Pengaruh Pemberian Pakan Tambahan Terhadap Tingkat Pertumbuhan Maya Ekaningtyas dan Ardiansyah Abstrak: Ikan bandeng (Chanos chanos) adalah salah satu jenis ikan yang banyak di konsumsi oleh masyarakat di daerah Kabupaten dan Kota Bima. Selain itu, masyarakatnya banyak yang menggeluti pekerjaan sebagai petani tambak ikan bandeng. Akan tetapi, dalam kenyataannya, tidak jarang petani tambak mengalami kegagalan yaitu terjadinya penurunan hasil produksi ikan bandeng. Berbagai cara telah dicoba untuk dapat meningkatkan hasil produksi ikan bandeng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan tambahan terhadap pertumbuhan benih ikan bandeng (Chanos chanos) pada saat pendederan. Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimen menggunakan rancangan acak kelompok (RAK). Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan benih ikan bandeng yang ada di dalam tambak pada pendederan kedua. Sampelnya adalah seluruh benih ikan bandeng pada setiap petakan (perlakuan). Perlakuan dengan tiga kali (3x) pengulangan (P1, P2, P3), masing-masing perlakuan dengan jumlah benih bandeng P1 20 ekor, P2 25 ekor, P3 30 ekor sehingga diperoleh sembilan (9) petakan dengan jumlah total 225 ekor. Pakan tambahan yang digunakan adalah konsentrat AT,51 dengan dosis yang sama, yaitu 10 dari berat total biomassa dengan dosis sama (10%) selama seminggu diberikan rutin tiga kali (3x) dalam sehari. Tiap dua minggu mengalami penambahan dosis makanan sebanyak 1/3 dari dosis dua minggu sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan, bahwa pemberian pakan tambahan dengan dosis yang sama (10%) dan jumlah benih ikan bandeng yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan benih ikan bandeng. Rata-rata pertumbuhan benih ikan bandeng yang tertinggi terdapat pada perlakuan kedua (P2) yaitu sebesar 109,40%. Kata Kunci: Pakan tambahan, laju pertumbuhan, ikan Bandeng (Chanos chanos), pendederan. PENDAHULUAN Keberhasilan budidaya ikan memerlukan dukungan penyediaan benih yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: spesies yang unggul dengan ukuran yang tepat, kualitas benih yang bagus, waktu dan tempat pengembangan atau pendederan benih yang sesuai, harga benih yang terjangkau oleh para petani ikan (Haryadi dan Sutarmano, 1995). Menurut Soeseno (1994), salah satu ikan yang banyak di konsumsi oleh masyarakat adalah jenis ikan bandeng. Selain mudah didapatkan juga tidak memerlukan biaya yang tinggi untuk melakukan pembudidayaan. Ilyas (1991) menyatakan, keberhasilan suatu pembenihan selain dipengaruhi oleh kondisi lingkungannya, juga pemilihan lokasi pembangunan tempat pembenihan yang didasarkan pada persyaratan lahan, tata letak, 5 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 6 Nomor 1 April 2017
desain, konstruksi serta persyaratan ekologi, teknis, higienis dan ekonomis yang secara legal. Setelah penetesan telur, kegiatan pendederan dinilai sangat penting dalam penyediaan benih ikan. Kehidupan benih ikan pada kala pendederan adalah masa-masa kritis dan perjuangan hidup yang cukup berat sehingga dibutuhkan perhatian yang cukup serius dan intensif (Anonim, 1984). Ikan bandeng memiliki rasa daging yang enak dan harga yang terjangkau. Khusus di daerah Nusa Tenggara Barat, Jawa dan Sulawesi Selatan, ikan bandeng memiliki tingkat preferensi konsumsi yang tinggi. Selain itu, ikan bandeng banyak dimanfaatkan sebagai umpan hidup bagi usaha penangkapan ikan tuna (Thunnus spp) dan cakalang (Katsuwonus pelamis) serta untuk keperluan induk. Ikan bandeng merupakan satu jenis ikan penghasil protein hewani yang tinggi (Depdiknas, 2005). Salah satu penyebab tingginya mortalitas benih ikan yang dipelihara adalah ketidaktahuan para petani ikan akan dosis pakan yang tepat serta jenis makanan yang