BAB IV METODE-METODE UNTUK MENURUNKAN NILAI PAPR

dokumen-dokumen yang mirip
Kinerja Teknik Reduksi PAPR Hibrid Partial Transmit Squence (PTS) dan Clipping Filtering Pada Sinyal OFDM Ranah Waktu

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISIS

oleh Ivan Farrell Setiono NIM :

UNIVERSITAS INDONESIA REDUKSI PAPR MENGGUNAKAN HUFFMAN CODING YANG DIKOMBINASIKAN DENGAN CLIPPING DAN FILTERING UNTUK TRANSMITTER OFDM TESIS

BAB IV. PAPR pada Discrete Fourier Transform Spread-Orthogonal. Division Multiplexing

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1. Pemancar dan Penerima Sistem MC-CDMA [1].

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TRANSMISI OFDM DAN PAPR

PEMBUATAN MODEL HYBRID 2 TEKNIK REDUKSI PEAK-TO-AVERAGE POWER RATIO PARTIAL TRANSMIT SEQUENCE DAN CLIPPING FILTERING PADA SISTEM MIMO-OFDM

REDUKSI PEAK-TO-AVERAGE POWER RATIO PADA SINYAL OFDM MENGGUNAKAN SKEMA HYBRID ENHANCED PARTIAL TRANSMIT SEQUENCE-TONE RESERVATION

ANALISIS REDUKSI PAPR MENGGUNAKAN ALGORITMA DISTORTION REDUCTION

SIMULASI METODE CLIPPING-FILTERING, SELECTIVE MAPPING (SLM) DAN PARTIAL TRANSMIT SEQUENCE (PTS) UNTUK MEREDUKSI PAPR PADA SISTEM OFDM

Reduksi Peak to Average Power Ratio (PAPR) Menggunakan Teknik Clipping

Simulasi Metode Clipping-Filtering, Selective Mapping (SLM), dan Partial TransmitSequence (PTS) Untuk Mereduksi PAPR Pada Sistem OFDM

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1. Konsep global information village [2]

ANALISIS UNJUK KERJA TEKNIK MIMO STBC PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING

Prosiding Seminar Nasional Teknologi Elektro Terapan 2017 Vol.01 No.01, ISSN:

BAB III PEMODELAN MIMO OFDM DENGAN AMC

BAB III PEMODELAN SISTEM

REDUKSI PAPR MENGGUNAKAN CODED PTS PADA SISTEM MIMO OFDM 8 x 8. PAPR Reduction Using Coded PTS In 8 x 8 MIMO-OFDM Systems

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan kebutuhan manusia untuk dapat berkomunikasi di segala tempat,

BAB II JARINGAN LONG TERM EVOLUTION (LTE)

BAB IV PEMODELAN SIMULASI

SIMULASI PERBANDINGAN KINERJA MODULASI M-PSK DAN M-QAM TERHADAP LAJU KESALAHAN DATA PADA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM)

BAB III DISCRETE FOURIER TRANSFORM SPREAD OFDM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Balakang 1.2. Perumusan Masalah

BAB IV SIMULASI DAN UNJUK KERJA MODULASI WIMAX

Teknik Reduksi PAPR pada Sistem OFDM dengan Partial Transmit Sequence (PTS) dan Selected Mapping

Bit Error Rate pada Sistem MIMO MC-CDMA dengan Teknik Alamouti-STBC

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS UNJUK KERJA CODED OFDM MENGGUNAKAN KODE CONVOLUTIONAL PADA KANAL AWGN DAN RAYLEIGH FADING

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1.(a). Blok Diagram Kelas D dengan Dua Aras Keluaran. (b). Blok Diagram Kelas D dengan Tiga Aras Keluaran.

STUDI BIT ERROR RATE UNTUK SISTEM MC-CDMA PADA KANAL FADING NAKAGAMI-m MENGGUNAKAN EGC

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KINERJA AKSES JAMAK OFDM-CDMA

ANALISIS KINERJA TEKNIK REDUKSI PAPR DENGAN METODA TONE RESERVATION

Prosiding SENTIA 2016 Politeknik Negeri Malang Volume 8 ISSN:

Pengaruh Modulasi M-Psk Pada Unjuk Kerja Sistem Orthogonal Frequency Division Multiplexing (Ofdm)

Simulasi MIMO-OFDM Pada Sistem Wireless LAN. Warta Qudri /

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASI SEMESTER III TH 2015/2016

