BAB. I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

DINAMIKA PSIKOLOGIS PEREMPUAN YANG MELAKUKAN PERNIKAHAN DI USIA DINI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau di kota. Namun banyak manusia yang sudah mempunyai kemampuan baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan sebagai jalan bagi wanita dan laki-laki untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. parkawinan akan terbentuk masyarakat kecil yang bernama rumah tangga. Di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. menimbulkan akibat lahir maupun batin baik terhadap keluarga masing-masing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia dalam proses perkembangannya untuk meneruskan jenisnya membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap manusia diciptakan secara berpasang-pasangan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

BAB I PENDAHULUAN. terlupakan dalam perjalanan hidup seseorang dalam membentuk dan membina

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1. Hasil Presentase Pernikahan Dini di Pedesaan dan Perkotaan. Angka Pernikahan di Indonesia BKKBN (2012)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tiga orang wanita karir

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini, generasi muda khususnya remaja, telah diberikan berbagai disiplin ilmu sebagai persiapan

BAB I PENDAHULUAN. makhluk Tuhan, khususnya manusia. Dalam prosesnya manusia membutuhkan

PENERIMAAN DIRI PADA WANITA BEKERJA USIA DEWASA DINI DITINJAU DARI STATUS PERNIKAHAN

Ani Yunita, S.H.M.H. Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan menjadi tempat yang penting dalam perkembangan hidup seorang manusia.

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu, yaitu kebutuhan yang berhubungan dengan segi biologis, sosiologis dan teologis.

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

PENYESUAIAN DIRI REMAJA PUTRI YANG MENIKAH DI USIA MUDA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk besar. Jumlah penduduk yang besar ini telah membawa Indonesia

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

BAB V PENUTUP. terjadi tiga macam kekerasan, meliputi kekerasan psikis, fisik, dan. penelantaran rumah tangga namun kekerasan psikis lebih dominan.

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Maha Esa kepada setiap makhluknya. Kelahiran, perkawinan, serta kematian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. Menikah dan kuliah sama pentingnya, secara sederhana bisa digambarkan,

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini seringkali ditemukan seorang ibu yang menjadi orang tua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

PENYULUHAN HUKUM. Upaya Mencegah Terjadinya Pernikahan Anak Usia Dini

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Qawwãm Volume 9 Nomor 2, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

BAB V PENUTUP. a. Kurangnya perhatian orang tau terhadap anak. yang bergaul secara bebas karena tidak ada yang melarang-larang mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Dariyo, 2002 (dalam Godam,

PROGRAM PELATIHAN PRA PERNIKAHAN BAGI PASANGAN USIA DEWASA AWAL

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan. Bahkan hubungan seksual yang sewajarnya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan/ perkawinan adalah ( ikatan lahir batin antara seorang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERNIKAHAN USIA MUDA DI DESA SARIBUDOLOK KECAMATAN SILIMAKUTA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. dan seluruh keluarga. Karena tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial kemasyarakatan (Fatimah, 2006, h. 188). Menurut Soebekti (dalam Sulastri, 2015, h. 132) perkawinan adalah

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban antara orang tua dan anak. Disebutkan dalam Undang-undang No 1

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dimensi yang dominan. Berikut adalah kesimpulannya : Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat :

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. untuk mampu melakukan tugas rumah tangga. Kepala keluarga

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan cikal bakal terciptanya keluarga sebagai tahap

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebuah hubungan keluarga. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Desa setempat:

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

I. PENDAHULUAN. nasional dan dapat mengurangi hasil-hasil pembangunan yang dapat dinikmati

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB 1 PENDAHULUAN. pengaruhi oleh kematangan emosi baik dari suami maupun istri. dengan tanggungjawab dan pemenuhan peran masing-masing pihak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa (UU Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974). Perkawinan pada pasal 6 menyatakan bahwa Untuk

BAB I PENDAHULUAN. orang umumnya mulai berpikir untuk berumah tangga dan memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena adanya hubungan darah, perkawinan atau adopsi dan saling berinteraksi satu sama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. Ketuhanan Yang Maha Esa. Oleh karena itu bagi siapa yang hendak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