diberikan. Kemampuan teknis dalam pendederan ikan yang cukup menentukan hasil usaha pembenihan adalah kualitas induk yang baik serta jumlah benih yang ditebarkan di dalam setiap populasi. Darnas (1994) mengungkapkan, disamping makanan yang dengan kandungan nutrisi yang cukup, juga diperhatikan dosis pakannya. Dosis pakan ini erat kaitannya dengan pertumbuhan ikan dan kemampuan ikan menghabiskan makanan yang diberikan. Menurut Krismono (1991), kelebihan dosis pakan dikhawatirkan menyisakan makanan yang dapat membahayakan ikan yang dipelihara, karena makanan tersebut apabila terdekomposisi maka akan timbul efek keracunan. Selain itu, kelebihan dosis pakan juga kurang ekonomis karena terbuang begitu saja. Pemberian makanan yang keliru atau salah dapat menyebabkan ikan mudah stres dan pertumbuhan lambat akhirnya mati, karena ketidakmampuan bersaing dengan yang lain. Pengaturan pakan masih menjadi masalah rendahnya laju pertumbuhan benih ikan yang dipelihara, selain itu, tingkat kepadatan benih yang selalu diabaikan oleh para petani ikan pada penebaran benih juga menjadi masalah. Kepadatan benih ikan pada pendederan terkait beberapa faktor, antara lain: tingkat kesuburan lahan, volume kolam, lama pemeliharaan, kualitas air, ukuran benih ikan, adaptasi benih ikan terhadap lingkungannya dan lain-lain. Tingkat kepadatan benih yang sesuai dapat menunjang pertumbuhan benih ikan. Hal ini dapat mengurangi persaingan yang terjadi di dalam mendapatkan makanan dan adanya ruang gerak yang lebih (Lingga, 1985). Ikan bandeng mudah dibudidayakan karena dapat hidup di daerah perairan dengan 6 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 6 Nomor 1 April 2017
kadar garam yang tinggi, hingga kadar garam yang rendah, juga pada daerah dengan salinitas air yang rendah dan tinggi, ini pula yang menjadikan ikan bandeng dapat dibudidayakan di semua daerah perairan di Indonesia. Sebagai contoh, di daerah Kabupaten dan Kota Bima masyarakatnya banyak yang menggeluti pekerjaan sebagai petani tambak baik tradisional maupun yang modern, banyak dari mereka yang telah sukses namun tak jarang pula yang gagal, berbagai cara dicoba untuk dapat meningkatkan hasil produksi tambak dan banyak yang telah menuai hasilnya dengan sangat baik. Berdasarkan uraian di atas dalam pendederan benih, selain jenis pakan, dosis pakan juga mempengaruhi laju pertumbuhan benih ikan Bandeng (Chanos-chanos), maka tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh pemberian pakan tambahan terhadap pertumbuhan benih ikan Bandeng (Chanos chanos) pada saat pendederan. METODE Penelitian dilaksanakan di Desa Laju Kecematan Langgudu Kabupaten Bima selama 55 hari. Populasi penelitian adalah keseluruhan benih ikan bandeng (Chanos chanos) yang ada di dalam tambak pada pendederan kedua. Pengambilan sampel menggunakan teknik random sampling dan diambil seluruh benih ikan bandeng (Chanos chanos) pada setiap petakan/unit penelitian dengan jumlah keseluruhan 225 ekor. Metode penelitian dengan metode eksperimen menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 (tiga) macam perlakuan yaitu P1 (jumlah benih 20 ekor/m 2 ), P2 (jumlah benih 25 ekor/m 2 ), P3 (jumlah benih 30 ekor/m 2 ). Masing-masing perlakuan 3 (tiga) kali pengulangan, sehingga diperoleh sembilan (9) petakan/unit percobaan. Untuk pakan tambahan yang digunakan adalah konsentrat AT,51 dengan dosis yang sama, yaitu 10 dari berat total biomassa dengan dosis yang sama (10%) selama seminggu diberikan rutin 3 (tiga) kali dalam sehari. Tiap dua minggu mengalami penambahan dosis makanan sebanyak 1/3 dari dosis dua minggu sebelumnya. Dalam penelitian ini parameter utama yang diamati adalah pertumbuhan berat benih ikan bandeng (Chanos-chanos). Parameter penunjang yang diamati adalah kualitas air seperti ph air, suhu dan oksigen terlarut (O2) selama penelitian. Dengan mengetahui perbedaan pertumbuhan benih ikan bandeng (Chanos chanos) pada beberapa ulangan akan dilakukan Analisis of Varians (ANOVA) pada taraf nyata 5 % atau 1 %. Untuk melihat bila di antara perlakuan terdapat perbedaan yang nyata atau sangat nyata, maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan beda nyata terkecil (BNT). 7 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 6 Nomor 1 April 2017
