BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Berpikir Intuitif dalam Matematika. dengan bantuan intuitif untuk mencapai kesimpulan.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Berpikir Intuitif dalam Matematika. dipikirkan atau dipelajari. Resnick (Talia dan Star, 2002) menyatakan

BAB V PEMBAHASAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar sampai perguruan

Karakteristik Intuisi Siswa SMA Dalam Memecahkan Masalah Fisika Ditinjau Dari Kemampuan Fisika

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II MODEL PEMBELAJARAN PAKEM DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PELAJARAN GEOGRAFI. 1. Pengertian Model Pembelajaran PAKEM

BAB I PENDAHULUAN. kesungguhan yang serius dalam mencapainya. Karena itu pendidikan sangatlah

BAB II LANDASAN TEORI. visual dalam konteks ruang. Sedangkan menurut Piaget (Marliah, 2006:28)

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB V PEMBAHASAN DAN DISKUSI HASIL PENELITIAN

tingkah laku yang dapat dicapai melalui serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, dan meniru.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

BAB I PENDAHULUAN. dan kerja keras sedini mungkin. Walaupun hal tersebut telah diupayakan, namun

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bidang kehidupan dan teknologi, diperlukan adanya sumber daya manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Kemampuan Penalaran Matematis. a. Pengertian Penalaran Matematis

REKONSTRUKSI TINGKAT-TINGKAT BERPIKIR PROBABILISTIK SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengembangkan potensi peserta didik melalui kegiatan belajar (dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika

INTUISI SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 NGANJUK DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ)

BAB I PENDAHULUAN. Matematika mempunyai peran yang sangat besar baik dalam kehidupan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penyimpanan, pemanggilan kembali dan penggunaan pengetahuan. 15 Fischbein

Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Belajar adalah suatu kegiatan yang selalu ada dalam kehidupan manusia. Belajar

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

Karakteristik Intuisi Siswa SMA dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Kemampuan Matematika dan Perbedaan Gender

BAB I PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas dan dapat bersaing secara global. Sebagai suatu sistem

I. PENDAHULUAN. pembangunan nasional, karena manusia merupakan subjek sekaligus objek dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

2015 MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN LOGIS MATEMATIS SERTA KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI LEARNING CYCLE 5E DAN DISCOVERY LEARNING

Intuisi Siswa SMK dalam Memecahkan Masalah Matematika Ditinjau dari Kemampuan Matematika dan Perbedaan Gender

BAB I PENDAHULUAN. diberikan sejak tingkat pendidikan dasar sampai dengan pendidikan menengah di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB II. Kajian Teoretis

BAB I PENDAHULUAN. baik, peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) suatu bangsa akan terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. 2004). Hal lain yang perlu diperhatikan dalam matematika adalah proses

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia dalam masa perkembangan, sehingga perlu

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dipelajari oleh pembelajar. Jika siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia pendidikan di negara kita semakin mendapat tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Permen 23 Tahun 2006 (Wardhani, 2008:2) disebutkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

I. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikutip oleh Winataputra (2003: 2.3) bahwa belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. Oleh karena itu peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan hal yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berpikir yang melibatkan berpikir konkret (faktual) hingga berpikir abstrak tingkat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, antara lain pembaharuan kurikulum, peningkatan kualitas tenaga. pendidik dan peningkatan sarana dan pra sarana.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam belajar matematika. Kesulitan siswa tersebut antara lain: kesulitan

BAB I PENDAHULUAN. teknologinya. Salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. segala perubahan yang terjadi dilingkungannya. Tanpa pendidikan, manusia tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORITIK. komunikasi matematika, multiple intillegences dan gender. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diukur menggunakan instrumen yang relevan. Banyak faktor yang

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Tentang Upaya Meningkatkan Pemahaman. 1. Pengertian Upaya Meningkatkan Pemahaman

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. mencapai penguasaan atas sejumlah bahan yang diberikan dalam proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dibutuhkan oleh semua orang. Dengan pendidikan manusia berusaha mengembangkan dirinya sehingga

, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN MODEL GUIDED DISCOVERY LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA SMP

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. A. Simpulan

BAB II KAJIAN TEORITIK. kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berdasarkan pernyataan-pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. mandiri, disiplin dalam mengatur waktu, dan melaksanakan kegiatan belajar yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini,

BAB II KAJIAN TEORI. A. Lembar Kerja Siswa (LKS) 1. Pengertian LKS. Untuk memahami maksud LKS, terlebih dahulu diuraikan mengenai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBUKTIAN, PENALARAN, DAN KOMUNIKASI MATEMATIK. OLEH: DADANG JUANDI JurDikMat FPMIPA UPI 2008