Transkripsi:

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bukan merupakan hal yang tabu ketika terdapat fenomena pernikahan dini yang masih terjadi dewasa ini, pernikahan dini yang awal mulanya terjadi karena proses kultural budaya di masa lalu, kini telah berganti sebab. Di masyarakat pedesaan, perkawinan usia dini terjadi terutama pada golongan ekonomi menengah kebawah, lebih merupakan bentuk sosial pada pembagian peran dan tanggung jawab dari keluarga perempuan pada suami, yang di ikuti dengan tradisi yang masih tertanam di desa, bahwa ketika seorang perempuan dan seorang lakilaki menikah, sudah semestinya perempuan yang telah menjadi seorang istri tersebut harus meninggalkan keluarga intinya dan ikut tingga lbersama suaminya, meskipun pada dewasa ini muncul fenomena baru bahwa terdapat pernikahan usia dini yang di sebabkan oleh perempuan yang hamil di luar nikah. Di masyarakat perkotaan pernikahan usia dini umumnya terjadi karena kecelakaan (married by accident) atau hamil di luar nikah yang di akibatkan oleh salah pergaulan oleh remaja. Pernikahan dilaksanakan berdasarkan Undang-undang RI nomor 1 tahun 1974 pada pasal 7 ayat 1 tentang perkawinan menyatakan bahwa batasan usia minimal untuk menikah adalah usia 16 tahun bagi perempuan dan 19 tahun bagi laki-laki. Namun di sisi lain, Undang-undang Perlindungan Anak nomor 23 tahun 2002 tentang hak anak, yang disebut sebagai usia anak adalah usia antara 10 sampai 18 tahun. Seharusnya pada usia tersebut, anak-anak mendapatkan hak-hak 1

2 mereka sebagai pihak yang di lindungi, selain itu hak mereka sebagai anak, antara lain hak mendapatkan pendidikan, kesehatan, menyatakan dan didengar pendapatnya, beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, mendapatkan perlindungan dari diskriminasi, eksploitasi, penelantaran, kekerasan, ketidakadilan serta perlakuan salah lainnya, terutama pada anak perempuan. Sedangkan Undang-undang perkawinan memperbolehkan usia anak tersebut untuk menikah, mengharuskan perempuan pada usia tersebut mengemban tanggung jawab sebagai seorang istri dan sebagai pelindung untuk anak-anaknya saat mereka mulai menjadi ibu. Sehingga terdapat dinamika psikologis pada perempuan yang menikah di usia dini, dimana perempuan dengan sifat-sifat keremajaannya (seperti, emosi yang tidak stabil, belum mempunyai kemampuan yang matang untuk menyelesaikan konflik-konflik yang dihadapi, serta belum mempunyai pemikiran yang matang tentang masa depan yang baik), harus berperan sebagai seorang istri dan mengemban tanggung jawab yang lebih besar dalam rumah tangga dengan segala permasalahan dalam rumah tangga. Selain itu, usia ibu juga memengaruhi aspek psikologis anak, ibu usia remaja sebenarnya belum siap untuk menjadi ibu dalam arti keterampilan mengasuh anaknya. Ibu muda ini lebih menonjolkan sifat keremajaannya daripada sifat keibuannya. (Mangoenprasodjo, 2004). Padahal perkawinan yang sukses tentu membutuhkan kedewasaan dan tanggung jawab secara fisik maupun mental, untuk bisa mewujudkan harapan yang ideal dalam kehidupan berumah tangga. Pernikahan di usia dini seharusnya bukan hanya di implementasikan sebagai pernikahan yang melanggar undang-undang perkawinan, namun juga

