GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Disease: Improving Global Outcomes Quality (KDIGO) dan the Kidney Disease

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. multipel. Semua upaya mencegah gagal ginjal amat penting. Dengan demikian,

BAB 1 PENDAHULUAN. gagal untuk mempertahankan metabolism dan keseimbangan cairan dan elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. mendadak dan hampir lengkap akibat kegagalan sirkulasi renal atau disfungsi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Gagal ginjal yang terjadi secara mendadak disebut gagal ginjal akut,

BAB I.PENDAHULUAN. dengan penurunan glomerular filtrate rate (GFR) serta peningkatan kadar

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan gejala-gejala atau kecacatan yang membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Ginjal memiliki fungsi untuk mengeluarkan bahan dan sisa-sisa

BAB I PENDAHULUAN. sebesar 15,2%, prevalensi PGK pada stadium 1-3 meningkat menjadi 6,5 % dan

BAB I PENDAHULUAN. yang progresif dan lambat yang biasanya berlangsung beberapa tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir adalah gangguan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Estimasi Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. didefenisikan sebagai kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan berupa

BAB I PENDAHULUAN. angka ini meningkat menjadi 219 pasien dan tahun 2013 menjadi 418 pasien. Bila

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan progresif, kadang sampai bertahun-tahun, dengan pasien sering tidak

BAB I PENDAHULUAN. dalam tubuh, mengatur konsentrasi garam dalam darah, dan mengatur keseimbangan asambasa

BAB I PENDAHULUAN. memperlancarkan darah dari zat toksin dan berbagai zat sisa. mengatur keseimbangan asam basa, mempertahankan volume dan

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat yang dapat dilakukan adalah pengendalian penyakit tidak menular. 2

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan gangguan fungsi ginjal yang

BAB I PENDAHULUAN. irreversible. Hal ini terjadi apabila laju filtrasi glomerular (LFG) kurang dari 50

BAB I PENDAHULUAN. komposisi cairan tubuh dengan nilai Gloumerulus Filtration Rate (GFR) 25%-10% dari nilai normal (Ulya & Suryanto 2007).

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. waktu lebih dari tiga bulan. Menurut Brunner dan Suddarth, gagal ginjal kronik. sampah nitrogen lain dalam darah) (Muhammad, 2012).

BAB I dalam Neliya, 2012). Chronic Kidney Disease (CKD) atau penyakit ginjal

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik merupakan kerusakan ginjal atau penurunan kemampuan

PERBEDAAN PENYEBAB GAGAL GINJAL ANTARA USIA TUA DAN MUDA PADA PENDERITA PENYAKIT GINJAL KRONIK STADIUM V YANG MENJALANI HEMODIALISIS DI RSUD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Kata kunci : Dukungan Sosial Keluarga, Hemodialisis, Penyakit Ginjal Kronis

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronik atau penyakit ginjal tahap akhir adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gagal ginjal kronis (Chronic Renal Failure) adalah kerusakan ginjal progresif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan irreversible. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau fungsi ginjal yang berlangsung 3 bulan dengan atau tanpa disertai

82 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

BAB I PENDAHULUAN. progresif dan lambat, serta berlangsung dalam beberapa tahun. Gagal ginjal

BAB I PENDAHULUAN. disease) saat ini masih menjadi masalah yang besar, sebagaimana prediksi

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap terjadinya transisi epidemiologi, dengan semakin meningkatnya. penyakit tidak menular. Menurut WHO ( World Health

Afniwati, Amira Permata Sari Tarigan, Yunita Ayu Lestari Tarigan Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Medan. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif dan cukup lanjut. Hal ini bila

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh secara menyeluruh karena ginjal adalah salah satu organ vital

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronik (PGK) atau chronic kidney disease (CKD) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 150 ribu orang dan yang membutuhkan terapi pengganti ada

I. PENDAHULUAN. mempertahankan homeostasis tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Esa Unggul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh mereka yang menderita gagal ginjal (Indraratna, 2012). Terapi diet

BAB 1 PENDAHULUAN. yang beredar dalam darah). Penderita GGK harus menjalani terapi diet

BAB I PENDAHULUAN. penurunan fungsi ginjal secara optimal untuk membuang zat-zat sisa dan

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronik (GGK) atau Chronic Kidney Diseases (CKD) dalam jangka waktu yang lama (Black & Hawks, 2014).

