanjutan) G. Tempat Penyeberang -an Keperluan manajemen lalu lintas KELAIKAN TIAP Perlu/tidak perlu perlu - - Rambu &marka Zebra Cross, marka 2 garis melintang utuh, rambu tempat penyeberangan Zebra cross 0,0% APILL Dibutuhkan jika kecepatan diatas 40 km/jam Tidak ada - Perlindungan bagi pejalan kaki Ada (100%) Tidak ada - Tidak diperlukan Tidak diperlukan Zebra cross sudah sesuai standar teknis pengecatan ulang pada zebra cross agar sesuai dengan standar teknis Kategori kelaikan komponen G. (TEMPAT PENYEBERANGAN) PENETAPAN KELAIKAN TEKNIS PENYELENGGARAAN MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 22

31 TABEL 6. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS PERLENGKAPAN TERKAIT LANGSUNG DENGAN PENGGUNA JALAN (lanjutan) JALAN YANG A.Marka Ukuran dan warna Lebar garis 0,12 m Bersifat reflektor 0,12 m reflektor KELAIKAN TIAP 0,0% Kondisi marka Jelas (100%) 50% 50% Standar teknis: lebar garis 0,12 m dan jelas Hasil teramati: lebar garis 0,12 m dan jelas Kategori kelaikan komponen A. (MARKA) Perlu adanya pengecatan ulang terhadap marka yg eksisting perlu pembutan marka tepi jalan agar sesuai dengan standar teknis B. Rambu Ukuran dan warna Letak pada ruang jalan Jelas (100%) 100% 0,0% Rambu peringatan berwarna kuning dengan tulisan hitam ada 0,0% Rambu larangan berwarna merah dengan tulisan putih ada 0,0% Rambu perintah berwarna biru dengan tulisan putih ada 0,0% Rambu petunjuk berwarna hijau/biru dengan tulisan putih ada 0,0% Pada tepi jalan > 0,6 m dari perkerasan jalan Pada median > 0,3 m dari perkerasan jalan 0,6 0,0% - - Rambu-rambu sesuai dengan standar teknis Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 23

32 TABEL 6. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS PERLENGKAPAN TERKAIT LANGSUNG DENGAN PENGGUNA JALAN (lanjutan) JALAN YANG Pondasi, tiang, papan rambu Kedalaman pondasi minimum 0,6 m dari permukaan tanah 0,6 0,0% Tiang harus terbuat dari bahan logam Logam 0,0% Papan rambu terbuat dari alumunium alumunium 0,0% KELAIKAN TIAP Kategori kelaikan komponen B. (RAMBU) C. Separator Bentuk dan ukuran separator Letak dan ukuran bukaan Sisi luar separator menggunakan kerb normal/barrier Tinggi separator cm Ditempatkan disisi luar jalan yang mempunyai fungsi lebih tinggi Lebar bukaan 7 m Jarak antar bukaan 400 m Tidak ada - Tidak diperlukan Pada segmen ini tidak diperlukan separator Kategori kelaikan komponen C. (SEPARATOR) - D. Pulau Jalan Jalur lapak kendaraan (m) Tinggi kerb dan muka pulau jalan (m) Dimensi marka & ukuran rambu >2,5 Tidak ada - Tidak diperlukan 0,18-0, Terlihat jelas (100%) Pada segmen ini tidak diperlukan pulau jalan Kategori kelaikan komponen D. (PULAU JALAN) - Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 24

33 TABEL 6. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS PERLENGKAPAN TERKAIT LANGSUNG DENGAN PENGGUNA JALAN (lanjutan) JALAN YANG E. Trotoar Lebar trotoar (m) Bentuk dan tinggi kerb Perkerasan trotoar Fasilitas bagi penyandang cacat Pada jembatan/terowongan > 1m Pada perumahan > 1m Pada perkantoran /industri /sekolah /terminal /busstop /pertokoan /perbelanjaan > 1m Sisi luar separator menggunakan kerb normal/barrier Tinggi separator cm Tidak ada - KELAIKAN TIAP Tidak diperlukan Beton / Pasangan batu kali / Tanah / Paving Ada (100%) Kategori kelaikan komponen E. (TROTOAR) - F. Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) Letak tiang lampu APILL (m) Pada tepi jalan > 0,6 m dari perkerasan jalan Pada median > 0,3 m dari perkerasan jalan Tidak ada Pada atas jalan tinggi >5, Tidak diperlukan Pada segmen ini tidak diperlukan Trotoar Pada segmen ini tidak diperlukan Alat Pemberi Isyarat Lalu Lintas (APILL) Dimensi (lingkaran) lampu APILL Intensitas cahaya lampu APILL Keamanan alat-alat APILL Terlihat jelas (100%) Terang (100%) Ada (100%) Kategori kelaikan komponen F. (ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS (APILL)) - Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 25

34 TABEL 6. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS PERLENGKAPAN TERKAIT LANGSUNG DENGAN PENGGUNA JALAN (lanjutan) JALAN YANG G. Fasilitas Pendukung Lalu Lintas & Angkutan Jalan Tempat parkir Rambu & marka parkir Tidak diperkenankan pada badan jalan, tempat khusus parkir sebaiknya berada di luar rumija KELAIKAN TIAP Tidak ada 100% Ada (100%) Tidak ada 100% Pemberhenti an bus/angkot Panjang pemberhentian bus/angkot minimum 53m Tidak ada 100% Lampu penerangan jalan Pagar pelindung pejalan kaki dari arus kendaraan Pada tepi jalan > 0,6 m dari perkerasan jalan Pada median > 0,3 m dari perkerasan jalan 0,6 0,0% - - Pada atas jalan tinggi >5,5 6 0,0% Ada (100%) Tidak ada - Pelandaian pada trotoar Tidak ada - Tidak diperlukan Pembuatan tempat parkir dan tempat pemberhentian bus/angkot pada titik-titik KM yang memerlukan sesuai dengan standar teknis Pemasangan rambu larangan parkir rambu petunjuk parkir, pada titiktitik KM yang memerlukan sesuai dengan standar teknis Fasilitas bagi penyandang cacat Penyeberangan pelican dengan tombol Tidak ada - Pada jembatan penyeberangan dibuat ramp yang landai (1/12)/dibangun lift, rambu dan marka aksesibilitas Tidak ada - Tidak diperlukan Kategori kelaikan komponen G. (FASILITAS PENDUKUNG LALU LINTAS & ANGKUTAN JALAN) PENETAPAN KELAIKAN TEKNIS PERLENGKAPAN TERKAIT LANGSUNG DENGAN PENGGUNA JALAN Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 26

