PENERAPAN RUMUS VOLUME SMALLIAN DAN HUBER PADA LOG MERANTI MERAH (Shorea leprosula miq) DI PT. SUMALINDO LESTARI JAYA Tbk.

dokumen-dokumen yang mirip
PENENTUAN VOLUME KAYU MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq) DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS BRERETON. Oleh: INDRA NIM:

RINGKASAN. sejauh mana perbedaan hasil volume dengan menggunakan rumus volume. Juni 2009 dilokasi TPK PT. Inhutani I unit Malinau, Kabupaten Malinau.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

KATA PENGANTAR. dan karunia-nya, penyusun Karya Ilmiah ini di susun berdasarkan hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

PEMBERIAN PUPUK KANDANG AYAM PADA PERTUMBUHAN BIBIT TANAMAN KOPI (Coffea sp) Oleh : DONNY SETIAWAN NIM

KETELITIAN PENGUKURAN TINGGI POHON DENGAN MENGGUNAKAN HAGAMETER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Terdegradasi ,

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1 Peraturan Direktur Jenderal Bina Produksi Kehutanan Nomor : P. 14 /VI-BIKPHH/2009 Tanggal : 10 November 2009

KERUSAKAN TEGAKAN TINGGAL AKIBAT PEMANENAN KAYU DI HUTAN ALAM RAWA GAMBUT

Mutu dan Ukuran kayu bangunan

LAPORAN PENGUKURAN KAYU

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi

IDENTIFIKASI DAN PENGUKURAN POTENSI LIMBAH PEMANENAN KAYU (STUDI KASUS DI PT. AUSTRAL BYNA, PROPINSI KALIMANTAN TENGAH)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

II. TINJAUAN PUSTAKA

KERAGAMAN PERTUMBUHAN TANAMAN MERANTI MERAH (Shorea leprosula Miq.) PADA BERBAGAI TAPAK

.:::: Powered By Ludarubma ::::. KAYU CENDANA

BAB III METODE PENELITIAN

ANALISIS PENGELUARAN ENERGI PEKERJA PENYADAPAN KOPAL DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT KABUPATEN SUKABUMI JAWA BARAT AVIANTO SUDIARTO

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENDUGAAN SIMPANAN KARBON DI ATAS PERMUKAAN LAHAN PADA TEGAKAN EUKALIPTUS (Eucalyptus sp) DI SEKTOR HABINSARAN PT TOBA PULP LESTARI Tbk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. METODOLOGI. A. Metode survei

III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

Pengukuran Diameter dan Tinggi Pohon

Kayu gergajian Bagian 2: Pengukuran dimensi

II. TINJAUAN PUSTAKA Biomassa

III. METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Lokasi Penelitian. B. Perancangan Penelitian. C. Teknik Penentuan Sampel. D. Jenis dan Sumber Data

TEKNIK MENGHITUNG CEPAT VOLUME PARTAI KAYU BUNDAR ABSTRACT

PENGAMATAN PERTUMBUHAN ANAKAN PINUS

ANALISIS ANGKA KONVERSI PENGUKURAN KAYU BULAT DI AIR UNTUK JENIS MERANTI (Shorea spp)

Kayu bundar Bagian 1: Istilah dan definisi

V. POLA DAN TEHNIK PEMBELAHAN

Kayu gergajian Bagian 1: Istilah dan definisi

PEMBERIAN PUPUK NPK DENGAN DOSIS YANG BERBEDA PADA PERTUMBUHAN BIBIT KAKAO (Theobroma cacao L) Oleh : AHMAD LEGA RAMADHAN NIM.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KUANTIFIKASI KAYU SISA PENEBANGAN JATI PADA AREAL PENGELOLAAN HUTAN BERBASIS MASYARAKAT TERSERTIFIKASI DI KABUPATEN KONAWE SELATAN, SULAWESI TENGGARA

E U C A L Y P T U S A.

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru 2 )Mahasiswa Jurusan Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan. Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pohon merbau darat telah diklasifikasikan secara taksonomi sebagai berikut

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PENGETAHUAN DASAR KAYU SEBAGAI BAHAN BANGUNAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk dijadikan bisnis atau peluang usaha yang menjanjikan.tingginya minat

Macam Kayu Menurut Susunannya. Pengetahuan Bahan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

Jenis-jenis kayu untuk konstruksi Bangunan

TINJAUAN PUSTAKA Sejarah Tanaman Cabai Botani Tanaman Cabai

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 171/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN DUKU PRUNGGAHAN TUBAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

Topik : PERSAMAAN ALOMETRIK KARBON POHON

MODEL PENDUGA VOLUME POHON MAHONI DAUN BESAR (Swietenia macrophylla, King) DI HUTAN PENDIDIKAN GUNUNG WALAT, SUKABUMI, JAWA BARAT WAHYU NAZRI YANDI

Bab Vlll PENGUKURAN VOLUME DAN PENETAPAN KUALITAS KAYU

Hubungan Rentang Diameter Dengan Angka Bentuk Jenis Kapur (Dryobalanops aromatica) pada Hutan Produksi Terbatas

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN HERBISIDA KONTAK TERHADAP GULMA CAMPURAN PADA TANAMAN KOPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENCAMPURAN MEDIA DENGAN INSEKTISIDA UNTUK PENCEGAHAN HAMA Xyleborus morstatii Hag. PADA BIBIT ULIN ( Eusideroxylon zwageri T et.

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di Cagar Alam tangale yang terdapat di

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KAJIAN JUMLAH TANDAN BUAH SEGAR DAN GRADING DI PT. SAWIT SUKSES SEJAHTERA KECAMATAN MUARA ANCALONG KABUPATEN KUTAI TIMUR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR

BAB IX ANGGARAN PENDAPATAN PERUSAHAAN HUTAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gladiol (Gladiolus hybridus) berasal dari bahasa latin Gladius yang berarti

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) banyak ditanam di daerah beriklim panas

KAJIAN BEBERAPA SIFAT DASAR BATANG PINANG (Areca catechu L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

3. Bagaimana cara mengukur karbon tersimpan?

Produk kayu bundar Bagian 1: Kayu bundar jati

BAB III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Pengambilan Data 3.2 Alat dan Objek Penelitian 3.3 Metode Penelitian Pemilihan Pohon Contoh

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

berdasarkan definisi Jane (1970) adalah bagian batang yang mempunyai warna lebih tua dan terdiri dari sel-sel yang telah mati.