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan manusia agar dapat menghasilkan pribadi-pribadi manusia yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen utama kebutuhan manusia. Melalui

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Berpikir Intuitif dalam Matematika Menurut KBBI (2007) intuitif berasal dari kata intuisi yang berarti daya atau kemampuan mengetahui atau memahami sesuatu tanpa dipikirkan atau dipelajari. Wescott & Ranzoni (dalam Dane & Pratt, 2007) mendefinisikan intuitif sebagai sebuah proses untuk mencapai kesimpulan terbaik berdasarkan informasi yang lebih sedikit dari jumlah normal yang diperlukan. Dalam situasi ini, individu tentu saja melakukan kegiatan ekstrapolasi atau generalisasi dengan bantuan intuitif untuk mencapai kesimpulan. Intuitif dijelaskan oleh Fischbein (1987) sebagai kognisi yang secara subjektif kebenarannya terkandung di dalamnya, dapat diterima dengan sendirinya dan secara langsung, holistik, penggiringan dan pemerkiraan. Kognisi intuitif berbeda dengan kognisi secara analitik. Penjelasan kebenaran suatu pernyataan karena harus membuktikan merupakan kognisi yang bersifat analitik, tetapi kebenaran yang munculnya secara subjektif dan diterima secara langsung (tanpa pembuktian secara formal) merupakan kognisi secara intuitif. Bruner (1999) menyatakan intuitif adalah tindakan seseorang menggapai makna atau struktur suatu masalah, yang tidak menggantungkan secara eksplisit pada analisis dalam bidang keahliannya. Membuat dugaan dengan cepat, menghasilkan gagasan yang menarik sebelum disadari manfaatnya, dan mendapatkan akal dalam pembuktian, merupakan contoh-contoh intuitif. 6

7 Intuitif dekat dengan suasana permainan, yang dapat menerima kesalahan sebagai sesuatu yang wajar. Intuitif merupakan kegiatan yang lebih menghargai proses bermatematika, yang tidak hanya menekankan pentingnya jawaban benar saja. Hersh (1997) menyatakan bahwa intuitif merupakan bagian yang penting dalam matematika. Ada beberapa makna intuitif yang dikemukakannya antara lain : 1. Intuitif lawan dari rigorous (arti harafiah : teliti, ketat, tepat). Makna rigorous tidak pernah didefinisikan dengan tepat dan cenderung intuitif; 2. Intuitif bermakna visual; 3. Intuitif bermakna masuk akal, dapat dipercaya, dapat diterima (plausible) sebagai sebuah konjektur tanpa melalui kehadiran suatu bukti; 4. Intuitif bermakna tidak lengkap (incomplete); 5. Intuitif bermakna didasarkan pada model atau beberapa contoh khusus, dan dekat dengan pengertian heuristik; 6. Intuitif bermakna holistik atau integratif sebagai lawan dari rinci (detailed) atau analitik. Fischbein (1975) berpendapat bahwa intuisi adalah proses mental (kognisi) segera yang disetujui secara langsung tanpa pembenaran dan buktibukti, jika ada pembuktian maka secara implisit. Hogarth (2001) mendefinisikan intuisi sebagai suatu pemikiran yang diperoleh dengan sedikit usaha, dan pada umumnya di bawah sadar. Kadang-kadang melibatkan pertimbangan sadar atau bahkan tidak sama sekali. Oleh karena itu, intuisi

8 dihasilkan tanpa mencurahkan banyak usaha dan tidak perlu banyak mencurahkan pikiran karena sebagian besar terjadi di bawah sadar. Kant (Henden, 2004) membangun pengertian berpikir intuitif dengan membedakan antara pertimbangan analitik dan pertimbangan sintetik. Pertimbangan analitik membutuhkan konfirmasi logis serta tidak membutuhkan konfirmasi empiris untuk menjelaskan mengapa sesuatu hal benar. Sedangkan pertimbangan sintetik berelasi dengan berpikir intuitif yang membutuhkan petimbangan empiris. Fischbein (1987) juga menyatakan bahwa berpikir intuitif berfungsi sebagai kognisi antara atau mediating cognitive. Dalam pengertian ini, berpikir intuitif dalam matematika dapat dijadikan jembatan pemahaman seorang siswa sehingga dapat memudahkan dalam mengaitkan objek yang dibayangkan dengan alternatif solusi yang diinginkan. Dengan kata lain, mampu menentukan strategi atau langkah apa yang harus dilakukan untuk mencapai solusi penyelesaian masalah matematika. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir intuitif dalam matematika merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah matematika secara sepintas atau segera tanpa melakukan pembuktian secara formal. Kemampuan berpikir intuitif berkembang karena pengalaman. Semakin kaya dalam pengalaman, maka semakin kuat intuisi muncul dalam memberikan petunjuk untuk menyelesaikan suatu permasalahan matematika.