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil penelitian diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan benih ikan bandeng (Chanos chanos) berkisar antara 87,82% sampai 101,39%. Adanya perbedaan pertumbuhan disebabkan oleh perbedaan jumlah ikan yang dipelihara dengan pemberian pakan dosis yang sama. Berdasarkan analisis of varians (ANOVA) dapat diketahui bahwa pakan tambahan dosis yang sama (10%) dengan jumlah benih yang berbeda berpengaruh terhadap pertumbuhan ikan yang dipelihara. Dengan demikian, pada penelitian ini semakin tinggi dosis pakan yang diberikan pada jumlah populasi ikan yang sama akan memberikan pertumbuhan semakin baik karena mempercepat pertumbuhan jaringanjaringan tubuh ikan seperti jaringan otot, urat, daging melalui kestabilan metabolisme tubuhnya. Cepatnya pertumbuhan ikan pada dosis pakan yang lebih tinggi disebabkan karena terdapat sisa energi lebih banyak digunakan untuk proses pertumbuhan tubuhnya jika dibandingkan dengan dosis yang lebih rendah. Rahmatun (1984), menyatakan bahwa pada kegiatan budidaya ikan, makanan tambahan adalah faktor penentu keberhasilan, karena hanya dengan makanan yang cukup dapat merangsang pertumbuhan ikan secara maksimal. Selain itu, pemberian dosis pakan yang lebih tinggi dapat memberikan kesempatan yang lebih besar pada benih-benih ikan untuk memakan pakan dengan lebih mudah, sehingga dengan demikian tidak akan terjadi kekurangan pakan dan kebutuhan akan zat-zat pertumbuhan dapat terpenuhi. Benihbenih tersebut akan dapat tumbuh lebih cepat, sehingga benih ikan lebih cepat melewati masa-masa kritis dalam pertumbuhannya. Menurut Mujiman (1984), makanan yang diberikan dimanfaatkan sebagai energi menggantikan sel-sel yang rusak dan pertumbuhan jaringan otot dan urat daging. Bila ikan dipelihara dengan makanan yang kurang, maka dalam kehidupannya makanan tersebut hanya dapat digunakan untuk energi (gerakan, berusaha, penyesuaian dengan lingkungan dan lain-lain) dan untuk menggantikan sel-sel yang rusak akan tetapi belum dapat digunakan untuk pertumbuhan atau menambah jaringan tubuh. Pada fase benih, disamping kualitas air yang harus dijaga juga makanan harus diperhatikan. Pakan dengan kualitas yang bagus dan kuantitas yang cukup akan mempertinggi kelangsungan benih ikan yang dipelihara. Pada kondisi tertentu, semakin tinggi dosis pakan yang diberikan akan memberikan pertumbuhan ikan yang semakin tinggi pula. Selain makanan, pertumbuhan juga disebabkan oleh kepadatan suatu populasi dalam ekosistem. Populasi yang padat dapat mengakibatkan semakin tinggi persaingan 8 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 6 Nomor 1 April 2017
dalam mencari makanan dan ruang gerak (Ondy, 1990). Poernomo (1979) menyatakan, bahwa persaingan hidup dapat berupa persaingan akan kebutuhan pakan, oksigen, ruang gerak dan lain-lain. Semua kebutuhan dasar tersebut, apabila kondisinya kurang mendukung dapat mengganggu kenyamanan hidup ikan yang dipelihara, dapat menimbulkan stres bahkan dapat menimbulkan kematian. Tingkat kepadatan juga dapat mempengaruhi pertumbuhan yang normal dan dapat mengurangi kelangsungan hidup benih ikan. Choliq (1990) menyatakan, bahwa disamping persaingan karena mendapatkan makanan, pada peningkatan kepadatan