D. 9. Ahad Fitriadi 1, Abubakar M. Lahjie 2 dan Rochadi Kristiningrum 3

Transkripsi:

1 PENERAPAN RUMUS VOLUME SMALLIAN DAN HUBER PADA LOG MERANTI MERAH (Shorea leprosula miq) DI PT. SUMALINDO LESTARI JAYA Tbk.LOAJANAN SAMARINDA Oleh ASRIANI HAMZAH P. NIM.070.500.006 PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2010

2 PENERAPAN RUMUS VOLUME SMALLIAN DAN HUBER PADA LOG MERANTI MERAH (Shorea leprosula miq) DI PT. SUMALINDO LESTARI JAYA Tbk.LOAJANAN SAMARINDA Oleh ASRIANI HAMZAH P. NIM.070.500.006 Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik pertanian Negeri Samarinda PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN PENGELOLAAN HUTAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAMARINDA 2010

3 HALAMAN PENGESAHAN Judul Karya Ilmiah : PENERAPAN RUMUS VOLUME SMALLIAN DAN HUBER PADA LOG MERANTI MERAH DI PT. SUMALINDO LESTARI JAYA Tbk. LOAJANAN SAMARINDA. Nama Mahasiwa : ASRIANI HAMZAH P. Nim : 070 500 006 Program Studi : MANAJEMEN HUTAN Jurusan : PENGELOLAAN HUTAN Menyetujui : Dosen Pembimbing Penguji I Ir. HASANUDIN, MP NIP. 19630805 198903 1 005 Penguji II Mengesahkan, Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Ir. WARTOMO, MP NIP. 19631028 198803 1003 Telah lulus ujian pada tanggal :

4 ABSTRAK ASRIANI, Penerapan Rumus Volume Smallian dan Huber Pada Log Meranti merah (Shorea leprosula miq) PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk. Loajanan Samarinda (Di bawah bimbingan HASANUDIN). Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Informasi sejauh mana perbedaan hasil volume dengan menggunakan rumus volume Smallian dan Huber. Penelitian ini diharapkan memberikan informasi secara ilmiah apakah hasil perhitungan volume dengan menggunakan rumus volume Smallian dan Huber berbeda atau tidak berbeda bila dibandingkan dengan perhitungan volume Brereton. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai Agustus 2010 yang meliputi: orientasi lapangan, penyelesaian administrasi, persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, pengambilan data, pengumpulan data serta penulisan karya ilmiah. Hasil perhitungan volume dengan menggunakan rumus volume Smallian didapat volume terbesar 9,5083 m 3 dan volume terkecil 2,6327 m 3,dengan ratarata 4,8808 m 3 dan simpangan baku 1,8060 m 3, hasil perhitungan dari rumus volume Huber didapat volume terbesar 9,2776 m 3 dan volume terkecil 2,2847 m 3, dengan rata-rata 4,6498 m 3 dan simpangan baku 1,8128 m 3, sedangkan hasil perhitungan dari rumus volume Brereton didapat volume terbesar 9,3675 m 3 dan volume terkecil 2,6001 m 3,dengan rata-rata 4,7928 m 3 1,7808 m 3. dan simpangan baku Setelah diadakan uji T antara hasil volume dengan menggunakan rumus volume Brereton, dan Smallian diperoleh hasil t hitung sebesar -7,1640 sebagai pembanding digunakan t tabel pada tingkat kepercayaan 95 % yaitu sebesar 2,0639,sedangkan dengan menggunakan rumus volume Brereton dan Huber diperoleh hasil t hitung sebesar 1,8188 sebagai pembanding digunakan t tabel pada tingkat kepercayaan 95 % yaitu sebesar 2,0639.

5 RIWAYAT HIDUP ASRIANI HAMZAH P, Lahir pada tanggal 26 juni 1987 di BELAJEN, Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan. Merupakan Anak kedua dari Lima bersaudara dari pasangan IBU DARMAWATI dan BAPAK HAMZAH. Pada Tahun 1994 memulai Pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 167 Buntu Dama Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan. Kemudian pindah Sekolah pada tahun 1996 ke Sekolah Dasar Negeri 112 Belajen Kecamatan Alla Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan dan tamat pada tahun 2000. Kemudian pada tahun yang sama saya melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah Negeri Alla. Kabupaten Enrekang Provinsi Sulawesi Selatan dan Berijazah pada tahun 2003. Kemudian pada tahun yang sama saya melanjutkan Kesekolah Menengah Umum Negeri 1Alla Kabupaten Enrekang Propinsi Sulawesi Selatan Jurusan IPS dan berijazah pada tahun 2006. Pendidikan Tinggi dimulai pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Manajemen Hutan Jurusan Pengelolaan Hutan tahun 2007. Pada bulan 19 Maret 19 April 2010 mengikuti Program PKL (Praktek Kerja Lapang) di PT. Nelly Jaya Pratama Kecamatan Mengkendek,Kabupaten Tana Toraja Provinsi Sulawesi Selatan.

6 KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT karena berkat dan rahmat-nya, penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini tepat pada waktunya. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai Agustus 2010 yang meliputi: orientasi lapangan, penyelesaian administrasi, persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, pengambilan data, pengumpulan data serta penulisan karya ilmiah dan penelitian ini dilaksanakan di TPK (Log Yard) PT. Sumalindo Lestari Jaya Tbk. Loajanan Samarinda. Rangkaian kegiatan penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk dapat menyelesaikan studi pada Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan Karya Ilmiah ini, penulis telah banyak mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada: 1. Bapak Ir. Hasanudin, MP, selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis mulai dari persiapan dan selama penelitian sampai penyusunan Karya Ilmiah ini, dan sekaligus selaku Ketua Jurusan Pengelolaan Hutan. 2. Bapak Ir. Fendy Ucche, M. Si, dan Bapak Ir. Dadang Suprapto, MP, selaku Dosen Penguji yang sudah memberikan beberapa kritik dan saran dalam penulisan Karya Ilmiah ini sehingga isi dari karya ilmiah ini mencapai kesempurnaan sesuai dengan yang diinginkan. 3. Kedua orang tua, kakak, dan adik serta keluarga tercinta yang telah memberikan Do a, dorongan baik moril maupun materil kepada penulis. 4. Ibu Ir.Emi Malaysia,MP,selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan.

7 5. Bapak Ir.Wartomo MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 6. Bapak dan Ibu Dosen beserta seluruh Staf Politeknik Pertanian Negeri Samarinda khususnya Jurusan Pengelolaan Hutan yang sudah mendidik dan mengajar penulis selama di bangku perkuliahan. 7. Pimpinan PT.SUMALINDO LESTARI JAYA beserta seluruh Staf dan Karyawan. 8. Saudara Indra yang telah turut serta membantu dalam penelitian ini. 9. Rekan mahasiswa Angkatan 2007 yang telah turut serta membantu dan mendukung selama penelitian sampai menyusun Karya Ilmiah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. 10. Rekan mahasiswa PMW CINDERAMATA yang telah turut serta membantu dalam pengetikan karya ilmiah ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Karya Ilmiah tentunya sebagai manusia yang lemah tidak terlepas dari kehilafan dan kesalahan serta kekurangan yang ada pada diri penulis. Untuk itu penulis sangat mengharapkan sekali adanya kritik dan saran yang sifatnya membangun. Semoga Karya Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Kampus Sei Keledang, Agustus 2010 Penulis