9 Fischbein (1987) telah menyajikan karakteristik umum dari kognisi intuitif dalam matematika. Karakteristik intuisi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Self Evidence Self evidence yang dimaksud adalah bahwa intuisi adalah kognisi yang diterima sebagai feeling individu tanpa membutuhkan pengecekan dan pembuktian lebih lanjut. Sebagai contoh: jarak terdekat antara dua titik merupakan garis lurus antara dua titik yang menghubungkan keduanya. Hal tersebut adalah self-evidence, pernyataan yang diterima secara langsung. 2. Intrinsic certainty Kepastian kognisi intuisi biasanya dihubungkan dengan perasaan (feeling) tertentu dari kepastian intrinsik. Pernyataan tentang garis lurus di atas adalah subjektif, terasa seperti sudah menjadi ketentuan. Intrinsik bermakna bahwa tidak ada pendukung eksternal yang diperlukan untuk memperoleh semacam kepastian langsung (baik secara formal atau empiris). 3. Perseverance Intuitif yang dibangun memiliki kekokohan atau stabil. Artinya bahwa intuisi merupakan strategi penalaran individual yang bersifat kokoh dan tidak mudah berubah. Sebagai contoh: jika seseorang mengatakan bahwa persegi panjang bukanlah jajar genjang. Kondisi semacam ini sulit dilakukan perubahan untuk menjadikan mereka menerima bahwa persegi panjang adalah jajar genjang.

10 4. Coerciveness Intuitif mempunyai sifat memaksa pada strategi penalaran individual, seleksi hipotesis, dan solusi. Hal ini berarti bahwa individu cenderung menolak interpretasi alternatif yang akan mengkontradiksi intuisinya. Sebagai contoh: biasanya siswa percaya bahwa perkalian akan menjadikan lebih besar dan pembagian akan menjadikan lebih kecil. Hal ini karena pada masa kanak-kanak terbiasa dengan mengoperasikan bilangan asli. Dikemudian hari setelah belajar bilangan rasional masih dirasa untuk memperoleh keyakinan yang sama, yang secara jelas sudah tidak sesuai lagi. 5. Theory Status Intuitif bukan hanya teori. Intuitif adalah teori yang diungkapkan dalam sebuah representasi tertentu menggunakan model : paradigma, analogi, diagram, sebuah konstruksi perilaku dan lain-lain. 6. Extrapolativeness Sifat penting dari kognisi intuitif adalah kemampuan untuk meramalkan melampaui segala dukungan empiris. Sebagai contoh: pernyataan melalui satu titik di luar garis hanya dapat digambar satu dan hanya satu garis sejajar dengan garis tersebut mengekspresikan kemampuan ekstrapolasi dari intuisi. Tidak ada bukti empiris dan formal yang dapat mendukung pernyataan tersebut. Walaupun demikian, hal tersebut dapat diterima secara intuitif, suatu kepastian, sebagai self evident.

11 7. Globality Kognisi intuitif bersifat global, utuh, bersifat holistik yang terkadang berlawanan dengan kognisi yang diperoleh secara logika, tidak secara berurutan dan analitis. Sebagai contoh: salah satu anak berumur 4-5 tahun diberikan dua lembar kertas A dan B yang sama. Pada kertas A anak tersebut diminta menggambar titik P1 dan selanjutnya diminta untuk menggambar titik P2 pada kertas B yang letaknya samapersis dengan titik P1 di lembar A. Anak tersebut biasanya akan menggambar titik P2 padalembar B kurang lebih tempatnya sama. Jika anak tersebut diminta untuk menjelaskan mengapa ia meletakkan titik tersebut di lembar B, anak tersebut tidak dapat memberikan penjelasan. Dia memecahkan masalah tersebut secara intuitif, secara langsung melalui perkiraan secara global. 8. Implicitness Artinya tersembunyi, tidak nampak, berada di balik fakta. Maksudnya dalam membuat interpretasi, keputusan atau konklusi tertentu atau dalam menyelesaikan masalah tidak dinyatakan dalam alasan atau langkah-langkah yang jelas (eksplisit). Adakalnya kemampuan kognisi seseorang dalam menyelesaikan masalah bersifat implisit dan tidak dinyatakan melalui langkah demi langkah. Selain itu, menurut Audi (2004) ada empat karakteristik dari berpikir intuitif yaitu : 1. Intuitif harus memenuhi syarat non-inferensial atau langsung, karena proposisi dalam berintuisi tidak didasarkan pada suatu premis.