I. PENDAHULUAN. pengganti ginjal berupa dialisis atau transplantasi ginjal (Suwitra, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dapat terjadi secara akut dan kronis. Dikatakan akut apabila penyakit berkembang

BAB I PENDAHULUAN. bersifat progresif dan ireversibel. Gangguan fungsi ginjal ini terjadi ketika

BAB I PENDAHULUAN. darah yang melalui ginjal, reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit,

BAB I PENDAHULUAN. Gagal ginjal kronis atau End Stage Renal Desease (ESRD) merupakan

BAB I PENDAHULUAN. volume, komposisi dan distribusi cairan tubuh, sebagian besar dijalankan oleh Ginjal

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH LANGSA

BAB I PENDAHULUAN. CKD merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia yang berdampak besar pada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. komposisi kimia darah, atau urin, atau kelainan radiologis (Joannidis et al.,

I. PENDAHULUAN. urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner dan Suddarth, 2002)

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ginjal kronis (PGK) merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. (penting untuk mengatur kalsium) serta eritropoitein menimbulkan keadaan yang

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

I. PENDAHULUAN. keluhan maupun gejala klinis kecuali sudah terjun pada stadium terminal (gagal

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gagal ginjal kronik. Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap

PEMAKAIAN DIALIZER REUSE YANG LAYAK DIGUNAKAN PADA PASIEN DENGAN HEMODIALISA

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam jangka waktu yang lama (Noer, Soemyarso, 2006). Menurut (Brunner

BAB I PENDAHULUAN. dengan angka kejadian yang masih cukup tinggi. Di Amerika Serikat, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. sebagai organ pengeksresi ginjal bertugas menyaring zat-zat yang sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu sindrom klinis yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Selain itu, ginjal juga berfungsi mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit

BAB I PENDAHULUAN. fungsinya secara normal (Soematri, 2012).Secara global lebih dari 500 juta

GAMBARAN KONSEP DIRI PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hipertensi merupakan gangguan sistem peredaran darah yang dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelurahan Wongkaditi, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo. Rumah Sakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Penurunan atau kegagalan fungsi ginjal berupa penurunan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi menggantikan sebagian fungsi ginjal. Terapi pengganti yang. adalah terapi hemodialisis (Arliza, 2006).

KARAKTERISTIK PASIEN DAN KUALITAS HIDUP PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIET PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIS DENGAN TERAPI HEMODIALISIS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. di Indonesia bahkan diseluruh dunia adalah gagal ginjal. Gagal ginjal terjadi

TINGKAT KECEMASAN PASIEN PREOPERATIF PADA PEMBEDAHAN SEKSIO SESAREA DI RUANG SRIKANDI RSUD KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Chronic Kidney Disease (CKD) atau Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah kerusakan ginjal yang menyebabkan ginjal tidak dapat membuang

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat dicapai melalui

Transkripsi:

GAMBARAN MEKANISME KOPING PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK YANG MENJALANI TERAPI HEMODIALISA DI RUANG HEMODIALISA RSUD. PROF. DR. W. Z. JOHANNES KUPANG Engelbertus A. Wutuna,c*, Serlibrina Turwewib, Angela M. Gatumc a Mahasiswa S-1 ProdiKeperawatan, STIKes CHMK, Kupang 8511 b Program Studi Farmasi, STIKes CHMK, Kupang 8511 c ProdiKeperawatan, STIKes CHMK, Kupang 8511 *E-mail: engelbertus@gmail.com ABSTRAK Gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit. Hemodialisa merupakan salah satu metode terapi digunakan untuk mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh. Selama menjalani terapi hemodialisa banyak masalah dialami oleh pasien, baik masalah biologis maupun masalah psikososial muncul dalam kehidupan pasien. Pasien melaksanakan hemodialisis tentunya mempunyai berbagai tanggapan atau reaksi (koping). Maka diperlukan mekanisme koping untuk mengarahkan pasien berperilaku konstruktif. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui jenis mekanisme koping pasien gagal ginjal kronik menjalani terapi hemodialisis, Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif. Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling, dengan jumlah sampel. Instrumen digunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Hasil peneltian menunjukkan bahwa menggunakan koping adaptif sebanyak 5 orang (91%), sedangkan menggunakan koping maladaptif sebanyak 5 orang (9%).Dari hasil tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pasien gagal ginjal kronik menjalani terapi hemodialisa di Unit Hemodialisa RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang menggunakan mekanisme koping adaptif. Kata Kunci : Gagal Ginjal Kronik, Hemodialisis, Mekanisme Koping. 1. PENDAHULUAN Gagal ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir End Stage Renal Disease (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal progresif dan ireversibel. Gagal ginjal kronik menyebabkan kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan serta elektrolit, sehingga terjadi uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah)1. Menurut The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of the National Kidney Foundation (NKF) pada tahun 009, mendefenisikan gagal ginjal kronis sebagai suatu kerusakan ginjal dimana nilai dari GFR-nya kurang dari 60 ml/min/1.7 m selama tiga bulan atau lebih. Dimana mendasari etiologi yaitu kerusakan massa ginjal dengan sklerosa irreversibel dan hilangnya nephrons ke arah suatu kemunduran nilai dari GFR. Data dalam National Kidney and Urologic Disease Information Clearinghouse (NKUDIC) pada tahun 01 menunjukkan bahwa insidensi ESRD di suku Asia terus mengalami peningkatan sejak tahun 1980 hingga tahun 009 dan menempati urutan ketiga dengan jumlah rasio insidensi sebanyak 400 per juta penduduk. Jumlah penderita penyakit ginjal kronik di Indonesia diperkirakan akan semakin meningkat. Berdasarkan data laporan tahunan dari 11

