BAB IV HASIL PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BENCANA KEKERINGAN DI KABUPATEN GROBOGAN, JAWA TENGAH

BUPATI GROBOGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

HASIL SENSUS PERTANIAN 2013 (ANGKA TETAP)

BAB II 0 DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI

1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah (LKjIP) Kabupaten Grobogan Tahun 2015 KATA PENGANTAR

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

TINGKAT KESIAPSIAGAAN GABUNGAN KELOMPOKTANI (GAPOKTAN) DALAM MENGHADAPI BENCANA KEKERINGAN DI DESA BULU KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO

MITIGASI, KESIAPSIAGAAN, DAN ADAPTASI MASYARAKAT TERHADAP BAHAYA KEKERINGAN, KABUPATEN GROBOGAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH DINAS PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR Jl. Madukoro Blok.AA-BB Telp. (024) , , , S E M A R A N

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Fisiografi

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

BAB I PENDAHULUAN. Definisi kekeringan dalam Permasalahan Kekeringan dan Cara. lebih panjang akan mengakibatkan ketidakmampuan memenuhi kebutuhan air

BAB III DESKRIPSI WILAYAH DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang


KARAKTERISTIK WILAYAH. A. Kondisi Geofisik. aksesibilitas baik, mudah dijangkau dan terhubung dengan daerah-daerah lain

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

KATA PENGANTAR. Demikian Buku KEADAAN TANAMAN PANGAN JAWA TENGAH kami susun dan semoga dapat digunakan sebagaimana mestinya.

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

pemerintah KABUPATEN GROBOGAN

BAB II ARAH PENGEMBANGAN SANITASI

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara geografis Kota Bekasi berada posisi 106º55 BT dan 6º7-6º15

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan. Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

I. PENDAHULUAN. khatulistiwa. Curah hujan di Indonesia cukup tinggi dan memiliki cadangan air

KONDISI UMUM WILAYAH STUDI

BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1. Gambaran Umum Desa

MITIGASI BENCANA ALAM II. Tujuan Pembelajaran

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANGGI PRATIWI A

BAB II KONDISI WILAYAH STUDI

V. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN


KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. Wonogiri (Jawa Tengah) : Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN

MITIGASI BENCANA ALAM I. Tujuan Pembelajaran

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

KEADAAN UMUM LOKASI. Tabel 7. Banyaknya Desa/Kelurahan, RW, RT, dan KK di Kabupaten Jepara Tahun Desa/ Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN BPK RI ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN GROBOGAN TAHUN 2012 LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

III. KEADAAN UMUM LOKASI

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran merupakan kabupaten baru yang dibentuk berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dusun dan terletak di bagian selatan Gunungkidul berbatasan langsung dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadi defisit kelembaban tanah (Kharisma Nugroho dkk,

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPTIMALISASI PENGGUNAAN AIR IRIGASI DI DAERAH IRIGASI RENTANG KABUPATEN MAJALENGKA. Hendra Kurniawan 1 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi DKI Jakarta terletak pada posisi Lintang Selatan dan Bujur

STUDI SIMULASI POLA OPERASI WADUK UNTUK AIR BAKU DAN AIR IRIGASI PADA WADUK DARMA KABUPATEN KUNINGAN JAWA BARAT (221A)

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

BAB I PENDAHULUAN. kewilayahan dalam konteks keruangan. yang dipelajari oleh ilmu tersebut. Obyek formal geografi mencakup

Tz 1 = (28,4 0,59 x h ) o C

NO KATALOG :


BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Tabel Lampiran 1. Hasil Perhitungan Analisis Neraca Air dengan Kecamatan Anjatan Kabupaten Indramayu Tahun Normal. Tabel Lampiran 2. Hasil Perhitungan

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

Gambar 8. Pola Hubungan Curah Hujan Rata-rata Harian RegCM3(Sebelum dan Sesudah Koreksi) dengan Observasi

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. 1. Sejarah Terbentuknya Kabupaten Lampung Barat

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM. Kota Bogor mempunyai luas wilayah km 2 atau 0.27 persen dari

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Penelitian 1. Letak Penelitian ini diakukan di Kabupaten Grobogan yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Dilihat dari Peta Provinsi Jawa Tengah, Kabupaten Grobogan terletak diantara dua Pegunungan Kendeng yang membujur dari arah barat ke timur. Kabupaten berada di bagian timur Provinsi Jawa Tengah dan berbatasan dengan : a. Sebelah Barat : Kabupaten Semarang dan Kabupaten Demak b. Sebelah Utara : Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati dan Kabupaten Blora c. Sebelah Timur : Kabupaten Blora d. Sebelah Selatan : Kabupaten Ngawi (Jawa Timur), Kabupaten Sragen, Kabupaten Boyolali dan Kabupaten Semarang. Ditinjau secara letak geografis, wilayah Kabupaten Grobogan terletak diantara 6 0 55' LS - 7 0 16' LS dan 110 0 32' BT -111 0 15' BT. 2. Luas Wilayah Secara administratif Kabupaten Grobogan terdiri dari 19 (sembilan belas) kecamatan dan 280 desa/kelurahan dengan ibukota berada di Purwodadi. Berdasarkan hasil Evaluasi Penggunaan Tanah (EPT) tahun 1983 Kabupaten Grobogan mempunyai luas 1.975,86 km 2 dan merupakan kabupaten terluas nomor 2 di Jawa Tengah setelah Kabupaten Cilacap. Jarak dari utara ke selatan ±37 km dan jarak dari barat ke timur ± 83 km. Jarak Ibukota Kabupaten Grobogan ke beberapa kota sekitarnya adalah sebagai berikut : Purwodadi ke Semarang : ± 64 km Purwodadi ke Demak : ± 39 km Purwodadi ke Kudus : ± 45 km Purwodadi ke Pati : ± 45 km Purwodadi ke Blora : ± 64 km 61

digilib.uns.ac.id 62 Purwodadi ke Sragen : ± 64 km Purwodadi ke Surakarta : ± 64 km Data jumlah kelurahan, desa, dusun, RW, dan RT di masing-masing kecamatan di Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 11. Jumlah Kelurahan, Desa, Dusun, RW, dan RT di Masing-Masing Kecamatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2014 No. Kecamatan Kelurahan Desa Dusun RW RT 1. Kedungjati 0 12 76 82 322 2. Karangrayung 0 19 100 107 593 3. Penawangan 0 20 71 85 460 4. Toroh 0 16 118 153 884 5. Geyer 0 13 102 101 507 6. Pulokulon 0 13 112 126 672 7. Kradenan 0 14 79 96 549 8. Gabus 0 14 87 99 544 9. Ngaringan 0 12 78 92 396 10. Wirosari 2 12 86 94 509 11. Tawangharjo 0 10 58 73 348 12. Grobogan 1 11 52 80 448 13. Purwodadi 4 13 104 157 915 14. Brati 0 9 51 57 279 15. Klambu 0 9 44 47 185 16. Godong 0 28 86 103 511 17. Gubug 0 21 62 105 463 18. Tegowanu 0 18 54 56 244 19. Tanggungharjo 0 9 31 43 267 Jumlah 7 273 1.451 1.756 9.096 2013 7 273 1.451 1.756 9.096 2012 7 273 1.451 1.755 9.067 2011 7 273 1.451 1.755 9.067 2010 7 273 1.451 1.753 9.017 Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015 Berdasarkan Tabel 11 dapat diketahui bahwa Kabupaten Grobogan pada tahun 2014 terbagi dalam 19 Kecamatan. Wilayah tersebut terdiri dari 273 desa, 7 kelurahan, 1.451 dusun, 1.756 Rukun Warga (RW) dan 9.096 Rukun Tetangga (RT). Jumlah desa terbanyak dimiliki oleh Kecamatan Godong yaitu sebanyak 28 desa, sedangkan yang paling sedikit dimiliki oleh Kecamatan Brati, Klambu dan Tanggungharjo yaitu sebanyak 9 desa.

61

digilib.uns.ac.id 3. Topografi Kabupaten Grobogan yang memiliki relief daerah pegunungan kapur dan perbukitan serta dataran di bagian tengahnya, secara topografi terbagi kedalam 3 kelompok yaitu : a. Daerah dataran rendah berada pada ketinggian sampai 50 meter di atas permukaan air laut dengan kelerengan 0 0 8 0 meliputi 6 kecamatan yaitu Kecamatan Gubug, Tegowanu, Godong, Purwodadi, Grobogan sebelah selatan dan Wirosari sebelah selatan. b. Daerah perbukitan berada pada ketinggian antara 50-100 meter diatas permukaan air laut dengan kelerengan 8 0 15 0 meliputi 4 kecamatan yaitu Kecamatan Klambu, Brati, Grobogan sebelah utara dan Wirosari sebelah utara. c. Daerah dataran tinggi berada pada ketinggian 100-500 meter di atas permukaan air laut dengan kelerengan lebih dari 15 0 meliputi wilayah kecamatan yang berada di sebelah selatan dari wilayah Kabupaten Grobogan. Berdasarkan letak geografis dan reliefnya, Kabupaten Grobogan merupakan Kabupaten yang tiang penyangga perekonomiannya berada pada sektor pertanian dan merupakan daerah yang cenderung cukup sulit mendapatkan air bersih. 4. Iklim Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Direktorat Program Kehutanan tentang iklim di Kabupaten Grobogan yang terletak di antara Daerah Pantai Utara bagian timur dan daerah Bengawan Solo Hulu mempunyai tipe iklim D yang bersifat 1 s/d 6 bulan kering dan 1 s/d 6 bulan basah dengan suhu minimum 26 0 C. Banyaknya hari hujan menurut kecamatan/ tempat pengamatan per bulan di Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada tabel berikut: 64