35 TABEL 7. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS PERLENGKAPAN TIDAK TERKAIT LANGSUNG DENGAN PENGGUNA JALAN (lanjutan) JALAN YANG A. Patok Pengarah Sesuai kebutuhan Letak, bentuk dan warna KELAIKAN TIAP Memberi petunjuk yang aman dan Tidak ada 100% menunjukkan batas jalur jalan Perlu adanya pemasangan patok pengarah pada titiktitik KM yang diperlukan Letak pada tepi jalan > 0,6 m dari - 100% perkerasan jalan sesuai dengan standar Bentuk persegi panjang - 100% teknis warna bersifat reflektor - 100% Kondisi fisik Baik (100%) - 100% Kategori kelaikan komponen A. (PATOK PENGARAH) B. Patok kilometer Kelengkapan per Km dan Hm Dimensi & bentuk, letak, tulisan Dipasang tiap km (100%) Tidak ada 100% letak pada tepi jalan > 0,6 m dari perkerasan jalan - 100% terlihat jelas (100%) - 100% warna bersifat reflektor - 100% Kondisi fisik Baik (100%) - 100% Kategori kelaikan komponen B. (PATOK KILOMETER) C. Patok Hektometer Kelengkapan per Km dan Hm Dimensi & bentuk, letak, tulisan Perlu adanya pemasangan patok kilometer pada titiktitik KM yang diperlukan sesuai dengan standar teknis letak pada tepi jalan > 0,6 m dari perkerasan jalan - 100% warna bersifat reflektor - 100% terlihat jelas (100%) - 100% Kondisi fisik Baik (100%) - 100% Kategori kelaikan komponen C. (PATOK HEKTOMETER) Dipasang tiap hm (100%) Tidak ada 100% Perlu adanya pemasangan patok hektometer pada titiktitik KM yang diperlukan sesuai dengan standar teknis Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 27

36 TABEL 7. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS PERLENGKAPAN TIDAK TERKAIT LANGSUNG DENGAN PENGGUNA JALAN (lanjutan) JALAN YANG D. Patok Ruang Milik Jalan (rumija) Kelengkapan (bentuk, letak, tulisan) Letak pada tepi jalan > 0,6 m dari perkerasan jalan Dipasang setiap 50 m dikedua sisi jalan warna bersifat reflektor terlihat jelas (100%) KELAIKAN TIAP Tidak ada 100% Perlu adanya pemasangan patok rumija pada titik-titik KM yang diperlukan sesuai dengan standar teknis Kondisi fisik Baik (100%) - 100% Kategori kelaikan komponen D. (PATOK RUANG MILIK JALAN) E. Patok Batas Seksi Kelengkapan (bentuk, letak, tulisan) Letak pada tepi jalan > 0,6 m dari perkerasan jalan warna bersifat reflektor terlihat jelas (100%) Tidak ada 100% Kondisi fisik Baik100% - 100% perlu adanya pemasangan patok batas seksi pada titiktitik KM yang diperlukan sesuai dengan standar teknis Kategori kelaikan komponen E. (PATOK BATAS SEKSI) F. Pagar Jalan Perlindungan terhadap pejalan kaki Memberikan perlindung kepada pejalan kaki (100%) Tidak ada - Tidak diperlukan Kondisi fisik pagar Baik (100%) Pada segmen ini tidak diperlukan pagar jalan Kategori kelaikan komponen F. (PAGAR JALAN) - Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 28

37 TABEL 7. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS PERLENGKAPAN TIDAK TERKAIT LANGSUNG DENGAN PENGGUNA JALAN (lanjutan) JALAN YANG KELAIKAN TIAP G. Tempat Istirahat Kebutuhan Minimal terdapat satu setiap 25 km Tidak ada 100% Pembuatan tempat istirahat Ketergantungan terhadap arus lalu lintas Di luar rumaja dilengkapai dengan jalan masuk dan keluar ke arteri - 100% pada titik-titik KM yang diperlukan sesuai dengan standar teknis Kondisi fisik tempat istirahat Baik (100%) - 100% Kategori kelaikan komponen G. (TEMPAT ISTIRAHAT) H. Fasilitas Perlengkapan Keamanan bagi Pengguna Jalan Rel pengaman / beton pengaman / kerb / parapet / penghalang beton median Pos polisi dibadan jalan kondisi baik (100%) 100% tahan benturan (100%) 100% 0,0% Tidak mengganggu lalu lintas (100%) Tidak ada - - Fasilitas perlengkapan keamanan bagi pengguna jalan sesuai dengan standar teknis Kategori kelaikan komponen H. (FASILITAS PERLENGKAPAN KEAMANAN BAGI PENGGUNA JALAN) PENETAPAN KELAIKAN TEKNIS PERLENGKAPAN TIDAK TERKAIT LANGSUNG DENGAN PENGGUNA JALAN Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 29