Persatuan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI) dalam Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 011, jumlah pasien gagal ginjal di Indonesia mencapai 1.466 orang. Menurut laporan tahunan The National Kidney Foundation 01, terjadi peningkatan pasien melakukan hemodialisis, pada tahun 01 terdapat.497 pasien sedangkan pada tahun berikutnya terdapat.518 pasien di Singapura. Prevalensi gagal ginjal kronik berdasarkan pernah didiagnosis dokter sebesar 0,% dan penyakit batu ginjal sebesar 0,6% di Indonesia. Penyakit gagal ginjal juga menempati urutan ke 10 dalam penyakit tidak menular. Berdasarkan survei awal dilakukan oleh peneliti di ruang rekam medik RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang, jumlah kunjungan pasien melakukan hemodialisa pada tahun 014 sebanyak 6041 kali, pada tahun 015 dari bulan OktoberDesember sebanyak 1959 kali, dan pada tahun 016 dari bulan Januari-Maret sebanyak 40 kali dengan jumlah pasien sebanyak 67 orang. Penyebab utama penyakit gagal ginjal kronik adalah glomerulonefritis, diabetes melitus, dan hipertensi, penyebab signifikan dimana kurangnya deteksi dini terhadap gejala dari penyakit tersebut. Penderita mengalami Penyakit gagal ginjal kronik dapat menanggulangi penyakit ada dengan dilaksanakannya terapi hemodialisis sebagai pengobatan pengganti untuk penyakit gagal ginjal kronik dengan mengeluarkan sisi-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaraan darah manusia. Pasien menderita penyakit gagal ginjal kronik perlu menjalani terapi hemodialisa untuk mempertahankan kehidupan dan kesejateraan pasien sampai fungsi ginjal pulih kembali. Pasien dengan penyakit gagal ginjal kronik menjalani hemodialisa tentunya mempunyai berbagai tanggapan atau reaksi (koping). Maka diperlukan mekanisme koping untuk mengarahkan pasien berperilaku adaptif.. METODE PENELITIAN Lokasi penelitian dilakukan di ruang hemodialisa RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. Waktu penelitian dimulai dari tanggal 1 Juni-1 Juli 16. Desain penelitian adalah penelitian deskriptif dilakukan terhadap objek biasanya cukup banyak dan dalam jangka waktu tertentu untuk mengetahui Gambaran mekanisme koping pasien gagal ginjal kronik menjalani terapi hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. Populasi penelitian adalah seluruh pasien menjalani terapi hemodialisa di ruang hemodialisa RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang. Sampel terdiri dari bagian populasi terjangkau dapat di pergunakan peneliti melalui sampling4. Teknik sampling digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu teknik penetapan sampel diantara populasi sesuai dengan dikehendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat mewakili karakteristik populasi dikenal sebelumnya4. Instrumen digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner telah dimodifikasi sesuai kebutuhan dan diisi melalui wawancara. Alat ukur digunakan untuk mengukur mekanisme koping berupa Kuesioner. Item pertanyaan untuk mengukur mekanisme koping terdapat 1 pertanyaan dengan poin jawaban menggunakan skala likert diadopsi dari penelitian5.. HASIL DAN PEMBAHASAN Data karakteristik ditampilkan pada Tabel 1. Dari tabel diperoleh distribusi berdasarkan usia, didapatkan terbanyak adalah pada rentang usia 41-60 tahun sebanyak orang (56%). Distribusi berdasarkan jenis kelamin, didapatkan jumlah terbanyak adalah laki-laki dengan jumlah sebanyak 5 orang (61%). Distribusi berdasarkan status perkawinan, 1