12 2. Intuitif harus memenuhi syarat ketegasan, karena intuisi merupakan suatu kognisi yang mengendung makna tegas seperti suatu keyakinan (belief) dalam diri individu, tidak bisa sekedar suatu kecenderungan atau gejala. 3. Intuitif harus memenuhi syarat pemahaman minimal dari objek proposisi, karena seseorang tidak dapat berintuisi mengenai hal yang tidak dia pahami. 4. Intuitif tidak harus bergantung pada suatu teori itu sendiri maupun hipotesis teoritik, tetapi tidak berarti bahwa intuisi adalah pre-konseptual, hanya ia tidak didasarkan pada beberapa hipotesis teoritis. Berdasarkan uraian-uraian di atas tentang karakteristik kemampuan berpikir intuitif, maka peneliti mengambil karakteristik yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, self-evidence/ intuitif harus memenuhi syarat noninferensial atau langsung, extrapolativeness, globality, coerciveness dan implicitness. Tabel 2.1 Karakteristik Kemampuan Berpikir Intuitif Karakteristik Kemamuan Berpikir Intuitif Deskripsi Self-evidence/ intuitif harus Menjawab soal matematika secara memenuhi syarat noninferensial langsung tanpa melakukan proses atau langsung perhitungan atau pembuktian Dalam menjawab soal bersifat memaksa Coerciveness atau menolak sesuatu yang tidak sesuai dengan pengetahuannya Extrapolativeness Membuat dugaan atau meramalkan jawaban berdasarkan pendukung empiris Globality Dalam menjawab soal matematika melalui perkiraan secara global (menyeluruh) Dalam menjawab soal matematika bersifat Implicitness implisit atau tidak dinyatakan melalui langkah demi langkah.

13 B. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Menurut KBBI (2007) prestasi adalah hasil yang telah dicapai, dari yang telah dilakukan atau dikerjakan. Prestasi merupakan sesuatu yang dihargai yang diperoleh seseorang ataupun sekelompok orang setelah melakukan sebuah kegiatan. Arifin (2011) mengemukakan bahwa kata prestasi berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie yang dalam bahasa Indonesia berarti hasil usaha. Sedangkan menurut Hamdani (2011) prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi merupakan kemampuan nyata yang merupakan suatu hasil yang telah dicapai sebagai bukti usaha yang telah dilakukan. Dengan kata lain prestasi berarti sebuah bukti nyata akan proses pencapaian. Menurut Syah (2011) belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam menyelenggarakan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Hal ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa,baik ketika ia berada disekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri. Sedangkan menurut Slameto (2010) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

14 memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses dimana seseorang mengubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman yang ia alami sepanjang hidupnya. Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi sebagai suatu proses yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama. Winkel dalam Hamdani (2011) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang. Prestasi belajar merupakan hasil dari kegiatan belajar yaitu sejauh mana siswa menguasai bahan pelajaran yang telah diajarkan. Pada umumnya prestasi belajar berkenaan dengan pengetahuan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses,sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Menurut Arifin (2011), istilah prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar pada umumnya berkenaan dengan aspek pengetahuan, sedangkan hasil belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik. Mulyasa (2014) mengatakan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar. Prestasi belajar dapat diketahui setelah adanya evaluasi yang dilakukan oleh guru. Hasil dari evaluasi tersebut dapat menunjukkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dalam kelas. Prestasi

15 belajar dapat diketahui setelah adanya evaluasi yang dilakukan oleh guru. Hasil dari evaluasi tersebut dapat menunjukkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa dalam kelas. Ahmadi (2013) menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari luar (faktor eksternal) individu. Berdasarkan beberapa definisi prestasi belajar di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi belajar adalah suatu hasil yang diperoleh seseorang setelah usaha yang dilakukannya. Prestasi belajar merupakan hasil kegiatan belajar siswa, artinya hasil belajar tersebut digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa memahami materi yang telah dipelajari. Prestasi yang diperoleh siswa juga dapat memberikan gambaran keberhasilan proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. Menurut Ahmadi (2013) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Berikut adalah faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar : a. Faktor internal, antara lain : 1) Faktor jasmaniah (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya. 2) Faktor psikologis baik yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh terdiri atas :