38 TABEL 8. HASIL UJI LAIK FUNGSI ADMINISTRASI JALAN (lanjutan) DOKUMEN A. Status Jalan Ketersediaan dokumen status jalan Kelengkapan dokumen status jalan Legalitas dokumen status jalan jalan nasional jalan provinsi jalan kabupaten jalan kota jalan desa SYARAT KETERSEDIAAN KELAIKAN DOKUMEN JALAN **) Dokumen status jalan lengkap dan legal Dokumen status jalan tertuang dalam Keputusan Menteri Pekerjaan Umum nomor 567/KPTS/M/2010 tentang Rencana Umum Jaringan Jalan Nasional B. Kelas Jalan Ketersediaan dokumen kelas jalan Kelengkapan dokumen kelas jalan Legalitas dokumen kelas jalan Berdasarkan penggunaan jalan Berdasarkan prasarana jalan Kelas I Kelas II Kelas III Kelas khusus Jalan bebas hambatan ( freeway ) Jalan raya ( highway ) Jalan sedang ( road ) Jalan kecil ( street ) Kelas penggunaan jalan adalah kelas III, tetapi belum ada dokumennya Pembuatan dokumen kelas penggunaan jalan disertai legalitasnya Kelas prasarana jalan adalah jalan raya, tetapi belum ada dokumennya Pembuatan dokumen kelas prasarana jalan disertai legalitasnya C. Kepemilikan Tanah Rumija D. Penetapan Petunjuk, Perintah, dan Larangan Ketersediaan dokumen rumija Kelengkapan dokumen rumija Legalitas dokumen rumija Ketersediaan dokumen penetapan fasilitas perlengkapan keselamatan jalan Kelengkapan dokumen penetapan fasilitas perlengkapan keselamatan jalan Legalitas dokumen penetapan fasilitas perlengkapan keselamatan jalan Sertifikat hak milik Sertifikat hak guna lahan Surat ijin membangun bangunan jalan Rambu petunjuk Rambu perintah Rambu larangan Rambu peringatan Pembebasan jalan sesuai design jalan ada tetapi dokumen kepemilikan tanah rumija belum ada Pembuatan dokumen kepemilikan tanah rumija jalan disertai legalitasnya Penetapan petunjuk, perintah, dan larangan sudah ada di dalam gambar rencana jalan tetapi belum ada legalitasnya Pembuatan dokumen penetapan petunjuk, perintah dan larangan disertai legalitasnya Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 30

39 TABEL 8. HASIL UJI LAIK FUNGSI ADMINISTRASI JALAN (lanjutan) DOKUMEN E. Dokumen Lingkungan F. Leger Jalan Ketersediaan dokumen Lingkungan Kelengkapan dokumen Lingkungan Legalitas dokumen Lingkungan Ketersediaan dokumen leger jalan Kelengkapan dokumen leger jalan Legalitas dokumen leger jalan Dokumen AMDAL Dokumen UKL - UPL Dokumen SPPL Data identitas jalan Data jalan Peta lokasi ruas jalan Data rumija PENETAPAN KELAIKAN DOKUMEN JALAN ADMINISTRASI JALAN SYARAT KETERSEDIAAN KELAIKAN DOKUMEN JALAN **) Belum ada dokumen lingkungan Pembuatan dokumen dokumen lingkungan disertai legalitasnya Dokumen leger jalan belum lengkap Pembuatan dokumen leger jalan disertai legalitasnya Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 31

40 TABEL 9. REKAPITULASI HASIL UJI LAIK FUNGSI JALAN PADA SEGMEN 1 Aspek kelaikan yang dievaluasi Kategori kelaikan I. PENERAPAN 1. teknis geometrik jalan 2. teknis struktur perkerasan jalan 3. teknis struktur bangunan pelengkap jalan 4. teknis pemanfaatan ruang bagian-bagian jalan 5. teknis penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalu lintas 6. teknis perlengkapan yang terkait langsung dengan pengguna jalan 7. teknis perlengkapan yang tidak terkait langsung dengan pengguna jalan Penetapan kategori kelaikan teknis jalan II. KEPEMILIKAN DOKUMEN ADMINISTRASI DIMILIKI 1. Penetapan petunjuk, perintah, dan larangan 2. Status jalan 3. Kelas jalan 4. Kepemilikan Tanah Rumija 5. Dokumen Lingkungan 6. Leger jalan Penetapan kategori kelaikan administrasi jalan Penetapan kategori kelaikan segmen 1 (KM KM dari Kota Banjarmasin) pada ruas Pagatan - Batu Licin Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 32

41 Tabel A. Panjang bagian lurus maksimum ruas jalan Fungsi Panjang Bagian Lurus Maksimum Datar Perbukitan Pegunungan Arteri Kolektor Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometri Jalan Antar Kota (No.038.TBM/1997) Tabel B. Jarak pandang henti (Jh) minimum untuk jalan antar kota V R (km/jam) J h minimum (m) Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometri Jalan Antar Kota (No.038.TBM/1997) Tabel C. Jarak pandang henti (Jh) minimum untuk jalan dalam kota V R (km/jam) J h minimum (m) Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometri Jalan Perkotaan (RSNI T ) Tabel D. Panjang jarak pandang mendahului (Jd) minimum untuk jalan antar kota V R (km/jam) J d minimum (m) Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometri Jalan Antar Kota (No.038.TBM/1997) Tabel E. Jarak pandang mendahului (Jd) minimum untuk jalan dalam kota V R (km/jam) J h minimum (m) Sumber : Standar Perencanaan Geometri untuk Jalan Perkotaan (maret 1992) Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 33

42 Tabel F. Panjang jari-jari minimum V R (km/jam) Jari-jari minimum R min (m) Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometri Jalan Antar Kota (No.038.TBM/1997) Tabel G. kelandaian maksimum yang diizinkan pada alinemen vertikal V R (km/jam) <40 Kelandaian maksimal (%) Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometri Jalan Antar Kota (No.038.TBM/1997) Tabel H. Panjang kritis pada alinemen vertikal Kecepatan pada awal tanjakan (km/jam) Kelandaian (%) Sumber : Tata Cara Perencanaan Geometri Jalan Antar Kota (No.038.TBM/1997) Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 1) - 34