didapatkan jumlah terbanyak adalah menikah dengan jumlah sebanyak 5 orang (91%). Distribusi berdasarkan pekerjaan, didapatkan mayoritas terbanyak adalah bekerja sebagai PNS dengan jumlah sebanyak orang (40%). Distribusi berdasarkan pendidikan, didapatkan terbanyak adalah berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak orang (9%). Distribusi berdasarkan lama menjalani hemodialisis, didapatkan jumlah terbanyak lama menjalani hemodialisis >1 tahun sebanyak 5 orang (61%). Distribusi berdasarkan mekanisme koping, didapatkan jumlah terbanyak menggunakan koping adaptif adalah sebanyak 5 orang (91%). Tabel 1. Karakteristik Responden No Karakteristik 1 Umur Jenis Kelamin Status Perkawinan 4 Pekerjaan 5 Tingkat Pendidikan 6 Lama Menjalani Hd 7 Mekanisme Koping Kriteria 5 40 41 60 >60 Laki-Laki Perempuan Belum Menikah Menikah Janda/Duda Petani Wiraswasta PNS IRT TNI Dosen SD SMP SMA PT < 1 bulan -6 bulan 7-1 bulan > 1 tahun Adaptif Maladaptif Jumlah 9 16 5 5 15 1 1 6 8 1 4 11 7 5 5 5 Persentase 16 % 56 % 8 % 61 % 9 % 5% 91 % 4% 100% 5% 6 % 40 % % % 4% 11 % 14 % 7 % 9 % 7% 19 % 1 % 61 % 91 % 9% Sumber: Data Primer Juni-Juli, 016 1

Strategi koping (mekanisme koping) adalah cara berespons bawaan terhadap perubahan lingkungan, masalah atau situasi tertentu. Mekanisme koping adaptif adalah membantu individu menghadapi kejadian menimbulkan stress dan meminimalkan stress diakibatkan secara efektif6. Mekanisme koping adaptif pada pasien gagal ginjal kronik menjalani terapi hemodialisa adalah mampu mengontrol emosi, bercerita atau berbagi dengan orang lain, memecahkan masalah, menerima dukungan, memiliki kewaspadaan tinggi, lebih perhatian pada masalah dan memiliki pandangan luas. Koping didapatkan bersumber dari kemampuan, bakat, teknik pertahanan, dukungan sosial dan motivasi. Kemampuan dan bakat seseorang dapat diperoleh melalui pendidikan. Pendidikan berarti bimbingan telah diberikan seseorang pada orang lain terhadap suatu hal agar mereka dapat memahami. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang makin muda pula mereka menerima informasi dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan dimilikinya. Sebaliknya seseorang dengan tingkat pendidikan rendah, akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai baru diperkenalkan7. Responden dengan pendidikan Perguruan Tinggi menggunakan mekanisme koping adaptif jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan berpendidikan rendah. Pendidikan tinggi dapat memiliki pengetahuan luas dan pemikiran lebih realistis dalam pemecahan masalah yaitu salah satunya tentang kesehatan sehingga dapat menerapkan gaya hidup sehat agar terhindar dari penyakit8. Penelitian ini sejalan dengan penelitian dilakukan oleh Kusumawardani pada tahun 010, dimana penderita memiliki pendidikan lebih tinggi akan mempunyai pengetahuan lebih luas juga untuk memungkinkan pasien itu dapat mengontrol dirinya dalam mengatasi masalah dihadapi, mempunyai rasa percaya diri tinggi, berpengalaman, dan mempunyai perkiraan tepat bagaimana mengatasi kejadian, mudah mengerti tentang apa dianjurkan oleh petugas kesehatan, serta dapat mengurangi kecemasan sehingga dapat membantu individu tersebut dalam membuat keputusan9. Dukungan sosial adalah sumber daya eksternal utama. Sifat dukungan sosial dan pengaruhnya pada penyelesaian masalah telah diteliti secara ekstensif dan telah terbukti sebagai moderator stress kehidupan efektif. Dukungan sosial diperlukan terutama dalam menghadapi masalah pelik termasuk penyulit serius1. Responden dengan status menikah adalah paling banyak menggunakan mekanisme koping adaptif. Bentuk dukungan diberikan terlihat saat menjalani cuci darah di ruang hemodialisa, sebagian besar sudah menikah ditemani saat cuci darah oleh pasangannya walaupun terkadang ada beberapa tidak ditemani oleh pasangannya tetapi ditemani oleh keluarga (anak, saudara). Hal ini dikarenakan dengan adanya pasangan (suami/istri) merupakan salah satu sumber dukungan sosial dari. Pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa jangka panjang, mereka telah berada pada tahap resolusi sehingga sudah terbiasa dan mulai dapat menerima kenyataan serta dapat menerapkan koping adaptif. Mekanisme koping adaptif paling tinggi digunakan pada pasien gagal ginjal kronik lama menjalani hemodialisa >1 tahun. Respons psikologis meliputi tahap terkejut atau tidak percaya, tahap mengembangkan kesadaran, tahap resusitasi dan tahap resolusi10. Terdapat kesesuaian antara teori dan fakta dimana mekanisme koping sangat diperlukan untuk mengatasi suatu hal atau masalah dihadapi. Salah satu penggunaan mekanisme koping tergantung 14