Dalam sistem komunikasi saat ini bila ditinjau dari jenis sinyal pemodulasinya. Modulasi terdiri dari 2 jenis, yaitu:

OFDM : Orthogonal Frequency Division Multiplexing

1.2 Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun sirkit sebagai pembangkit gelombang sinus synthesizer berbasis mikrokontroler

PENGARUH MODULASI M-PSK PADA UNJUK KERJA SISTEM ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM)

BAB II ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING (OFDM) (multicarrier) yang saling tegak lurus (orthogonal). Pada prinsipnya, teknik OFDM

PENGUJIAN TEKNIK FAST CHANNEL SHORTENING PADA MULTICARRIER MODULATION DENGAN METODA POLYNOMIAL WEIGHTING FUNCTIONS ABSTRAK

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISISNYA

Analisis Penanggulangan Inter Carrier Interference di OFDM Menggunakan Zero Forcing Equalizer

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KINERJA TEKNIK SINKRONISASI FREKUENSI PADA SISTEM ALAMOUTI-OFDM

Pertemuan 11 TEKNIK MODULASI. Dahlan Abdullah, ST, M.Kom Website :

PRINSIP UMUM. Bagian dari komunikasi. Bentuk gelombang sinyal analog sebagai fungsi waktu

ANALISIS KINERJA SISTEM KOOPERATIF BERBASIS MC-CDMA PADA KANAL RAYLEIGH MOBILE DENGAN DELAY DAN DOPPLER SPREAD

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 MODULASI DAN DEMODULASI. Mahasiswa mampu memahami, menjelaskan mengenai sistem modulasi-demodulasi

ANALISIS KINERJA SPHERE DECODING PADA SISTEM MULTIPLE INPUT MULTIPLE OUTPUT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bab II Landasan teori

Analisis Unjuk Kerja Convolutional Code pada Sistem MIMO MC-DSSS Melalui Kanal Rayleigh Fading

SISTEM KOMUNIKASI CDMA Rr. Rizka Kartika Dewanti, TE Tito Maulana, TE Ashif Aminulloh, TE Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta

1

BAB. Kinerja Pengujian

Komunikasi Data POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA. Lecturer: Sesi 5 Data dan Sinyal. Jurusan Teknik Komputer Program Studi D3 Teknik Komputer

BAB II LANDASAN TEORI

1. Adaptive Delta Modulation (ADM) Prinsip yang mendasari semua algoritma ADM adalah sebagai berikut:

ANALISIS TEKNIK PEAK TO AVERAGE POWER REDUCTION

Reduksi Peak-To-Average Power Ratio Pada Sistem STBC MIMO-OFDM dengan Metode Selected Mapping dan Partial Transmit Sequence

BAB I PENDAHULUAN. Seluruh mata rantai broadcasting saat ini mulai dari proses produksi

Analisa Kinerja Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) Berbasis Perangkat Lunak

BAB II DASAR TEORI. Modulasi adalah proses yang dilakukan pada sisi pemancar untuk. memperoleh transmisi yang efisien dan handal.

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 LATAR BELAKANG

ANALISIS PERBANDINGAN TEKNOLOGI SPREAD SPECTRUM FHSS DAN DSSS PADA SISTEM CDMA

Teknik Sistem Komunikasi 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB II KONSEP DASAR. 2.1 Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM)

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL

KINERJA SISTEM OFDM MELALUI KANAL HIGH ALTITUDE PLATFORM STATION (HAPS) LAPORAN TUGAS AKHIR. Oleh: YUDY PUTRA AGUNG NIM :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Simulasi Dan Analisa Efek Doppler Terhadap OFDM Dan MC-CDMA

KINERJA SISTEM MULTIUSER DETECTION SUCCESSIVE INTERFERENCE CANCELLATION MULTICARRIER CDMA DENGAN MODULASI M-QAM

TUGAS AKHIR ANALISIS BER OFDM DENGAN MENGGUNAKAN LOW-DENSITY PARITY-CHECK (LDPC) PADA SISTEM DVB-T (DIGITAL VIDEO BROADCASTING TERRESTRIAL)

Kuliah 5 Pemrosesan Sinyal Untuk Komunikasi Digital

UNIVERSITAS INDONESIA PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI HUFFMAN CODING UNTUK REDUKSI PAPR PADA SISTEM OFDM SKRIPSI

I. ANALISA DATA II. A III. A IV. A V. A

TUGAS AKHIR ANALISIS KINERJA ORTHOGONAL FREQUENCY DIVISION MULTIPLEXING PADA SISTEM DVB-T (DIGITAL VIDEO BROADCASTING TERRESTRIAL)