43 HASIL SURVAI DAN ANALISIS UJI LAIK FUNGSI JALAN PADA SEGMEN 2 NOMOR RUAS : (036)011

44 HASIL SURVAI DAN ANALISIS UJI LAIK FUNGSI JALAN PADA SEGMEN 2 PENYELENGGARA JALAN : Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) VII NAMA RUAS Pagatan - Batu Licin PANJANG RUAS 27,823 KM NOMOR RUAS (036)011 Km Km KM KM SEGMEN Dari Kota Banjarmasin PANJANG SEGMEN SISTEM JARINGAN PRIMER SEKUNDER 3,236 KM (KM KM ) KLASIFIKASI JALAN STATUS FUNGSI KELAS PRASARANA NASIONAL PROVINSI KABUPATEN KOTA Desa Kecepatan maksimal yang diizinkan : 80 km/jam ARTERI KOLEKTOR LOKAL LINGKUNGAN JALAN BEBAS HAMBATAN (JBH) JALAN RAYA (JR) JALAN SEDANG (JS) JALAN KECIL (JK) KELAS PENGGUNAAN KELAS I KELAS II KELAS III KELAS Khusus MEDAN JALAN DATAR BUKIT GUNUNG SK Pembentukan Tim Uji Laik Fungsi Jalan Nasional Di Lingkungan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN)-VII, nomor: 110/KPTS/M/2012, Tanggal: 22 Mei 2012 Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 2) - 1

45 TABEL 1. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS GEOMETRIK JALAN (lanjutan) A. POTONGAN MELINTANG BADAN JALAN 1.Lajur Lalu Lintas keberfungsian Kesesuaian dengan lalu lintas yang harus dilayani (smp/hari) Arteri / Kolektor / Lokal / Lingkungan Primer / sekunder Kelas prasarana jalan LHRT JBH JR JS JK Kolektor Primer KELAIKAN TIAP ,0% Jumlah lajur Lebar lajur jalan (m) Kemiringan melintang (%) Kelas prasarana jalan Kategori sub kelaikan komponen A.1 (lajur lalu lintas) 2.Bahu Lebar bahu (m) Posisi muka bahu terhadap muka jalan (cm) Sistem Jaringan jalan Primer Lebar (m) JBH 3,5 JR 3,5 JS 3,5 JK 2,75 3,5 0,0% 2 3% 2 0,0% Kelas prasarana jalan Lebar JBH 3,5 Sekunder 0,25 JR 2,0 JS 1,0 JK 1,0 1,5 25% Menerus dengan permukaan jalan 0 0,0% Standar teknis 3,5 m Hasil yang terukur 3 m lajur lalu lintas sesuai dengan standar teknis Standar teknis > 2,0 m Hasil yang terukur bahu 1,5 m kekurangan lebar bahu : 0,5 m Pemeliharaan rutin bahu jalan secara rutin sesuai dengan standar teknis Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 2) - 2

46 TABEL 1. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS GEOMETRIK JALAN (lanjutan) Kemiringan melintang (%) KELAIKAN TIAP 6% 3 0,0% Kategori kelaikan sub komponen A.2. (bahu) 3.Median Lebar median (m) Tipe Datar (jarak 2 garis utuh) Lebar 0,18 ditinggikan 1,2 diturunkan 9 0,3 0,75 LT standar teknis lebar median : 1,2 m hasil ukur lapangan : 0,3 m kekurangan lebar median : 0,9 m Tipe median Datar / Ditinggikan / Diturunkan Ditinggikan - - Perkerasan median Bukaan pada median Tipe median Datar Diturunkan Ditinggikan Lebar bukaan 7 m Jarak antar bukaan 400 m Jenis perkerasan 2 buah garis utuh dengan marka serong didalamnya Material yang mampu meredam kecepatan Beton dengan rumput pada permukaannya serta menggunakan kerb (tinggi 18 25cm) Beton dengan permukaan plesteran serta menggunakan kerbs 25 cm 7 0,0% 400 0,0% 100% perlu adanya pelebaran median sesuai dengan standar teknis Perlu adanya pembuatan median pada titik-titik KM yang diperlukan sesuai dengan standar teknis Kategori kelaikan sub komponen A.3. (median) Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 2) - 3

47 TABEL 1. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS GEOMETRIK JALAN (lanjutan) 4.Selokan Samping Lebar/dimensi selokan samping KELAIKAN TIAP Dapat menampung air hujan (100%) 0,0% 100% Belum terdapat selokan Bentuk selokan samping Fungsi mengalirkan air Kategori kelaikan sub komponen A.4. (selokan samping) Trapesium / segitiga / segiempat / setengah lingkaran - 100% Tidak tersumbat (100%) - 100% Perlu pembuatan selokan samping pada titik-titik KM yang diperlukan sesuai dengan standar teknis 5.Ambang Pengaman Lebar ambang pengaman (m) Pengamanan konstruksi jalan 1 m 0 100% Ada (100%) 100% 0,0% Standar teknis : Ambang pengaman 1 m Hasil Ukur : 0 m Kekurangan 1 m Pembebasan lahan untuk ambang pengaman 1 m sesuai dengan standar teknis Kategori kelaikan sub komponen A.5.(ambang pengaman) Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 2) - 4

48 TABEL 1. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS GEOMETRIK JALAN (lanjutan) 6.Alat-alat Pengaman Lalu Lintas Kebutuhan Perlu - Ketersediaan (%) Tidak ada 100% KELAIKAN TIAP Rel pengaman Kondisi (%) Baik (100%) - 100% Jarak dari marka tepi jalan (m) Tinggi dari muka tanah (m) Jarak antar tiang vertikal (m) 0,6-100% 0,7-100% 4-100% Penghalang beton Kebutuhan Perlu - Ketersediaan (%) Tidak ada 100% Kondisi (%) Baik (100%) - 100% Jarak dari marka tepi jalan (m) Tinggi dari muka tanah (m) 0,6-100% 0,85-100% Perlu adanya pemasangan alat-alat pengaman lalu lintas pada titik-titik KM yang diperlukan sesuai dengan standar teknis Mutu beton (K) % Kategori kelaikan sub komponen A.6.(alat-alat pengaman lalulintas) Kategori kelaikan komponen A. (POTONGAN MELINTANG JALAN) Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 2) - 5