3 pernikahan yang melanggar hak anak. Sehingga yang disebut sebagai pernikahan dini adalah pernikahan yang tidak hanya terjadi pada anak dengan batas usia yang ditetapkan pada Undang-undang perkawinan, namun juga pada batas usia yang ditetapkan oleh Undang-undang Perlindungan Anak. Fenomena tersebut sangat mendukung dari fenomena yang terjadi di Desa Kebowan, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, dimana sejak kurang lebih 4 tahun terakhir dijumpai fenomena para gadis yang dengan rentang usia antara 10 hingga 18 tahun memutuskan untuk menikah, meski motif yang sebenarnya yang mempengaruhi mereka untuk menikah di usia dini belum diketahui secara pasti, namun beberapa diantaranya menikah karena hamil di luar nikah ketika usia anak tersebut masih tergolong remaja, dan hal yang paling mempengaruhi hal tersebut adalah dukungan sosial yang ada di lingkungan. Desa Kebowan sendiri berpenduduk mayoritas yang memiliki pekerjaan sebagai petani, pedagang dan buruh, kebanyakan dari mereka memiliki anak dengan tingkat pendidikan yang lulus sampai tingkat SMP atau SMA saja, dan hanya sebagian kecil dari penduduknya yang memiliki anak dengan lulusan perguruan tinggi atau pun yang sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi. Sehingga pernikahan di usia dini merupakan hal yang sudah biasa di desa tersebut. Pernikahan dini juga dapat melanggar hak anak, seperti anak perempuan yang menjadi pihak yang paling rentan menjadi korban dalam kasus pernikahan dini, juga mengalami sejumlah dampak buruk (Landung, 2009). Berdasarkan hasil observasi dan wawancarayang di lakukandi Desa Kebowan, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang, terhadap 3 orang perempuan

4 yang melakukan pernikahan di usia dini, berikut yang masih berdomisili di desa tersebut. Observasi di lakukan dari lingkungan sekitar tempat tinggal informan, serta melakukan wawancara terhadap para penduduk di desa Kebowan, di desa tersebut terdapat total 19 perempuan usia remaja yang melakukan pernikahan dari 106 pernikahan yang di lakukan di Desa Kebowan di tahun 2011-2014 menurut catatan pernikahan Desa Kebowan, tentu banyak pandangan negatif dari para penduduk desa tersebut, karena banyak dari perempuan yang melakukan pernikahan di usia remaja karena hamil di luar nikah. Selain itu peneliti memiliki rasa ingin tahu yang besar terhadap fenomena yang terjadi, khususnya tentang alasan yang sebenarnya mengapa beberapa perempuan di desa tersebut memutuskan untuk menikah di usia mereka, padahal di usia-usia mereka yang tergolong remaja seharusnya mereka menikmati masa-masa menyenangkan sebagaimana remaja memanfaatkan waktu mereka. Namun setelah di ambil informasi dengan observasi dan wawancara secara langsung terhadap beberapa informan, di dapatkan data yang berbeda. Pertama di lakukan wawancara kepada informan SEC, Ia menikah kurang lebih 5 tahun yang lalu, ketika informan berusia 18 tahun, saat itu informan baru lulus dari Sekolah Menengah Kejuruan, dan memutuskan untuk menikah dengan alasan ingin meringankan beban orang tua. Dapat di ketahui bahwa orang tua SEC bekerja sebagai pembuat gula jawa, sedangkan SEC memiliki seorang adik laki-laki yang masih sekolah di bangku SMP, dan SEC adalah anak pertama di keluarga tersebut. Informan yang kedua adalah MA seorang lulusan SMA yang beberapa bulan setelah lulus sekolah, memutuskan untuk menikah di usia 18 tahun, Ayah