65 Tabel 12. Banyaknya Hari Hujan Menurut Kecamatan/ Tempat Pengamatan per Bulan di Kabupaten Grobogan Tahun 2014 Kecamatan/ Tempat Hari Hujan (Hari) No. Pengamatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des Rata-rata 1. Kedungjati 21 12 11 10 3 5 5 4 0 6 13 14 8,7 2. Karangrayung 19 11 9 17 2 6 4 0 0 2 5 13 7,3 3. Penawangan 21 12 13 10 0 3 4 2 0 9 9 5 7,3 4. Toroh 23 12 10 20 7 6 6 3 0 6 12 16 9,6 5. Geyer 19 12 14 15 4 8 2 3 1 8 13 10 8 6. Pulokulon 18 12 10 15 5 3 5 4 1 5 10 12 8,8 7. Kradenan 20 10 10 16 7 5 5 3 0 6 11 11 8,2 8. Gabus 19 11 11 15 3 3 6 3 0 6 12 16 9,6 9. Ngaringan 20 12 13 8 5 5 7 5 1 8 10 14 9 10. Wirosari 24 11 14 14 5 2 4 4 2 4 19 14 9,8 11. Tawangharjo 20 12 12 15 6 5 6 6 1 5 19 18 10,4 12. Grobogan 25 16 20 20 6 8 9 3 0 8 18 18 12,6 13. Purwodadi 21 13 8 10 3 4 6 0 0 5 13 11 7,8 14. Kantor Dinpertan 22 13 15 18 7 4 3 2 0 6 10 13 9,4 15. Brati 25 14 15 17 5 9 9 2 1 8 19 17 11,8 16. Klambu 27 13 14 7 7 2 6 4 1 7 14 19 10,1 17. Godong 23 13 8 13 8 4 5 1 0 4 15 18 9,6 18. Gubug 13 11 8 9 2 3 4 1 0 4 8 15 6,5 19. Tegowanu 21 13 3 5 0 3 2 3 0 3 9 14 6,3 20. Tanggungharjo 20 10 4 10 2 5 5 4 0 5 12 14 7,6 21. BBP Ngambak 16 12 11 10 2 5 5 4 0 6 9 14 7,8 Rata-rata 20,9 12,1 11,1 13 4,1 4,7 5,1 3 0,4 5,8 12,6 14 8,9 2013 17,7 12,4 14,1 13.3 10 8,5 6,8 1,3 0,6 9,7 11,9 17 10,3 2012 20,5 14,8 12,3 9 3,7 3,4 0,6 0,0 0,6 8,3 12 16 8,4 2011 17 12 15 14 8 3 3 1,0 2,0 7 15 15 5,3 Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015

digilib.uns.ac.id 66 Berdasarkan Tabel 12 banyaknya hari hujan di Kabupaten Grobogan, jumlah hari hujan paling banyak yaitu terjadi pada bulan Januari dengan rata-rata jumlah hari hujan sebanyak 20,9 hari, sedangkan banyaknya hari hujan paling rendah terjadi pada bulan September dengan rata-rata jumlah hari hujan sebanyak 0,4 hari. Hal tersebut terjadi karena pada bulan Januari merupakan musim penghujan sehingga jumlah hari hujannya banyak, sedangkan bulan September merupakan musim kemarau sehingga jumlah hari hujannya rendah. Berdasarkan tabel 15 banyaknya hari hujan menurut kecamatan/ tempat pengamatan per bulan di Kabupaten Grobogan, dapat dibuat grafik rata-rata hari hujan per bulan di Kabupaten Grobogan tahun 2012-2014. Gambar 7. Grafik Rata-rata Hari Hujan per Bulan di Kabupaten Grobogan Tahun 2012-2014 Berdasarkan grafik rata-rata hari hujan per bulan di Kabupaten Grobogan tahun 2012-2014, hari hujan paling tinggi terjadi pada bulan Desember dan Januari sedangkan hari hujan terendah pada bulan Agustus dan September yang mencapai 0 dalam satu bulan. Hari hujan paling tinggi per tahun terjadi pada tahun 2013 dan terendah pada tahun 2012. Tinggi rendahnya curah hujan mempengaruhi tingkat kekeringan di Kabupaten Grobogan. Besarnya curah hujan per bulan menurut kecamatan/ tempat pengamatan per bulan di Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada tabel berikut:

67 Tabel 13. Banyaknya Curah Hujan Menurut Kecamatan/ Tempat Pengamatan per Bulan di Kabupaten Grobogan Tahun 2014 No. Kecamatan/ Tempat Curah Hujan (mm) Ratarata Jumlah Pengamatan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agst Sep Okt Nov Des 1. Kedungjati 277 184 137 100 50 43 66 50 0 91 222 321 1.541 128 2. Karangrayung 308 196 209 818 35 64 32 0 0 143 91 283 2.179 182 3. Penawangan 363 201 417 252 0 35 50 29 0 147 146 47 1.687 141 4. Toroh 305 193 229 311 118 55 86 37 0 156 232 205 1.927 161 5. Geyer 255 226 246 270 104 105 79 30 0 153 225 178 1.871 156 6. Pulokulon 333 261 290 255 36 55 21 81 3 104 321 208 1.968 164 7. Kradenan 387 153 232 275 48 43 41 49 2 46 189 182 1.647 137 8. Gabus 408 246 209 343 45 19 67 47 0 146 181 223 1.934 161 9. Ngaringan 315 174 214 269 85 43 58 43 55 63 91 184 1.594 133 10. Wirosari 378 185 169 273 71 48 44 36 12 56 173 176 1.621 135 11. Tawangharjo 318 125 269 212 70 50 55 51 7 109 214 175 1.655 138 12. Grobogan 412 287 334 108 17 133 108 26 0 70 233 264 1.992 166 13. Purwodadi 411 371 255 236 25 46 50 0 0 46 124 166 1.730 144 14. Kantor Dinpertan 397 234 350 400 85 73 53 65 0 80 192 182 2.111 176 15. Brati 867 301 413 95 14 75 156 55 0 30 234 243 6.483 540 16. Klambu 647 355 238 159 33 41 61 105 0 35 152 194 2.020 168 17. Godong 553 292 108 178 86 40 66 45 0 37 105 186 1.696 141 18. Gubug 401 217 107 223 25 38 38 34 0 30 137 370 1.620 135 19. Tegowanu 399 192 76 137 0 50 38 12 0 71 113 272 1.360 113 20. Tanggungharjo 281 203 120 71 32 27 49 46 0 74 199 280 1.382 115 21. BBP Ngambak 338 160 129 47 27 28 40 37 0 76 168 273 1.323 110 Rata-rata 588 226 226 240 48 53 60 42 4 84 178 220 1.969 164 2013 279 227 247 353 137 134 86 12 7 199 218 332 2.232 186 2012 399 318 128 115 39 40 7 0 5 131 246 353 1.782 148 2011 277 178 241 281 104 68 41 15 33 125 406 357 2.112 101 Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015

digilib.uns.ac.id 68 Berdasarkan tabel 13 banyaknya curah hujan di Kabupaten Grobogan, jumlah curah hujan paling banyak yaitu terjadi pada bulan Januari dengan ratarata curah hujan sebesar 588 mm, sedangkan banyaknya curah hujan paling rendah terjadi pada bulan September dengan rata-rata curah hujan 4 mm. Hal tersebut terjadi karena pada bulan Januari merupakan musim penghujan sehingga jumlah curah hujannya banyak, sedangkan bulan September merupakan musim kemarau sehingga jumlah curah hujannya rendah. Berdasarkan tabel curah hujan per bulan menurut kecamatan/ tempat pengamatan di Kabupaten Grobogan, dapat juga dibuat grafik rata-rata curah hujan per bulan di Kabupaten Grobogan tahun 2012-2014 sebagai berikut: Grafik Rata-Rata Curah Hujan per Bulan di Kabupaten Grobogan Tahun 2012-2014 Gambar 8. Grafik Rata-Rata Curah Hujan di Kabupaten Grobogan Tahun 2011-2014 Berdasarkan grafik rata-rata curah hujan per bulan di Kabupaten Grobogan tahun 2011-2014, curah hujan paling tinggi terjadi pada bulan Desember dan Januari sedangkan curah hujan terendah pada bulan Agustus dan September. Curah hujan paling tinggi per tahun terjadi pada tahun 2013 dan terendah pada tahun 2011.

digilib.uns.ac.id 69 Rata-rata hari hujan dan curah hujan per bulan menurut kecamatan/ tempat pengamatan di Kabupaten Grobogan sebagai berikut: Tabel 14. Rata-rata Hari Hujan dan Curah Hujan per Bulan Menurut Kecamatan/ Tempat Pengamatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2014 No. Kecamatan/ Tempat Rata-rata Hari Hujan Rata-rata Curah Hujan Pengamatan per Bulan (Hari) per Bulan (mm) 1. Kedungjati 8,61 128,42 2. Karangrayung 7,33 181,58 3. Penawangan 7,33 148,58 4. Toroh 10,58 160,58 5. Geyer 9,58 155,92 6. Pulokulon 8,33 164,00 7. Kradenan 8,75 137,25 8. Gabus 8,17 161,17 9. Ngaringan 9,00 132,83 10. Wirosari 9,75 135,08 11. Tawangharjo 10,42 137,92 12. Grobogan 12,58 166,00 13. Purwodadi 7,83 144,17 14. Brati 9,42 175,92 15. Klambu 11,75 540,25 16. Godong 10,08 168,33 17. Gubug 9,33 141,33 18. Tegowanu 6,50 135,00 19. Tanggungharjo 6,33 113,33 20. Dinperta TPH 7,58 115,17 21. BB Ngambak 7,83 110,25 Rata-rata 8,91 164,05 2013 10,28 185,96 2012 8,43 148,48 2011 5,33 100,57 Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015 Rata-Rata banyaknya hari hujan menurut kecamatan/ tempat pengamatan per bulan di Kabupaten Grobogan paling tinggi di Kecamatan Grobogan dengan rata-rata curah hujan sebesar 12,58 hari dalam satu bulan, sedangkan rata-rata jumlah hari hujan paling rendah terjadi di Kecamatan Tanggungharjo dengan jumlah hari hujan 6,33 hari dalam satu bulan.

digilib.uns.ac.id 70 5. Penggunaan Lahan Berdasarkan hasil Evaluasi Penggunaan Tanah (EPT) tahun 1983 Kabupaten Grobogan mempunyai luas 1.975,86 km 2 dan merupakan kabupaten terluas nomor 2 di Jawa Tengah setelah Kabupaten Cilacap. Dari hasil laporan Dinas Pertanian TPH (SPVA) diperoleh data mengenai luas lahan keadaan akhir tahun 2013 untuk Kabupaten Grobogan seluruhnya seluas 197.586 hektar yang terdiri dari: lahan pertanian sawah 66.184 hektar, lahan pertanian bukan sawah 99.674 hektar dan lahan bukan pertanian 31.728 hektar. Luas lahan menurut penggunaannya di Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 15. Luas Lahan Menurut Penggunaannya di Kabupaten Grobogan Tahun 2013 No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%) 1. Penggunaan Lahan Pertanian Sawah a. Irigasi b. Tadah Hujan 2. Penggunaan Lahan Pertanian Bukan Sawah a. Tegal/ Kebun b. Ladang/ Huma c. Perkebunan d. Hutan rakyat e. Padang rumput f. Sementara tidak diusahakan g. lainnya 66.184 29.881 36.303 99. 647 23.917 0 87 4160 0 0 71.510 33,50 15,12 18,37 50,44 12,10 0 0,04 2,11 0 0 16,06 3. Penggunaan Lahan Bukan Pertanian 31.728 16,06 Total Lahan 197.586 100,00 Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015 Berdasarkan tabel luas lahan menurut penggunaannya di Kabupaten Grobogan, penggunaan lahan paling tinggi adalah penggunaan lahan pertanian bukan sawah untuk tegalan/ kebun, yaitu seluas 99.647 Ha, sedangkan penggunaan lahan paling rendah adalah penggunaan lahan perkebunan yaitu seluas 87 Ha.Luas penggunaan lahan menurut kecamatan di Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada tabel berikut:

digilib.uns.ac.id 71 Tabel 16. Luas Penggunaan Lahan Menurut Kecamatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2013 No. Kecamatan Lahan Pertanian (Ha) Lahan Bukan Total Sawah Bukan Sawah Pertanian Lahan 1. Kedungjati 432 12.220 382 13034 2. Karangrayung 2.355 9.237 2.467 14.059 3. Penawangan 4.705 1.793 920 7.418 4. Toroh 4.518 5.090 2.323 11.931 5. Geyer 2.602 16.183 834 19.619 6. Pulokulon 5.675 4.996 2.694 13.365 7. Kradenan 3.915 4.292 2.567 10.774 8. Gabus 3.901 10.411 2.225 16.537 9. Ngaringan 4.987 4.050 2.635 11.672 10. Wirosari 4.112 9.273 2.045 15.430 11. Tawangharjo 2.502 4.982 876 8.360 12. Grobogan 2.871 5.561 2.024 10.456 13. Purwodadi 5.022 215 2.528 7.765 14. Brati 2.513 1.798 1.179 5.490 15. Klambu 2.361 1.519 776 4.656 16. Godong 6.521 640 1.518 8.679 17. Gubug 3.696 1.496 1.919 7.111 18. Tegowanu 2.721 1.663 783 5.167 19. Tanggungharjo 775 4.255 1.033 6.063 Jumlah 66.184 99.674 31.728 197.586 Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015 Luas lahan sawah di Kabupaten Grobogan seluas 66.184 Ha. Penggunaan lahan sawah irigasi di Kabupaten Grobogan seluas 29.881 Ha, sedangkan penggunaan lahan sawah tadah hujan seluas 36.303 Ha. Penggunaan lahan pertanian sawah dibedakan menjadi dua, yaitu sawah irigasi dan sawah tadah hujan. Luas penggunaan lahan pertanian sawah menurut kecamatan dapat dilihat pada tabel berikut:

digilib.uns.ac.id 72 Tabel 17. Luas Penggunaan Lahan Sawah Menurut Kecamatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2013 No. Kecamatan Luas Lahan Sawah (Ha) Irigasi Tadah Hujan Jumlah 1. Kedungjati 228 204 432 2. Karangrayung 1.316 1.039 2.355 3. Penawangan 3.983 722 4.705 4. Toroh 2.244 2.274 4.518 5. Geyer 41 2.561 2.602 6. Pulokulon 10 5.665 5.675 7. Kradenan 596 3.319 3.915 8. Gabus 0 3.901 3.901 9. Ngaringan 1.693 3.294 4.987 10. Wirosari 506 3.606 4.112 11. Tawangharjo 0 2.502 2.502 12. Grobogan 120 2.751 2.871 13. Purwodadi 3.185 1.837 5.022 14. Brati 1.232 1.281 2.513 15. Klambu 2.361 0 2.361 16. Godong 6.521 0 6.521 17. Gubug 3.696 0 3.696 18. Tegowanu 1.440 1.281 2.721 19. Tanggungharjo 709 66 775 Jumlah 29.881 36.303 66.184 Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015 Luas penggunaan lahan pertanian sawah paling tinggi yaitu di Kecamatan Godong, yaitu seluas 6.521 Ha, sedangkan paling rendah di Kecamatan Kedungjati, yaitu seluas 432 Ha. Luas penggunaan lahan pertanian bukan sawah paling tinggi di Kecamatan Geyer, yaitu seluas 16.183 Ha, sedangkan paling rendah di Kecamatan Purwodadi, yaitu seluas 215 Ha. Penggunaan lahan bukan pertanian paling tinggi di Kecamatan Pulokulon, yaitu seluas 2.694 Ha, sedangkan paling rendah di Kecamatan Kedungjati, yaitu seluas 204 Ha. 6. Keadaan Penduduk Gambaran umum mengenai keadaan penduduk di Kabupaten Grobogan dapat dilihat dalam data mengenai jumlah dan persebaran penduduk, kepadatan penduduk serta komposisi penduduk.

digilib.uns.ac.id 73 a. Jumlah dan Persebaran Penduduk Berdasarkan hasil proyeksi penduduk, jumlah penduduk Kabupaten Grobogan tahun 2014 adalah sebanyak 1.343.960 orang dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar 0,57 persen. Jumlah penduduk Kabupaten Grobogan tahun 2013 sebanyak 1.336.304 jiwa. Dalam kurun waktu satu tahun dari tahun 2013 ke 2014 jumlah penduduk di Kabupaten Grobogan bertambah sebanyak 7.656 jiwa. Tabel 18. Jumlah Penduduk dan Persebaran di Kabupaten Grobogan Tahun 2014 No. Kecamatan Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah 1. Kedungjati 19.634 20.187 39.821 2. Karangrayung 44.843 44.857 89.700 3. Penawangan 29.197 29.587 58.784 4. Toroh 52.714 54.059 106.773 5. Geyer 29.122 31.072 60.194 6. Pulokulon 49.868 50.819 100.687 7. Kradenan 37.162 38.460 75.622 8. Gabus 33.168 34.698 67.866 9. Ngaringan 33.313 32.934 66.247 10. Wirosari 42.470 43.337 85.807 11. Tawangharjo 27.248 27.259 54.507 12. Grobogan 37.133 37.493 74.606 13. Purwodadi 65.990 68.364 134.354 14. Brati 22.681 23.506 46.187 15. Klambu 17.295 17.348 34.643 16. Godong 39.386 39.385 78.771 17. Gubug 37.936 38.769 76.705 18. Tegowanu 26.419 26.852 53.271 19. Tanggungharjo 19.294 20.121 39.415 Jumlah 664.853 679.107 1.343.960 2013 661.109 675.195 1.336.304 2012 657.077 671.120 1.328.197 2011 652.897 666.878 1.319.775 2010 648.507 662.502 1.311.009 Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015 Berdasarkan tabel jumlah penduduk dan persebarannya di Kabupaten Grobogan tahun 2014, Jumlah penduduk paling banyak terdapat di Kecamatan Purwodadi, yaitu sebanyak 134.354 jiwa, sedangkan jumlah penduduk paling rendah terdapat di Kecamatan Klambu, yaitu sebanyak 34.643 jiwa. Banyaknya jumlah penduduk dipengaruhi oleh banyaknya jumlah kelahiran.

digilib.uns.ac.id 74 b. Kepadatan Penduduk Tingkat kepadatan penduduk suatu daerah merupakan perbandingan antara luas daerah secara keseluruhan dengan jumlah penduduk di daerah yang bersangkutan, sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut : Kepadatan Penduduk = Kepadatan penduduk per Kecamatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2014 dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 19. Kepadatan Penduduk per Kecamatan di Kabupaten Grobogan 2014 No. Kecamatan Luas Daerah Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk Klasifikasi (km 2 ) (Jiwa) (Jiwa/ km 2 ) 1. Kedungjati 130,33 39.821 306 Rendah 2. Karangrayung 140,59 89.700 638 Rendah 3. Penawangan 74,18 58.784 792 Sedang 4. Toroh 119,31 106.773 895 Sedang 5. Geyer 196,19 60.194 307 Rendah 6. Pulokulon 133,65 100.687 753 Rendah 7. Kradenan 107,74 75.622 702 Rendah 8. Gabus 165,38 67.866 410 Rendah 9. Ngaringan 116,72 66.247 568 Rendah 10. Wirosari 154,30 85.807 556 Rendah 11. Tawangharjo 83,60 54.507 652 Rendah 12. Grobogan 104,56 74.606 714 Rendah 13. Purwodadi 77,65 134.354 1730 Tinggi 14. Brati 54,90 46.187 841 Sedang 15. Klambu 46,56 34.643 744 Rendah 16. Godong 86,78 78.771 908 Sedang 17. Gubug 71,11 76.705 1079 Sedang 18. Tegowanu 51,67 53.271 1031 Sedang 19. Tanggungharjo 60,64 39.415 650 Rendah Jumlah 1.975,86 1.343.960 680 Rendah 2013 1.975,86 1.336.304 676 Rendah 2012 1.975,86 1.328.197 672 Rendah 2011 1.975,86 1.319.775 668 Rendah 2010 1.975,86 1.311.009 664 Rendah Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015 Kepadatan penduduk di Kabupaten Grobogan tahun 2014 sebanyak 680 jiwa/km 2. Pada tahun 2013 kepadatan penduduk sebanyak 676 km 2, sehingga dari tahun 2013 ke 2014 mengalami commit kenaikan to 4 user jiwa/km 2. Sejalan dengan kenaikan

digilib.uns.ac.id 75 jumlah penduduk maka kepadatan penduduk dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2010 2014) cenderung mengalami kenaikan, pada tahun 2010 tercatat sebesar 664 jiwa/km 2, sedangkan pada tahun 2014 menjadi 680 jiwa/km 2. Jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahun tidak diimbangi dengan pemerataan penyebaran penduduk di tiap kecamatan. Kepadatan penduduk di kecamatan yang wilayahnya sebagian besar perkotaan mempunyai kepadatan penduduk yang tinggi dibandingkan dengan kecamatan yang wilayahnya masih merupakan daerah pedesaan. Wilayah terpadat tercatat di Kecamatan Purwodadi sebanyak 1.730 jiwa/km 2 dan terjarang penduduknya adalah Kecamatan Kedungjati yaitu 306 jiwa/km 2. Klasifikasi kepadatan penduduk dibuat berdasarkan data kepadatan penduduk. Klasifikasi kepadatan penduduk dibagi menjadi 3 kategori, yaitu kepadatan tinggi, rendah dan sedang. Metode yang digunakan untuk memperoleh klasifikasi digunakan metode Sturgess (Asiyah,1992: 27) : Berdasarkan penentuan interval menurut Sturgess, diperoleh interval sebagai berikut: = 474,6 = 475 Klasifikasi kepadatan penduduk Kabupaten Grobogan tahun 2014 sebagai berikut: Rendah : 306-781 Sedang : 782-1256 Tinggi : 1257 1730 Untuk lebih jelasnya, kepadatan penduduk Kabupaten Grobogan tahun 2014 dapat dilihat pada peta berikut:

77

digilib.uns.ac.id 77 c. Komposisi Penduduk Komposisi penduduk adalah gambaran susunan penduduk yang dibuat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik yang sama. Komposisi - komposisi penduduk dapat menentukan kualitas penduduk dari segi kehidupannya dan dari segi sosial seperti aktivitas ekonomi dan pendidikan. Komposisi penduduk dalam penelitian ini yang berkaitan atau ada relevansi dengan judul penelitian ini adalah komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin, menurut tingkat pendidikan dan menurut mata pencaharian. 1) Komposisi Penduduk Menurut Umur dan Jenis Kelamin Berdasarkan jumlah penduduk menurut jenis kelamin, dapat dihitung rasio jenis kelamin (sex ratio). besarnya jenis kelamin atau Sex Ratio (SR) yaitu perbandingan antara penduduk laki-laki dan penduduk perempuan. Perhitungan Sex Ratio dirumuskan sebagai berikut: Sex Ratio (SR) = x 100 Keterangan : SR = Rasio Jenis Kelamin L = Jumlah Penduduk Laki-laki P = Jumlah Penduduk Perempuan Dengan rumus rasio jenis kelamin di atas, dapat dihitung besarnya rasio jenis kelamin penduduk di Kecamatan Grobogan sebagai berikut : Sex Ratio (SR) = x 100 = 97,90 = 98 Rasio jenis kelamin per kecamatan di Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada tabel berikut:

digilib.uns.ac.id 78 Tabel 20. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin (Sex Ratio) per Kecamatan di Kabupaten Grobogan Tahun 2014 No. Kecamatan Jenis Kelamin Laki-Laki Perempuan Jumlah Sex Ratio 1. Kedungjati 19.634 20.187 39.821 97,26 2. Karangrayung 44.843 44.857 89.700 99,97 3. Penawangan 29.197 29.587 58.784 98,68 4. Toroh 52.714 54.059 106.773 97,51 5. Geyer 29.122 31.072 60.194 93,72 6. Pulokulon 49.868 50.819 100.687 98,13 7. Kradenan 37.162 38.460 75.622 96,63 8. Gabus 33.168 34.698 67.866 95,59 9. Ngaringan 33.313 32.934 66.247 101,15 10. Wirosari 42.470 43.337 85.807 98,00 11. Tawangharjo 27.248 27.259 54.507 99,96 12. Grobogan 37.133 37.493 74.606 99,04 13. Purwodadi 65.990 68.364 134.354 96,53 14. Brati 22.681 23.506 46.187 96,49 15. Klambu 17.295 17.348 34.643 99,69 16. Godong 39.386 39.385 78.771 100,00 17. Gubug 37.936 38.769 76.705 97,85 18. Tegowanu 26.419 26.852 53.271 98,39 19. Tanggungharjo 19.294 20.121 39.415 95,89 Jumlah 664.853 679.107 1.343.960 97,90 2013 661.109 675.195 1.336.304 97,91 2012 657.077 671.120 1.328.197 97,91 2011 652.897 666.878 1.319.775 97,90 2010 648.507 662.502 1.311.009 97,89 Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015 Dari hasil perbandingan di atas, maka dapat diperoleh bahwa Sex Ratio 98, ini berarti bahwa untuk setiap 98 penduduk laki-laki terdapat 100 penduduk perempuan. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah penduduk wanita lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Apabila angka tersebut jauh di bawah 100, dapat menimbulkan masalah karena ini berarti di daerah tersebut kekurangan penduduk laki-laki, akibatnya antara lain kekurangan tenaga laki-laki untuk melaksanakan pembangunan. Rasio jenis kelamin dapat pula dibuat berdasarkan kelompok umur. Berikut disajikan rasio jenis kelamin (sex ratio) penduduk Kabupaten Grobogan menurut kelompok umur tahun 2014 sebagai berikut:

digilib.uns.ac.id 79 Tabel 21. Rasio Jenis Kelamin Penduduk Kabupaten Grobogan Tahun 2014 Kelompok Umur (Tahun) Laki - laki (Jiwa) Perempuan (Jiwa) Rasio Jenis Kelamin (%) 0 4 56.116 53.155 105,57 5-9 57.318 54.934 104,34 10-14 58.267 56.316 103,46 15-19 58.849 56.181 104,75 20-24 53.063 51.133 103,77 25-29 46.991 47.599 98,72 30-34 46.083 48.211 95,59 35-39 47.745 49.341 96,77 40-44 49.421 51.942 95,15 45-49 47.097 50.172 93,87 50-54 40.533 41.775 97,03 55-59 33.753 33.480 100,82 60-64 25.342 26.441 95,84 65-69 17.248 20.846 82,74 70 74 12.755 16.280 78,35 75 + 14.272 21.301 67,00 Jumlah 664.853 679.107 97,90 Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015 Dari tabel rasio jenis kelamin menurut kelompok umur di atas dapat dilihat bahwa untuk keseluruhan jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding jumlah penduduk laki-laki. Setiap 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk perempuan, sehingga secara total SR (Sex Ratio) lebih kecil dari 100. Berdasarkan data penduduk menurut umur dan jenis kelamin, dapat dibuat piramida penduduk sebagai berikut: Gambar 9. Piramida Penduduk Kabupaten Grobogan Tahun 2014

digilib.uns.ac.id 80 Piramida penduduk merupakan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin. Berdasarkan piramida penduduk Kabupaten Grobogan tahun 2014, dapat diketahui bahwa piramida penduduknya termasuk dalam jenis piramida penduduk muda atau ekspansif karena sebagian besar penduduk di Kabupaten Grobogan tahun 2014 temasuk usia muda. 2) Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian Mata pencaharian merupakan hal yang penting untuk mendukung perekonomian suatu daerah dan pendapatan masyarakat. Penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja menurut mata pencaharian di Kabupaten Grobogan tahun 2014 sebagai berikut: Tabel 22. Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Grobogan Tahun 2014 No. Mata Pencaharian Jumlah Jiwa % 1. Pertanian tanaman pangan 526.663 52,26 2. Perkebunan 20.018 1,99 3. Perikanan 1.105 0,11 4. Peternakan 11.670 1,16 5. Pertanian lainnya 5.491 0,54 6. Industri Pengolahan 55.331 5,49 7. Perdagangan 176.451 17,51 8. Jasa 49.603 4,92 9. Angkutan 87.074 8,64 10. Lainnya 74.447 7,39 Jumlah 1.007.853 100 Sumber: Kabupaten Grobogan dalam Angka 2015 Berdasarkan tabel penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja menurut mata pencaharian di Kabupaten Grobogan tahun 2014, dapat diketahui bahwa mata pencaharian penduduk Kabupaten grobogan paling banyak di bidang pertanian tanaman pangan, yaitu sebanyak 526.663 jiwa, sedangngkan mata pencaharian paling sedikit yaitu di bidang perikanan.

digilib.uns.ac.id 81 Berdasarkan Berdasarkan tabel penduduk berumur 15 tahun keatas yang bekerja menurut mata pencaharian di Kabupaten Grobogan tahun 2014 dapat dibuat diagram sebagai berikut: Gambar 10. Diagram Penduduk Berumur 15 Tahun Keatas yang Bekerja Menurut Mata Pencaharian di Kabupaten Grobogan Tahun 2014 Berdasarkan diagram penduduk berumur 15 tahun yang bekerja menurut mata pencaharian di Kabupaten Grobogan tahun 2014, dapat dikehui bahwa lebih dari 50% penduduk bermata pencaharian dibidang pertanian pangan. Lahan pertanian yang luas mendorong penduduk untuk bekerja di sektor peranian terutama pertanian pangan. Mata pencaharian paling sedikit yaitu di bidang perikanan, ayitu sebesar 0,11% dari jumlah penduduk di Kabupaten Grobogan umur 15 tahun keatas yang sudah bekerja. 7. Kondisi Kekeringan di Kabupaten Grobogan Kekeringan adalah keadaan yang terjadi akibat adanya musim kemarau yang berkepanjangan sehingga mengakibatkan masyarakat kekurangan pasokan air untuk kebutuhan hidupnya. Kekeringan merupakan suatu bahaya yang datangnya tidak tiba-tiba sehingga mudah untuk diabaikan. Berdasarkan data kekeringan yang diperoleh dari BNPB, dari 19 kecamatan terdapat 14 kecamatan yang mengalami kekeringan dan commit hanya to 5 user kecamatan yang tidak mengalami

digilib.uns.ac.id 82 kekeringan. Kecamatan yang tidak mengalami kekeringan adalah Kecamatan Klambu, Kecamatan Brati, Kecamatan Gubug, Kecamatan Tanggungharjo, dan Kecamatan Godong. Klasifikasi tingkat kekeringan dibuat berdasarkan data jumlah penduduk yang kekeringan. Klasifikasi tingkat kekeringan dibagi menjadi 4 kategori, yaitu tingkat kekeringan rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Metode yang digunakan untuk memperoleh klasifikasi digunakan metode Sturgess (Asiyah,1992: 27) : K = 3,33 x log n = 3,33 x log 14 = 3,78 = 4 Berdasarkan penentuan interval menurut Sturgess, diperoleh interval sebagai berikut: = 19,25 Klasifikasi kekeringan Kabupaten Grobogan tahun 2015 sebagai berikut: Rendah : 1,45 20,70 Sedang : 20,71 39,95 Tinggi : 39,96 59,20 Sangat tinggi : 59,21 78,45 tabel berikut: Tingkat kekeringan di Kabupaten Grobogan tahun 2015 dapat dilihat pada

digilib.uns.ac.id 83 Tabel 23. Tingkat Kekeringan di Kabupaten Grobagan Tahun 2015 No. Kecamatan Jumlah KK yang Mengalami Kekeringan Jumlah Penduduk yang Mengalami Kekeringan Jumlah Penduduk Persentase (%) Klasifikasi 1 Grobogan 7.808 27.035 74.606 36,24 Sedang 2 Toroh 10.994 39.794 106.773 37,27 Sedang 3 Pulokulon 23.698 76.163 100.687 75,64 Sangat tinggi 4 Kradenan 16.463 52.240 75.622 69,08 Sangat tinggi 5 Gabus 16.993 53.244 67.866 78,45 Sangat tinggi 6 Geyer 3.001 9.304 60.194 15,46 Rendah 7 Wirosari 7.972 26.025 85.807 30,33 Sedang 8 Purwodadi 3.751 14.143 134.354 10,53 Rendah 9 Ngaringan 2.246 7.700 66.242 11,62 Rendah 10 Karangrayung 2.263 7.825 89.700 8,72 Rendah 11 Tawangharjo 2.283 8.822 54.507 16,19 Rendah 12 Penawangan 2.070 7.999 58.784 13,61 Rendah 13 Tegowanu 260 772 53.271 1,45 Rendah 14 Kedungjati 1.152 4.391 39.821 11,03 Rendah 15 Klambu 0 0 0 0 Tidak Kekeringan 16 Brati 0 0 0 0 Tidak Kekeringan 17 Gubug 0 0 0 0 Tidak Kekeringan 18 Tanggungharjo 0 0 0 0 Tidak Kekeringan 19 Godong 0 0 0 0 Tidak Kekeringan Jumlah 100.954 335.457 1.068.234 31,40 Sedang Sumber: BNPB Kabupaten Grobogan Tahun 2015 Berdasarkan tabel tingkat kekeringan di Kabupaten Grobogan, dapat diketahui bahwa ada tiga kecamatan yang mengalami kekeringan sangat tinggi, yaitu Kecamatan Pulokulon, Kecamatan Kradenan, dan Kecamatan Gabus. Kecamatan yang mengalami kekeringan paling tinggi yaitu Kecamatan Gabus, yaitu 78,45% dari jumlah penduduk di Kecamatan tersebut. Untuk lebih jelasnya, tingkat kekeringan di Kabupaten Grobogan tahun 2015 dapat dilihat pada peta berikut:

77

digilib.uns.ac.id 85 B. Hasil dan Pembahasan 1. Mitigasi Masyarakat Terhadap Bencana Kekeringan Kabupaten Grobogan Untuk menghadapi bencana kekeringan, perlu dilakukan tindakan mitigasi kekeringan untuk mengurangi dampak terjadinya kekeringan. Upaya mitigasi dilakukan oleh masyarakat dan juga pemerintah agar kekeringan tidak menimbulkan dampak yang berkepanjangan. Hasil wawancara dengan panduan angket mengenai mitigasi kekeringan kepada masyarakat dengan jumlah responden 120 responden sebagai berikut: Tabel 24. Tabel Frekuensi Hasil Wawancara dengan Panduan Angket Tentang Mitigasi Bencana Kekeringan No. Indikator Frekuensi Ya Tidak 1 Terjadi kekeringan dalam lima tahun ini 24 0 2 Tersedia tanda peringatan dini dari pemerintah desa 0 24 3 Tersedia peringatan kekeringan secara tradisional yang diterapkan cukup akurat dalam menentukan kekeringan 0 24 4 Penyebab kekeringan penggundulan hutan/ curah hujan rendah/ jenis tanah 24 0 5 Pernah dilakukan sosialisasi dalam menghadapi kekeringan 23 1 6 Pernah pindah dari rumah untuk sementara saat terjadi kekeringan 0 24 7 Memiliki tandon air atau bak air untuk menghadapi terjadinya bencana kekeringan 24 0 8 Pernah ikut gotong-royong membantu pembangunan bendungan, waduk, tandon air 22 2 9 Sudah diterapkan upaya mengatasi kekeringan dengan embung, sumur resapan, penghijauan, pompanisasi 24 0 10 Upaya mengatasi dengan sumur resapan dapat mengurangi resiko bencana kekeringan 6 18 11 Ada pembangunan tampungan air di dekat daerah tempat tinggal 6 18 12 Pernah ada penelitian kekeringan di daerah ini 0 24 13 Ada perkumpulan rutin untuk membahas penanggulangan kekeringan 2 22 Berdasarkan hasil kuesioner mitigasi bencana kekeringan di Kabupaten Grobogan masyarakat menyebutkan bahwa dalam 5 tahun terakhir ini, di Kabupaten Grobogan terjadi kekeringan, bahkan tidak hanya dalam kurun waktu 5 tahun ini, hampir setiap tahun di Kabupaten Grobogan pada musim kemarau terjadi kekeringan. Kekeringan merupakan fenomena yang terjadi hampir setiap tahun di Kabupaten commit Grobogan. to user Masyarakat mengatakan bahwa

digilib.uns.ac.id 86 hampir setiap tahun terjadi kekeringan di Kabupaten Grobogan, tetapi kekeringan paling lama dan paling parah dalam lima tahun terakhir ini terjadi pada tahun ini. Gambar 11. Sungai yang Mengering Akibat Kemarau Panjang di Desa Pakis Kecamatan Kradenan Tahun ini kekeringan terjadi dari bulan Agustus. Sampai bulan ini (November), kekeringan masih terjadi. padahal seharusnya bulan Oktober sudah memasuki musim penghujan tetapi sampai bulan November hujan belum juga turun sehingga masih terjadi kekurangan pasokan air untuk kehidupan sehari-hari. Selain sumber air sumur yang mengering, sungaisungai juga mengering karena curah hujan yang sangat rendah. Kekeringan baru terasa saat air sumur mengering, sungai mengering, serta sungai dan embung mengering sehingga tidak bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari dan juga kebutuhan untuk mengairi daerah pertanian. Akibatnya, masyarakan kekurangan air untuk mencukupi kehidupan seharihari. Lahan pertanian menjadi kering sehingga tidak bisa ditanami dan petani menjadi merugi dan tidak mempunyai penghasilan dari panen hasil pertaniannya.

digilib.uns.ac.id 87 Gambar 12. Sawah mengalami kekeringan di Desa Pelem Kecamatan Gabus Di Kabupaten Grobogan, tidak tersedia tanda peringatan dini dari pemerintah saat terjadi kekeringan maupun peringatan kekeringan secara tradisional yang diterapkan dalm menentukan kekeringan karena kekeringan merupakan bencana yang datangnya perlahan-lahan dan baru terasa saat sumber air telah kering. Masyarakat menjelaskan bahwa kekeringan merupakan bencana yang sangat mudah diabaikan karena datangnya tidak tiba-tiba. Peringatan dini terjadinya kekeringan tidak ada karena kekeringan tidak seperti banjir, gunung meletus, maupun tsunami yang dampaknya langsung secara tiba-tiba dirasakan oleh masyarakat. Kekeringan baru akan terasa saat ketersediaan air bersih tidak mampu mencukupi kebutuhan air bersih. Gambar 13.Tampungan Air di Desa Tambirejo Kecamatan Toroh

digilib.uns.ac.id 88 Penyebab kekeringan di Kabupaten Grobogan adalah karena curah hujan yang rendah. Pada musim kemarau, curah hujan rendah dan persediaan air yang ada tidak dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Selain curah hujan yang rendah, jenis tanah yang merupakan tanah kapur juga merupakan penyebab terjadinya kekeringan di Kabupaten Grobogan. Tanah kapur bersifat mudah meloloskan air dan tidak mampu menyimpan air, sehingga pada musim kemarau terjadi kekeringan. Pada musim kemarau, tidak ada persediaan air yang tersimpan dalam tanah karena tanahnya kapur sehingga kebutuhan air penduduk tidak dapat tercukupi. Kekeringan memang hampir setiap tahun terjadi di Kabupaten Grobogan, tetapi penduduk tidak ada yang sampai pindah tempat tinggal saat terjadi kekeringan. Mereka masih bisa bertahan dengan membeli air atau menunggu bantuan air bersih dari pemerintah. Kekeringan di Kabupaten Grobogan sudah sering terjadi sehingga masyarakat melakukan mitigasi untuk menanggulangi dampak terjadinya kekeringan. Masyarakat tidak perlu mengungsi atau pindah tempat tinggal saat terjadi kekeringan karena kekeringan bukan merupakan bencana yang sering menimbulkan korban jiwa manusia. Penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat tentang kekeringan sebagian besar di wilayah Kabupaten Grobogan sudah pernah dilakukan. Penyuluhan peningkatan kewaspadaan dilakukan untuk menghadapi kekeringan agar masyarakat mampu menanggulangi dampak dari terjadinya kekeringan. Dari 120 responden, 85 responden mengatakan bahwa sudah pernah dialkukan penyuluhan dan peningkatan kewaspadaan masyarakat tentang kekeringan. Mitigasi yang dilakukan untuk menghadapi kekeringan dalam memenuhi air untuk kebutuhan sehari-hari di Kabupaten Grobogan antara lain dilakukan dengan cara: a. Pembuatan sumur bor Upaya mitigasi dalam menghadapi kekeringan dilakukan dengan cara pembuatan sumur bor. commit Sumur to user bor dibuat dengan sumber air yang

digilib.uns.ac.id 89 sangat dalam (artesis) sehingga diharapkan ketika musim kemarau panjang berlangsung, sumur tersebut tidak mengalami kekeringan sehingga bisa dimanfaatkan penduduk untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan informasi dari masyarakat, sumur bor dibuat dari dana kas RT dan bantuan sukarela dari warga masyarakat. Lokasi pembuatan sumur bor sesuai dengan kesepakatan warga masyarakat dan dipilih pada lokasi yang sumber airnya banyak. Pembuatan sumur bor diharapkan dapat mengurangi dampak dari terjadinya kekeringan. Gambar 14. Pembuatan Sumur Bor di Desa Boloh Kecamatan Toroh Berdasarkan informasi dari BPBD, dalam upaya mitigasi kekeringan masyarakat membuat sumur bor secara kolektif. Hal ini dikarenakan pembuatan sumur bor membutuhkan biaya yang mahal dan digunakan untuk kepentingan bersama yaitu mencukupi kebutuhan air untuk keperluan sehari-hari masyarakat setempat. b. Pembuatan sumur resapan Upaya mitigasi kekeringan juga dilakukan oleh masyarakat dengan pembuatan sumur resapan. Sumur resapan dibuat untuk menampung air pada saat terjadi hujan. commit Masyarakat to user menjelaskan bahwa saat terjadi

digilib.uns.ac.id 90 kekeringan, masyarakat menyedot air dari sungai dan kemudian airnya dimasukkan ke dalam sumur resapan tersebut agar kemudian mengalir ke sumur melalui tanah. Saat sumber air sudah mengering, masyarakat membeli air dari pihak swasta dan kemudian mengalirkannya ke sumur resapan tersebut. Hal ini bertujuan agar kualitas air menjadi lebih baik dan tersaring di dalam tanah. Berdasarkan observasi dan wawancara dari penyedia air dari pihak swasta, air diperoleh dari sumur bor yang dibuat secara pribadi dan kemudian diperjualbelikan. Gambar 15. Penduduk membeli air dari pihak swasta kemudian dialirkan ke sumur resapan c. Pembangunan tampungan air Di Kabupaten Grobogan, telah dilaksanakan pembangunan tampungan air dari program Pamsimas (Program Sanitasi Masyarakat) dari PU Cipta Karya. Masyarakat juga ikut membantu dalam pembuatan tampungan air yang diadakan PU Cipta Karya. Sebagian warga masyarakat juga mempunyai tandon air pribadi untuk menghadapi kekeringan di musim kemarau. Upaya mitigasi dengan pembuatan tandon air dapat digunakan untuk menampung air ketika mendapat bantuan air bersih dari pemerintah maupun saat masyarakat membeli air bersih dari

digilib.uns.ac.id 91 pihak swasta. Selain itu upaya pembuatan tandon air dilakukan untuk menampung air hujan saat terjadi kekeringan. Pada musim kemarau panjang dan terjadi hujan, maka air hujan ditampung pada tandon air tersebut untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Gambar 16. Air Hujan Ditampung di Tampungan air Milik Warga di Desa Pulokulon Kecamatan Pulokulon d. Sosialisasi/ penyuluhan tentang mitigasi kekeringan Sosialisasi tentang mitigasi kekeringan pernah dilakukan di Kabupaten Grobogan. Sebagian besar warga masyarakat telah mengikuti sosialisasi/ penyuluhan tentang mitigasi kekeringan. Sosialisasi dilakukan oleh PU Cipta Karya dalam rangka pelaksanaan program Pamsimas. Namun, belum ada perkumpulan rutin untuk membahas penanggulangan kekeringan. Perkumpulan hanya dilakukan sesekali apabila ada program dari pemerintah maupun swasta. Masyarakat mengatakan bahwa perkumpulan yang rutin dilakukan yaitu perkumpulan kelompok tani maupun perkumpulan gabungan kelompok tani (Gapoktan). Perkumpulan kelompok tani dialkukan setiap satu bulan satu kali dan dilanjutkan dengan arisan rutin kelompok tani.

digilib.uns.ac.id 92 e. Mempersiapkan program bantuan air bersih kepada masyarakat Mitigasi yang dilakukan pemerintah dalam jangka pendek yaitu melalui BPBD yang memberikan bantuan air bersih dengan truk-truk tangki air. BPBD memberikan bantuan air bersih dengan bekerja sama dengan pihak PDAM. Pihak BPBD memberikan daftar desa-desa yang akan diberikan bantuan air bersih kepada pihak PDAM. Pihak PDAM menentukan jadwal pemberian bantuan air bersih kepada desa-desa tersebut. Dalam jangka panjang, mitigasi dilakukan pemerintah melalui program reboisasi agar akar tanaman dapat menyerap dan menyimpan cadangan air sehingga pada musim kemarau kekeringan tidak terjadi sangat parah. Menurut pihak BPBD, kekeringan merupakan bencana yang datangnya tiba-tiba sehingga upaya mitigasi yang dilakukan oleh BPBD yaitu dengan pengalokasian dana untuk memberikan bantuan air bersih kepada masyarakat. f. Reboisasi Berdasarkan informasi dari BPBD, upaya pengurangan dampak dari kekeringan selain dengan pembuatan embung, sumur resapan dan sumur bor, juga dilakukan dengan reboisasi. Reboisasi dilakukan pemerintah agar hutan tidak gundul sehingga akar tanaman dapat menyerap dan menyimpan air. Dengan demikian, kekeringan dapat menjadi berkurang karena ada akar tanaman yang mampu menyerap dan menyimpan air. Mitigasi yang dilakukan untuk menghadapi kekeringan dalam memenuhi air untuk pertanian di Kabupaten Grobogan antara lain dilakukan dengan cara: a. Pembuatan embung Pembangunan embung atau waduk merupakan salah satu solusi jangka panjang menghadapi kekeringan. Dengan membangun embung, berarti air akan tertampung commit dan to user dapat dimanfaatkan kembali saat