benih juga terjadi persaingan akan kebutuhan biologis yang lain seperti ruang gerak semakin sempit, persaingan oksigen dan lain-lain. Hasil pengukuran suhu air selama penelitian ini berkisar antara 24 o C sampai 28 o C. Adanya perbedaan suhu air selama penelitian ini disebabkan perubahan keadaan cuaca pada saat pengukuran dan adanya pengaruh metabolisme dari organisme-organisme hidup dalam perairan. Namun demikian, kisaran suhu air tersebut masih dapat diterima untuk kehidupan benih ikan yang dipelihara. Suhu air yang dapat diterima untuk kehidupan benih ikan bandeng adalah berkisar antara 25 o C - 30,5 o C (Anonim, 1984). Menurut Satari (1987), bahwa ph yang baik atau masih dapat diterima untuk syarat kehidupan benih ikan bandeng pada kisaran 6 sampai 8. Hasil pengukuran ph air selama penelitian berkisar antara 6 sampai 7, adanya perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan waktu pengukuran. Disamping itu, adanya kenaikan ph air pada lewat tengah hari disebabkan pengaruh metabolisme dari benihbenih ikan yang dipelihara dan kondisi pembongkaran sisa pakan dari tiap-tiap perlakuan, serta perbedaan jumlah benih pada masing-masing perlakuan. Poernomo (1979) menyatakan, batas toleransi minimal ketersediaan oksigen yang masih dapat diterima oleh benih bandeng adalah 2,0 ppm. Hasil pengukuran berkisar antara 3,5 sampai 4,0 ppm. Jadi, kisaran ph dan oksigen terlarut tersebut masih termasuk pada kisaran yang dapat ditolerir untuk kehidupan ikan yang dipelihara. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan akan pembelajaran biologi yaitu dengan adanya pemberian makanan tambahan dengan jumlah benih yang sesuai dapat memberikan pertumbuhan yang baik bagi benih ikan bandeng (Chanos chanos) pada saat pendederan. Dengan menggunakan metode eksperimen dalam penelitian yang menggambarkan secara aktual dan akurat melalui pengamatan langsung di lapangan, 9 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 6 Nomor 1 April 2017
diharapkan dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pemberian DAFTAR PUSTAKA Anonim. 1984. Pedoman Usaha Budidaya Ikan Air Tawar. Direktorat Jenderal. Jakarta. Choliq. 1990. Budidaya Ikan Bandeng Badan Pendidikan, Latihan dan Penyuluhan Pertanian. SUPM Negeri Budidaya. Bogor. Darnas. 1994. Breeding Program dalam Rangka Peningkatan Mutu Ikan Masyarakat dan Nila Untuk Kepentingan Budidaya. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Depdiknas, 2005. Morfologi Ikan Bandeng. Depdiknas. Jakarta. Haryadi dan Sutarmanto. 1995. Pembenihan Ikan Air Tawar. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Ilyas. 1991. Broodstock Management Ikan Nila dan Karper. Penerbit Aneka Ilmu. Semarang Krismono. 1995. Pemeliharaan Ikan Bandeng Dalam Karamba Jaring Apung. Penerbit Gramedia. Jakarta. Lingga, 1985. Budidaya Ikan Tawar di Kolam Air Deras. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Mujiman. 1984. Ilmu Makanan Ikan. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Ondy, dkk. 1990. Tehnis Budidaya Ikan Air Tawar. Penerbit Yasaguna. Jakarta. Poernomo. 1979. Budidaya Ikan Bandeng di Tambak Lembaga Penelitian Pertanian. Universitas Gadjah Mada.Yogyakarta. pakan dengan dosis 10% menunjukkan ratarata pertumbuhan benih ikan bandeng yang tertinggi terdapat pada perlakuan kedua (P2) yaitu 101,39% sedangkan rata-rata pertumbuhan terendah terdapat pada perlakuan (P3) yaitu sebesar 87,82%. Rahmatun. 1984. Petunjuk Proyek Budidaya Tambak.. Departemen Perikanan. Jakarta. Satari. 1987. Petunjuk Teknis bagi Pengoperasian Hasil Unit Usaha Pembesaran Ikan bandeng. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. Soeseno. 1994. Dasar-Dasar Perikanan Umum. Penerbit Yasaguna. Jakarta. 10 Oryza Jurnal Pendidikan Biologi Volume 6 Nomor 1 April 2017