8 DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR... iv DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... ix I. PENDAHULUAN... 1 II. TINJAUAN PUSTAKA... 4 A. Tinjauan Umum Meranti merah... 4 B. Pengukuran Panjang... 8 C. Pengukuran Diameter... 9 D. Pengukuran Volume... 14 III. METODE PENELITIAN... 20 A. Lokasi dan Waktu... 20 B. Alat dan Bahan... 20 C. Prosedur Kerja... 21 D. Pengolahan Data... 22 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 26 A. Hasil... 26 B. Pembahasan... 28 V. KESIMPULAN DAN SARAN... 30 A. Kesimpulan... 30 B. Saran... 31 DAFTAR PUSTAKA... 32 LAMPIRAN... 33

9 DAFTAR TABEL No. Tubuh utama Halaman 1. Contoh Pemberian Spilasi 10-19 cm Pada Pengukuran Panjang... 8 2. Deskripsi Statistik Data Diameter (Pangkal,Tengah,Ujung) dan Panjang. 26 3. Rata- rata dan SD Hasil Perhitungan Volume dengan menggunakan Rumus Smallian, Huber, dan Brereton... 27 4. Perhitungan Uji t untuk Hasil Perhitungan Volume Rumus Brereton, Smallian, dan Huber... 29

10 DAFTAR GAMBAR No. Tubuh utama Halaman 1. Cara Pengukuran Panjang... 9 2. Pengukuran Diameter... 10 3. Cara Pengukuran Diameter secara langsung... 13 4. Cara Pengukuran Diameter secara tidak langsung... 14 5. Rata- rata dan SD dari Hasil Perhitungan Volume dengan menggunakan 3 (tiga) rumus... 27

11 DAFTAR LAMPIRAN No. Lampiran Halaman 1...Data Pengukuran diameter (Pangkal, Tengah, Ujung) dan Panjang Jenis Meranti merah... 34 2. Hasil Pengukuran Diameter (Pangkal, Tengah, Ujung) dan Panjang Jenis Meranti merah... 35 3. Deskripsi Hasil Perhitungan Volume dengan menggunakan Rumus Smallian, Huber, dan Brereton... 36 4. Hasil Perhitungan Uji T... 37 5. Alat yang digunakan dalam Penelitian... 38 6. Pengukuran Panjang Kayu Log Jenis Meranti merah... 39 7. Pemberian Tanda Diameter Tengah pada Kayu Log Jenis Meranti merah... 40 8. Pengukuran Diameter Tengah pada Kayu Log Meranti merah... 41 9. Pengukuran Diameter Pangkal pada Kayu Log Meranti merah... 42 10.Pengukuran Diameter Ujung pada Kayu Log Meranti merah... 43

12 I. PENDAHULUAN Hasil hutan berupa kayu bulat merupakan pemasukan devisa yang cukup besar di Kalimantan Timur setelah minyak dan gas bumi. Hal ini di sebabkan adanya kegiatan eksploitasi secara besar besaran dan bersifat mekanis yang di lakukan sejak tahun 1970. Usaha peningkatan pemanfaatan hasil hutan secara maksimal, kegiatan kegiatan pengelolaan sejak perencanaan pemungutan hasil hutan sampai dengan pemanfaatan hasilnya, diperlukan pengetahuan serta keahlian agar setiap bagian kegiatan secara ekonomis paling menguntungkan dan secara teknis dapat di pertanggung jawabkan. Lihart (1984), menyatakan bahwa pengusahaan hutan tropika basah di Kalimantan Timur pengurusannya secara bertahap telah di kembangkan searah dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pengalaman selama dilaksanakannya kegiatan pembalakan. Untuk menjamin kesinambungan produksi kayu dan hasil hutan lainnya, maka diperlukan suatu perancanaan hutan yang baik. Perencanaan hutan tersebut hanya dapat dibuat apabila tersedia data yang lengkap mengenai keadaan hutan yang diperoleh melalui kegiatan inventarisasi. Di dalam inventarisasi hutan terutama untuk menaksir volume tegakan maka komponen yang harus di ukur adalah diameter dan tinggi pohon. Menurut Hariyanto (1978), kayu bulat adalah hasil dari pemotongan pemotongan pohon setelah di tebang. Kayu bulat (log) yang di hasilkan sudah

13 barangtentu mempunyai jenis, bentuk, ukuran dan kualitas yang bervariasi.hal ini disebabkan adanya jenis penyusun tegakan hutan yang berbeda disamping kondisi setiap jenis yang berbeda pula. Suharlan dan Sudiono (1973) menyatakan bahwa di dalam menentukan Volume Kayu Bulat, perlu pengukuran dimensinya, yaitu panjang dan diameternya (diameter ujung dan pangkal) dimana ditentukan dengan bantuan rumus Volume. Anonim (1983) menjelaskan bahwa isi kayu bulat rimba ditetapkan menurut cara meterik Brereton, dimana isi atau volume kayu bulat sebenarnya dihitung berdasarkan silindris khayal dan untuk penetapan ini digunakan tabel isi kayu rimba. Untuk menentukan volume kayu bulat selain menggunakan rumus Brereton terdapat beberapa cara atau metode yang digunakan. Salah satu diantaranya adalah rumus Smallian dan Huber. Nilai volume yang dihasilkan rumus Smallian dan Huber diharapkan tidak berbeda. Sekalipun rumus Brereton telah menjadi rumus kayu bulat yang digunakan oleh semua perusahaan kayu yang memiliki IUPHHK di Indonesia, namun keunggulannya/ketelitiannya bila dibanding dengan rumus volume Huber dan Smallian secara ilmiah jarang diinformasikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perbedaan hasil volume dengan menggunakan rumus volume Smallian dan Huber dan diharapkan memberikan informasi secara ilmiah apakah hasil perhitungan volume dengan

14 menggunakan rumus volume Smallian dan Huber berbeda atau tidak berbeda bila dibandingkan dengan perhitungan volume Brereton.