digilib.uns.ac.id 93 kekeringan melanda. Pada prinsipnya, semakin besar ukuran embung, maka semakin banyak air yang dapat disimpan sebagai cadangan. Air cadangan tersebut dapat dipergunakan sebagai pemenuhan kebutuhan pengairan sawah karena dampak kekeringan juga dapat mengganggu ketersediaan pangan. Pengurangan dampak kekeringan dengan embung sudah dilakukan di Kabupaten Grobogan, tetapi upaya tersebut masih tidak bisa mengurangi dampak kekeringan. Pada musim kemarau embung mengering, sehingga tidak dapat dimanfaatkan warga masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pertanian. Embung yang terdapat Kabupaten Grobogan misalnya embung di Kecamatan Toroh yaitu di Desa Plosoharjo dan Desa Genengadal, embung di Kecamatan Grobogan yaitu di Desa Rejosari dan Desa Tanggungharjo, embung di Kecamatan Kradenan yaitu di Desa Bago dan di Desa Pakis, embung di Kecamatan Gabus yaitu di Desa Banjarejo yang dibuat oleh Gapoktan Sari, embung di Desa Bendoharjo, embung di desa Sulursari, dan embung di Desa Tunggulharjo, embung di Kecamatan Pulokulon yaitu embung di Desa Mangunrejo dan di Desa Jambon, dan embung-embung di Kecamatan lain. Gambar 17. Embung Mengalami Kekeringan di Desa Plosoharjo Kecamatan Toroh b. Perbaikan saluran dan sarana irigasi Upaya mitigasi kekeringan juga dilakukan warga masyarakat dengan melakukan perbaikan commit saluran to user irigasi dan sarana irigasi. Banyak

digilib.uns.ac.id 94 yang tidak menyadari, bahwa saluran irigasi yang rusak dapat menyebabkan air terbuang percuma. Apabila bagian sisi saluran irigasi retak, maka kebocoran tidak dapat terelakan. Air akan meresap dan mengalir ke dalam tanah, sehingga semakin ke hilir debitnya akan terus berkurang. Maka, memperbaiki saluran irigasi dapat mempertahankan jumlah air dari hulu ke hilir, sehingga air dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk mengairi sawah penduduk. c. Menyelamatkan waduk/ embung dari pendangkalan Upaya yang dialkukan masyarakat untuk menghadapi kekeringan lahn pertanian juga dilakukan dengan cara memelihara waduk agar tidak terjadi pendangkalan. Hal ini sangat penting untuk membangun ketangguhan menghadapi kekeringan. Pendangkalan dapat mengurangi kapasitas waduk dalam menampung air. Semakin kecil air yang ditampung, maka cadangan air untuk menghadapi kekeringan juga semakin kecil. Pendangkalan, salah satunya disebabkan oleh adanya sedimentasi tanah yang dibawa oleh aliran sungai, akibat rusaknya ekosistem hulu. Cara mengatasi pendangkalan waduk, adalah dengan melakukan penghijauan, serta mengurangi konversi lahan di area hulu. Dengan penghijauan, sedimentasi dapat diminimalisir. Selain itu, tanaman dapat meningkatkan kemampuan tanah dalam menyerap air hujan. Dengan sedikitnya sedimentasi pada waduk/ embung, pendangkalan waduk/ embung tidak terjadi dan cadangan air dalam waduk/ embung menjadi lebih banyak.

digilib.uns.ac.id 95 2. Kesiapsiagaan Masyarakat Terhadap Bencana Kekeringan Kabupaten Grobogan Kesiapsiagaan adalah upaya yang dilakukan untuk mempersiapkan masyarakat dalam menghadapi bencana maupun bencana. Dalam penelitian ini, jumlah responden yang diambil sebanyak 120 responden. Hasil wawancara dengan panduan angket mengenai kesiapsiagaan dalam menghadapi kekeringan kepada masyarakat dengan jumlah responden 120 responden sebagai berikut: Tabel 25. Tabel Frekuensi Hasil Wawancara dengan Panduan Angket Tentang Kesiapsiagaan Bencana Kekeringan No. Indikator Frekuensi Ya Tidak 1 Pengetahuan tanda-tanda terjadinya kekeringan 120 0 2 Kekeringan dapat diprediksi kapan terjadinya 107 13 3 Mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat kekeringan 120 0 4 Di daerah ini penduduknya padat 54 66 5 Terdapat info terkini tentang bahaya kekeringan 0 120 6 Melakukan suatu upaya dalam penanggulangan dalam mengurangi risiko dampak kekeringan 120 0 7 Terdapat organisasi yang mengelola kekeringan 0 120 8 Sudah pernah diadakan sosialisasi dari pihak luar tentang tanggap kekeringan 85 35 9 Sudah ada pos yang menyediakan air bersih bagi masyarakat 6 114 10 Sudah ada penyuluhan dan pelatihan yang dilakukan terkait dengan pengurangan risiko bencana 85 35 11 Ada sistem peringatan dini di daerah ini 3 117 12 Mengetahui kebijakan-kebijakan pemerintah dalam menghadapi kekeringan 82 38 13 Perhatian pemerintah terhadap masyarakat terkait tanggap darurat kekeringan sudah cukup memuaskan 43 77 14 Hubungan antara masyarakat dan pemerintah sudahkah cukup transparan 36 84 15 Ada data sosialisasi materi dan bahan kesiapsiagaan yang diberikan kepada masyarakat 0 120 Hasil wawancara kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi kekeringan di Kabupaten Grobogan dapat dilihat pada tabel di atas. Parameter yang digunakan dalam mengukur kesiapsiagaan masyarakat antara lain: pengetahuan dan sikap, rencana tanggap darurat, peringatan dini dan mobilisasi sumberdaya. Adapun

digilib.uns.ac.id 96 penjelasan mengenai masing-masing parameter kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana kekeringan sebagai berikut: a. Pengetahuan dan sikap Pengetahuan ini meliputi pemahaman tentang bencana yang berpotensi menjadi bencana, kerentanan yang terjadi di tempat tinggal mereka serta sikap dan kepedulian terhadap risiko kekeringan. Pengetahuan individu/ masyarakat yang tinggi diharapkan sehingga masyarakat lebih siap dalam menghadapi kemungkinan kekeringan yang mengancam tempat tinggal mereka sebab pengetahuan merupakan dasar dari kesadaran untuk melakukan perencanaan kedaruratan, mobilisasi sumberdaya dan peringatan dini. Pengetahuan juga merupakan dasar utama untuk melakukan aktivitas yang benar dalam mengantisipasi datangnya kekeringan. 1) Pengetahuan dan sikap dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari Kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi kekeringan di Kabupaten Grobogan dilakukan melalui peningkatan pengetahuan masyarakat terhadap tanda-tanda terjadinya kekeringan. Kekeringan berkaitan dengan menurunnya tingkat curah hujan di bawah normal dalam satu musim. Masyarakat di Kabupaten Grobogan sudah mengetahui tanda-tanda terjadinya kekeringan. Masyarakat menyebutkan tanda-tanda terjadinya kekeringan yaitu sumber air berkurang. Pada saat kekeringan terjadi kekurangan pasokan air permukaan dan air tanah. Kekeringan ini diukur berdasarkan ketinggian muka air sungai, waduk, danau dan ketinggian muka air tanah. Ada tenggang waktu mulai berkurangnya hujan sampai menurunnya ketinggian muka air sungai, waduk, danau dan ketinggian muka air tanah. Kekeringan dapat diprediksi kapan terjadinya. Masyarakat menyebutkan bahwa penyebab kekeringan adalah curah hujan yang rendah dan jenis tanah di Kabupaten Grobogan. Curah hujan yang rendah menyebabkan pasokan air bagi penduduk di Kabupaten Grobogan berkurang. Selain itu jenis tanah di sebagian besar di wilayah commit Kabupaten to user Grobogan merupakan tanah kapur.

digilib.uns.ac.id 97 Tanah kapur bersifat mudah meloloskan air sehingga tidak dapat menyimpan air dalam waktu yang lama. Hal tersebut mengakibatkan persediaan air dalam tanah di sebagian besar wilayah di Kabupaten Grobogan sedikit sehingga pada musim kemarau rawan terjadi kekeringan. Gambar 18. Sungai Mulai Mengering di Desa Boloh Kekeringan diprediksi terjadi pada musim kemarau, Puncak kekeringan biasanya terjadi pada bulan Agustus dan September, Tetapi pada tahun ini kekeringan terjadi sampai bulan November. Masyarakat menyebutkan bahwa kekeringan pada tahun ini terjadi paling lama dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya selama 5 tahun terakhir ini. Pada tahun ini, kekeringan terjadi lebih parah dari tahun sebelumnya. Masyarakat juga mengetahui dampak yang terjadi akibat kekeringan. Dampak yang terjadi akibat kekeringan yang dialami masyarakat yaitu kekurangan pasokan air untuk keperluan sehari-hari. Pada saat terjadi kekeringan, pasokan air untuk keperluan sehari-hari berkurang sehingga masyarakat harus menggunakan air secara efisien. Masyarakat melakukan suatu upaya untuk mengurangi resiko akibat terjadinya kekeringan. Masyarakat menjelaskan upaya yang

digilib.uns.ac.id 98 dilakukan masyarakat dalam mengurangi resiko kekeringan dengan cara membuat tampungan air untuk menampung persediaan air saat musim kemarau. Masyarakat dan juga pemerintah melakukan upaya dalam penanggulangan resiko kekeringan. Masyarakat melakukan upaya penanggulangan kekeringan dengan membuat tampungan air dan pemerintah memberikan bantuan air gratis untuk penduduk. Gambar 19. Penduduk Mengambil Air dari Tampungan Air Saat Musim Kemarau Penanggulangan kekeringan sulit dilakukan karena kekeringan merupakan bencana meteorologis yang disebabkan oleh alam. Saat mendapat bantuan air bersih dari pemerintah, masyarakat menampung air bersih dalam tampungan tersebut untuk keperluan selama beberapa hari karena bantuan dari pemerintah tidak setiap hari. 2) Pengetahuan dan sikap dalam pertanian Masyarakat mengetahui dampak yang terjadi akibat kekeringan. Dampak yang terjadi akibat kekeringan yang dialami masyarakat yaitu kekurangan pasokan air untuk keperluan pertanian. Kekeringan juga mengakibatkan lahan pertanian mengalami kekurangan pasokan air sehingga mengakibatkan produktivitas lahan pertanian menjadi berkurang bahkan terjadi gagal panen.

digilib.uns.ac.id 99 Masyarakat menjelaskan bahwa pada saat terjadi musim kemarau, pendapatan para petani menjadi berkurang dan bahkan kadang terjadi puso. Embung yang digunakan untuk mengairi sawah juga ikut mengering. Kekeringan mengakibatkan petani merugi. Lahan pertanian yang menggunakan irigasi dari sumur bor dengan sumber air yang sangat dalam masih bisa ditanami padi dan tidak mengalami gagal panen. Namun, biaya yang dikeluarkan untuk mengairi sawah besar karena harus membayar biaya untuk mengairi sawah malaui sumur bor. Hal tersebut mengakibatkan keuntungan petani menjadi berkurang. Gambar 20. Tanaman Mengalami Kekeringan dan Terancam Gagal Panen di Desa Kradenan Masyarakat menuturkan bahwa keuntungan petani pada saat musim kemarau berbeda jauh dengan keuntungan ketika musim penghujan. Masyarakat melakukan perbaikan waduk/ embung agar tidak terjadi pendangkalan sehingga mudah terjadi kekeringan. Kekeringan merupakan bencana yang disebabkan oleh alam sehingga sulit untuk dicegah dan hanya bisa dikurangi dan diminimalisir dampaknya dengan kesiapsiagaan yang tepat.