dari pengalaman masa lalu pernah dialami pasien. Sebagian besar pasien hemodialisa memiliki mekanisme koping adaptif. Hal ini disebabkan karena sebagian besar pasien sudah mengalami dialisis berulang kali sehingga sudah menjadi pola dalam kehidupanya dan juga mendapat dukungan baik dari keluarga dimana peran keluarga penting dalam memberikan pandangan atau respon adaptif bagi pasien. Lama menjalani terapi hemodialisa juga menghasilkan mekanisme koping adaptif karena penderita memiliki kemampuan beradaptasi dan dapat menerima kenyataan terhadap masalah dihadapi. Koping adaptif dimiliki pasien dapat bersumber dari kemampuan, bakat, motivasi dan dukungan keluarga. Kemampuan dan bakat dimiliki umumnya tidak terlepas dari dunia pendidikan. Sesuai dengan hasil penelitian didapatkan sebagian besar pasien berpendidikan SMA dan Perguruan tinggi. Dimana pasien dengan pendidikan cukup dapat mempengaruhi daya pikir dan kemampuan mengambil keputusan efektif terhadap suatu masalah. Dengan pendidikan dimiliki pasien dapat mempengaruhi strategi koping pasien tersebut untuk menjaga kesehatan dirinya. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pasien gagal ginjal kronik menjalani terapi hemodialisa memiliki mekanisme koping adaptif 5 orang (91%). Oleh karena itu diharapkan materi tentang mekanisme koping diberikan dengan porsi lebih banyak selama di kelas sehingga mahasiswa mempunyai modal dasar pada saat memberi pendidikan kesehatan pada pasien. Bagi peneliti selanjutnya dapat meninjau hubungan mekanisme koping individu dengan tingkat kecemasan pada pasien gagal ginjal kronik menjalani terapi hemodialisa. DAFTAR PUSTAKA [1] Smeltzer, Suzane, C. & Brenda, G. B. 00. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. vol. (ed. 8). Alih Bahasa: Monika, E dan Ellen P. Jakarta: EGC. [] Pernefri. 011. 4th Annual Report of Indonesia Renal Registry.http://www. pernefri-inasn.org.diakses April 016. [] Balitbang Kemenkes RI. 01. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). Jakarta : Balitbang Kemenkes RI. 01. Konsep dan [4] Nursalam. Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, pendekatan praktis, Ed.. Jakarta: Salemba Medika. [5] Artini, B. & Retnayu. N.M. 014. Mekanisme Koping Lansia dalam Menghadapi Masa Pensiun. http://journal.unair.ac.id. Diakses April 016. [6] Barbara, K., Glenora, E., Audrey, B., Shirlee, J., 010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, & Praktik. Ed.7. Vol. 1. Alih bahasa Pamilih Eko Karyuni. Jakarta: EGCJakarta EGC. Promosi [7] Mubarak, W.I. 007. Kesehatan: Sebuah Pengantar Proses Belajar Mengajar dalam Pendidikan. Yogyakarta. Graha Ilmu. [8] Notoatmodjo, S. 007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta. A.Y. 010. [9] Kusumawardani, Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Kualitas Hidup Dimensi Fisik Pasien Gagal Ginjal Kronik di RS Dr. Kariadi Semarang. http://digilib.unimus.ac.id. Diakses April 016. [10] Hudak, C.M. & Gallo. 1996. Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC. 15