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Tujuan

Quadrature Amplitudo Modulation-16 Sigit Kusmaryanto,

IMPLEMENTASI MULTIPATH FADING RAYLEIGH MENGGUNAKAN TMS320C6713

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2011

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA SISTEM

Unjuk kerja Trellis Code Orthogonal Frequency Division Multiplexing (TCOFDM) pada kanal Multipath Fading (Andreas Ardian Febrianto)

PERANCANGAN SISTEM OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing), oleh Dr. Ir. Saludin Muis, M. Kom. Hak Cipta 2014 pada penulis

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

Implementasi dan Evaluasi Kinerja Multi Input Single Output Orthogonal Frequency Division Multiplexing (MISO OFDM) Menggunakan WARP

Analisa Power Spectral Density pada Sistem Orthogonal Wavelet Division Multiplexing Berbasis Wavelet Packet

PERHITUNGAN BIT ERROR RATE PADA SISTEM MC-CDMA MENGGUNAKAN GABUNGAN METODE MONTE CARLO DAN MOMENT GENERATING FUNCTION.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi nirkabel mulai dari generasi 1 yaitu AMPS (Advance Mobile Phone

Analisis Nilai Bit Error Rate pada Sistem MIMO MC-CDMA. dengan Teknik Alamouti-STBC. Oleh Sekar Harlen NIM:

BAB 3 ALGORITMA DAN MODEL 2K FFT-IFFT CORE

Transkripsi:

BAB IV METODE-METODE UNTUK MENURUNKAN NILAI PAPR Pada bab empat ini akan dibahas mengenai metode-metode untuk menurunkan nilai Peak to Power Ratio (PAPR). Metode yang akan digunakan untuk menurunkan nilai PAPR ada tiga metode, yaitu metode Clipping Filtering, metode Selective Mapping, dan metode Partial Transmit Sequence. 4.1. Metode Clipping Filtering Isyarat OFDM terdiri dari sejumlah subpembawa yang dimodulasi sendiri-sendiri sehingga dapat menghasilkan perbandingan daya puncak dan daya rata-rata (PAPR) yang cukup besar. Nilai PAPR yang besar ini akan mengakibatkan intersymbol interference. Pendekatan paling sederhana untuk membatasi puncak amplitudo dalam bentuk gelombang multicarrier adalah dengan sengaja memotong puncak isyarat sebelum diumpankan ke penguat daya. Operasi ini dilakukan pada pita dasar menggunakan envelope limiter. Jika pemotongan langsung diterapkan pada isyarat analog, keluaran limiter muncul seperti yang ditunjukkan pada Gambar 4.1, dengan adalah amplitudo maksimum yang diijinkan untuk isyarat terpotong. Gambar 4.1. Pemotongan Isyarat [3]. 31

32 Distorsi yang disebabkan oleh proses clipping secara matematis dinyatakan sebagai berikut. (4.1) Distorsi ini dipandang sebagai sumber tambahan derau. Karena turunan menunjukkan diskontinuitas pada pemotongan secara langsung, maka lebar pita secara teoritis tak terbatas. Hal ini berarti bahwa secara umum amplitudo hasil pemotongan menimbulkan distorsi in-band. Diagram blok pemancar sistem OFDM dengan menggunakan metode Clipping Filtering ditunjukkan pada Gambar 4.2. Data IFFT Clipping FFT Filtering IFFT Gambar 4.2. Diagram Kotak Metode Clipping Filtering [12]. Proses clipping and filtering ini dilakukan jika amplitudo OFDM di atas ambang maka amplitudo perlu dipotong. Isyarat OFDM yang terpotong digunakan sebagai masukan dalam sistem OFDM.

33 Gambar 4.3. Clipping Isyarat OFDM dalam Ranah Waktu [2]. Gambar 4.1 menunjukkan bahwa proses clipping efektif untuk menurunkan nilai amplitudo isyarat OFDM yang isyaratnya melebihi ambang yang ditentukan sehingga efektif untuk mengurangi PAPR. Dilihat pada Gambar 4.4, maka penguat daya tersebut memiliki nilai saturasi sama dengan satu. Nilai saturasi tersebut dapat diatur dengan menggunakan input backoff (IBO). IBO digunakan untuk menjaga daya puncak isyarat masukan yang lebih kecil atau sama dengan aras masukan saturasi. Untuk menyimulasikan penguat daya, digunakan Persamaan 4.2 pada modulasi amplitudo sebagai berikut. [2]