16 a) Faktor intelektif yang meliputi : faktor potensial (kecerdasan dan bakat) dan faktor kecakapan nyata (prestasi yang telah dimiliki). b) Faktor non-intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan,motivasi, emosi. 3) Faktor kematangan fisik maupun psikis. b. Faktor eksternal, antara lain : Faktor eksternal meliputi tiga aspek anatara lain faktor sosial, faktor budaya, faktor lingkungan fisik. 1) Faktor sosial yang meliputi, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah,lingkungan masyarakat, lingkungan kelompok. 2) Faktor budaya yang meliputi, adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian. 3) Faktor lingkungan fisik yang meliputi, fasilitas rumah, fasilitas belajar, dan fasilitas iklim. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa siswa dalam proses mencapai prestasi belajar dengan baik dipengaruhi dengan adanya faktor dalam diri dan luar diri siswa. Kedua faktor diatas harus seimbang agar prestasi yang diperoleh siswa dapat maksimal. C. Penelitian Relevan Penelitian Etika (2015), yang berjudul Intuisi Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematika ditinjau dari Adversity Quotient (AQ) menunjukkan bahwa siswa dengan tipe climbers, dalam memahami masalah, merencanakan

17 solusi, dan memecahkan masalah siswa menggunakan intuisi affirmatory. Siswa dengan tipe campers memahami masalah menggunakan intuisi affirmatory, dalam merencanakan solusi siswa menggunakan intuisi anticipatory, dalam melaksanakan rencana solusi dan memeriksa solusi siswa tidak menggunakan intuisi. Siswa dengan tipe quitters memahami masalah tidak menggunakan intuisi, dalam merencanakan solusi menggunakan intuisi affirmatory, siswa menggunakan intuisi anticipatory dalam memecahkan masalah, dan pada tahap memeriksa solusi siswa tidak menggunakan intuisi. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Usodo (2012) dengan judul Karakteristik Berpikir Intuitif Siswa dalam Memecahkan Masalah dapat diambil kesimpulan bahwa berdasarkan perbedaan gender siswa laki-laki menggunakan intuisi afimatori dan intuisi antisipatori dalam memecahkan masalah matematika, sedangkan siswa perempuan cenderung menggunakan intuisi antisipatori. Penelitian yang disebutkan di atas merupakan penelitian yang relevan dengan penelitian yang dilakukan peneliti. Persamaan penelitian ini adalah sama-sama mengkaji tentang kemampuan berpikir intuitif. Perbedaan penelitian ini adalah pada tinjauan dan karakteristik kemampuan berpikir intuitif dalam matematika yang digunakan. D. Kerangka Pikir Dalam pembelajaran matematika guru dan siswa dituntut untuk berpikir. Berpikir merupakan proses kognitif yang memunculkan ide untuk menyelesaikan masalah berdasarkan informasi. Proses berpikir dapat

18 digolongkan ke dalam beberapa jenis, diantaranya berpikir analitik dan berpikir intuitif. Berpikir intuitif dapat menghasilkan hipotesis untuk mengembangkan pengetahuan selanjutnya dan untuk pembuktiannya digunakan berpikir analitik. Berpikir intuitif dalam matematika merupakan kemampuan untuk memecahkan masalah matematika secara sepintas atau segera tanpa melakukan pembuktian secara formal. Pada saat siswa dihadapkan dalam masalah matematika diharapkan siswa dapat mengambil keputusan tentang penyelesaian masalah tersebut secara cepat dan tepat. Salah satunya dengan menggunakan kemampuan berpikir intuitif. Melalui kemampuan berpikir intuitif dapat memudahkan siswa mengaitkan objek yang dibayangkan dengan alternatif penyelesaian yang diinginkan, dengan kata lain mampu menentukan strategi atau langkah apa yang harus dilakukan untuk mencapai penyelesaian masalah tersebut. Siswa dapat menemukan ide awal penyelesaian masalah atau langkah seperti apa yang paling cocok untuk menyelesaikan masalah tersebut. Munculnya ide awal yang segera atau datang tiba-tiba yang merupakan salah satu karakter berpikir intuitif. Prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai oleh peserta didik dalam periode tertentu dari kegiatan belajar, berdasarkan hasil suatu tes atau penilaian hasil belajar. Dalam penelitian ini prestasi belajar dikategorikan menjadi tiga kategori, yaitu prestasi belajar tinggi, prestasi belajar sedang, dan prestasi belajar rendah. Sehingga memungkinkan adanya perbedaan kemampuan berpikir intuitif siswa dalam menyelesaikan masalah matematika

19 pada setiap kategori prestasi belajar. Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terhadap kemampuan berpikir intuitif dan prestasi belajar siswa. Melalui penelitian ini akan diketahui bagaimana kemampuan berpikir intuitif dalam matematika siswa kelas VIII SMP N 1 Banyumas ditinjau dari prestasi belajar.