49 TABEL 1. HASIL UJI LAIK FUNGSI TEKNIS GEOMETRIK JALAN (lanjutan) KELAIKAN TIAP B ALINEMEN HORISONTAL 1.Bagian Lurus Panjang bagian jalan yang lurus (m) Jarak pandang (m) Lingkungan sekitar jalan JPH JPM Antar kota Dalam kota Antar kota Dalam kota Kategori kelaikan sub komponen B.1. (bagian lurus) Tabel A 400 0,0% Pemukiman / komersial / akses terbatas Tabel B Tabel C Tabel D Tabel E ,0% Pemukiman - Alinemen Horisontal bagian lurus sesuai dengan standar teknis 2.Bagian Tikungan Radius tikungan (m) Tabel F 210 0,0% Superelevasi (%) Antar kota Dalam kota ,0% Jarak pandang (m) JPH JPM Antar kota Dalam kota Antar kota Dalam kota Tabel B Tabel C Tabel D Tabel E 120 0,0% 550 0,0% Alinemen Horisontal bagian tikungan sesuai dengan standar teknis Kategori kelaikan sub komponen B.2. (bagian tikungan) Hasil Survai dan Analisis Uji Laik Fungsi Jalan (Segmen 2) - 6

HASIL MONITORING DAN EVALUASI KONDISI JALAN KOTA DI KOTA PEKANBARU

HASIL MONITORING DAN EVALUASI KONDISI JALAN KOTA DI KOTA PEKANBARU MONITORING DAN EVALUASI KONDISI JALAN KOTA DI KOTA PEKANBARU PENYELENGGARA JALAN Nomor/Nama Ruas Panjang Ruas Segmen ke Panjang Segmen dari Pangkal Ruas Dinas Bina Marga dan Sumber Daya Air Kota Pekanbaru

Lebih terperinci

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR

LAMPIRAN III PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR A.1. A.1.1. A.1.1.1. Lajur Lalu-lintas A.1.1.2. Bahu A.1.1.3. Median A.1.1.4. Selokan Samping UJI FUNGSI TEKNIS GEOMETRIK Potongan melintang badan jalan Lebar lajur Fungsi jalan Jumlah lajur Arus Lalu-lintas

Lebih terperinci

Tatacara Penetapan dan Persyaratan. Direktorat Bina Teknik DitJen Bina Marga

Tatacara Penetapan dan Persyaratan. Direktorat Bina Teknik DitJen Bina Marga Tatacara Penetapan dan Persyaratan Laik Fungsi Jalan Direktorat Bina Teknik DitJen Bina Marga Daftar Isi Draft PERMEN LFJU Menimbang; Mengingat; dan Memutuskan Bab I: Ketentuan Umum (ps 1) Bab II: Tujuan

Lebih terperinci

3.4 Uji Laik Fungsi Jalan Teknis Geometrik Jalan Teknis Struktur Perkerasan Jalan Teknis Struktur Bangunan

3.4 Uji Laik Fungsi Jalan Teknis Geometrik Jalan Teknis Struktur Perkerasan Jalan Teknis Struktur Bangunan x 3.4 Uji Laik Fungsi Jalan... 18 3.4.1 Teknis Geometrik Jalan... 18 3.4.2 Teknis Struktur Perkerasan Jalan... 34 3.4.3 Teknis Struktur Bangunan Pelengkap Jalan... 37 3.4.4 Teknis Pemanfaatan Ruang Bagian-Bagian

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 147 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Penelitian Analisis Kelaikan Fungsi Jalan Secara Teknis dengan Metode Kuantitatif dimaksudkan untuk menilai fungsi suatu ruas jalan ditinjau dari segi teknis.

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27

PEDOMAN. Perencanaan Trotoar. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN 1-27 PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Perencanaan Trotoar DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN JALAN DAN JEMBATAN 1-27 Daftar Isi Daftar Isi Daftar Tabel

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN BERKESELAMATAN

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN BERKESELAMATAN - 1-1. PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN BERKESELAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta UJI LAIK FUNGSI JALAN DALAM MEWUJUDKAN JALAN YANG BERKESELAMATAN (STUDI KASUS JALAN UTAMA DI PUSAT KOTA TERNATE) Josanty Zachawerus Jurusan Manajemen Proyek Konstruksi Magister Teknik Sipil, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Konstruksi dan Bangunan. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-17-2004-B Perencanaan Median Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

PERSYARATAN TEKNIS JALAN UNTUK RUAS JALAN DALAM SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER < < <

PERSYARATAN TEKNIS JALAN UNTUK RUAS JALAN DALAM SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER < < < SPESIFIKASI PENYEDIAAN PRASARANA JALAN LHRT (SMP/H ari) PERSYARATAN TEKNIS JALAN UNTUK RUAS JALAN DALAM SISTEM JARINGAN JALAN PRIMER JALAN BEBAS HAMBATAN Medan Datar < 156.000 < 117.000 Medan Bukit < 153.000

Lebih terperinci

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar

Penampang Melintang Jalan Tipikal. dilengkapi Trotoar Penampang melintang merupakan bentuk tipikal Potongan jalan yang menggambarkan ukuran bagian bagian jalan seperti perkerasan jalan, bahu jalan dan bagian-bagian lainnya. BAGIAN-BAGIAN DARI PENAMPANG MELINTANG

Lebih terperinci

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan

BAB V MEDIAN JALAN. 5.2 Fungsi median jalan BAB V MEDIAN JALAN 5.1 Macam-macam Median Jalan 1. Pemisah adalah suatu jalur bagian jalan yang memisahkan jalur lalulintas. Tergantung pada fungsinya, terdapat dua jenis Pemisah yaitu Pemisah Tengah dan

Lebih terperinci

Persyaratan Teknis jalan

Persyaratan Teknis jalan Persyaratan Teknis jalan Persyaratan Teknis jalan adalah: ketentuan teknis yang harus dipenuhi oleh suatu ruas jalan agar jalan dapat berfungsi secara optimal memenuhi standar pelayanan minimal jalan dalam