34 dengan = nilai bati penguat daya; = nilai masukan penguat daya; dan = pengatur kehalusan transisi dari daerah linear ke daerah batas saturasi. Gambar 4.4. Penguat Daya untuk Modulasi Amplitudo. [2] Sebuah pendekatan yang baik dari penguat daya yang ada diperoleh dengan memilih dalam kisaran nilai 2 sampai 3. Untuk nilai yang besar, akan mempunyai nilai yang konvergen terhadap penguat pemotongan dengan daerah linear yang sempurna sampai mencapai tingkat keluaran maksimum. Isyarat OFDM yang dibatasi dengan nilai ambang memiliki persamaan sebagai berikut. [9] (4.3) (4.4)

35 dengan = isyarat OFDM hasil pemotongan; = isyarat OFDM asli; = nilai ambang; dan = fase pemotongan. Dari Persamaan (4.3) dihasilkan isyarat yang amplitudonya tidak melebihi dengan fase yang sama dengan isyarat aslinya. Nilai ambang ditentukan oleh parameter Clipping Ratio (CR) yang dinyatakan melalui persamaan berikut. dengan adalah jumlah subpembawa. Dapat dilihat pada Gambar 4.3 bahwa nilai ambang berada di atas isyarat OFDM. Untuk memperoleh nilai ambang tersebut, dapat ditentukan nilai yang dapat digunakan dalam sistem tersebut. Setelah itu, ditentukan nilai jumlah subpembawa yang akan dikirimkan melalui sistem tersebut. 4.2 Metode Selective Mapping Selain menggunakan clipping filtering, penurunan nilai PAPR dapat pula digunakan metode selective mapping untuk mengurangi nilai PAPR. Selective mapping bekerja berdasarkan pemilihan isyarat dengan daya puncak terendah untuk proses transmisi. Diagram kotak metode selective mapping diperlihatkan pada Gambar 4.4.

36 Data Serial to Parallel IFFT- Modulation IFFT- Modulation IFFT- Modulation Selected Sequence with lowest Peak Power for Transmission Transmit Signal Gambar 4.5. Diagram Kotak Metode Selective Mapping [1]. Diagram kotak metode selective mapping dijelaskan sebagai berikut. adalah isyarat masukan dalam bentuk serial; adalah isyarat masukan dalam bentuk paralel; adalah pseudo noise generator; jumlah blok ; adalah isyarat hasil modulasi untuk blok; adalah isyarat yang siap ditransmisikan; Dalam metode ini, data diubah dari bentuk serial ke bentuk paralel yang kemudian akan dipetakan ke dalam sejumlah blok dengan. Masing-masing blok ini kemudian dikalikan dengan vektor dengan vektor ini adalah pseudo noise generator. Lalu dimodulasikan dengan cara mengalikan dengan pembawa sinusoidal. Kemudian hasilnya akan diubah dari ranah frekuensi menjadi ranah waktu menggunakan Inverse Fast Fourier Transform (IFFT) dengan keluaran berupa isyarat. Untuk tiap bentuk gelombang hasil dalam ranah waktu, daya puncaknya diukur dan isyarat dengan daya puncak terendah yang sesuai, dipilih untuk transmisi. Daya puncak terendah ini akan memiliki nilai PAPR yang rendah pula tetapi masih bisa untuk mengaktifkan sistem OFDM untuk dapat bekerja dengan baik. Untuk mendeteksi isyarat dengan PAPR terendah, penerima akan mengirimkan vektor yang digunakan oleh pemancar. Informasi dikirimkan sebagai informasi tambahan tanpa mengurangi laju data.

37 Probabilitas isyarat semua isyarat yang dihasilkan memberikan nilai C yang lebih besar daripada batas ambang. Hal inidinyatakan dalam Persamaan (4.6). (4.6) Baris kedua dari Persamaaan 4.6 diperoleh dengan asumsi bahwa probabilitasnya independent. Gambar 4.6. Hasil simulasi untuk = 128 subpembawa dengan = 1, 2, 4, dan 16 [1]. Gambar 4.6 menunjukkan grafik yang berisi nilai PAPR dalam sistem OFDM menggunakan metode selective mapping. Dengan subpembawa N = 128 dan = 1, 2, 4, dan 16. Dari Gambar 4.6 dapat disimpulkan bahwa dengan meningkatnya jumlah maka PAPR menurun secara signifikan. Meskipun dengan yang kecil, yaitu = 2 dan = 4, persentase PAPR dapat dikurangi, tetapi untuk menurunkan nilai PAPR yang cukup besar memerlukan peningkatan yang cukup besar. Hal ini membatasi aplikasi selective mapping secara praktis. Dengan selective mapping, sangat sulit untuk mereduksi nilai Crash Factor di