5 MA sudah lama pergi meninggalkan rumah tanpa alasan, Ibu MA bekerja sebagai pedagang dengan penghasilan yang tidak menentu, dan saat itu Ibu MA seorang diri harus menghidupi keluarganya yang terdiri dari MA, adik perempuan yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar, seorang kakek dan nenek yang sudah renta dan sakit, ketika di wawancara pun jawabannya sama, ingin meringankan beban ekonomi Ibunya yang merawat Ia dan adiknya serta kakek neneknya yang sudah renta seorang diri. Namun faktanya MA menikah dengan laki-laki yang tidak memiliki pekerjaan tetap, sehingga MA juga menjadi tulang punggung keluarga dan bekerja sebagai Pramuniaga. Informan yang terakhir adalah LAKD yang awalnya adalah seorang pelajar SMP berusia 16 tahun yang putus sekolah kemudian menikah karena hamil di luar nikah, LAKD hidup bersama bibinya sebelum menikah, kemudian LAKD hidup bersama kakek dan neneknya sampai sekarang, Ia memiliki kakak laki-laki yang kini masih menjadi pelajar di sebuah SMAdan hidup terpisah darinya karena ayah dan Ibu mereka telah meninggal. Kehidupan LAKD seakan berubah drastis ketika orang tuanya meninggal, karena dulu Ayahnya adalah seorang anggota TNI yang mapan dan Ia memiliki Ibu yang selalu memperhatikannya. LAKD menikah dengan seorang laki-laki yang bekerja sebagai buruh pabrik. Pada gambaran wawancara singkat terhadap ketiga subjek tersebut dapat mewakili fenomena yang ada di Desa Kebowan, Kecamatan Suruh, Kabupaten Semarang. Dimana terdapat beberapa perempuan usia remaja yang telah menikah. Hal ini dipertegas lagi oleh Koban ( 2010 ) yang mengatakan bahwa perlunya

6 usulan revisi undang-undang pasal 7 tentang batas usia menikah yang mendapat sorotan serius, hal tersebut perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya pernikahan usia dini yang berdampak pada terjadinya kehamilan dan melahirkan di usia muda, serta pernikahan dini dalam konteks kesiapan mental psikologis pasangan yang menikah di usia dini dikhawatirkan akan meningkatkan angka perceraian, padahaldi usia tersebut, anak-anak seharusnya mendapatkan hak-hak mereka serta mendapatkan perlindungan, sehingga mereka belum memiliki kewajiban sebagai pelindung, seperti halnya ketika mereka menjadi orang tua dari anak mereka. Beberapa perempuan memutuskan untuk melakukan pernikahan di usia dini dengan tujuan untuk meringankan beban dan masalah yang muncul pada keluarganya maupun dirinya sendiri, dengan harapan kehidupannya akan lebih baik dan bahagia setelah menikah, namun kenyataannya hal tersebut belum menjamin terselesaikannya masalah tersebut, bahkan hal tersebut justru akan memunculkan masalah-masalah yang baru dalam kehidupan pernikahannya. Pernikahan pada usia dini merupakan bentuk kegiatan yang sudah dilaksanakan oleh masyarakat. Dipengaruhi oleh banyak faktor dan melibatkan berbagai faktor perilaku. Pernikahan usia dini sebagai bentuk perilaku yang sudah dapat dikatakan membudaya dalam masyarakat. Maksudnya bahwa batasan individu dengan meninjau kesiapan dan kematangan usia individu berlaku rnenjadi penghalang bagi seseorang untuk tetap melangsungkan pernikahan (Bruce, 2007). Dari sini dapat diketahui bahwa banyak masalah yang terjadi pada perempuan yang melakukan pernikahan di usia dini, baik masalah sebelum menikah maupun masalah yang terjadi pada kehidupan pernikahan perempuan

7 tersebut, yang semestinya dapat diungkap dalam hal bagaimana dinamika psikologis pada perempuan yang melakukan pernikahan di usia dini? B. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk : 1. Memahami dinamika psikologis pada perempuan yang melakukan pernikahan di usia dini. 2. Mengetahui faktor eksternal yang mempengaruhi perempuan melakukan pernikahan di usia dini. 3. Memahami kehidupan pernikahan perempuan yang menikah di usia dini. C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini di harapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Para Orangtua, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi guna menambah pengetahuan tentang risiko pernikahan dini, sehingga orangtua dapat lebih mengawasi dan memberi pengarahan kepada anak mereka yang menginjak usia remaja. 2. Fakultas Psikologi UMS, dari penelitian ini di harapkan dapat menjalin kerjasama dengan pihak-pihak seperti Kantor Urusan Agama, Pengadilan Agama atau pihak lain, untuk membahas tentang risiko pernikahan dini, guna meminimalisir kasus-kasus pernikahan dini. 3. Peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian sejenis.