15 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Meranti Merah (Shorea leprosula miq) Di Kalimantan, Shorea adalah genus yang mempunyai jenis sangat berlimpah. Banyak jenis pada famili Dipterocarpaceae adalah 267 jenis dimana genus Shorea mempunyai 127 jenis. Symington (1974) membagi genus Meranti menjadi empat group utama yaitu group Balau, group Meranti putih, group Meranti kuning, dan group Meranti merah. Di Indonesia tiga group penting yang komersil adalah group Meranti putih, Meranti kuning dan Meranti merah. Meranti merah adalah nama yang umum di Sumatra dan Kalimantan untuk Shorea leprosula miq, jenis ini termasuk Dipterocarpaceae. Meranti merah berupa pohon yang dapat mencapai tinggi 70 meter dan diameter 110 cm dengan tajuk tipis dan lebar, berbentuk payung dan berwarna merah pucat. Batangnya tinggi,tegak dan lurus berbanir, berwarna coklat keabu-abuan, sering mengeluarkan damar dan bila kering berwarna kuning. Daunnya tunggal berbentuk bulat telur sampai jorong, berwarna kuning coklat pada permukaan bawah yang berubah merah pucat bila kering. Dalam hutan primer dan sekunder diatas tanah liat berawa, tanah liat berpasir dapat tumbuh berbagai jenis, berpencar pada lapangan yang datar atau pun berbukit pada ketinggian 30-200 meter dpl. Menurut Symington (1974) di Kalimantan merupakan daerah yang mempunyai jenis-jenis Dipterocarpaceae terbanyak di Indonesia. Sehingga

16 berdasarkan pernyataan ini di Kalimantan dianggap merupakan pusat penyebaran famili Dipterocarpaceae. Jenis Meranti merah (Shorea leprosula miq) yang mempunyai arti tersendiri bagi Kalimantan dalam memberikan sumbangan negara umumnya dan Kalimantan pada khususnya. Anonim (1980) mengemukakan ciri-ciri umum Meranti merah adalah sebagai berikut: Morfologi Tanaman Meranti a. Habitus Tinggi pohon mencapai 70 meter, batang bebas cabang 30 meter, diameter mencapai 100 cm atau lebih. Tinggi banir 3,5 meter, tebal 20 cm. Memiliki tajuk tipis dan lebar berbentuk payung berwarna merah tembaga pucat. b. Batang Tebal kulit luar kira-kira 5 mm, berwarrna abu-abu atau coklat sedikit beralur bagian dalam mengelupas agak besar-besar dan tebal. Kulit hidup mencapai 20 mm, penampangnya berwarna coklat muda sampai kemerah merahan, kayu teras berwarna coklat muda sampai kemerah merahan peralihan dari gubal keteras secara berangsur-angsur, damar berwarna putih kekuningan. Menurut Prawira (1972). Batang sangat lurus, kulit luarnya dengan ketebalan 1-5 mm berwarna kemerah-merahan, mengelupas banyak, kulit hidupnya kurang lebih 10 mm, penampangnya berwarna rata-rata kekuning-kuningan, terasnya berwarna abu-abu coklat tua atau kekuningan, peralihannya dari gubal ke teras berangsur-angsur.

17 c. Daun Rata-rata hampir menyerupai segiempat memanjang atau bulat telur terbalik memanjang pangkal dan membulat, ujung runcing, asal panjang rata-rata 3-13cm, lebar 3-5 cm, permukaan bawah suram, terdapat kumpulan bulu-bulu binatang yang menyerupai jahitan pada tulang daun primer dan sekunder. d. Buah Buah berbentuk bulat telur, ujung agak lancip berbulu halus berwarna pucat, panjang 1-1,5 cm diameter kira-kira 1 cm, sayapnya lebar 1-1,5 cm, mempunyai urat 7-8,2 sayapnya pendek berbentuk garis, lancip, panjang 2-3,5 cm. e. Bunga Bunga majemuk tersusun mulai dari kecil, pendek berwarna kuning. Mulai berbunga pada bulan Agustus sampai Oktober. f. Biji Banyaknya biji per kilogram tergantung jenisnya. Untuk jenis Shorea acuminata mempunyai jumlah sampai 560 butir per kilonya, sedangkan Shorea macroptera mempunyai jumlah sampai 55 butir per kilonya. Penyebaran dan Tempat Tumbuh Terdapat di Sumatera, Kalimantan, Thailand, Serawak, Brunei dan Sabah. Meranti dominan berada di daerah beriklim Tropis basah sampai dengan ketinggian 750 m dpl, di Kalimantan dan Sumatera banyak tersebar di hutan Dipterocarpaceae tanah rendah dan berbukit, biasanya Meranti tumbuh pada tanah rendah dan berpasir bahkan di tanah rawa atau gambut. Dalam membudidayakan

18 banyak dilakukan dengan cara biji, semai dan anakan meranti berbunga pada bulan November sampai dengan Februari dan berbuah pada bulan Desember sampai dengan Februari setiap 4-5 tahun sekali. Kegunaannya Kayu dari jenis ini dipergunakan untuk kayu lapis merupakan kegunaan yang utama. Disamping itu juga digunakan sebagai bahan bangunan, mebel, hingga bahan baku pulp (bubur kertas). Untuk keperluan bangunan seperti balok, galar, kaso, pintu dan jendela, kayu Meranti termasuk mudah di kerjakan sampai halus. Sedangkan damarnya untuk menambah menjadi bahan penerangan (lampu). Hama dan Penyakit Pada perkencambahan di serang jangkrik dan cacing stump mudah di serang rayap. Pada umumnya diserang oleh bakteri slijmziektc dan bila sudah tua sering diserang oleh bakteri boktor yang menyebabkan bertambahnya kerusakan bila ada angin lebat ulat ulat dari jenis torias sering menyerang daunnya (Djiun, 1981). Iklim Iklim suatu daerah adalah keadaan rata rata peristiwa atmosfir atau curah hujan tersebut dihitung dalam jangka waktu yang lama yaitu 30 tahun. Iklim ini mempunyai peranan sangat penting dalam berbagai unsur antara lain, suhu, cuaca, kelembaban, susunan udara dan angin (Danaatmadja,1989).

19 B. Pengukuran Panjang Menurut Benu, (1972) yang dimaksud dengan panjang adalah jarak yang menghubungkan dua titik menurun atau menurut garis lurus. Panjang diukur dalam satuan cm dengan kelipatan 10 cm atau dengan istilah allowance (spilasi) yang besarnya 10 sampai 19 cm. Tujuannya spilasi adalah setiap pemotongan kayu log tidak terjadi kesalahan, kerusakan, retak, dan belah, maka tidak mengurangi mutu kayu log. Sedangkan yang dimaksud dengan kayu log adalah salah satu bentuk penebangan yang berupa Ø 30 m up dengan panjang 7 m up. Teknik pengukuran panjang menurut (Hariyanto, 1978) panjang kayu log adalah jarak yang terpendek dari ujung yang terbesar sampai ujung terkecil dari kayu log, di ukur sejajar sumbu utama dalam pengukuran panjang kayu log harus diberi spilasi 10 19 cm. Seperti contoh berikut ini: Tabel 1. Contoh Pemberian Spilasi 10-19 cm Pada Pengukuran Panjang. No Pengukuran sebelumnya (m) Pembulatan (m) Perhitungan (m) 1. 8,19 8,10 8,0 2. 8,78 8,70 8,6 3. 10,25 10,20 10,1 4. 12,15 12,10 12.0 5. 18,38 18,30 18,2 6. 20,65 20,60 20,5

20 L Gambar 1. Cara pengukuran panjang C. Pengukuran Diameter Diameter merupakan salah satu parameter pohon yang mempunyai arti penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan pengelolaan, karena keterbatasan alat yang tersedia, seringkali pengukuran keliling (K) lebih banyak dilakukan, setelah itu di konfirmasi ke diameter (D) dengan menggunakan rumus yang berlaku untuk lingkaran, yaitu D = K/. Pengukuran Diameter adalah mengukur panjang garis antara dua titik pada lingkaran yang melalui titik pusat lingkaran tersebut.