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI

PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi

Lebih terperinci

Penempatan marka jalan

Penempatan marka jalan Penempatan marka jalan 1 Ruang lingkup Tata cara perencanaan marka jalan ini mengatur pengelompokan marka jalan menurut fungsinya, bentuk dan ukuran, penggunaan serta penempatannya. Tata cara perencanaan

Lebih terperinci

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Spesifikasi geometri teluk bus

Spesifikasi geometri teluk bus Standar Nasional Indonesia Spesifikasi geometri teluk bus ICS : 93.080.01 Badan Standardisasi Nasional BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN BAB 2 PENAMPANG MELINTANG JALAN Penampang melintang jalan adalah potongan melintang tegak lurus sumbu jalan, yang memperlihatkan bagian bagian jalan. Penampang melintang jalan yang akan digunakan harus

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM. Nomor : 11 /PRT/M/2010 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN LAIK FUNGSI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM. Nomor : 11 /PRT/M/2010 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN LAIK FUNGSI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 11 /PRT/M/2010 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN LAIK FUNGSI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Umum Fasilitas pejalan kaki adalah seluruh bangunan pelengkap yang disediakan untuk pejalan kaki guna memberikan pelayanan demi kelancaran, keamanan dan kenyamanan, serta keselamatan

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN

Perencanaan Geometrik & Perkerasan Jalan PENDAHULUAN PENDAHULUAN Angkutan jalan merupakan salah satu jenis angkutan, sehingga jaringan jalan semestinya ditinjau sebagai bagian dari sistem angkutan/transportasi secara keseluruhan. Moda jalan merupakan jenis

Lebih terperinci

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG

BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG BAB II KOMPONEN PENAMPANG MELINTANG Memperhatikan penampang melintang jalan sebagaimana Bab I (gambar 1.6 dan gambar 1.7), maka akan tampak bagian-bagian jalan yang lazim disebut sebagai komponen penampang

Lebih terperinci

ANALISIS LAIK FUNGSI JALAN ARTERI DI KOTA MAKASSAR. Kata kunci : transportasi, laik fungsi, standar teknis.

ANALISIS LAIK FUNGSI JALAN ARTERI DI KOTA MAKASSAR. Kata kunci : transportasi, laik fungsi, standar teknis. ANALISIS LAIK FUNGSI JALAN ARTERI DI KOTA MAKASSAR H. Nur Ali 1, M. Isran Ramli 1, Wilda Isnaeni 2 Abstrak Ruas jalan arteri di Kota Makassar merupakan jalan yang berfungsi sebagai jalur transportasi masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengelompokan Jalan Menurut Undang Undang No. 38 Tahun 2004 tentang jalan, ditinjau dari peruntukannya jalan dibedakan menjadi : a. Jalan khusus b. Jalan Umum 2.1.1. Jalan

Lebih terperinci

PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS

PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS PEDOMAN PERENCANAAN FASILITAS PENGENDALI KECEPATAN LALU LINTAS 1 Ruang lingkup Pedoman ini meliputi ketentuan untuk perencanaan fasilitas pengendali kecepatan lalu lintas di jalan kecuali jalan bebas hambatan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Evaluasi teknis adalah mengevaluasi rute dari suatu ruas jalan secara umum meliputi beberapa elemen yang disesuaikan dengan kelengkapan data yang ada atau tersedia

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN. Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DIREKTORAT BINA SISTEM TRANSPORTASI PERKOTAAN Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan Jalan

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas) SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 13 (Tiga belas) A. Tujuan Instruksional 1. Umum Mahasiswa dapat memahami

Lebih terperinci

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam

KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN. Supriyanto. Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam KONSEP THE CITY OF PEDESTRIAN Supriyanto Dosen Tetap Prodi Teknik Arsitektur FT UNRIKA Batam Kalau kita berjalan kaki di suatu kawasan atau daerah, kita mempunyai tempat untuk mengekspresikan diri ( yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Keselamatan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Keselamatan Jalan Keselamatan jalan adalah upaya dalam penanggulangan kecelakaan yang terjadi di jalan raya yang tidak hanya disebabkan oleh faktor kondisi kendaraan maupun pengemudi,

Lebih terperinci

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B

PEDOMAN. Perencanaan Separator Jalan. Konstruksi dan Bangunan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH. Pd. T B PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Pd. T-15-2004-B Perencanaan Separator Jalan DEPARTEMEN PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH Daftar isi Daftar isi Daftar tabel. Daftar gambar Prakata. Pendahuluan. i ii ii iii

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : SK.603/AJ 401/DRJD/2007 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA RUAS JALAN JALAN TOL CIREBON (PALIMANAN KANCI)

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 61 TAHUN 1993 TENTANG RAMBU-RAMBU LALU LINTAS DI JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA STANDAR Konstruksi dan Bangunan No. 007/BM/009 Geometri Jalan Bebas Hambatan Untuk Jalan Tol DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DAFTAR ISI Daftar Isi.. i Prakata. ii Pendahuluan...

Lebih terperinci

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator);

POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Parit tepi (side ditch), atau saluran Jalur lalu-lintas (travel way); drainase jalan; Pemisah luar (separator); POTONGAN MELINTANG (CROSS SECTION) Pengertian Umum Potongan melintang jalan (cross section) adalah suatu potongan arah melintang yang tegak lurus terhadap sumbu jalan, sehingga dengan potongan melintang

Lebih terperinci

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR : HK.205/1/1/DRJD/2006 TENTANG PENGATURAN LALU LINTAS YANG BERSIFAT PERINTAH DAN/ATAU LARANGAN PADA RUAS JALAN TOL LINGKAR LUAR JAKARTA (JORR) I E1 SEKSI

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 161 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. KESIMPULAN Berdasarkan keseluruhan hasil perencanaan yang telah dilakukan dalam penyusunan Tugas Akhir ini, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai

BAB III LANDASAN TEORI. hanya melibatkan satu kendaraan tetapi beberapa kendaraan bahkan sering sampai 19 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pasti akan menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian secara materil. Kasus inilah juga yang sering terjadi di Jalan Tanjakan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM. Nomor : 11 /PRT/M/2010 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN LAIK FUNGSI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM. Nomor : 11 /PRT/M/2010 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN LAIK FUNGSI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM Nomor : 11 /PRT/M/2010 TENTANG TATA CARA DAN PERSYARATAN LAIK FUNGSI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : Mengingat : bahwa sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 19/PRT/M/2011 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 19/PRT/M/2011 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 19/PRT/M/2011 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS JALAN DAN KRITERIA PERENCANAAN TEKNIS JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan) Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan Mata Kuliah Manajemen Lalu Lintas Jurusan Teknik Sipil dan Lingkungan, FT UGM Pendahuluan Yang termasuk pejalan kaki : 1. Pejalan kaki itu sendiri

Lebih terperinci

RSNI-T-XX-2008 RSNI. Standar Nasional Indonesia. Standar geometri jalan bebas hambatan untuk jalan tol. ICS Badan Standarisasi Nasional BSN

RSNI-T-XX-2008 RSNI. Standar Nasional Indonesia. Standar geometri jalan bebas hambatan untuk jalan tol. ICS Badan Standarisasi Nasional BSN RSNI Standar Nasional Indonesia RSNI-T-XX-2008 Standar geometri jalan bebas hambatan untuk jalan tol 2008 ICS Badan Standarisasi Nasional BSN Prakata Standar geometrik jalan bebas hambatan untuk jalan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 5.1 Lokasi Penelitian U Gambar 5.1 Lokasi Penelitian Gambar 5.2 Lokasi Penelitian 30 31 Pemilihan titik lokasi penelitian seperti pada Gambar 5.2, pemilihan lokasi ini

Lebih terperinci

TATA CARA PERENCANAAN PEMISAH NO. 014/T/BNKT/1990

TATA CARA PERENCANAAN PEMISAH NO. 014/T/BNKT/1990 TATA CARA PERENCANAAN PEMISAH NO. 014/T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA P R A K A T A Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a. bahwa jalan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang

BAB III LANDASAN TEORI. Jalan Wonosari, Piyungan, Bantul, banyak terjadi kecelakaan lalu lintas yang BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Kecelakaan lalu lintas yang sering terjadi pasti akan menimbulkan korban jiwa dan juga kerugian secara materil. Kasus inilah yang juga sering terjadi di Jalan Wonosari,

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik Jalan

Perencanaan Geometrik Jalan MODUL PERKULIAHAN Perencanaan Geometrik Jalan Pengantar Perencanaan Geometrik Jalan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Teknik Sipil Tatap Muka Kode MK 02 Disusun Oleh Reni Karno Kinasih, S.T., M.T Abstract

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Trotoar Menurut keputusan Direktur Jenderal Bina Marga No.76/KPTS/Db/1999 tanggal 20 Desember 1999 yang dimaksud dengan trotoar adalah bagian dari jalan raya yang khusus disediakan

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5

ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5 ANALISIS DAN PEMBAHASAN 5 Pada bab ini akan diuraikan analisis data dari hasil survei primer dan sekunder yang dilakukan pada Studi Evaluasi Lokasi Black Spot di Jalur Utara dan Selatan Pulau Jawa dalam

Lebih terperinci

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA

PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA PERENCANAAN GEOMETRIK DAN PERKERASAN RUAS JALAN ARIMBET-MAJU-UJUNG-BUKIT-IWUR PROVINSI PAPUA Sabar P. T. Pakpahan 3105 100 005 Dosen Pembimbing Catur Arief Prastyanto, ST, M.Eng, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan

BAB 1 PENDAHULUAN Tahapan Perencanaan Teknik Jalan BAB 1 PENDAHULUAN Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap jalan, dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN ALAT PENGENDALI LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

Lebih terperinci

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193, 2013 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990

PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan kehidupan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki.

BAB III LANDASAN TEORI. memberikan pelayanan yang optimal bagi pejalan kaki. BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Definisi Jalur Pejalan Kaki Pejalan kaki merupakan salah satu pengguna jalan yang memiliki hak dalam penggunaan jalan. Oleh sebab itu, fasilitas bagi pejalan kaki perlu disediakan

Lebih terperinci

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000

5/11/2012. Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University. Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Source:. Gambar Situasi Skala 1:1000 Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Gambar Situasi Skala 1:1000 Penentuan Trace Jalan Penentuan Koordinat PI & PV Perencanaan Alinyemen Vertikal

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi,

BAB III LANDASAN TEORI. diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, 18 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR 353/KPTS/M/2001 TENTANG KETENTUAN TEKNIK, TATA CARA PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN JALAN TOL

KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR 353/KPTS/M/2001 TENTANG KETENTUAN TEKNIK, TATA CARA PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN JALAN TOL KEPUTUSAN MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH NOMOR 353/KPTS/M/2001 TENTANG KETENTUAN TEKNIK, TATA CARA PEMBANGUNAN DAN PEMELIHARAAN JALAN TOL MENTERI PERMUKIMAN DAN PRASARANA WILAYAH, Menimbang:

Lebih terperinci

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34

2 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5422); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 34 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1244, 2014 KEMENHUB. Jalan. Marka. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012

BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, Mei 2012 BLACKSPOT INVESTIGATION WORKSHOP Surabaya, 30-31 Mei 2012 Pengemudi dan pengendara menangkap 90% informasi melalui mata mereka! Engineer harus menyampaikan informasi berguna melalui rambu-rambu dan garis

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Outline. Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri simpang

Outline. Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri simpang Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Outline Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Evaluasi Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2016), yang dimaksud dengan evaluasi adalah pengumpulan dan pengamatan dari berbagai macam bukti untuk mengukur dampak dan efektivitas

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 60 TAHUN 1993 T E N T A N G MARKA JALAN MENTERI PERHUBUNGAN Menimbang : a. Bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan Lalu Lintas