38 bawah nilai tersebut, karena berdasarkan Persamaan (4.6) keuntungan selective mapping didapatkan dari mereduksi Complementary Cumulative Distribution Function (CCDF) secara eksponensial. Untuk implementasi pendekatan selective mapping, diperlukan pendefinisian vektor yang independent terhadap nilai, dengan. Untuk memastikan ketidakbergantungan tersebut, diperlukan vektor untuk menghasilkan generator pseudonoise. Selain itu, diinginkan untuk membatasi magnitudo element, menjadi bernilai satu yaitu dengan jumlah fase diskrit yang terbatas, contohnya 4 atau 8 fase. Pembatasan nilai fase ke himpunan diskrit juga memiliki keuntungan, yaitu menyederhanakan proses sinkronisasi. 4.3. Metode Partial Transmit Sequence OFDM adalah kunci teknologi sistem seluler jaringan 4G atau jaringan LTE yang memiliki nilai PAPR yang tinggi. Metode Partial Transmit Sequence adalah salah satu metode optimasi untuk mengurangi nilai PAPR. Metode Partial Transmist Sequence mengurangi nilai PAPR pada sistem OFDM dengan membangkitkan beberapa bagian. dimana partisi ini akan dikalikan dengan vektor fase yang kemudian dioptimasi untuk meminimalkan nilai PAPR. Diagram kotak metode partial transmit sequence diperlihatkan pada Gambar 4.7. Gambar 4.7. Diagram Kotak Metode Partial Transmit Sequence [1].

39 Diagram kotak metode selective mapping dijelaskan sebagai berikut. adalah isyarat masukan dalam bentuk serial; adalah isyarat masukan setelah dipartisi; adalah Peak Value Optimization; adalah isyarat yang siap ditransmisikan; Pada metode Partial Transmit Sequence ini, data masukan diubah dari data serial menjadi data paralel lalu data tersebut dibagi ke dalam beberapa bagian. Setiap bagian data masukan mengalami proses IFFT. Lalu setelah mengalami proses IFFT, data tersebut dirotasikan dengan kumpulan vektor fase secara independent. Lalu data tersebut akan dijumlahkan kembali. Proses Peak Value Optimization dilakukan dengan mengoptimalkan barisan-barisan yang ditransmisikan. Gambar 4.7 menunjukkan penerapan metode Partial Transmit Sequence di pemancar. Isyarat OFDM dibagi menjadi sejumlah dari subkanal dengan dengan = isyarat yang ditransimisikan; = faktor rotasi fase dalam Peak Value Optimization; dan = Partial Transmit Sequence; Komponen disebut 'Partial Transmit Sequence' atau 'kelompok isyarat. Kemudian setiap kelompok isyarat berubah dalam ranah waktu. Dalam ranah waktu, semua kelompok isyarat dikalikan dengan faktor, dan semuanya kemudian untuk proses transmisi isyarat. Faktor memiliki kemungkinan untuk merotasi fase isyarat masing-masing kelompok. Isyarat tersebut dipilih berdasarkan daya puncak yang rendah.

40 Seperti halnya dengan selective mapping, penerima harus memiliki informasi tentang proses pembangkitan isyarat OFDM, contohnya faktor-faktor yang dipilih. Pada prinsipnya, kelompok isyarat dapat terdiri dari selisih jumlah subpembawa, tapi kemampuan terbaik untuk mengurangi nilai PAPR-lah yang diharapkan, yaitu, dengan diasumsikan kelipatan bulat dari. Gambar 4.8. Reduksi PAPR dengan Partial Transmit Sequence untuk 2-8 Fase [1]. Pada Gambar 4.8, garis putus-putus menunjukkan OFDM konvensional. Gambar 4.8 menunjukkan penurunan PAPR yang dicapai untuk berbagai jumlah kelompok, dan 2-8 fase, yaitu Dengan peningkatan jumlah kelompok serta dengan meningkatnya jumlah kemungkinan nilai fase, pengurangan nilai PAPR meningkat. Dengan 8 nilai fase, sebagian besar penurunan nilai PAPR yang mungkin untuk nilai tertentu dari telah dicapai. Di samping fakta bahwa Crest Factor efektif berkurang, juga puncak maksimum dapat dikurangi secara signifikan.