21 Gambar 2. Pengukuran Diameter. 1. Pohon Berdiri Pengukuran diameter yang lazim dilakukan adalah diameter setinggi dada (Diameter at breast height = dbh), karena: a. Merupakan bagian yang paling gampang dinilai dan diukur. b. Diameter setinggi dada merupakan elemen pengukuran yang paling penting dan merupakan dasar untuk banyak perhitungan lain. c. Sebagai dasar penentuan distribusi diameter batang yang merupakan hasil inventarisasi yang paling di perlukan. Dalam mengukur diameter, umumnya diukur pada garis setinggi dada atau 130 cm diatas permukaan tanah untuk pohon yang tidak berbanir. Sedangkan untuk pohon yang berbanir yang di maksud banir disini adalah pembesaran bagian bawah batang dekat permukaan tanah yang disebabkan oleh adanya akar tunjang, akar papan atau pembengkakan.

22 Alat ukur yang dapat mengukur diameter secara langsung yaitu phiband, dengan cara melingkarkan alat pada keliling pohon. 2. Pohon Rebah Suharlan dan Soediono (1973) menerangkan bahwa letak pengukuran diameter tergantung pada keperluan yaitu bagian ujung dan pangkal atau pada bagian tengah dari batang. Untuk meningkatkan hasil pengukuran maka pengukuran diameter pohon dilakukan minimal dua kali dengan memperhatikan letak alat ukur dan posisi yang benar pada waktu pengukuran dilakukan. Dengan asumsi bahwa pohon itu berbentuk bulat, maka pengukuran diameter baik diameter pada bontos pangkal (d 1 ), maupun pada diameter bontos ujung (d 2 ) maka pengukurannya cukup dilakukan satu kali sehingga untuk menentukan diameter pohon itu sendiri yaitu dengan cara menjumlahkan kedua hasil pengukuran diameter kemudian hasilnya dirata-ratakan. Rumus yang digunakan untuk menghitung rata-rata diameter dari ketiga bentuk tersebut sebagai berikut: 1.Cara pertama d = (d 1 + d 2 )/2 2. Cara kedua d = ½ ((d 1 + d 2 )/2 + (d 3 + d 4 )/2)) 3. Cara ketiga d = (d 1 + d 2 + d 3 + d 4 )/4

23 di mana : d = diameter log d 1 = diameter pengukuran pertama d 2 = diameter pengukuran kedua d 3 = diameter pengukuran ketiga d 4 = diameter pengukuran keempat Pendapat diatas didukung oleh Benu (1972) yang menyatakan bahwa cara pengukuran diameter ada bermacam macam mengingat bentuk penampang kayu bulat yaitu bentuk lingkaran, bentuk elips, dan bentuk tak tertentu. Pariadi (1979) menyatakan bahwa dengan adanya kulit pohon, maka ada dua macam pengukuran diameter, yaitu : a. Diameter dengan kulit (dob = diameter outside bark) b. Diamater tanpa kulit (dib = diameter inside bark) Diameter tanpa kulit sama dengan diameter dengan kulit dikurangi dua kali tebal kulit, atau dengan rumus : Dib = dob 2 tb di mana : dib = diameter tanpa kulit dob = diameter dengan kulit tb = tebal kulit Pengukuran dengan diameter dilakukan dengan hati-hati karena diameter merupakan salah satu unsur yang menentukan Volume kayu bulat, dengan kata lain volume merupakan fungsi dari diameter kuadrat panjang kayu bulat.

24 Menurut Benu (1972) menyatakan bahwa pengukuran diameter kayu bulat, bermacam-macam ada tiga macam penampang kayu bulat sebagai berikut: 1.Bentuk Lingkaran 2.Bentuk elips 3.Bentuk tak tertentu Menurut Soetrisno (1996) menjelaskan pada dasarnya pengukuran diameter kayu bulat dilakukan dengan dua cara yaitu : a. Secara langsung Pengukuran melalui pusat penampang kayu bulat dengan menggunakan pita ukur, tongkat ukur. Diameter bagian penampang melintang bagian pangkal dan ujung tidak selamanya berbentuk silindris sehingga pengukuran harus dilakukan dua kali. Dp Du Gambar 3. Cara pengukuran diameter secara langsung L

25 b. Secara tidak langsung Pengukuran secara tidak langsung dilakukan pada penampang kayu bulat, cara pengukuran kayu ini dilakukan dengan cara bagian pangkal, bagian tengah, dan bagian ujung. Dp Du Gambar 4. Cara pengukuran diameter secara tidak langsung D. Pengukuran Volume Menurut Suharlan dan Soediono (1973) yang dimaksud dengan volume adalah ukuran tiga dimensi suatu benda atau objek yang dinyatakan dalam satuan meter kubik dan diturunkan melalui perkalian dasar yakni lebar, panjang, tebal, dan tinggi. Dalam perdagangan kayu bulat, seringkali diperhitungkan volume yang berbeda dari volume yang sebenarnya.volume ini sering disebut volume dagang.volume dagang selalu rendah dari pada volume sabenarnya, disebakan oleh : 1) Pengukuran panjang dan diameter batang yang diperoleh sepihak untuk menguntungkan pembeli ataupun diberi ukuran lebih pada volume kayu.

26 2) Waktu pengubikkan kayu bulat tidak memperhitungkan sebab sebab yang hilang sewaktu membuat kayu berbentuk bujur sangkar. 3) Waktu menentukan volume hanya dihitung banyaknya papan papan gergajian yang didapat dari sebatang kayu bulat. Menurut Pariadi (1979). Cara pengukuran volume suatu benda dapat dibagi menjadi tiga yaitu : 1. Cara analitis Volume suatu benda ditentukan melalui perhitungan dengan bantuan rumus rumus volume dengan bentuk kayu bulat dari sebenarnya bagian pangkal dan ujung. 2. Cara langsung Volume suatu benda tanpa mengukur dimensinya dalam hal penggunaan alat ukur yang disebut xylometer. Cara ini dipergunakan untuk mencari volume benda yang berbentuk tidak beraturan atau tidak mungkin dihitung melalui rumus standar volume yang sukar dinyatakan dalam fungsi secara matematika. 3. Cara grafik Suatu benda yang berpenampang melintang berbentuk lingkaran dengan diameter berlainan sepanjang sumbunya, volume mudah dicari secara grafik. Volume ini ditentukan lebih fleksibel dari pada perhitungan menurut rumus, sebab dapat dipergunakan untuk berbagai benda putar tanpa memandang ciri permukaan dan bentuk benda yang sebenarnya.

27 Volume suatu pohon dapat diukur dalam keadaan berdiri atau rebah. Pengukuran volume rebah yang didasarkan atas panjang dan diameter biasanya menggunakan rumus rumus seperti yang ditulis oleh Loetsch, et al. (1973), yaitu : 1. Rumus Huber V = Gm x L Dimana: V = Volume Gm = Luas bidang dasar tengah (¼ *p*d 2 ) L = Panjang 2. Rumus Smallian V = {(G + g)/2} x L Dimana: V = Volume L = Panjang G = Luas penampang (bidang dasar) Pangkal g = Luas penampang (bidang dasar) ujung

28 3. Rumus Newton V = {(G + 4Gm + g)/6} x L Dimana: V = Volume L = Panjang G = Luas penampang (bidang dasar) pangkal Gm = Luas penampang (bidang dasar) tengah g = Luas penampang (bidang dasar) ujung 4. Rumus Brereton V = ¼p[(D + d)] 2 x L 2 Dimana: V = Volume L = Panjang D = Diameter pangkal d = Diameter ujung p = 3,141592654

29 5. Rumus Preszler V = {(G+0,25 L + G-0,25 L )/2} x L Dimana: V = Volume L = Panjang G+0,25 L dan G-0,25 L = Luas penampang bidang dasar yang diukur pada jarak 0,25* L dari bagian tengah panjang batang berturut-turut kekanan dan kekiri 6. Rumus Simony V = {(G+0,30 L + G-0,30 L )/2} x L Dimana: V = Volume L = Panjang G+0,30 L dan G-0,30 L = Luas penampang bidang dasar yang diukur pada jarak 0,30* L dari bagian tengah panjang batang berturut-turut kekanan dan kekiri

30 7. Rumus Hoppus V = (¼ m) 2 x L Dimana: V = Volume L = Panjang m = Keliling yang diukur pada bagian tengah panjang batang Menurut Pariadi (1979),untuk menentukan volume dari batang yang sangat panjang maka cara yang baik untuk pengukuran batang tersebut dilakukan dengan membagi ke dalam beberapa, lalu menghitung volume dari tiap tiap seksi, kemudian batang dapat diperoleh dengan menjumlahkan volume dari semua seksi tadi. Perhitungan ini akan lebih mudah apabila panjang tiap tiap seksinya sama, sehingga dapat dicari volume batang tersebut dengan menggunakan rumus Smallian.

31 III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Lokasi kegiatan Penelitian ini dilaksanakan di TPK (log yard) PT.Sumalindo Lestari Jaya. Tbk. Loajanan Samarinda. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai Agustus 2010 yang meliputi: orientasi lapangan, penyelesaian administrasi, persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, pengambilan data, pengumpulan data serta penulisan karya ilmiah. B. Alat dan Bahan 1. Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : - Meteran untuk mengukur panjang kayu bulat. - Phiband untuk mengukur diameter bagian pangkal, tengah dan bagian ujung. - Alat tulis menulis untuk mencatat hasil pengukuran. - Kalkulator digunakan untuk menghitung hasil penelitian dilapangan. - Kamera untuk dokumentasi penelitian dilapangan. 2. Bahan Bahan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kayu bulat jenis Meranti merah (Shorea leprosula miq) sebanyak 25 batang.

32 C. Prosedur Kerja 1. Orientasi Lapangan Orientasi lapangan yang dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang keadaan lapangan, serta untuk mengetahui ketersediaan kayu bulat yang akan digunakan dalam penelitian tersebut. 2. Penyelesaiaan Administrasi Penyelesaian administrasi yang dilakukan adalah permohonan ijin untuk melaksanakan penelitian dilapangan tersebut. 3. Pengambilan data - Menentukan jumlah sampel yang akan diteliti, yaitu 25 batang jenis Meranti merah. - Pengukuran panjang dan diameter kayu bulat. 4. Menghitung volume batang dengan cara mengukur peubah peubah volume yaitu panjang batang dan diameter. 1) Mengukur panjang batang,mulai dari pangkal batang log sampai ujung batang log dengan menggunakan meteran. 2) Mengukur diameter batang log dengan cara melilit atau melingkarkan alat pada keliling penampang pangkal lingkaran batang, tengah dan juga ujung lingkaran batang log dengan menggunakan phiband.

33 D. Pengolahan Data 1. Penentuan Kayu Bulat a. Penentuan volume batang/log sebagai dasar volume yang akan dibandingkan, digunakan rumus Brereton yaitu: V = ¼p [(D + d)] 2 L 2 Dimana: V = Volume L = Panjang D = Diameter pangkal d = Diameter ujung p = 3,141592654 b. Menghitung volume kayu bulat dengan menggunakan rumus sebagai berikut: - Rumus Huber V = Gm x L

34 Dimana: V = Volume Gm = Luas bidang dasar tengah (¼ *p*d 2 ) L = Panjang - Rumus Smallian V = {(G + g)/2} x L Dimana: V = Volume L = Panjang G = Luas penampang (bidang dasar) Pangkal (¼ *p*d 2 ) g = Luas penampang (bidang dasar) ujung (¼ *p*d 2 ) c. Pengolahan data diameter, panjang dan volume rata-rata dengan menggunakan rumus: - Untuk mengetahui Diameter Rata-rata:

35 Keterangan: = Rata-rata (diameter /Panjang/Volume) = Jumlah dari X (Diameter/Panjang/Volume) = Jumlah batang - Standar Deviation ( Simpangan Baku) Standar Deviation (simpangan Baku ) merupakan suatu nilai untuk mengetahui penyimpangan nilai-nilai individu terhadap rata-rata diameter tinggi dan volume.dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Keterangan: Sd = Standar Deviation(Simpangan Baku) = Jumlah Nilai Individu = Jumlah Individu yang dikuadratkan = Jumlah batang

36 - Untuk menguji apakah rata-rata volume baik dengan menggunakan rumus volume Huber maupun Smalian akan dibandingkan dengan ratarata Volume dengan menggunakan rumus Brereton digunakan hipotesa nol.yaitu: tidak berbeda berbeda Bila T hitung> T tabel H 0 ditolak dan H A diterima Bila T hitung< T tabel H 0 d iterimadan H A ditolak Bila T hit > t tab maka H 0 ditolak yang berarti nilai dari kedua rata-rata yang diperbandingkan berbeda pada tingkat kepercayaan 95%, bila T hit < t tab maka H 0 diterima yang berarti nilai kedua rata-rata yang diperbandingakan tidak berbeda pada tingkat kepercayaan 95%

37 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Berdasarkan data pada Lampiran 1. dihitung deskripsi statistiknya untuk mendapatkan gambaran yang lebih rinci mengenai data yang digunakan dalam penelitian ini. Hasil deskripsi statistik dari data diameter (pangkal, tengah dan ujung) dan panjang dilihat pada tabel berikut : Tabel 2. Deskripsi Statistik Data Diameter (Pangkal, Tengah, Ujung) dan Panjang Variabel Diameter (cm) Panjang Pangkal Tengah Ujung (meter) Mean 73,88 64,40 57,10 14,03 Standard Error 2,36 2,35 2,27 0,51 Standard Deviation 11,82 11,75 11,33 2,54 Range 43,9 44,4 37,1 8,92 Minimum 52,1 46 40,2 8,64 Maximum 96 90,4 77,3 17,56 Sum 1846,9 1609,9 1427,5 350,74 Count 25 25 25 25 Data yang diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan diolah dan dihitung dengan menggunakan rumus Smallian, Huber, dan Brereton untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil perhitungan volume yang menggunakan rumus Smallian dan rumus volume Huber bila dibandingkan dengan menggunakan rumus volume Brereton. Hasil perhitungan volume rata rata dan Standar deviasi dengan menggunakan 3 (tiga) rumus volume dengan menggunakan 25 sampel dapat terlihat pada tabel berikut ini:

38 Tabel 3. Rata-rata dan SD Hasil Perhitungan Volume dengan Menggunakan Rumus Smallian, Huber dan Brereton. Variabel Rumus Volume ( m 3 ) Brereton Huber Smallian Rata-rata 4,7928 4,6498 4,8808 Standar deviasi (SD) 1,7808 1,8128 1,8060 Keterangan Untuk lebih jelasnya hasil perhitungan seperti pada Tabel 3. tersebut dapat dituangkan dalam bentuk grafik seperti yang terlihat pada gambar di bawah ini. Gambar 5. Rata-rata dan SD Dari Hasil Perhitungan Volume Dengan Menggunakan 3 (tiga) Rumus.

39 B. Pembahasan Berdasarkan hasil pengukuran dan perhitungan pada sampel 25 batang jenis Meranti merah (Shorea leprosula miq) diketehui bahwa untuk diameter pangkal diameternya berkisar antara 52,1 cm 93,4 cm, diameter tengah diameternya berkisar antara 46 cm 90,4 cm, dan diameter ujung diameternya berkisar antara 40,2 cm 77,3 cm sedangkan panjang berkisar antara 8,64 m 17,56 m. Secara keseluruhan hasil pengukuran dan perhitungan seperti terlihat pada tabel 2. (dua) untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Lampiran 1. Hasil perhitungan volume dengan menggunakan rumus volume Smallian didapat volume terbesar 9,5083 m 3 dan volume terkecil 2,6327 m 3,dengan ratarata 4,8808 m 3 dan simpangan baku 1,8060 m 3, hasil perhitungan dari rumus volume Huber didapat volume terbesar 9,2776 m 3 dan volume terkecil 2,2847 m 3, dengan rata-rata 4,6498 m 3 dan simpangan baku 1,8128 m 3, sedangkan hasil perhitungan dari rumus volume Brereton didapat volume terbesar 9,3675 m 3 dan volume terkecil 2,6001 m 3,dengan rata-rata 4,7928 m 3 dan simpangan baku 1,7808 m 3. Setelah diadakan uji T antara hasil volume dengan menggunakan rumus volume Brereton, dan Smallian diperoleh hasil t hitung sebesar -7,1640 sebagai pembanding digunakan t tabel pada tingkat kepercayaan 95 % yaitu sebesar 2,0639,sedangkan dengan menggunakan rumus volume Brereton dan Huber diperoleh hasil t hitung sebesar 1,8188 sebagai pembanding digunakan t tabel

40 pada tingkat kepercayaan 95 % yaitu sebesar 2,0639. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4. berikut ini : Tabel 4. Perhitungan Uji t Untuk Hasil Perhitungan Volume Rumus Brereton Smallian, dan Huber. Variabel Gabungan Nilai T Rata-rata SD Se Hitung Tabel Smallian - Brereton -0,0880 0,0614 0,0123-7,1640 ** 2,0639 Huber Brereton 0,1429 0,3929 0,0786 1,8188 ns 2,0639 * tidak berbeda nyata pada tingkat kepercayaan 95 % Dengan memperhatikan Tabel 4 di atas diketahui bahwa perhitungan volume rata-rata menggunakan rumus Smallian bila dibandingkan dengan volume rata-rata menggunakan rumus Brereton adalah berbeda pada tingkat kepercayaan 95 %, sedangkan untuk perhitungan volume rata-rata dengan menggunakan rumus volume Huber bila dibandingkan rumus Brereton, hasilnya tidak berbeda pada tingkat kepercayaan 95%

41 V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari hasil pengamatan yang diperoleh perhitungan volume kayu bulat dengan menggunakan rumus Brereton, Smallian, dan Huber di TPK (log yard) PT.Sumalindo Lestari Jaya. Tbk. Loajanan Samarinda, dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hasil perhitungan volume kayu bulat dengan menggunakan rumus Brereton volume rata-rata sebesar 4,7928 m 3 dengan Standar deviasi 1,7808 m 3. 2. Hasil perhitungan volume kayu bulat dengan menggunakan rumus Smallian volume rata-rata sebesar 4,8808 m 3 dengan Standar deviasi 1,8060 m 3. 3. Hasil perhitungan volume kayu bulat dengan menggunakan rumus Huber volume rata-rata sebesar 4,6498 m 3 dengan Standar deviasi 1,8128 m 3. 4. Setelah diadakan uji t ternyata rata-rata hasil perhitungan volume dengan menggunakan rumus Smallian berbeda bila dibandingkan dengan menggunakan rumus Brereton, tetapi hasil perhitungan volume dengan menggunakan rumus Huber tidak berbeda bila dibandingkan dengan rumus volume Brereton.

42 B. Saran Perlu adanya pengamatan pengukuran lebih lanjut untuk mengetahui perbedaan hasil perhitungan volume kayu bulat dengan menggunakan rumus volume lainnya seperti: Newton, Simony, Preszler, dan Hoppus.

43 DAFTAR PUSTAKA Anonim, 1980. Dipterocarpaceae vol. 6, no.1,2002.issn 1410 1033. Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor Indonesia. Anonim, 1983. Potensi dan Penyebaran Kayu Komersial di Indonesia Meranti merah. Buku 7 Departemen Kehutanan. Benu, 1972. Cara cara Pengukuran kayu bulat. Direktorat Jenderal Kehutanan Indonesia. Danaatmadja, OH. M, 1989. Mata Kuliah Tanaman Hutan Semester II dan III. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dirjen Pendidikan Tinggi Universitas Padjajaran Bandung. Hariyanto, 1978. Beberapa Cara Pengukuran Kayu Bulat. Direktorat Jenderal Kehutanan Indonesia. Hasanudin, dkk 2002. Diktat Ilmu Ukur Hutan Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Samarinda. Pariadi, 1979. Ilmu Ukur Kayu. Pusat Pendidikan Kehutanan Cepu. Direktorat Perum Perhutani. Soetrisno, K. 1996. Silvika. Bahan Kuliah Silvika Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Suharlan dan Soediono, 1973. Ilmu Ukur Kayu. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Symington, 1974. Forester Manual Of Dipterocarp. Malaysia Fores Record.

LAMPIRAN 44

45 Lampiran 1. Tabel 5. Data Pengukuran Diameter (Pangkal,Tengah,Ujung) dan Panjang Jenis Meranti merah. No Diameter (cm) Panjang Pangkal Tengah Ujung (m) 1 86,1 79,3 77,1 8,64 2 64,1 56,3 48,1 15,20 3 87,2 74,0 67,9 16,70 4 72,3 70,0 60,6 15,80 5 87,6 79,1 68,1 17,56 6 96,0 90,4 77,3 10,45 7 73,9 66,0 60,2 14,75 8 83,5 74,0 70,7 8,92 9 57,8 52,8 40,2 16,78 10 65,9 55,2 45,4 13,60 11 77,4 67,6 62,8 14,66 12 52,1 46,0 41,7 15,47 13 69,7 52,9 47,5 15,10 14 75,2 61,1 55,4 16,90 15 58,6 49,4 46,8 11,92 16 70,3 57,2 47,1 14,70 17 61,1 49,5 41,5 13,85 18 77,0 66,8 62,4 12,80 19 61,6 49,3 44,0 15,10 20 65,7 59,2 56,2 10,20 21 87,6 67,9 56,1 15,40 22 82,0 74,0 64,5 11,22 23 74,5 64,7 57,7 13,99 24 93,4 82,8 73,0 17,23 25 66,3 64,4 55,2 13,80

46 Lampiran 2. Tabel 6. Hasil Pengukuran Diameter (Pangkal,Tengah,Ujung) dan Panjang Jenis Meranti merah. No Øp Øt Øu P Volume BRERETON HUBER SMALLIAN 1 86,1 79,3 77,1 8,64 4,5184 4,2673 4,5321 2 64,1 56,3 48,1 15,2 3,7572 3,7840 3,8336 3 87,2 74 67,9 16,7 7,8881 7,1824 8,0102 4 72,3 70 60,6 15,8 5,4794 6,0806 5,5219 5 87,6 79,1 68,1 17,56 8,3586 8,6291 8,4897 6 96 90,4 77,3 10,45 6,1623 6,7072 6,2341 7 73,9 66 60,2 14,75 5,2081 5,0463 5,2625 8 83,5 74 70,7 8,92 4,1645 3,8363 4,1932 9 57,8 52,8 40,2 16,78 3,1643 3,6741 3,2663 10 65,9 55,2 45,4 13,6 3,3080 3,2547 3,4202 11 77,4 67,6 62,8 14,66 5,6580 5,2616 5,7193 12 52,1 46 41,7 15,47 2,6726 2,5710 2,7054 13 69,7 52,9 47,5 15,1 4,0725 3,3188 4,2186 14 75,2 61,1 55,4 16,9 5,6598 4,9552 5,7899 15 58,6 49,4 46,8 11,92 2,6001 2,2847 2,6327 16 70,3 57,2 47,1 14,7 3,9782 3,7775 4,1335 17 61,1 49,5 41,5 13,85 2,8627 2,6653 2,9672 18 77 66,8 62,4 12,8 4,8839 4,4859 4,9375 19 61,6 49,3 44 15,1 3,3062 2,8824 3,3981 20 65,7 59,2 56,2 10,2 2,9760 2,8076 2,9941 21 87,6 67,9 56,1 15,4 6,2440 5,5764 6,5441 22 82 74 64,5 11,22 4,7282 4,8255 4,7957 23 74,5 64,7 57,7 13,99 4,8008 4,5996 4,8783 24 93,4 82,8 73 17,23 9,3675 9,2776 9,5083 25 66,3 64,4 55,2 13,8 4,0000 4,4951 4,0334

47 Lampiran 3. Tabel 7. Deskripsi Hasil Perhitungan Volume dengan menggunakan Rumus Volume Brereton, Huber, dan Smallian Deviasi BRERETON HUBER SMALLIAN Brereton- Huber Brereton-Smallian 4,5184 4,2673 4,5321 0,2511-0,0137 3,7572 3,7840 3,8336-0,0268-0,0764 7,8881 7,1824 8,0102 0,7057-0,1221 5,4794 6,0806 5,5219-0,6011-0,0425 8,3586 8,6291 8,4897-0,2706-0,1311 6,1623 6,7072 6,2341-0,5449-0,0718 5,2081 5,0463 5,2625 0,1618-0,0544 4,1645 3,8363 4,1932 0,3282-0,0287 3,1643 3,6741 3,2663-0,5098-0,1021 3,3080 3,2547 3,4202 0,0533-0,1122 5,6580 5,2616 5,7193 0,3964-0,0614 2,6726 2,5710 2,7054 0,1016-0,0329 4,0725 3,3188 4,2186 0,7537-0,1461 5,6598 4,9552 5,7899 0,7046-0,1301 2,6001 2,2847 2,6327 0,3154-0,0326 3,9782 3,7775 4,1335 0,2007-0,1554 2,8627 2,6653 2,9672 0,1974-0,1045 4,8839 4,4859 4,9375 0,3980-0,0536 3,3062 2,8824 3,3981 0,4238-0,0918 2,9760 2,8076 2,9941 0,1684-0,0181 6,2440 5,5764 6,5441 0,6677-0,3000 4,7282 4,8255 4,7957-0,0973-0,0675 4,8008 4,5996 4,8783 0,2012-0,0775 9,3675 9,2776 9,5083 0,0899-0,1408 4,0000 4,4951 4,0334-0,4951-0,0334 Rata-2 4,7928 4,6498 4,8808 0,1429-0,0880 SD 1,780809893 1,8128343 1,8059777 0,392917287 0,061431156 Se 0,356161979 0,3625669 0,3611955 0,078583457 0,012286231

48 Lampiran 4. Tabel 8. Hasil Perhitungan Uji - T Smallian - Brereton t-test BRERETON SMALLIAN Rata-rata 4,792767333 4,880786447 Varian 3,171283876 3,261555281 Observasi 25 25 derajat bebas 24 t Stat -7,164045001 t table 2,063898547 Huber - Brereton t-test BRERETON HUBER Rata-rata 4,792767333 4,649841074 Varian 3,171283876 3,286368119 Observasi 25 25 derajat bebas 24 t Stat 1,81878304 t table 2,063898547

49 Lampiran 5. Gambar 6. Alat yang digunakan dalam Penelitian

50 Lampiran 6. Gambar 7. Pengukuran Panjang kayu Log Jenis Meranti merah

51 Lampiran 7. Gambar 8. Pemberian Tanda Diameter Tengah Pada Kayu Log Meranti merah

52 Lampiran 8. Gambar 9. Pengukuran Diameter Tengah Pada Kayu Log Meranti merah

53 Lampiran 9. Gambar 10. Pengukuran Diameter Pangkal Pada Kayu Log Meranti merah

54 Lampiran 10. Gambar 11. Pengukuran Diameter Ujung Pada Kayu Log Meranti merah