digilib.uns.ac.id 100 Di Kabupaten Grobogan, kepadatan penduduknya sebagian wilayah termasuk dalam kondisi padat dan sebagian wilayah tidak padat. Berdasarkan data dari BPS, kepadatan penduduk di Kabupaten Grobogan yaitu 680 jiwa/km 2 pada tahun 2014. Dengan kepadatan penduduk yang tidak terlalu padat, maka kesiapsiagaan kekeringan dapat dilakukan dengan baik karena kebutuhan air di daerah yang tidak begitu padat lebih rendah daripada kebutuhan air di daerah yang penduduknya padat. Berdasarkan hasil wawancara dengan panduan angket, info terkini tentang bencana kekeringan di Kabupaten Grobogan belum ada. Info terkini tentang bencana kekeringan melalui brosur, leaflet, maupun poster tentang bencana kekeringan belum ada. Menurut penuturan Bapak Hendro Santoso warga Dusun Kepuh RT 4 RW 9, Desa Tambirejo, Kecamatan Toroh menjelaskan bahwa: Info terkini tentang bencana kekeringan di Kabupaten Grobogan belum ada. Info hanya dari surat kabar yang menjelaskan daerah-daerah yang mengalami kekeringan serta upaya pemerintah dalam memberikan bantuan kepada masyarakat. b. Rencana Tanggap Darurat Dalam parameter rencana tanggap darurat ini diukur berdasarkan tersedianya organisasi pengelola kekeringan, mensosialisasikan tanggap kekeringan, tersedianya posko penyediaan air, dan latihan dan simulasi secara regular (publik dan instansi). 1) Rencana tanggap darurat dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari Organisasi yang mengelola kekeringan di masing-masing wilayah di Kabupaten Grobogan belum ada karena kekeringan dianggap suatu kejadian yang tidak begitu membahayakan seperti bencana-bencana alam lain yang dampaknya sangat besar dan langsung seketika dirasakan masyarakat seperti gunung meletus, gempa bumi, dan tsunami. Pihak yang menangani keekringan commit dari to user pemerintah yaitu BPBD Kabupaten

digilib.uns.ac.id 101 Grobogan dengan bekerja sama dengan pihak PDAM dalam menyediakan bantuan air bersih kepada masyarakat yang mengalami kekeringan. Sosialisasi tentang tanggap kekeringan sudah pernah dilakukan di sebagian wilayah di Kabupaten Grobogan. Dari 120 responden, 85 responden menjawab sudah pernah dilakukan sosialisasi tentang tanggap kekeringan di daerahnya. Masyarakat menyebutkan bahwa sosialisasi dilakukan oleh pihak PU Cipta Karya yang mengadakan program Pamsimas dalam menyediakan air bersih bagi penduduk. Penyuluhan dan pelatihan yang dilakukan terkait dengan pengurangan risiko bencana dilakukan pemerintah kepada masyarakat agar masyarakat mampu mengurangi risiko terjadinya kekeringan juga belum dilakukan. Pemerintah seharusnya mengadakan penyuluhan supaya masyarakat tetap menjaga kelestarian hutan agar dapat mengurangi terjadinya kekeringan karena akar tanaman mampu menyimpan air. Jika hutannya gundul, tidak ada tanaman yang mampu menyimpan air sehingga kekeringan berlangsung lebih lama dan lebih parah. Pos yang menyediakan air bersih bagi masyarakat di sebagian besar wilayah di Kabupaten Grobogan belum ada. Bantuan air bersih dari pemerintah biasanya lokasinya tidak sama setiap periodenya walaupun masih dalam satu desa. Hal ini dilakukan agar lebih adil dalam keterjangkauan dalam mendapatkan bantuan air bersih dari pemerintah. Penduduk yang pada periode pertama lokasi rumahnya dekat dengan pemberian bantuan air bersih dari pemerintah, pada periode kedua pemberian bantuan, lokasi rumahnya tidak dekat lagi dengan lokasi pemberian bantuan air bersih karena lokasinya tidak sama walaupun masih dalam satu desa/dukuh agar lebih adil bagi masyarakat.

digilib.uns.ac.id 102 Gambar 21. Pemberian Bantuan Air Bersih Kepada Masyarakat di Desa Putatsari Bantuan air diberikan langsung ke desa-desa dan tidak ada pos penampungan karena masyarakat langsung mangambil air bantuan pemerintah menggunakan jerigen untuk ditampung dirumahnya sendiri. Apabila bantuan air akan datang, aparat desa mengumumkannya lewat pengeras masjid bahwa akan ada bantuan air dari pemerintah dan lokasinya disebutkan agar masyarakat siap-siap dan menunggu di lokasinya yang disebutkan. Penyuluhan dan pelatihan yang dilakukan terkait dengan pengurangan risiko bencana di sebagian besar wilayah Grobogan sudah pernah dilakukan. Penyuluhan dan pelatihan dilakukan oleh tim dari PU Cipta Karya sebelum pelaksanaan program Pamsimas. Masyarakat pada suatu dukuh/ dusun dikumpulkan dan diberi penjelasan tentang program Pamsimas dan masyarakat diminta untuk ikut berpartisipasi dalam program tersebut.penyuluhan dan pelatihan dilakukan dengan tujuan dapat mengurangi dampak akibat terjadinya kekeringan. Upaya kesiapsiagaan dengan penyuluhan dan pelatihan pengurangan resiko

digilib.uns.ac.id 103 diharapkan dapat menjadi pemecahan masalah yang efektif terkait dengan risiko bencana kekeringan. 2) Rencana tanggap darurat dalam bidang pertanian Dalam bidang pertanian, berdasarkan informasi dari masyarakat terdapat organisasi yang mengelola pertanian yaitu kelompok tani dan gabungan kelompok tani (Gapoktan). Menurut penuturan warga, organisasi tersebut melakukan pertemuan rutin setiap 35 hari satu kali. Pertemuan tersebut membahas tentang pengelolaan pertanian serta upaya menghadapi kekeringan dalam bidang pertanian. Rencana tanggap darurat yang dilakukan masyarakat dalam bidang pertanian yaitu dengan memilih jenis tanaman yang dapat bertahan pada kondisi kekeringan. c. Peringatan dini Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten yang menjadi langganan terjadinya kekeringan saat terjadi puncak musim kemarau. Kekeringan melanda Kabupaten Grobogan biasanya pada bulan Agustus dan bulan September. Berdasarkan hasil wawancara dengan panduan angket, peringatan dini terhadap bencana kekeringan belum ada di Kabupaten Grobogan. Masyarakat menjelaskan bahwa kekeringan datangnya perlahan-lahan dan baru terasa saat sumber air mengering. Banyak masyarakat yang mengabaikan kekeringan karena dianggap sebagai kejadian yang dampaknya tidak berbencana dan tidak begitu mengancam jiwa manusia. Masyarakat baru merasa terjadi kekeringan saat sumber air di sumurnya mengering dan sungai-sungai serta embung-embung mulai mengering sehingga tidak dapat dimanfaatkan. d. Mobilisasi sumberdaya Parameter mobilisasi sumberdaya meliputi kesepakatan instansiinstansi pemerintah untuk memobilisasi sumber daya (dana/ peralatan/ petugas) dan protap pelaksanaan, kesepakatan antara instansi-instansi pemerintah dengan masyarakat commit di lokasi to user kekeringan, tersedianya protokol

digilib.uns.ac.id 104 untuk komunikasi publik yang berkaitan dengan informasi keadaan darurat (secara reguler dan bertanggung Jawab), dan hanya fakta/ data sosialisasi materi dan bahan kesiapsiagaan kepada masyarakat. Mobilisasi sumberdaya dalam kesiapsiagaan kekeringan meliputi penataan kelembagaan dan komunikasi dan koordinasi antar stakeholders yang relevan serta bimbingan teknis dan penyediaan materi. 1) Mobilisasi sumberdaya dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari Sosialisasi dalam menghadapi kekeringan berdasarkan informasi dari masyarakat sebagian besar sudah dilakukan. Masyarakat menjelaskan bahwa sosialisasi dalam menghadapi kekeringan dilakukan oleh PU Cipta Karya Kabupaten Grobogan. Sosialisasi dilakukan oleh PU Cipta karya sekaligus menjelaskan tentang program-program PU Cipta Karya. Salah satu program yang dilakukan PU Cipta Karya yaitu program pembuatan tampungan air untuk menghadapi kekeringan. Program pembuatan tampungan air tersebut merupakan program dari PU Cipta Karya yang disebut program Pamsimas (Program Sanitasi Masyarakat). Selain itu masyarakat juga menyebutkan bahwa pada saat perkumpulan kelompok tani kadang juga membahas tentang bencana kekeringan serta upaya-upaya yang dilakukan dalam menghadapi kekeringan. Pemerintah membuat kebijakan-kebijakan untuk kesiapsiagaan kekeringan dan untuk mengurangi dampak kekeringan. Salah satu kebijakannya yaitu dengan pemberian bantuan air bersih untuk daerahdaerah yang mengalami kekeringan melalui BNPB. Pemerintah juga melakukan sosialisasi tentang tanggap kekeringan dan sosialisasi tentang upaya penanggulangan dalam mengurangi resiko dampak kekeringan. Penyediaan pos yang menyediakan air bersih belum ada karena bantuan air bersih lokasinya tidak di satu tempat agar lebih merata walaupun masih dalam lingkup satu desa.

digilib.uns.ac.id 105 Gambar 22. Pemberian Bantuan Air Bersih di Desa Bendoharjo Masyarakat menyebutkan bahwa kebijakan pemerintah dalam kesiapsiagaan kekeringan yaitu penyediaan alokasi dana untuk pemberian bantuan air bersih bagi masyarakat. Selain itu pemerintah juga melakukan reboisasi pada lahan-lahan hutan yang gundul. Perhatian pemerintah terhadap bencana kekeringan tergolong belum cukup memuaskan. Dari 120 responden, 43 responden menjawab bahwa perhatian pemerintah dalam menghadapi kekeringan cukup memuaskan dan 77 responden menjawab belum memuaskan. Masyarakat sebagian besar menganggap belum memuaskan karena bantuan air dari masyarakat hanya sedikit dan jangka waktunya lama sehingga saat persediaan air habis bantuan dari pemerintah belum datang sehingga harus membeli air bersih sendiri dari pihak swasta.

digilib.uns.ac.id 106 Gambar 23. Pemberian Bantuan Air Bersih Gratis dari BNPB kepada masyarakat yang mengalami kekeringan di Desa Boloh Kekeringan mengakibatkan kerugian bagi masyarakat. Masyarakat harus manyediakan alokasi dana khusus untuk membeli air bersih karena bantuan air bersih dari pemerintah tidak mencukupi. Bantuan air bersih dari pemerintah tidak mencukupi kebutuhan air untuk keperluan seharihari karena jumlahnya terbatas dan penduduk yang membutuhkan sangat banyak sehingga harus mengantre dan air yang didapat tidak banyak. Masyarakat menjelaskan bahwa hubungan antara masyarakat pemerintah belum cukup transparan. Dari 120 responden, 36 responden menjawab hubungan antara masyarakat dengan pemerintah sudah cukup transparan dan 84 responden menjawab bahwa hubungan antara pemerintah dengan masyarakat belum transparan. Masyarakat sebagian besar tidak mengetahui kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah

digilib.uns.ac.id 107 dalam menghadapi bencana kekeringan. Masyarakat sebagian besar juga tidak mengetahui jadwal rutin pemberian bantuan air bersih dari pemerintah. Gambar 24. Pemberian Bantuan Air Bersih di Desa Kradenan yang Tidak Diketahui Jadwalnya oleh Penduduk Menurut penuturan Ibu Mutmainah warga Dusun Tahunan RT 3 RW 4, Desa Putatsari, Kecamatan Grobogan, beliau menjelaskan bahwa: Pemerintah memberikan bantuan air bersih saat terjadi kekeringan. Namun bantuan tersebut belum mampu mencukupi kebutuhan air bersih untuk keperluan sehari-hari penduduk. Pemberian air bantuan air bersih hanya 3 tangki untuk 1 Dusun sehingga jatah air bersih hanya sedikit. Selain itu jadwal pemberian air bersih juga tidak menentu. Kadang tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu sehingga orang-orang pada pergi ke sawah dan tidak mengetahui ada bantuan air bersih datang. Dengan jadwal bantuan air bersih yang tidak diketahui masyarakat mengakibatkan pemberian bantuan air bersih dari pemerintah tidak merata karena banyak masyarakat yang tidak ada dirumah saat bantuan air dari pemerintah datang.

digilib.uns.ac.id 108 2) Mobilisasi sumberdaya dalam pertanian Mobilisasi sumberdaya dalam bidang pertanian dengan pemberian kredit dari pemerintah kepada petani melalui organisasi kelompo tani dan gabungan kelompok tani (Gapoktan). Dengan adanya kredit dari pemerintah, petani dapat menggunakannya sebagai modal saat menanam dan dapat mengembalikannya setelah panen. Pemerintah juga memberikan bantuan berupa pupuk bersubsidi dan bibit/ benih tanaman melalui organisasi kelompok tani. Data sosialisasi materi dan bahan kesiapsiagaan kepada masyarakat seperti brosur, poster, ataupun leaflet tentang kekeringan belum ada. Hanya surat kabar yang menjelaskan daerah-daerah di Kabupaten Grobogan yang mengalami kekeringan serta pemberian bantuan dari pemerintah dalam menghadapi kekeringan. 3. Adaptasi Masyarakat Terhadap Bencana Kekeringan Kabupaten Grobogan Adaptasi adalah suatu bentuk cara atau strategi yang merupakan suatu bentuk usaha atau upaya yang dilakukan oleh manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Dalam penelitian ini, adaptasi ditujukan untuk bencana kekeringan. Jadi, adaptasi terhadap bencana kekeringan merupakan suatu bentuk cara atau strategi yang merupakan suatu bentuk usaha atau upaya yang dilakukan oleh manusia untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam menghadapi suatu bencana yang diakibatkan oleh musim kemarau yang berkepanjangan, yaitu kekeringan. Adaptasi diperlukan untuk mengurangi dampak kekerinngan agar masyarakat mampu menghadapi kekeringan yang sedang terjadi. untuk mengetahui adaptasi yang dilakukan oleh warga masyarakat dilakukan dengan wawancara kepada masyarakat sebanyak 120 responden. Selain itu, adaptasi juga dilakukan oleh pemerintah dalam menghadapi bencana kekeringan agar dampak dari kekeringan dapat dikurangi dan dapat meringankan beban warga masyarakat. Hasil

digilib.uns.ac.id 109 wawancara dengan panduan angket tentang adaptasi yang dilakukan masyarakat dalam menghadapi bencana kekeringan sebagai berikut: Tabel 26. Tabel Frekuensi Hasil Wawancara dengan Panduan Angket Tentang Adaptasi Bencana Kekeringan No. Indikator Frekuensi Ya Tidak 1 Pola tanam yang menyesuaikan kekeringan 120 0 2 Ada cadangan bahan pangan khusus buat kesiapan musim kemarau 0 120 3 Ada kompensasi dalam bentuk kredit usaha tani apabila terjadi kegagalan panen (puso) akibat kekeringan 88 32 4 Di rumah anda menggunakan sumber air PDAM 23 97 5 Di rumah anda menggunakan sumber Air sumur 102 18 6 Tersedia bantuan air bersih saat terjadi puncak kekeringan 120 0 7 Penggunaan air minum di rumah menggunakan air sumur 92 28 8 Penggunaan air minum di rumah menggunakan air minum kemasan 28 92 9 Mandi kurang dari 2x dalam sehari saat terjadi kekeringan 0 120 10 Terjadi penyakit akibat adanya kekeringan 63 57 11 Kekeringan menyebabkan petani merugi bahkan kehilangan mata pencaharian 120 0 12 Kekeringan tersebut merugikan usaha lainnya (ternak, ikan, dsb) 105 15 13 Ada alokasi dana khusus untuk menghadapi kekeringan 117 3 Adaptasi dilakukan dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Adaptasi yang dilakukan masyarakat meliputi adaptasi dalam bidang pertanian, adaptasi dalam ketersediaan air, adaptasi dalam bidang ekonomi, dan adaptasi dalam bidang kesehatan. Adaptasi yang dilakukan masyarakat dan pemerintah dalam berbagai bidang sebagai berikut: a. Adaptasi dalam bidang pertanian Kekeringan mengakibatkan penurunan produksi pertanian. Adaptasi dalam bidang pertanian yang dilakukan masyarakat di Kabupaten Grobogan yaitu dengan adaptasi pola tanam. Pola tanam yang diterapkan di sebagian besar daerah pertanian di Kabupaten yaitu pola tanam padi, kemudian setelah padi ditanami palawija seperti jagung dan kedelai, kemudian setelah itu dibiarkan bera atau tidak ditanami karena tidak ada air sehingga tanaman tidak dapat hidup. Untuk daerah pertanian yang menggunakan irigasi, pola tanam yang diterapkan yaitu dengan menanam padi-padi-palawija.

digilib.uns.ac.id 110 Gambar 25. Adaptasi kekeringan dengan Menanam Jagung Dalam menghadapi kekeringan, para petani harus mempersiapkan varietas tanaman yang paling cocok ditanami saat musim kemarau, bahkan varietas yang mampu hidup di iklim yang ekstrim. Selain itu, upaya meningkatkan kesuburan tanah dengan bahan organik dilakukan masyarakat agar tanah mampu menahan air. Pengelolaan sumber air yang baik seperti, irigasi, drainase, penampungan, dan penyimpanan air dilakukan masyarakat untuk mengantisipasi kekurangan sumber air di waktu musim kemarau. Pemberitahuan rutin mengenai keadaan cuaca penting untuk mempersiapkan jenis tanaman yang akan ditanam. Pemerintah juga membentuk kelompok tani dan gabungan kelompok tani serta memberikan bantuan kredit melalui kelompok tani, sehingga pada saat puso, masyarakat bisa meminjam modal dari kelompok tani untuk memanami lahan pertaniannya. Selain pinjaman modal, pemerintah juga memberikan bantuan dalam penyediaan pupuk serta memberi subsidi harga pupuk. Gapoktan atau kelompok tani juga mengadakan arisan rutin sehingga dapat membantu penyediaan dana bagi para petani.

digilib.uns.ac.id 111 Gambar 26. Adaptasi Kekeringan denga Menanam Kedelai di Dusun Kepuh Pada saat terjadi kekeringan, tidak ada bahan makanan cadangan khusus untuk menghadapi kekeringan karena beras mudah didatangkan dari daerah lain di luar Kabupaten Grobogan seperti Kabupaten Sragen. Pemerintah juga memberi bantuan beras bulog kepada masyarakat untuk kebutuhan sehari-hari. Beras mudah didapatkan dari berbagai daerah sehingga pada musim kemarau persediaan beras dari pemasok masih tetap ada sehingga masyarakat masih bisa mengkonsumsi makanan pokok beras selama musim kemarau. b. Adaptasi dalam bidang ketersediaan air Usaha adaptasi dalam ketersediaan air dilakukan dengan cara penggunaan air secara efisien dan efektif. Masyarakat menyebutkan bahwa dalam adaptasi persediaan air, mereka hanya menggunakan air untuk mandi dan keperluan memasak. Warga tidak menggunakan air untuk mencuci kendaraan dan memandikan hewan ternak. Selama musim kemarau warga tidak mencuci kendaraan dan hewan ternak.

digilib.uns.ac.id 112 Gambar 27. Penduduk Mengambil Air dari Sumur di Sawah dan Jauh dari Tempat Tinggalnya Penduduk juga ada yang menyedot air dari sungai dan kemudian dialirkan di sebuah kubangan dekat dengan sumur. Lama-kelamaan air dari sungai yang disedot meresap kedalam tanah dan mengalir ke sumur. Namun lama-kelamaan sungai juga kering dan untuk mencukupi kebutuhan seharihari penduduk selain menunggu bantuan dari pemerintah juga membeli air dari pemasok air. Sebagian masyarakat ada yang mengambil air dari sumur yang ada di sawah karena sumur tersebut tidak mengalami kekeringan. Dalam bidang ketersediaan air, pemerintah memberikan bantuan air gratis bagi masyarakat walaupun jumlahnya terbatas. Pemerintah melalui BPBD mengalokasikan dana untuk memberikan bantuan kepada masyarakat dalam menghadapi kekeringan. BPBD bekerjasama dengan pihak PDAM dalam memberikan bantuan air bersih kepada warga yang mengalami kekeringan. Menurut penuturan ibu Titi pihak dari BPBD, pihak BPBD memberikan data desa-desa mana saja yang mengalami kekeringan dengan menyertakan jumlah penduduk pada setiap desa yang mengalami kekeringan. Setelah itu pihak PDAM membuat jadwal pemberian bantuan air bersih.

digilib.uns.ac.id 113 Gambar 28. Pemberian Bantuan Air Bersih di Dusun Kayen Sumber air penduduk di Kabupaten Grobogan sebagian besar dari air sumur bukan PDAM. Untuk keperluan air minum sehari-hari, sebagian besar penduduk menggunakan air sumur, tetapi pada saat terjadi kekeringan penduduk menggunakan air minum kemasan untuk kebutuhan sehari-hari karena air sumurnya kering. Ada sebagian yang tidak kering tetapi kualitasnya tidak bagus, warnanya sedikit keruh. Dalam adaptasi di di bidang ketersediaan air, masyarakat membuat sumur pantek atau sumur bor untuk mendapatkan air. c. Adaptasi dalam bidang ekonomi Adaptasi yang dilakukan dalam bidang ekonomi yaitu dengan cara menyediakan alokasi dana khusus untuk menghadapi kekeringan. Pada saat terjadi puncak kekeringan, bantuan air dari pemerintah masih belum dapat mencukupi kebutuhan seluruh masyarakat sehingga masyarakat membeli air sendiri untuk keperluan sehari-hari. Masyarakat membeli air setiap satu tangki mobil seharga Rp. 200.000,00. Air dari tangki tersebut ditampung dalam bak dan sebagian lagi ditampung dalam sumur. Air tersebut dapat mencukupi kebutuhan penduduk dalam satu KK selama seminggu. Kekeringan juga commit merugikan to user usaha peternakan karena penduduk