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing) BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Umum 2.1.1. Fasilitas penyeberangan pejalan kaki Dalam Setiawan. R. (2006), fasilitas penyeberangan jalan dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu: a. Penyeberangan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 34 TAHUN 2014 TENTANG MARKA JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI V.1 TINJAUAN UMUM Dalam Bab ini, akan dievaluasi tanah dasar, lalu lintas, struktur perkerasan, dan bangunan pelengkap yang ada di sepanjang ruas jalan Semarang-Godong. Hasil evaluasi

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang Mengingat : a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana

Lebih terperinci

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,

BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi mempunyai

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PENEMPATAN RAMBU LALU LINTAS, MARKA JALAN DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH

MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH MODUL 3 : PERENCANAAN JARINGAN JALAN DAN PERENCANAAN TEKNIS TERKAIT PENGADAAN TANAH Diklat Perencanaan dan Persiapan Pengadaan Tanah KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT BADAN PENGEMBANGAN SUMBER

Lebih terperinci

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN

MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA. From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN MANUAL KAPASITAS JALAN INDONESIA From : BAB 5 (MKJI) JALAN PERKOTAAN 1.1. Lingkup dan Tujuan 1. PENDAHULUAN 1.1.1. Definisi segmen jalan perkotaan : Mempunyai pengembangan secara permanen dan menerus minimum

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH

BUPATI BANGKA TENGAH BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa jalan

Lebih terperinci

BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN

BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN BAB II PENAMPANG MELINTANG JALAN Penampang melintang jalan adalah potongan suatu jalan tegak lurus pada as jalannya yang menggambarkan bentuk serta susunan bagian-bagian jalan yang bersangkutan pada arah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. situasi dimana seorang atau lebih pemakai jalan telah gagal mengatasi lingkungan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi Kecelakaan Kecelakaan dapat didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang jarang dan tidak tentu kapan terjadi dan bersifat multi faktor yang selalu didahului oleh situasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN TUGAS AKHIR I - 1. D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung

BAB I PENDAHULUAN LAPORAN TUGAS AKHIR I - 1. D4 Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bandung BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu kota metropolitan yang sedang berkembang menjadi kota jasa, perkembangan tempat komersil terjadi dengan begitu pesat dan hampir merata

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15

LAMPIRAN A HASIL CHECKLIST LANJUTAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMATAN JALAN YOGYAKARTA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15 LAMPIRAN A HASIL CHECKLIS LANJUAN PEMERIKSAAN INSPEKSI KESELAMAAN JALAN OGAKARA SOLO KM 10 SAMPAI DENGAN KM 15 79 80 abel 1 Kondisi Umum 1 1.1 Kelas / Fungsi Jalan 1.2 Median/Separator Kondisi Umum a ()/

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Inspeksi Keselamatan Jalan Tingginya angka lalu lintas, maka salah satu cara untuk mengurangi tingkat kecelakaan adalah dengan melakukan Inspeksi Keselamatan Jalan.

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM 14 TAHUN 2006 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS DI JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinikan sebagai pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN, KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 62 TAHUN 1993 T E N T A N G ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Aspek Lalu Lintas BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Klasifikasi Fungsi Jalan Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 tahun 2006 tentang jalan, klasifikasi jalan menurut fungsinya terbagi

Lebih terperinci

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas.

Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas. Perda No. 19/2001 tentang Pengaturan Rambu2 Lalu Lintas, Marka Jalan dan Alat Pemberi Izyarat Lalu Lintas. PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 19 TAHUN 2001 TENTANG PENGATURAN RAMBU-RAMBU LALU LINTAS,

Lebih terperinci

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN

BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN BAB 3 PARAMETER PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN 3.1. Kendaraan Rencana Kendaraan rencana adalah kendaraan yang merupakan wakil dari kelompoknya. Dalam perencanaan geometrik jalan, ukuran lebar kendaraan rencana

Lebih terperinci

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH) SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH) Disusun oleh : M A R S O N O NIM. 03109021 PROGAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS

Lebih terperinci

UU NO. 38 TAHU UN 2004 & PP No. 34 TA AHUN 2006 TENTANG JALAN DIREKTORAT BINA TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM

UU NO. 38 TAHU UN 2004 & PP No. 34 TA AHUN 2006 TENTANG JALAN DIREKTORAT BINA TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM UU NO. 38 TAHU UN 2004 & PP No. 34 TA AHUN 2006 UU No. 38 TAHUN 2004 & PP No. 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DIREKTORAT BINA TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM A. Jalan menurut

Lebih terperinci

EVALUASI ALINEMEN HORIZONTAL PADA RUAS JALAN SEMBAHE SIBOLANGIT

EVALUASI ALINEMEN HORIZONTAL PADA RUAS JALAN SEMBAHE SIBOLANGIT EVALUASI ALINEMEN HORIZONTAL PADA RUAS JALAN SEMBAHE SIBOLANGIT TUGAS AKHIR Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat untuk menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil Oleh: DARWIN LEONARDO PANDIANGAN

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Umum Menurut Miro (2002), seiring dengan perkembangan jaman, objek yang diangkut selalu bertambah seperti pertambahan jumlah penduduk, urbanisasi, produksi ekonomi, pendapatan

Lebih terperinci

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan

Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan ICS 93.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi... Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...

Lebih terperinci

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN TOL SEMARANG KENDAL

LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN TOL SEMARANG KENDAL LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN TUGAS AKHIR PERENCANAAN JALAN TOL SEMARANG KENDAL Disusun Oleh : RADITYO ARDHIAN PRATAMA L2A000142 RONNY SAGITA L2A000157 Disetujui dan disahkan pada : Hari : Tanggal : Dosen

Lebih terperinci

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur

Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur E69 Perencanaan Geometrik dan Perkerasan Jalan Tol Pandaan-Malang dengan Jenis Perkerasan Lentur Muhammad Bergas Wicaksono, Istiar Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 05 TAHUN 2006 T E N T A N G MARKA JALAN, RAMBU LALU LINTAS DAN ALAT PEMBERI ISYARAT LALU LINTAS JALAN DALAM KOTA PANGKALPINANG DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 20/PRT/M/2010 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci